Anda di halaman 1dari 4

1

MASALAH PERMUKIMAN KUMUH DI INDONESIA

A. Pengertian Permukiman Kumuh


Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul dalam suatu
kota. Kota-kota di Indonesia tidak terkecuali, juga menghadapi masalah pertumbuhan
permukiman kumuh dalam wilayah perkotaan. Laju pertambahan penduduk di wilayah kota,
tingginya jumlah warga miskin dan berpenghasilan rendah, serta laju urbanisasi dapat
menjadi pemicu menjamurnya permukiman kumuh (slum).
Masrun (2009) memaparkan bahwa pengertian permukiman kumuh mengacu pada
aspek lingkungan hunian atau komunitas. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu
lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas atau memburuk
(deteriorated) baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya, yang tidak
memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bagi penghuninya, bahkan dapat pula
dikatakan bahwa dapat pula dikatakan bahwa para penghuninya benar-benar dalam
lingkungan yang sangat membahayakan kehidupannya.
Pada umumnya permukiman kumuh memiliki ciri-ciri tingkat kepadatan penduduk yang
sangat tinggi, tingkat kepadatan hunian sangat tinggi, tingkat kepadatan bangunan yang
sangat tinggi, kualitas rumah sangat rendah, tidak memadainya kondisi sarana dan prasarana
dasar seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas pendidikan, ruang
terbuka/rekreasi, fasilitas pelayanan kesehatan, perbelanjaan dan sebagainya. Selain itu juga
diwarnai oleh tingkat pendapatan penghuninya yang rendah, tingkat pendidikan dan
keterampilan yang sangat rendah, tingkat privasi keluarga yang rendah serta kohesivitas
komunitas yang rendah karena beragamnya norma sosial budaya yang dianut.
Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman,
permukiman kumuh adalah permukiman tidak layak huni antara lain karena berada pada
lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan atau tata ruang, kepadatan bangunan sangat
tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan,
kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai,
membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya.
2

B. Pertumbuhan Permukiman Kumuh Perkotaan


Ada beberapa hal yang menyebabkan tumbuhnya permukiman kumuh (slum area) di
kawasan kota. Menurut Mulyawan (2010), seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah
perkotaan, maka kebutuhan penyediaan akan prasarana dan sarana permukiman akan
meningkat pula, baik melalui peningkatan maupun pembangunan baru. Selanjutnya
pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari segi perumahan
maupun lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat
disediakan baik oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah, sehingga kapasitas daya dukung
prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai menurun yang pada gilirannya
memberikan konstribusi terjadinya lingkungan permukiman kumuh. Akibat makin banyaknya
permukiman kumuh dan liar yang pada gilirannya akan menjadi berat bagi pemerintah kota
untuk menanganinya.
1. Urbanisasi dan Migrasi Penduduk
Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan (urban)
menjadi salah satu penyebab pertambahan jumlah penduduk di kota-kota besar. Beberapa
penyebab terjadinya urbanisasi antara lain:
- Ketimpangan tingkat pertumbuhan ekonomi antara desa dengan perkotaan
- Peluang dan kesempatan kerja yang lebih terbuka di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah perdesaan
- Terjadinya pola perubahan minat tentang lapangan pekerjaan dari pertanian ke
industri, utamanya bagi penduduk usia kerja di perdesaan
- Lebih majunya teknologi dan infrastruktur prasarana transportasi, sehingga
memudahkan terjadinya mobilitas penduduk baik yang permanen atau yang ulang alik
- Keberadaan fasilitas perkotaan yang lebih menjanjikan, utamanya aspek pendidikan,
kesehatan, pariwisata dan aspek sosial lainnya.
Bagi kota yang mulai padat penduduknya, pertambahan penduduk tiap tahunnya jauh
melampaui penyediaan kesempatan kerja di dalam wilayahnya sehingga menambah berat
permasalahan kota. Tekanan ekonomi bagi kaum urban memaksa mereka menempati
daerah-daerah pinggiran hingga membentuk lingkungan permukiman kumuh.
3

2. Faktor Lahan di Perkotaan


Pertumbuhan dan perkembangan kota yang sangat pesat telah menyebabkan
berbagai persoalan serius diantaranya adalah permasalahan perumahan. Permasalahan
perumahan sering disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penyediaan unit hunian bagi
kaum mampu dan kaum tidak mampu di perkotaan. Di samping itu sebagian kaum tidak
mampu tidak menguasai sumber daya kunci untuk menopang kehidupannya, sehingga
kaum tidak mampu ini hanya mampu tinggal di unit-unit hunian sub-standar di
permukiman yang tidak layak.
3. Faktor Prasarana dan Sarana Dasar
Secara umum karakteristik permukiman kumuh diwarnai juga oleh tidak
memadainya kondisi sarana dan prasarana dasar seperti halnya suplai air bersih, jalan,
drainase, jaringan sanitasi, listrik, sekolah, pusat pelayanan kesehatan, ruang terbuka,
pasar dan sebaginya. Bahkan hampir sebagian besar rumah tangga di lingkungan
permukiman kumuh ini mampunyai akses yang sangat terbatas terhadap pelayanan sarana
dan prasarana dasar tersebut.
4. Faktor Sosial Ekonomi
Permasalahan sosial ekonomi merupakan salah satu pendorong meningkatnya arus
urbanisasi dari desa ke kota, dari daerah pinggiran ke pusat kegiatan ekonomi sehingga
menumbuhkan lingkungan permukiman kumuh baru. Ketidakmampuan ekonomi bagi
masyarakat berpenghasilan rendah juga menjadi faktor penyebab munculnya permukiman
kumuh di daerah perkotaan maupun di daerah pesisir. Keterbatasan penghasilan akibat
dari semakin sulintya mencari pekerjaan didaerah perkotaan membuat masyarakat yang
berada di garis kemiskinan semakin kesulitan untuk menyediakan perumahan yang layak
huni bagi mereka sendiri.
5. Faktor Sosial Budaya
Permukiman kumuh juga sering ditandai oleh tingkat pendidikan dan keterampilan
yang sangat rendah. Pada umumnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah ini
sangat erat dengan rendahnya tingkat pedapatan penduduk sehingga mambatasi akses
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia.
4

C. Kesimpulan
Rendahnya kemampuan pelayanan sarana dan prasarana dasar dalam penanganan
permukiman kumuh pada umumnya disebabkan kemampuan pemerintah yang sangat
terbatas dalam pengadaan serta pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan permukiman,
kemampuan dan kapasitas serta kesadaran masyarakat juga terbatas pula. Bahkan juga
disebabkan pula oleh terbatasnya peran berbagai lembaga maupun individu atau pihak di
luar pemerintah, baik secara profesional atau sukarela dalam peningkatan permasalahan
sarana dan prasarana dasar.
Pemerintah harus menjadi motor dalam menentukan kebijakan untuk menangani
permukiman kumuh tersebut. Walaupun masyarakat tetap harus dilibatkan dalam setiap
kegiatan penanganan permukiman, tetapi keterlibatan masyarakat hanya pada tataran
aplikasi di lapangan. Oleh karena itu masyarakat perlu diberikan pelatihan sehingga mampu
memberikan konstribusi yang besar dalam proses pelaksanaan di lapangan.
Untuk mendukung proses pemulihan permukiman kumuh tersebut, maka diperlukan akses
bantuan kepada masyarakat sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan
baik karena didukung dana yang cukup.

D. Daftar Pustaka
Masrun, Laode. 2009. Faktor Penyebab Tumbuhnya Permukiman Kumuh Di Pusat Kota Dan
Kawasan Pesisir Pantai. Melalui [http://odexyundo.blogspot.com/2009/08/faktor-
penyebab-tumbuhnya-permukiman.html]. Diakses pada 20 September 2010.
Masrun, Laode. 2009. Permukiman Kumuh. Melalui [http://odexyundo.blogspot.com/2009 /
08/permukiman-kumuh.html]. Diakses pada 20 September 2010.
Mulyawan, Iwan. 2010. Penataan Permukiman Kumuh Berbasis Kerakyatan (Sebuah Solusi
Atasi Kekumuhan Wilayah). Melalui [http://moeljawan.blogspot.com/2010/03/
penataan-wilayah-permukiman-kumuh.html]. Diakses pada 20 September 2010.

Anda mungkin juga menyukai