Permukiman kumuh sering kali terletak di pinggiran kota atau kawasan industri,
dan biasanya dihuni oleh kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah atau
tidak memiliki akses terhadap tempat tinggal yang lebih layak. Masalah
permukiman kumuh merupakan masalah global dan menjadi fokus perhatian
pemerintah dan masyarakat internasional dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan warga di daerah-daerah yang terkena
dampaknya.
Ciri-ciri permukiman kumuh
Beberapa ciri-ciri permukiman kumuh antara lain:
1. Kepadatan penduduk yang tinggi: Permukiman kumuh ditandai dengan
kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Banyak orang tinggal dalam satu
rumah atau bahkan satu kamar, sehingga privasi dan kenyamanan hidup
sangat minim.
2. Bangunan yang tidak layak huni: Bangunan di permukiman kumuh
biasanya tidak memenuhi standar kualitas dan keselamatan yang layak
untuk dihuni. Banyak bangunan yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
tahan lama atau tidak aman, dan tidak memiliki ventilasi dan pencahayaan
yang cukup.
3. Infrastruktur yang buruk atau tidak ada: Permukiman kumuh seringkali
tidak memiliki akses yang memadai terhadap jalan raya, air bersih, listrik,
sanitasi, dan sarana umum lainnya.
4. Kondisi sanitasi yang buruk: Permukiman kumuh seringkali tidak
memiliki sistem sanitasi yang memadai, seperti toilet atau tempat
pembuangan sampah yang layak. Akibatnya, lingkungan permukiman
menjadi kotor dan berbau tidak sedap, serta berisiko terjadinya wabah
penyakit.
5. Kemiskinan dan ketimpangan sosial: Permukiman kumuh seringkali
dihuni oleh kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak
memiliki akses terhadap layanan dan peluang ekonomi. Hal ini
menyebabkan ketimpangan sosial dan ekonomi antara permukiman kumuh
dengan daerah-daerah lain di sekitarnya.
6. Potensi konflik sosial dan kriminalitas: Kepadatan penduduk dan
ketimpangan sosial dalam permukiman kumuh dapat menimbulkan potensi
konflik sosial dan kriminalitas yang tinggi.