Anda di halaman 1dari 5

DELENIASI KAWASAN KUMUH KABUPATEN KEPAHIANG

1.1. LATAR BELAKANG

P
erwujudan permukiman perkotaan menjadi layak huni dimulai urbanisasi yang dipandang sebagai suatu fenomena perubahan
dengan penanganan permukiman kumuh perkotaan yang karakteristik kawasan perkotaan. Hal ini, ditandai dengan semakin
komprehensif dan kolaboratif. Berbagai aspek permukiman bertambahnya penduduk kota yang dikarenakan oleh tiga hal yaitu:
sangat diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas 1. Pertambahan penduduk alami di kota,
yang terintegrasi dengan pengembangan mulai dari skala kota, skala 2. Perpindahan penduduk dari desa ke kota.
kawasan dan skala lingkungan atau komunitas. 3. Perubahan ciri dari desa menjadi kota, sehingga memicu
Penanganan permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya terciptanya lingkungan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.
bersama kesetaraan pelaku pembangunan untuk mencapai Dalam hal ini, kota lebih dipahami tidak hanya sebatas batas-batas
pertumbuhan ekonomi kota yang berkesinambungan. Timbulnya administratif kota otonom, tetapi juga meliputi kawasan yang
masalah permukiman kumuh perkotaan disebabkan oleh terjadinya bercirikan perkotaan.

PENDAHULUAN I-1
DELENIASI KAWASAN KUMUH KABUPATEN KEPAHIANG

Disisi lain lingkungan permukiman kumuh dapat terjadi karena belum serta pembangunan infrastruktur skala kota dalam rangka
terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan yang pada meningkatkan taraf hidup masyarakat perkotaan secara umum,
akhirnya menjadikan suatu permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. namun juga memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan
Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan kumuh;
permukiman, seperti tidak meratanya penyediaan infrastruktur d. Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan permukiman yang menjadi tugas dan wewenang pemerintah daerah (Undang-
yang layak dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada Undang Nomor 1 Tahun 2011) belum diimbangi dengan
terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan
yang ditimbulkan dari munculnya kawasan permukiman kumuh seperti pembiayaan;
lingkungan yang tidak sehat, pemanfaatan lahan ilegal dan lain e. Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam
sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal kawasan itu menentukan kebijakan penanganan terutama penentuan lokasi
sendiri namun juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan dan bentuk penanganan yang akan dilakukan pada tahap
infrastruktur perkotaan secara umum. selanjutnya;
Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh khususnya dalam f. Terdapat permasalahan sosial/Adat istiadat/pola pikir masyarakat
konteks perkotaan hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi dan pemerintah daerah;
sebagai berikut: g. Terdapat permasalahan legalitas tanah yang tidak sesuai dengan
a. Tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman Rencana Tata Ruang dan kepemilikan yang sah atas tanah;
dan infrastruktur permukiman perkotaan belum didasarkan pada h. Terdapat permukiman kumuh perkotaan yang ada pada lahan
kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, tepat, ilegal (sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan rel KA,
berskala kabupaten/kota dan berbasis kawasan; tanah Pelindo, tanah militer/TNI);
b. Belum terdapatnya strategi penanganan dan pentahapan baik i. Peran Pokja PKP yang belum optimal sebagai penggerak
dalam tahapan kegiatan maupun kawasan penanganan pada kolaborasi, sinkronisasi dan harmonisasi penanganan kumuh;
program penanganan permukiman kumuh skala kota sehingga j. Terdapat Desain Kawasan dan DED yang tidak menggambarkan
penanganan kumuh bersifat parsial; kondisi yang sebenarnya; dan
c. Kebijakan untuk meningkatkan pembangunan kota tidak hanya k. Proses kemitraan/keterpaduan yang masih sulit dilakukan karena
berfokus pada upaya peningkatan pertumbuhan perekonomian pembagian kewenangan yang masih sebatas sektoral.

PENDAHULUAN I-2
DELENIASI KAWASAN KUMUH KABUPATEN KEPAHIANG

Penanganan kumuh sudah diamanatkan dalam berbagai dokumen Merefleksi kembali kepada Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang
kebijakan, bahkan menjadi salah satu target SDGs dan pemerintah Perumahan dan Kawasan Permukiman juga mengamanatkan tentang
menetapkan target nasional dalam RPJMN 2020-2024. Amanat tersebut perlunya pencegahan dan peningkatan kualitaspermukiman dengan
diterjemahkan dalam Rencana Strategis Kementerian PUPR tahun 2020- mengikuti berkembangnya isu strategis saat ini, diantaranya;
2024 yaitu: 1. Sustainable Development Goal’s (SDGs) pada tujuan 11 sustainable
1. Pemenuhan akses 90% air minum layak cities and communities beserta dengan target dan indikatornya,
2. Pemenuhan akses 80% sanitasi dan persampahan layak terlihat bahwa terdapat keterkaitan dengan semangat inklusifitas
3. Penanganan 10.000 Ha kawasan permukiman kumuh kota. Keterkaitan inilah yang mendorong berkembangnya
visi/common vision kota-kota dan permukiman yang berkelanjutan
Bersambut dengan amanat tersebut diharapkan pemerintah di masa mendatang.
kabupaten/kota juga dapat memilih dan menetapkan lokasi, menyusun 2. New Urban Agenda (NUA) yang merupakan komitmen global
perencanaan, menentukan metode pelaksanaan, dll yang sesuai sesuai dengan kesepakatan untuk mewujudkan pembangunan
dengan kebutuhan daerah. Peran pemerintah kabupaten/kota adalah perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urbanization). NUA
sebagai tanggapan positif dari isu terhadap penyelenggaraan berupaya untuk mendorong aksi-aksi di tingkat lokal dalam
pemerintahan yang sering dipandang memberikan citra negatif dalam menghadapi tantangan pembangunan, khususnya tantangan
hal ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam yang muncul seiring dengan semakin meningkatnya urbanisasi.
pengaturan pelayanan kehidupan dan penghidupan warganya. Komitmen global ini dapat dijadikan sebagai panduan bagi para
Termasuk di dalamnya, adalah melakukan keterpaduan infrastruktur pemangku kepentingan dan aktor-aktor pembangunan perkotaan
permukiman yang memiliki tujuan untuk dapat mewujudkan di tingkat nasional dan lokal. Dengan demikian, selanjutnya dapat
pembangunan infrastruktur permukiman yang terpadu, efisien dan diterjemahkan dalam rencana pembangunan masing-masing
efektif. Pembangunan infrastruktur permukiman ini diharapkan akan daerah.
memperkuat status berketahanan terhadap ekologi (perubahan iklim
Implikasi dari kedua isu di atas adalah menempatkan muatan
dan bencana), sosial dan ekonomi, serta menjadi pengikat perumahan
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sebagai
dan kawasan permukiman menjadi satu kesatuan sistem sesuai
hierarkinya. suatu visi/common vision dalam penanganan masalah kekumuhan

secara berkelanjutan. Pencegahan dilakukan secara berkelanjutan

PENDAHULUAN I-3
DELENIASI KAWASAN KUMUH KABUPATEN KEPAHIANG

dengan membangun tata kelola pengawasan dan pengendalian serta 1. Deliniasi Kawasan Kumuh

pemberdayaan masyarakat melalui perizinan; standar teknis; dan Dalam penentuan deliniasi kawasan kumuh ditentukan berdasarkan

kelaikan fungsi yang lebih advokatif (advocacy). Peningkatan kualitas Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria
yang digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada
terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dilakukan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh
dengan menyiapkan perkuatan agenda-agenda ke depan bagi
dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:
pemerintah Kabupaten/Kota dalam perencanaan penanganan
a. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh (strengthening).
1) Ketidakteraturan bangunan.
2) Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN dengan ketentuan rencana tata ruang.
Maksud pelaksanaan kegiatan deliniasi kawasan permukiman kumuh 3) Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan
Kabupaten Kepahiang untuk melengkapi dan memutakhirkan data gedung semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya

teknis tentang kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Kepahiang. sudah tercantum dalam IMB atau persetujuan sementara
mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian
Adapun tujuan dari kegiatan penyusunan kegiatan deliniasi kawasan
ketidaksesuaian persyaratan teknis bangunan gedung dapat
permukiman kumuh Kabupaten Kepahiang dapat dijadikan acuan
merujuk pada kedua dokumen perizinan tersebut.
untuk pembangunan kawasan permukiman kumuh, selain itu juga
dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan indikasi pembangunan b. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan

kawasan permukiman kumuh. 1) Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan
perumahan atau permukiman

1.3. RUANG LINGKUP 2) Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk


c. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum
Ruang lingkup wilayah Pekerjaan penyusunan deliniasi kawasan
1) Ketidaktersediaan akses aman air minum
permukiman kumuh Kabupaten Kepahiang adalah satu Kabupaten
2) Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai
Kepahiang yang terdiri dari 7 kecamatan.
standar yang berlaku
Ruang lingkup materi deliniasi kawasan kumuh adalah:
d. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan

PENDAHULUAN I-4
DELENIASI KAWASAN KUMUH KABUPATEN KEPAHIANG

1) Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpahan air 1.4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
hujan sehingga menimbulkan genangan Laporan deliniasi kawasan kumuh Kabupaten Kepahiang terdiri dari
2) Ketidaktersediaan drainase beberapa bab, yaitu sebagai berikut:
3) Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk BAB I PENDAHULUAN
e. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah Bab ini menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, serta
1) Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar ruang lingkup pekerjaan deliniasi kawasan kumuh.
teknis yang berlaku
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN PENANGANAN KUMUH
2) Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi
Pada bab ini menjelaskan kebijakan yang menjadi acuan
persyaratan teknis
dalam penyusunan deliniasi kawasan kabupaten kepahiang.
f. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan
1) Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan BAB III DELINIASI KAWASAN KUMUH KABUPATEN KEPAHIANG

persyaratan teknis Bab ini memaparkan deliniasi kawasan kumuh yang telah

2) Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teridentifikasi berdasarkan hasil survey. Terdapat 7 kawasan

teknis kumuh yang telah teridentifikasi.

g. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran BAB IV PROFIL KAWASAN KUMUH
1) Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran Setelah identifikasi deliniasi kawasan kumuh, disusun profil
2) Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran kawasan kumuh berdasarkan indikator penanganan kumuh
yaitu ketaraturan bangunan, kondisi jalan, kondisi jaringan
2. Profil dan klasifikasi Permukiman Kumuh
drainase, kondisi air limbah, persampahan dan proteksi
Profil permukiman kumuh menjelaskan tipologi kawasan kumuh,
kebakaran.
karakteritsik kawasan kumuh, potensi dan permasalahan kumuh.
BAB V KLASIFIKASI DAN PRIORITAS PENANGANAN
Berdasarkan profil permukiman kumuh dilakukan perhitungan numerik
Data-data yang diperoleh dari hasil survey di masukkan ke
Kumuh untuk mengetahui tingkat kekumuhan pada masing-masing
dalam aplikasi perhitungan kumuh, sehingga diperoleh
kawasan. Tingkat kekumuhan terbagi 3 yaitu:
1. Kumuh Ringan katagori kumuh (ringan, sedang dan berat). Selanjutnya
berdasarkan hasil analisa diperoleh prioritas penanganan
2. Kumuh Sedang
kumuh.
3. Kumuh Berat

PENDAHULUAN I-5

Anda mungkin juga menyukai