Anda di halaman 1dari 37

MODUL

PELATIHAN PENGAWASAN KUALITAS


KESEHATAN LINGKUNGAN DI
PUSKESMAS

MATA PELATIHAN D1

Kebijakan Program Kesehatan


Lingkungan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI.


DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN
DITJEN P2P KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2023
DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………...……………. i

A. Tentang Modul Ini ………………………..…………… 1


Deskripsi Singkat …………………..….……………..
2
Tujuan Pembelajaran ……..…...…….………………
4
Materi Pokok …………………....……….……………
5

B. Kegiatan Belajar ……………………………………… 7


Materi Pokok 1 …………………....……….…………
Dasar Kebijakan Program Penyehatan 8
Lingkungan

Materi Pokok 2 …………………....……….………….


Program Penyehatan Lingkungan 28
E. Daftar Pustaka………….………………………………. 140

F. Daftar Istilah…………………………………………….. 141

Tentang Modul Ini

DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang Kebijakan Program Penyehatan


Lingkungan

Tujuan Belajar
Memahami tentang Kebijakan Program Penyehatan Lingkungan

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
kebijakan Program Penyehatan Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat :
1. Memahami Dasar Kebijakan Program Penyehatan Lingkungan;
2. Memahami Program Penyehatan Lingkungan

MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


1. Dasar Kebijakan Program Penyehatan Lingkungan
2. Program Penyehatan Lingkungan
MATERI POKOK 1

Pendahuluan
Kesehatan lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga
oleh seluruh lapisan masyarakat, seperti pemerintah, pihak swasta, dan
masyarakat itu sendiri. Hal ini dilakukan agar terciptanya lingkungan sehat
dan juga membentuk manusia yang sehat.
Negara melalui Undang – Undang Kesehatan No 36 tahun 2009
mengamanatkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat
meliputi sarana sanitasi dan sarana air minum yang memenuhi syarat di
permukiman dan perumahan, tempat –tempat umum seperti hotel, sekolah
dan fasilitas umum, tempat pengolahan makanan dan fasyankes.
Lingkungan sehat harus tersedia baik dalam situasi normal maupun dalam
situasi darurat akibat bencana alam. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor
66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menjelaskan pengertian
kesehatan lingkungan yang merupakan upaya pencegahan penyakit
dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial. Sehingga kegiatan penyehatan lingkungan harus
meliputi semua aspek tersebut melalui upaya penyehatan, pengamanan
dan pengendalian.
Penyehatan lingkungan merupakan upaya pengendalian faktor risiko
penyakit baik menular maupun tidak menular melalui peningkatan
kemampuan penyehatan, pengendalian dan pengamanan terhadap media
lingkungan baik secara fisik, biologi, kimia maupun sosial. Sesuai dengan
RPJMN 2020-2024 dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020-
2024, kegiatan penyehatan lingkungan berperan serta dalam meningkatkan
penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan dan mendorong
ketercapaian sasaran program pembinaan kesehatan masyarakat.
Diharapkan dengan pengelolaan program yang baik dan benar, koordinasi
dan komunikasi yang dinamis secara lintas sektor dan lintas program,
kemampuan informasi dan edukasi yang baik serta didukung oleh regulasi
sebagai NSPK dapat terwujud tujuan dan sasaran program yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2020 pasal 60
menyatakan bahwa Direktorat Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut : a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang
penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan
udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi; b.
pelaksanaan kebijakan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar,
penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta
pengamanan limbah dan radiasi; c. penyiapan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar,
penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta
pengamanan limbah dan radiasi; d. fasilitasi pengelolaan di bidang
penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan
udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi; e.
pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasional di bidang penyehatan air
dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan
kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi; f. pemberian bimbingan
teknis dan supervisi di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar,
penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta
pengamanan limbah dan radiasi; g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan
penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan limbah dan
radiasi; dan h. pelaksanaan urusan administrasi Direktorat
Materi pokok ini akan membahas Peraturan perundangan dibidang
Penyehatan Lingkungan, Indikator dan target Program Penyehatan
Lingkungan

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan dasar
kebijakan program penyehatan lingkungan, indikator program dan target
capaian.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok :
1. Peraturan perundangan dibidang Penyehatan Lingkungan;
2. Indikator dan target Program Penyehatan Lingkungan
Uraian Materi Pokok 1 :

Kebijakan Program Penyehatan Lingkungan

1. Peraturan Perundangan Dibidang Penyehatan Lingkungan.


a) Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pasal 162 Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Pasal 163 (1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai
risiko buruk bagi kesehatan. (2) Lingkungan sehat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan permukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. (3)
Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari
unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
k. makanan yang terkontaminasi.
b) Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan.
Untuk mencapai tujuan nasional diselenggarakan upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu
rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu,
termasuk diantaranya pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampμan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Kesehatan
Lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi- tingginya sebagaimana tercantum dalam
Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Kesehatan Lingkungan diselenggarakan melalui upaya
Penyehatan, Pengamanan, dan Pengendalian, yang dilakukan
terhadap lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, tempat rekreasi,
serta tempat dan fasilitas umum. Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat menjam.in
ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk
bagi kesehatan. Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat diperlukan
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan, Persyaratan Kesehatan,
dan pengaturan yang mengharuskan penyelenggaraan upaya
Kesehatan Lingkungan yang meliputi Penyehatan, Pengamanan, dan
Pengendalian faktor risiko lingkungan, termasuk pengaturan tentang
proses pengolahan limbah.
Dalam penetapan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan perlu kecermatan terhadap media lingkungan,
yaitu media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara
komponen lingkungan dengan kandungan bahan atau agen yang
berpotensi menimbulkan bahaya terhadap kesehatan, gangguan
kesehatan, atau penyakit pada manusia. Media lingkungan yang
dimaksud adalah air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan,
serta vektor dan binatang pembawa penyakit.
Pengaturan Kesehatan Lingkungan bertujuan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggitingginya.

c) Tanggung Jawab Dan Wewenang Pemerintah, Pemerintah Daerah


Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/ kota bertanggung jawab untuk:
a. Menjamin tersedianya lingkungan yang sehat untuk mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sesuai dengan
kewenangannya;
b. Mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan;
c. Memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam
penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan.
Dalam penyelenggaran Kesehatan Lingkungan, Pemerintah
berwenang :
a. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan;
b. Menetapkan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan;
c. Menetapkan kebijakan nasional mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim terkait kesehatan;
d. Melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim terkait kesehatan
di lintas provinsi dan lintas batas negara;
e. Melakukan koordinasi, pengembangan, dan sosialisasi
penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan tingkat nasional;
f. Melakukan pengelolaan dan pengembangan system informasi
Kesehatan Lingkungan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan
penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan tingkat nasional;
g. Melakukan kerja sama dengan lembaga nasional dan intemasional
sesuai ketentuan peraturan perundangundangan;
h. Melaksanakan fasilitasi Kesehatan Lingkungan di lintas provinsi
dan lintas batas negara.

Dalam penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan, pemerintah daerah


provinsi berwenang:
a. Menetapkan kebijakan penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di
tingkat provinsi dengan berpedoman pada Kebijakan dan Strategi
Nasional;
b. Menetapkan kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
terkait kesehatan di tingkat provinsi dengan berpedoman pada
kebijakan yang ditetapkan secara nasional;
c. Melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim terkait kesehatan
antar kabupaten/kota;
d. Melakukan koordinasi, pengembangan, dan sosialisasi
penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan tingkat provinsi;
e. Melakukan pengeiolaan dan pengembangan system informasi
Kesehatan Lingkungan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan
penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di tingkat provinsi;
f. Melakukan kerja sama dengan lembaga nasional sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
g. Melaksanakan fasilitasi Kesehatan Lingkungan
antarkabupaten/kota.

Dalam penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan, pemerintah daerah


kabupaten/kota berwenang :
a. Menetapkan kebijakan untuk melaksanakan penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan, Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan, dan Persyaratan Kesehatan di tingkat kabupaten/kota
dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan
kebijakan yang ditetapkan pemerintah daerah provinsi;
b. Melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim terkait
kesehatan di kabupaten/kota; dan
c. Melakukan kerja sama dengan lembaga nasional sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

d) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 2 Tahun 2023 tentang


Peraturan Pelaksana PP Nomor 66 tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan
Peraturan Menteri ini menyatukan beberapa peraturan terkait dengan
penyehatan lingkungan, khsusunya yang menyangkut Standar Baku
dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan, meliputi ;
a. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan media air, udara, Tanah, Pangan, Sarana dan
Bangunan, dan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit;
b. upaya Penyehatan;
c. upaya pelindungan kesehatan masyarakat;
d. persyaratan teknis proses pengelolaan limbah dan pengawasan
terhadap limbah yang berasal dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
e. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit;
f. tata cara dan upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan
dalam kondisi matra dan ancaman global perubahan iklim; dan
g. tata cara pembinaan dan pengawasan.

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan


Kesehatan ditetapkan untuk media air, udara, Tanah, Pangan,
Sarana dan Bangunan, dan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
yang berada pada lingkungan :
a. Permukiman;
b. Tempat Kerja;
c. Tempat Rekreasi; dan
d. Tempat dan Fasilitas Umum.

Sedangkan Permukiman dapat berupa:


a. Rumah dan perumahan;
b. Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara;
c. Kawasan militer;
d. Panti dan rumah singgah; dan
e. Tempat Permukiman lainnya.

Tempat Kerja antara lain :


a. Perkantoran;
b. Pergudangan;
c. Industri; dan
d. Tempat kerja lainnya berupa ruangan atau lapangan tertutup atau
terbuka, serta bergerak atau tetap.

Tempat Rekreasi dapat berupa:


a. Tempat bermain anak;
b. Bioskop;
c. Lokasi wisata; dan
d. Tempat Rekreasi lainnya.

Tempat dan Fasilitas Umum berupa :


a. Fasilitas kesehatan;
b. Fasilitas pendidikan;
c. Tempat ibadah;
d. Hotel;
e. Rumah makan dan usaha lain yang sejenis;
f. Sarana olahraga;
g. Sarana transportasi darat, laut, udara, dan kereta api;
h. Stasiun dan terminal;
i. Pasar dan pusat perbelanjaan;
j. Pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara; dan
k. Tempat dan Fasilitas Umum lainnya.

e) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terutama
karena meningkatnya penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan, Pemerintah telah
menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
terdepan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dalam pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya
kesehatan masyarakat yang bersifat esensial adalah berupa
Pelayanan Kesehatan Lingkungan. Upaya kesehatan masyarakat
esensial tersebut harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota
bidang kesehatan.

Untuk memperjelas lingkup penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan


Lingkungan di Puskesmas perlu diatur mengenai uraian kegiatan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagai acuan bagi petugas
Puskesmas dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut.
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna
mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor risiko lingkungan.
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,
biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagaimana tercantum
dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan
lingkungan selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya
ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
Pasal 2 Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan, yangmerupakan bagian dari pelayanan
kesehatan paripurna yang diberikan kepada Pasien.

Pada pasal 3, Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilakukan


dalam bentuk ;
a. Konseling;
b. Inspeksi Kesehatan Lingkungan; dan/atau
c. Intervensi Kesehatan Lingkungan.

2. Indikator dan target Program Penyehatan Lingkungan


Tujuan, arah kebijakan dan sasaran strategis Kementerian Kesehatan
yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kemenkes Tahun
2020-2024 yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar
(primary Health care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif
dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologin dengan
strategi RPJMN 2020-2024 meliputi :
2. Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB, dan kesehatan reproduksi
3. Percepatan perbaikan gizi masyarakat
4. Peningkatan pengendalian penyakit
5. Pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS)
6. Penguatan sistem kesehatan, pengawasan obat dan makanan.

Dalam mendukung pencapaian tujuan dan arah kebijakan, Sasaran


Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, maka disusunlah
Sasaran Direktorat Kesehatan Lingkungan yaitu meningkatnya
penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan. Pada Rencana
Strategis (Renstra) Kemenkes Tahun 2020-2024 terdapat indikator
sasaran dan target kegiatan Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun
2020-2024, sebagaimana dalam Tabel :
Dalam rangka menjamin tercapainya Tujuan Strategis, Sasaran
Strategis, dan Indikator Sasaran Strategis, maka ditetapkan Sasaran
Program, Indikator Kinerja Program (IKP), Sasaran Kegiatan, dan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat
Penyehatan Lingkungan tahun 2020-2024 digambarkan dalam tabel
berikut ini :

Pada tahun 2023 - 2024 Direktoral Penyehatan Lingkungan diberikan


tambahan Indikator Kinerja Program (IKP), hal ini dalam rangka upaya
peningkatan penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan.
Indikator kegiatan ;
Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan

Definisi operasional :
Kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesling yaitu kabupaten/kota
yang :
1. 50% Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standard
2. 65% Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan
sesuai standard
3. 68% sarana air minum dengan kualitas air minum sesuai standard
4. 60% desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
5. 40% RS melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan

Perhitungan :
Jumlah kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
dibagi dengan jumlah kabupaten/kota dikali 100
SEKARANG SAYA TAHU

Kesimpulan dari Materi Pokok Bahasan 1, antara lain:

1 Kebijakan program Kesehatan


lingkungan meliputi ;
a. Undang-undang No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan
b. PP No. 66Tahun 2015 tentang
Kesehatan Lingkungan.
c. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 2 Tahun 2023 tentang
Peraturan Pelaksana PP
Nomor 66 tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 13 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas

2 Indikator Program Penyehatan


Lingkungan ; Persentase
kabupaten/kota yang memenuhi
kualitas kesehatan lingkungan
Referensi
1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan.
3. Permenkes No.13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas.
4. Permenkes No 2 Tahun 2023 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 2
Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksana PP Nomor 66 tahun 2014
tentang Kesehatan Lingkungan
5. Permenkes nomor 3 tahun 2014 tentang STBM
MATERI POKOK 2

Pendahuluan
Lingkungan yang lebih sehat dapat mencegah hampir seperempat dari
beban penyakit global. Pandemi COVID-19 merupakan pengingat akan
kompleksitas hubungan antara manusia dan planet kita. Udara bersih, iklim
yang stabil, air yang memadai, sanitasi dan kebersihan, penggunaan bahan
kimia yang aman, perlindungan dari radiasi, tempat kerja yang sehat dan
aman, praktik pertanian yang baik, kota dan lingkungan yang mendukung
kesehatan, dan alam yang terpelihara adalah prasyarat untuk kesehatan
yang baik.
Sebesar 13,7 juta kematian per tahun yang merupakan 24% dari kematian
global, disebabkan oleh risiko lingkungan yang dapat dimodifikasi. Hampir 1
dari 4 total kematian global terkait dengan kondisi lingkungan (WHO, 2023).
Agen penyakit dan jalur paparan sangat banyak dan kondisi lingkungan
yang tidak sehat sering terjadi, akibatnya sebagian besar kategori penyakit
dan cedera terkena dampaknya. Penyakit tidak menular, termasuk penyakit
jantung iskemik, penyakit pernapasan kronis, dan kanker adalah penyakit
yang paling sering ditimbulkan akibat kondisi lingkungan yang buruk. Selain
itu juga cedera, infeksi pernapasan, dan stroke juga terkait hal tersebut.
Faktor risiko kesehatan lingkungan, baik fisik, kimia, biologi maupun social
berpengaruh besar terhadap status kesehatan. Hasil analisis Burden of
Disease (BOD) di Indonesia, pencemaran udara termasuk urutan keenam
penyebab kematian. Pencemaran udara menempati urutan ketujuh serta air
dan sanitasi menempati urutan ke-11 sebagai faktor risiko DALYs lost.
Pemaparan terhadap logam berat dan pestisida selama kehamilan diketahui
dapat meningkatkan risiko hipertensi dalam kehamilan. Paparan pestisida
juga berisiko terjadinya gangguan pertumbuhan balita, gangguan
pertumbuhan di dalam kandungan dan juga setelah lahir bisa menyebabkan
balita stunting.
Sehubungan dengan amanat dan target yang dimandatkan kepada
pemerintah Indonesia untuk Sustainable Development Goals (SDGs) goal
6.1 yaitu mencapai 100% akses Air Minum aman, maka disadari bahwa
kualitas Air Minum merupakan hal penting yang perlu dijamin
pemenuhannya dan karenanya perlu dilakukan pengawasan kualitas Air
Minum. intervensi untuk pencapaian Air Minum aman mencakup
pengamanan kualitas air dari penyelenggara Air Minum hingga ke
pengguna Air Minum.
Kualitas air sangat dipengaruhi oleh sanitasi yang aman. Sanitasi untuk
semua juga menjadi target SGD goal 6. Saat ini sebanyak 4,2 miliar orang
didunia hidup tanpa akses ke sanitasi yang dikelola dengan aman. Lebih
dari itu banjir, kekeringan dan naiknya permukaan air laut mengancam
sistem sanitasi-mulai dari toilet hingga tangki septik hingga ke system
pengolahannya, sanitasi berkelanjutan dan perubahan iklim menjadi isu
yang harus diperhatikan (UNSGD, 2023)..
Untuk itu, sejak tahun 2008, Kementerian Kesehatan mengembangkan
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang merupakan
upaya untuk mendukung pencapaian universal akses sanitasi layak bagi
masyarakat Indonesia. Program STBM mencakup lima pilar yaitu stop
buang air besar sembarangan (SBS), cuci tangan pakai sabun (CTPS),
pengelolaan air minum/makanan rumah tangga (PAMRT), pengelolaan
sampah rumah tangga (PSRT), dan pengelolaan limbah cair rumah tangga
(PLCRT).
Materi pokok ini akan membahas Program Penyehatan Lingkungan, Arah
Kebijakan Dan Strategi

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta memahami Program Penyehatan
Lingkungan.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok :
1. Upaya Penyehatan Lingkungan.
2. Arah Kebijakan dan Strategi
3. Standar baku dan persyaratan Kesehatan lingkungan.
Uraian Materi Pokok 2 :

PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

1. Upaya Penyehatan Lingkungan.

● Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

2022 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,


Direktorat Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
evaluasi, dan pelaporan di bidang penyehatan lingkungan. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 yang
telah tercantum juga di Rencana Aksi Kegiatan 2020-2024,
disebutkan bahwa Direktorat Penyehatan Lingkungan
menyelenggarakan fungsi.

● Penyiapan perumusan kebijakan di bidang surveilans faktor risiko,

penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, penyehatan


udara, tanah, dan kawasan, dan pengamanan limbah, serta adaptasi
perubahan iklim dan kebencanaan;

● Pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans faktor risiko, penyehatan

air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, penyehatan udara, tanah,


dan kawasan, dan pengamanan limbah, serta adaptasi perubahan
iklim dan kebencanaan;

● Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang surveilans faktor risiko, penyehatan air dan sanitasi dasar,


penyehatan pangan, penyehatan udara, tanah, dan kawasan, dan
pengamanan limbah, serta adaptasi perubahan iklim dan
kebencanaan;
● Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans faktor

risiko, penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan,


penyehatan udara, tanah, dan kawasan, dan pengamanan limbah,
serta adaptasi perubahan iklim dan kebencanaan;

● Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan

● Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat

Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, Direktorat Penyehatan


Lingkungan, sesuai dengan oraganisasi Kementrian Kesehatan,
dikelompokkan dalam 6 program besar upaya penyehatan lingkungan,
meliputi ;
1) Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar
2) Penyehatan Udara, Tanah dan Kawasan
3) Penyehatan Pangan
4) Pengamanan Limbah dan Radiasi
5) Adapatasi Perubahan Iklim bidang Kesehatan

2. Arah Kebijakan dan Strategi


Arah kebijakan kementerian kesehatan yang terkait Penyehatan
Lingkungan adalah penguatan pelayanan kesehatan primer. Kemampuan
Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan mutu sistem informasi
kesehatan mutu perencanaan di tingkat Puskesmas dan kemampuan
teknis untuk pelaksanan deteksi dini masalah kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan pemantauan kualitas kesehatan lingkungan. Secara
teknis kebijakan kegiatan penyehatan lingkungan adalah peningkatan
keterpaduan program preventif dan promotif penyehatan lingkungan.
Strategi meningkatnya kesehatan lingkungan berdasarkan Renstra
adalah :
1. Penyusunan regulasi daerah dalam bentuk peraturan Gubernur,
Walikota/Bupati yang dapat menggerakkan sektor lain di daerah untuk
berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan
seperti peningkatan ketersediaan sanitasi dan air minum layak serta
tatanan kawasan sehat
2. Meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna sesuai dengan
kemampuan dan kondisi permasalahan kesehatan lingkungan di
masing-masing daerah
3. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam wirausaha sanitasi
4. Penguatan POKJA Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
melalui pertemuan jejaring AMPL, Pembagian peran SKPD dalam
mendukung peningkatan akses air minum dan sanitasi
5. Peningkatan peran Puskesmas dalam pencapaian desa/kelurahan
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS).
6. Meningkatkan peran daerah potensial yang melaksanakan strategi
adaptasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim

Sedangkan secara teknis strategi Penyehatan Lingkungan adalah


sebagai berikut :
1. Melaksanakan review dan memperkuat regulasi tentang baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan media lingkungan
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi bidang penyehatan
lingkungan
3. Melaksanakan intensifikasi, akselerasi dan inovasi program
penyehatan lingkungan
4. Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia di bidang penyehatan
lingkungan
5. Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan bidang penyehatan
lingkungan
6. Memperkuat manajemen logistik dan aset bidang penyehatan
lingkungan 7. Meningkatkan surveilans dan aplikasi teknologi
informasi bidang penyehatan lingkungan
7. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pendampingan teknis bidang
penyehatan lingkungan
8. Mengembangkan dan memperkuat sistem pembiayaan program
9. Meningkatkan pengembangan teknologi tepat guna, rekayasa
lingkungan dan analisis risiko kesehatan lingkungan serta analisis
dampak kesehatan lingkungan

3. Standar baku dan persyaratan Kesehatan lingkungan


Indonesia adalah negara tropis berbentuk kepulauan, merupakan
wilayah yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit. Dampak dari tingginya populasi Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit menyebabkan Indonesia menjadi endemis
penyakit tular vektor dan zoonotik, dengan penyebaran yang sangat luas,
serta menimbulkan peningkatan kasus di beberapa wilayah dan
berpotensi menimbulkan kegawatdaruratan kesehatan masyarakat.
Pengendalian vektor merupakan upaya preventif yang penting dalam
pencegahan penyakit, apabila populasi vektor dapat diturunkan maka
penularan penyakit akan dapat dihindari sedini mungkin.
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang kesehatan
lingkungan menyebutkan bahwa kualitas lingkungan yang sehat
ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan melalui
media lingkungan di Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi, dan
Tempat Fasilitas Umum.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan pengendalian
pencemaran di media lingkungan yaitu pada media air, udara, Tanah,
pangan dan sarana bangunan dan Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit. Pengendalian pencemaran media lingkungan dilakukan melalui
upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian agar memenuhi
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan. Penetapan SBMKL dan
Persyaratan Kesehatan juga merupakan amanat dari Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.

a) Media Air
1. Air Minum
a. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
Air Minum adalah air yang melalui pengolahan atau tanpa
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Air Minum digunakan untuk keperluan untuk
keperluan minum, masak, mencuci peralatan makan dan
minum, mandi, mencuci bahan baku pangan yang akan
dikonsumsi, peturasan, dan ibadah.
Standar baku mutu kesehatan lingkungan media Air Minum
dituangkan dalam parameter yang menjadi acuan Air Minum
aman. Parameter yang dimaksud meliputi parameter fisik,
parameter mikrobiologi, parameter kimia serta radioaktif. Dalam
Peraturan Menteri ini, parameter dibagi menjadi parameter
utama dan parameter khusus. Penetapan tambahan parameter
khusus menjadi tanggung jawab pemerintah daerah melalui
kajian ilmiah.
Standar baku mutu kesehatan lingkungan media Air Minum ini
sebagai acuan bagi penyelenggara Air Minum, petugas sanitasi
lingkungan di Puskesmas, dinas kesehatan provinsi, dinas
kesehatan kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan terkait.
Upaya penyehatan dilakukan melalui pengamanan dan
pengendalian kualitas Air Minum yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas Air Minum memberikan manfaat yang
signifikan bagi kesehatan masyarakat.
Sasaran untuk penetapan standar baku mutu kesehatan
lingkungan media Air
Minum diperuntukkan bagi penyelenggara dan
produsen/penyedia/penyelenggara Air Minum yang dikelola
dengan jaringan perpipaan, bukan jaringan perpipaan, dan
komunal, baik institusi maupun non institusi di Permukiman,
Tempat Kerja, Tempat Rekreasi serta Tempat dan Fasilitas
Umum. Sasaran tersebut di atas harus memeriksakan seluruh
parameter wajib. Parameter wajib tercantum dalam Tabel 1.
Selain parameter wajib juga dapat ditetapkan parameter khusus
oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kondisi geohidrologi
wilayah dan jenis kegiatan lingkungan wilayahnya berdasarkan
hasil penelitian dan pengkajian. Penelitian dan pengkajian dapat
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan pihak
lain. Selain parameter wajib juga dapat ditetapkan parameter
khusus yang termasuk namun tidak terbatas pada Tabel 2
dibawah ini oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kondisi
geohidrologi wilayah.
Kondisi geohidrologi wilayah dan jenis kegiatan lingkungan
meliputi:
1) Karakteristik wilayah kegiatan pertanian/ perkebunan/
kehutanan ;
2) Karakteristik wilayah kegiatan industri; dan
3) Karakterisitik wilayah kegiatan pertambangan minyak,
gas,panas bumi, dan sumber daya mineral.
b. Persyaratan Kesehatan
Penilaian Persyaratan Kesehatan Air Minum bertujuan untuk
menilai risiko secara langsung terhadap sarana Air Minum yang
dapat mengakibatkan kontaminasi terhadap Air Minum.
Persyaratan Kesehatan Air Minum terdiri atas: Persyaratan
Kesehatan Air Minum yang diperuntukan bagi keperluan
Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi, serta Tempat
dan Fasilitas Umum. *(mengacu pada PMK No. 2 tahun 2023).
2. Air untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi
a. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
Air untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi adalah air yang
digunakan untuk keperluan higiene perorangan dan/atau rumah
tangga. Penetapan SBMKL media Air untuk Keperluan Higiene
dan Sanitasi diperuntukkan bagi rumah tangga yang mengakses
secara mandiri atau yang memiliki sumber air sendiri untuk
keperluan sehari-hari.

Standar baku mutu lainnya seperti ; air untuk kepentingan kolam


renang, pemandian umum, SPA, dapat merujuk pada
Permenkes No. 2 tahun 2023.

b) Media Udara
Sektor kesehatan berperan dalam pencegahan dan pengendalian
pencemaran udara, tidak hanya dalam kaitannya dengan pencapaian
SDGs, melainkan juga penyehatan udara melalui pencegahan
dampak risiko penyakit berbasis udara. Koordinasi dan sinergi dengan
lintas sektor terkait terutama pada mitigasi sumber pencemaran Udara
Dalam Ruang dan ambien yang berdekatan dengan Sarana dan
Bangunan baik permukiman maupun tempat dan fasilitas umum (TFU)
dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Dengan adanya pengaruh perubahan karakteristik iklim, geografi, adat
istiadat, dan perilaku masyarakat Indonesia, maka pencemaran udara
di luar ruang (outdoor)/ambien juga dapat berpengaruh terhadap
kualitas Udara Dalam Ruang (indoor). Apalagi di Indonesia kondisi
perumahan umumnya berventilasi alami, sehingga hal tersebut dapat
menggambarkan bahwa sumber-sumber pencemar udara, baik
ambien maupun dalam ruang sama-sama dapat berpengaruh
terhadap kualitas udara. Sumber pencemaran udara dalam rumah
juga dapat berasal dari kegiatan di luar rumah seperti kebiasaan
membakar sampah di halaman rumah dan asap kendaraan bermotor.
Sedangkan sumber pencemaran udara dalam rumah terutama
berasal dari penggunaan bahan bakar fosil, bahan berbahaya dan
beracun (B3) serta perilaku merokok.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan upaya
pencegahan penurunan kualitas udara baik di udara bebas (ambien)
maupun di dalam ruang (indoor). Upaya pencegahan penurunan
kualitas dilakukan melalui upaya penyehatan pada media udara agar
memenuhi SBMKL dan Persyaratan Kesehatan.
Standar baku mutu Kesehatan lingkungan dan persyaratan Kesehatan
lingkungan Media Udara Dalam Ruang (Indoor) di Permukiman,
Tempat Rekreasi, serta Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) mengacu
pada Permenkes No. 2 Tahun 2023.

c) Media Tanah
SBMKL media Tanah terdiri atas unsur fisik, kimia, biologi dan
radioaktif alam. Unsur fisik paling sedikit meliputi suhu, kelembaban,
derajat keasaman (pH) dan porositas. Unsur kimia paling sedikit
meliputi timah hitam (Pb), arsenik (As), cadmium (Cd), tembaga (Cu),
krom (Cr), merkuri (Hg), senyawa organofosfat, karbamat dan
benzene. Unsur biologi terdiri dari jamur, bakteri patogen, parasit dan
virus serta unsur radioaktif terdiri dari radioaktivitas alam.
SBMKL diterapkan di permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta
tempat dan fasilitas umum. Lingkungan di permukiman antara lain
rumah dan perumahan, lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan
negara, kawasan militer dan panti dan rumah singgah. Lingkungan
tempat rekreasi antara lain tempat bermain anak, bioskop dan lokasi
wisata. SBMKL juga diterapkan di tempat dan fasilitas umum yang
antara lain fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, tempat ibadah,
hotel, rumah makan, sarana olahraga, stasiun dan terminal, pasar dan
pusat perbelanjaan, pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas
Negara dan tempat fasilitas umum lainnya.

d) Media Pangan
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait standar
kegiatan usaha dan produk pada penyelenggaraan perizinan
berusaha berbasis risiko sektor kesehatan, Pangan Olahan Siap Saji
dihasilkan atau diproduksi oleh Tempat Pengelolaan Pangan (TPP)

Persyaratan Kesehatan
Persyaratan Kesehatan Pangan Olahan Siap Saji adalah kriteria dan
ketentuan teknis kesehatan pada media Pangan Olahan Siap Saji
yang mengatur tentang persyaratan sanitasi yaitu standar kebersihan
dan kesehatan yang harus dipenuhi untuk menjamin sanitasi pangan
dan telah mencakup persyaratan higiene.
Persyaratan Kesehatan Pangan Olahan Siap Saji dikelompokkan
berdasarkan aspek bangunan, peralatan, penjamah pangan, pangan,
dan persyaratan spesifik sesuai jenis TPP.
Persyaratan Kesehatan masing-masing TPP disesuaikan dengan
faktor risikonya yang tertuang di dalam formulir Inspeksi Kesehatan
Lingkungan (IKL) masing-masing TPP. Formulir IKL sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait penyelenggaraan
perizinan berusaha berbasis risiko sektor kesehatan.

e) Media Sarana dan Bangunan


SMBKL media Sarana dan Bangunan meliputi parameter Debu Total
dan Asbes yang menjadi bagian dalam SBMKL di media Udara Dalam
Ruang, sementara untuk parameter Timbal (Pb) dalam sarana
bangunan dapat mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.

f) Media Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit


SBMKL untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit terdiri dari
jenis, kepadatan, dan habitat perkembangbiakan. Jenis dalam hal ini
adalah nama/genus/spesies Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
Kepadatan dalam hal ini adalah angka yang menunjukkan jumlah
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dalam satuan tertentu sesuai
dengan jenisnya, baik periode pradewasa maupun periode dewasa.
Habitat perkembangbiakan adalah tempat berkembangnya periode
pradewasa Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
Persyaratan Kesehatan
Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit adalah kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan
berkembangnya Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, paling
sedikit meliputi :
a) angka kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai
SBMKL; dan
b) habitat perkembangbiakan Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit sesuai SBMKL.
SEKARANG SAYA TAHU

Kesimpulan dari Materi Pokok Bahasan 2, antara lain:

1 ………………………………………
…….
2 ………………………………………
…….
3 ………………………………………
…….

Anda mungkin juga menyukai