Anda di halaman 1dari 113

BAB 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan penduduk kota-kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan


penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan
yang serius. Diantaranya, timbulnya permukiman kumuh. Seiring dengan pertumbuhan
penduduk di daerah perkotaan, kebutuhan akan perumahan, penyediaan prasarana dan
sarana permukiman akan meningkat pula, baik melalui peningkatan maupun pembangunan
baru.

Kekurang siapan kota dengan sistem perencanaan dan pengelolaan kota yang tepat, dalam
mengantisipasi pertambahan penduduk dengan berbagai motif dan keragaman nampaknya
menjadi penyebab utama yang memicu timbulnya permasalahan permukiman. Pemenuhan
akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari segi perumahan maupun
lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat
disediakan oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah. Sehingga, daya dukung prasarana
dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai menurun dan pada akhirnya akan
memberikan kontribusi terjadinya permukiman kumuh

Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali menjadi salah satu isu utama yang
cukup kompleks, baik dari sisi fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan
prasarananya. Determinan Faktor dalam konteks penanganan kawasan permukiman
kumuh sangat signifikan dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Dalam prosesnya kemudian berdampak pada kondisi kawasan perkotaan secara umumdan
di identifikasi akan memerlukan penanganan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.
Secara khusus dampak perkembangan permukiman kumuh perkotaan berimplikasi
terhadap paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan
pelayanan kehidupan dan penghidupan warganya. Pada sisi yang lain khususnya terkait
dengan tatanan sosial budaya masyarakat, dan komunitas yang bermukim pada lingkungan
permukiman kumuh, mengindikasikan bahwa secara ekonomi termasuk kategori
masyarakat ekonomi lemah dan berpenghasilan rendah, yang merekondisi penyebab
terjadinya degradasi tatanan kehidupan masyarakat, baik pada tingkat struktur sosial,
sistem sosial, dinamika sosial, pola kultural, konflik sosial dan fenomena urban crime.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 1
BAB 1

Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU


No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu,
penanganan permukiman kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019,
dimana target besarnya adalah terciptanya kota bebas kumuh di tahun 2019. Proses
penanganan kumuh telah dimulai tahun 2015 dan target nol persen harus dicapai pada
2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 3 (tiga) tahun dengan ragam persoalan
yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal dalam mengejar target kota bebas
kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian Pekerjaam Umum melalui
Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan
kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan
kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Kabupaten Bantaeng adalah salah satu kabupaten di Indonesia yang juga mengalami
permasalahan permukiman kumuh akibat rendahnya tingkat perekonomian, budaya
masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan permukiman serta terbatasnya
ketersediaan lahan untuk permukiman. Adapun beberapa isu strategi permukiman kumuh di
Kabupaten Bantaeng adalah sebagian besar sarana infrastruktur pada sector limbah belum
terkelolah dengan baik, hanya 69 % jumlah KK yang memiliki jamban sehat, limbah rumah
tangga (grey water) yang dihasilkan sebagian besar yaitu 65 % rumah tangga tidak
memiliki akses saluran septic tank, dimana masyarakat urban yang tinggal disepanjang
bantaran sungai lebih banyak membuang limbah cair rumah tangga mereka ke sungai. Hal
ini dipicu oleh adanya permasalahan ekonomi maupun tidak tersedianya lahan, jika
permukiman kumuh ini tidak segera dikendalikan maka akan memberikan dampak
menjamurnya kantong-kantong permukiman kumuh yang tidak teratur dan tidak terkendali,
peningkatan frekuensi bencana kebakaran dan banjir, peningkatan potensi kerawanan dan
konflik social, penurunan tingkat kesehatan masyarakat dan penurunan kualitas pelayanan
prasarana dan sarana permukiman.

Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng sesuai dengan SK. Bupati
tahun 2014, ditetapkan berlokasi di 3 (tiga) wilayah Kecamatan, antara lain Kecamatan
Bantaeng, Pajukukang dan Bisappu dengan total luasan 39.36 Ha. Kawasan kumuh
perkotaan Kabupaten Bantaeng meliputi; Kelurahan Pallantikang, Tappanjeng, Lamalaka,
Letta, Bontosunggu, Bontorita, dan Desa Rappoa.

Melalui dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng yang kemudian dapat digunakan untuk
mengatasi permasalah kumuh yang ada hingga mecapai target 0% kumuh tahun 2019.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 2
BAB 1

B. Tujuan Dan Sasaran

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas


Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng, adalah sebagai
berikut :

• Melakukan identifikasi potensi dan akar permasalahan kawasan permukiman dalam


penyajian suatu profil kawasan yang mengacu kepada hasil penetapan SK
Kabupaten Bantaeng terkait kawasan permukiman kumuh.
• Melakukan pendampingan terhadap penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan
dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan melalui keterpaduan
program semua sektor ke-Cipta Karya-an yang di wadahi dalam Pokja PKP, sebagai
acuan pelaksanaan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku
(stakeholders) yang bersifat menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery
system).
• Menyusun strategi penanganan kumuh secara spasial dan tipologi kawasan, indikasi
program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku,
dan nota kesepakatan bersama bagi seluruh pelaku dalam pengendalian
pembangunan bersama selama jangka waktu berjalan.
• Menyusun Rencana Kegiatan Aksi Komunitas (community action plan) sebagai
bentuk perkuatan kapasitas Pemerintah Kabupaten Bantaeng dengan kelompok
masyarakat (komunitas masyarakat BKM/KSM) untuk dapat lebih aktif terlibat dalam
menangani permukiman kumuh di lingkungannya.
• Menyusun Dokumen Rencana Aksi (Action Plan) , berupa Rencana Aksi
Penanganan Kawasan Kumuh dan DED kegiatan tahun pertama, Peta Perencanaan
skala 1:1000 dan 1:5000, Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3 dimensi Dokumen
Perencanaan.
• Tersedianya model penanganan (pilot projek) kawasan permukiman prioritas untuk
kemudian dimatangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi
Selatan yang menjadi satu kesatuan sistem perencanaan yang memiliki keterkaitan
dengan SPPIP/RP2KP, RTRW, dan RP3KP Kabupaten Bantaeng.
• Merumuskan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng sebagai bagian dari upaya penataan
fungsi dan fisik kawasan permukiman, bersama masyarakat dan semua stakeholder,
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal kawasan permukiman perkotaan
Kabupaten Bantaeng dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya.
• Merumuskan program investasi pembangunan kawasan permukiman
kumuhberdasarkan skala kota dan skala kelurahan sebagai acuan implementasi dari
skenario pengembangan kawasan permukiman Kabupaten Bantaeng.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 3
BAB 1

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan adalah sebagai
berikut:

• Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan Kabupaten Bantaeng


dalam penyusunan RP2KP-KP sebagai dokumen acuan dalam pembangunan
kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Bantaeng.
• Terwujudnya interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam proses Rencana Kawasan
Permukiman kumuh melalui community participatory approach (CPA) dan community
action plan (CAP).
• Terindentifikasinya kawasan permukiman kumuh dan program strategis pada
kawasan permukiman kumuh.
• Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan yang bersifat
operasional pada kawasan permukiman kumuh yang dapat diacu oleh seluruh
pemangku kepentingan di Kabupaten Bantaeng.
• Tersusunnya rencana detail desain pembangunan kawasan permukiman kumuh
untuk penanganan tahun 2017.
• Merumuskan penanganan kawasan permukiman kumuh beserta besaran investasi
yang akan digunakan dan dimanfaatkan.
• Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan kawasan permukiman kumuh melalui
penyiapan infrastruktur kawasan yang lebih memadai kualitasnya sesuai strategi
penanganan yang akan dilakukan berdasarkan periode waktu yang ditetapkan.

2. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Rencana Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng,
adalah sebagai berikut :

a. Tersedianya Dokumen Perencanaan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan sebagai


acuan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders),
pelaksanaan penyelenggaraan penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan
yang menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).
b. Tersedianya strategi penanganan kumuh secara spatial dan tipologi kawasan, indikasi
program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku, dan
nota kesepakatan bersama bagi seluruh pelaku dalam pengendalian pembangunan
bersama.
c. Tersedianya Rencana Kegiatan Aksi Komunitas (community action plan) sebagai bentuk
perkuatan kapasitas Pemerintah Kabupaten Bantaeng dan kelompok masyarakat
(komunitas masyarakat/BKM/KSM) untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani
permukiman kumuh di lingkungannya.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 4
BAB 1

d. Tersedianya Dokumen Rencana Aksi (Action Plan) dengan kelengkapan Peta


Perencanaan skala 1:1000 dan 1:5000, Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3 dimensi
Dokumen Perencanaan, serta DED rencana penanganan kumuh kegiatan tahun
pertama (1:200, 1:100, 1:50) untuk pelaksanaan tahun 2017.
e. Tersusunnya Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng sebagai bagian dari upaya peningkatan
fungsi dan peningkatan vitalitas kawasan permukiman, yang dilakukan bersama
masyarakat dan semua stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat
dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya.
f. Tersusunnya program investasi pembangunan sesuai hasil dokumen RP2KP-KP yang
telah disetujui semua pihak yang terkait dan sebagai bagian upaya peningkatan kualitas
ruang dengan menyertakan masyarakat sebagai bagian integral dari upaya
pembangunan kawasan permukiman.
g. Menata kawasan permukiman kumuh untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak
dini;
h. Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan pada kawasan
permukiman kumuh berbasis kawasan yang dapat diacu oleh seluruh pemangku
kepentingan di Kabupaten Bantaeng;
i. Tersedianya rencana aksi program penanganan yang bersifat strategis dan berdampak
pada penyelesaian pembangunan yang lebih luas, dan
j. Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mengoptimalkan
investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan yang dapat
mendukung dan mempercepat penanganan persoalan pembangunan kawasan
permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Bantaeng.

C. Ruang Lingkup Kegiatan

1. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas


Permukiman Kumuh Perkotaaan(RP2KP-KP) Kota Bantaeng dapat dilihat pada
penjelasan Tabel di bawah ini :

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 5
BAB 1

Tabel 1.1. Lingkup Kegiatan RP2KP-KP Kota Bantaeng

No Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan


1 2 3
I Persiapan
1 Tahap persiapan merupakan rangkaian a. Penyiapan rencana kerja dan
kegiatan persiapan pelaksanaan kegiatan, metodologi pelaksanaan kegiatan.
termasuk didalamnya menghadiri sosialisasi b. Penyiapan peta dasar.
tingkat pusat, melakukan koordinasi tim c. Penyiapan data dan informasi yang
untuk pelaksanaan kegiatan, penyepakatan diperlukan.
rencana kerja dan metodologi pelaksanaan d. Penyiapan desain pengumpulan data
kegiatan, penyiapan peta dasar, dan informasi.
pengumpulan data dan informasi. Persiapan e. Kesepahaman tahapan dan prosedur
ini juga didukung dengan mengikuti penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng
konsolidasi tingkat provinsi
II Survei dan Identifikasi
1 Identifikasi dilakukan dalam rangka untuk a. Sebaran kawasan permukiman kumuh
memahami kondisi permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng
perkotaan Kota Bantaeng berikut sebaran b. Kondisi permukiman kumuh terhadap
lokasi, konstelasinya terhadap ruang kota, ruang kota.
mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh c. Tipologi kawasan permukiman kumuh
perkotaan, isu-isu strategis, serta potensi perkotaan Kota Bantaeng
dan permasalahan yang terkait dengan d. Isu-isu strategis permukiman kumuh
karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik perkotaan Kota Bantaeng
dan kelembagaan e. Potensi dan permasalahan kawasan
permukiman kumuh perkotaan Kota
Bantaeng (karakteristik sosial,
ekonomi, budaya, fisik dan
kelembagaan)
2 Melakukan verifikasi lokasi permukiman a. Deliniasi kawasan
kumuh perkotaan sesuai SK Penetapan b. Luasan
Kawasan Kumuh Perkotaan yang ditetapkan c. Data cakupan pelayanan
oleh Bupati Bantaeng, deliniasi kawasan d. Kriteria dan indikator dalam penetapan
dan cakupan pelayanan infrastruktur pada kawasan kumuh perkotaan Kota
lokasi permukiman kumuh perkotaan Bantaeng
Kabupaten Bantaeng
3 Melibatkan partisipasi aktif Badan a. Peta permukiman skala lingkungan
Keswadayaan Masyarakat/Kelompok b. Potensi pelibatan aktif partisifasi
Swadaya Masyarakat dalam melakukan masyarakat
survey/pemetaan swadaya di kawasan
permukiman kumuh perkotaan Kabupaten
Bantaeng
III Kajian dan Perumusan I
1 Melakukan overview terhadap dokumen- a. Overview permukiman kumuh kawasan
dokumen perencanaan dan perkotaan Kota Bantaeng
pengaturan/studi yang terkait seperti b. Overview kebijakan dan strategi
Rencana Tata Ruang, SPPIP, SSK. pembangunan pada kawasan
Perencanaan Teknis Sektoral dalam lingkup permukiman kumuh perkotaan serta
kegiatan ke-Cipta Karya-an, kebijakan sinkronisasi antara kebijakan dan
daerah dalam penanganan kumuh serta SK strategi pembangunan Kabupaten
Bupati Bantaeng tentang Kawasan Kumuh Bantaeng terkait dengan penyusunan
Perkotaan RP2KP-KP
c. Overview spatial plan terkait penetapan
kawasan perkotaan dan peruntukan
permukiman

d. Pelaksanaan perencanaan partisipatif


berupa rembuk masyarakat untuk
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 6
BAB 1

No Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan


mengidentifikasi permasalahan dan
pemetaan kondisi permukiman.
Capaian kegiatan meliputi;
permasalahan dan peta kondisi
permukiman serta identifikasi peluang
dan cara penanganan permasalahan
2 Merumuskan konsep dan strategi a. Konsep dan strategi penanganan dan
penanganan merupakan rencana konsep pembangunan kawasan
konseptual penataan kawasan permukiman permukiman kumuh perkotaan.
kumuh yang memuat tujuan penanganan b. Menyusun formulasi dan skenario
kawasan permukiman kumuh perkotaan penanganan kumuh perkotaan
(output dan outcome), tahapan penanganan berdasarkan tingkat prioritas dan
kawasan secara spasial, langkah-langkah kerangka waktunya (time frame) yang
strategis yang dilakukan beserta bentuk sinkron dengan dokumen RPLP.
program-program penanganan kawasan
yang akan dilakukan
3 Menyusun rencana kegiatan sebagai Rencana kegiatan tahunan penanganan
turunan dari konsep, strategi dan program- kawasan permukiman kumuh perkotaan
program penanganan rinci hingga tercapaianya kondisi
permukiman tanpa kumuh di tahun 2019
4 Melakukan analisis yang melibatkan a. Identifikasi permasalahan dan
partisipasi aktif kelompok swadaya pemetaan permukiman kumuh
masyarakat dalam merumuskan metode perkotaan oleh masyarakat
penanganan kawasan permukiman kumuh b. Pembentukan kelembagaan
perkotaan yang paling tepat dan masyarakat dalam mendukung proses
implementatif sesuai dengan kebutuhan pembangunan secara partisipatif dalam
sektor keterpaduan pelaksanaan program, tahapan perencanaan, pelaksanaan
serta dampak yang ditimbulkan dari hingga keberlanjutan peningkatan
dilaksanakannya /indikasi implementasi kualitas lingkungan dan kualitas
program penanganan kumuh perkotaan masyarakatnya
IV FGD (Fokus Group Discusion) dan Perumusan II
1 Melakukan penyusunan momerandum a. Draft momerandumprogram ke Cipta
program sektor Cipta Karya yang Karya-an dalam penanganan kumuh
merupakan perencanaan investasi lima perkotaan
tahun regular ke Cipta Karya-an yang terkait b. Sinkronisasi kesepakatan program
dengan penanganan permukiman kumuh penanganan kumuh perkotaan dengan
perkotaan untuk mencapai target 0% di RPI2JM Cipta Karya
2019
2 FGD diadakan untuk memberikan a. Meningkatkan kapasitas dan perkuatan
pemahaman yang berkaitan dengan BKM/KSM dan Tim Teknis Pemerintah
kebijakan, penetapan kawasan prioritas Kabuapten Bantaeng berkaitan dengan
kumuh, kesadaran terhadap lingkungan kegiatan perencanaan kawasan
kumuh, dukungan infrastruktur ke-Cipta permukiman kumuh perkotaan
Karya-an, strategi dan pola penanganan b. Kesepakatan lintas pemangku
permukiman kumuh, penyusunan kertas kepentingan terhadap strategi dan
kerja kelompok swadaya masyarakat, dan indikasi program/kegiatan penanganan
metode dokumentasi kegiatan kumuh di kawasan-kawasan prioritas
dalam bentuk draft dokumen
momerandum program
3 Merumuskan draft dokumen perencanaan Draft dokumen perencanaan oleh
bersama masyarakat masyarakat

V Kolokium
1 Kolokium merupakan kegiatan monitoring a. Tahapan konsultasi dan sinergitas
dan pengendalian yang dilakukan oleh kebijakan lintas sektor/lintas level
Satker pengembangan kawasan pemerintahan dalam penanganan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 7
BAB 1

No Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan


permukiman dan penataan bangunan dan kumuh perkotaan
peneyelenggara di tingkat pusat terhadap
proses penyusunan RP2KP-KP Kota
Bantaeng
2 Penajaman hasil kolokium a. Konsultasi publik untuk menajamkan
dan memperoleh kesepakatan bersama
mengenai poin-poin penting hasil
proses penyusunan RP2KP-KP Kota
Bantaeng untuk disusun dalam
dokumen-dokumen sistematis sebagai
hasil akhir
b. Publikasi kepada masyarakat terhadap
kebijakan dan strategi pemerintah Kota
Bantaeng dalam penanganan kumuh
VI Penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng dan Desain Teknis
1 Tahap penyusunan dokumen RP2KP-KP a. Skenario pembangunan dan
dan desain teknis pengembangan kawasan permukiman
dalam upaya mengurangi luasan
kumuh di Kota Bantaeng
b. Strategi dan momerandum program
keterpaduan sektor ke-Cipta Karya-an
dalam penanganan kawasan
permukiman kumuh perkotaan Kota
Bantaeng
c. Kesinambungan antara rencana
pemerintah dan rencana aksi
komunitas (CAP) dalam penanganan
kawasan permukiman kumuh
perkotaan
d. Indikasi program investasi dalam
pembiayaan lintas pemangku
kepentingan dalam pencapaian kumuh
0% hingga 2019.

e. Tata Cara pengendalian tahapan


pelaksanaan dan pembiayaan tiap
tahun
f. Peta Perencanaan Penanganan
Kawasan Permukiman Kumuh skala
1:5000 dan 1:1000 untuk jangka waktu
tahun 2015-2019
2 Tahap menyusun rencana aksi Rencana aksi oleh masyarakat dalam
masyarakat/Community Action Plan (CAP) penanganan masalah pembangunan pada
kawasan permukiman kumuh, antara lain :
jenis/komponen, volume, lokasi dan pelaku
3 Tahap menyusun Detail Engineering Desain a. Penyusunan peta rinci kawasan/site
(DED) plan
b. Rencana rinci pola penanganan
kawasan permukiman kumuh
perkotaan (pemugaran /peremajaan
/permukiman kembali) Kota Bantaeng
beserta strategi keterpaduan sektor ke-
Cipta Karya-an
c. Daftar rencana komponen pemenuhan
kebutuhan infrastruktur

d. Tata cara pengendalian tahapan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 8
BAB 1

No Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan


pelaksanaan dan pembiayaan tiap
tahun
e. Peta perencanaan penanganan
kawasan permukiman kumuh skala
1:5.000 dan 1:1.000 untuk jangka
waktu tahun 2015-2019
f. Penyusunan detail desain teknis dalam
tahapan prioritas penanganan untuk
komponen infrastruktur yang
dibutuhkan (skala 1:100 ; 1:50) dan
draft dokumen RKS
VII Penyusunan Laporan
1 Penyusunan Laporan Pendahuluan, Antara, a. Melakukan diskusi pembahasan dalam
Draft Laporan Akhir dan Laporan Akhir tahapan kegiatan penyusunan Laporan
Pendahuluan, Laporan Antara, Draft
Laporan Akhir dan Laporan Akhir
dengan melibatkan berbagai instansi
terkait.
b. Masing-masing tahapan dalam
penyusunan laporan merupakan
gambaran hasil rumusan dan analisis
data/informasi yang diperoleh dari
pelaksanan survei, FGD, dan masukan
serta saran dalam pembahasan laporan
bersama Tim Teknis dan pihak terkait
lainnya.
c. Merumuskan kesimpulan sebagai
landasan dari finalisasi Dokumen Profil
Perencanaan Kawasan Kumuh
Perkotaan dan DED kawasan
permukiman kumuh
d. Menyusun dokumen perencanaan siap
lelang dan DED masing-masing
komponen infrastruktur yang akan
dilaksanakan di tahun 2016.

2. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah perencanaan dalam penyusunan dokumen RP2KP-KP adalah


wilayah administratif Kota Bantaeng, yang terdiri dari 2 kecamatan. Ruang lingkup
wilayah Kota Bantaeng ini dipersempit wilayahnya mengacu kepada kategori wilayah
kumuh berdasarkan SK Kumuh Bupati tahun 2014 dan dokumen perencanaan RPJMD
Kabupaten Bantaeng dengan masa perencanaan tahun 2015 sampai dengan tahun
2019.

Wilayah yang termasuk dalam kategori wilayah kumuh pada kota Bantaeng terdapat
pada 2 kecamatan yaitu kecamatan Bantaeng, dan kecamatan Bisappu dengan total 8
kelurahan.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 9
BAB 1

D. Kedudukan RP2KP-KP Kota Bantaeng Dalam Dokumen Perencanaan


Pembangunan

Penyelenggaraan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman


KumuhPerkotaan (RP2KPKP) tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan
dan pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang
(UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap
kabupaten/kota diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang
kemudian diterjemahkan dalam rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No.
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan tiap kabupaten/kota
memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) kabupaten/kota berikut dengan rencana rincinya. Dokumen sectoral
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang
merupakan terjemahan, paduan dan integrasi dua kelompok dokumen pilar
pembangunan di Indonesia terkait permukiman dan infrastruktur.

Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat


dan daerah mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat mampubertempat
tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang
sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan terdapat pembagian kewenangan untuk
pemerintah pusat, provinsi maupun daerah. Dalam hal penyedian perumahan
pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk menyediakan rumah bagi MBR, korban
bencana nasional serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak
program pemerintah pusat. Untuk kewenangan pemerintah propinsi dalam hal
penyediaan rumah hanya pada kasus bencana provinsi serta fasilitasi penyediaan rumah
bagi masyarakat yang terkena dampak program pemerintah provinsi. Sedangkan
pemerintah daerah berwenang dalam penerbitan izin pembangunan dan
pengembangan perumahan, serta penyediaan rumah bagi kasus bencana
kabupaten/kota juga fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena
dampak program pemerintah kabupaten/kota.

Kaitannya dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh di Indonesia


berdasarkan penjelasan yang tertuang dalam UU no 23 Tahun 2014 tersebut
dijabarkan pembagian kewenagan pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten/kota.
Untuk menangani perumahan dan kawasan permukiman kumuh pemerintah pusat
hanya akan menangani penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman
kumuh dengan luas 15 Ha atau lebih, untuk pemerintah provinsi penataan dan
peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai
dengan di bawah 15 (lima belas) ha, dan untuk pemerintah daerah kabupaten/kota
berwenang melakukan Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 10
BAB 1

kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha serta melakukan pencegahan


perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah kabupaten/kota.

Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan,


berdasarkan Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan KawasanPermukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan memiliki
rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.
Rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman ini
merupakan penjabaran dari arahan rencana pola ruang kawasan permukiman yang
tertuang di dalam RTRW kabupaten/kota, yang di dalamnya mengatur perencanaan
untuk 2 (dua) lingkup substansi, yaitu perumahan dan kawasan permukiman.

UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman


mengamanahkan bahwa Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa
Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar
masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah
Indonesia. Dalam mewujudkan fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan guna meningkatkan mutu kehidupan dan
penghidupan masyarakat penghuni serta menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi
perumahan dan permukiman berdasarkan pada kepastian bermukim dan menjamin hak
bermukim menurut ketentuan peraturan dan perundang-undangan. Sejalan dengan hal
tersebut, pemerintah berkomitmen untuk mengentaskan permukiman kumuh dengan
target 0 % kumuh hingga tahun 2019, sebagaimana yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Langkah awal
penanganan permukiman kumuh untuk mencapai target 0% kumuh ini sudah dimulai
sejak tahun 2014 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat cq
Ditjen Cipta Karya melalui penyusunan Road Map penanganan kumuh dan
pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara koordinatif dengan kementerian/
lembaga terkait serta dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Selanjutnya untuk menunjang pembangunan bidang permukiman khusunya


dalampenanganan dan pencegahaan kawasan permukiman kumuh sesuai amanah
UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah
kabupaten/ kota perlu menyusun dan memiliki rencana aksi penanganan dan
pencegahan permukiman kumuh. Untuk mewujudkan rencana aksi penanganan dan
pencegahan permukiman kumuh tersebut diperlukan skenario, konsep dan strategi
penaganan yang akan diisi oleh substansi RP2KP-KP.

RP2KP-KP yang menjabarkan kebijakan makro terkait pencegahan


perkembanganpermukiman kumuh kabupaten/kota serta konsep penanganan kawasan
permukiman kumuh prioritas, dalam implementasinya akan menjadi acuan bagi
penyusunan strategi sector dan rencana induk system komponen-komponen pembentuk
permukiman.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 11
BAB 1

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 12
BAB 1

Gambar 1Skema Kedudukan Dokumen RP2KP dalam Rencana Pembangunan

13
BAB 1

Kedudukan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Perkotaan (RP2KP-KP) dalam dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten
Bantaeng, sebagai berikut :

1. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KP-KP) adalah produk Pemerintah Kabupaten Bantaeng.

2. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KP-KP) bersumber dari produk hukum yang berlaku di Kabupaten Bantaeng.

3. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KP-KP) akan bersinergi dengan produk perencanaan, baik skala kota maupun
skala kawasan

4. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KP-KP) menjadi acuan perencanaan penanganan perumahan dan permukiman
kumuh perkotaan bagi seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Bantaeng.

Perkotaan (RP2KP-KP) Kota Bantaeng memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai acuan bagi masuknya program-program pembangunan permukiman kumuh


perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya
yang telah ada;

2. Sebagai sarana untuk mengintegrasikan semua kebijakan dan strategi pembangunan


permukiman kumuh perkotaan yang tersebar pada beberapa dokumen perencanaan
lainnya; dan

3. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan pembangunan permukiman


kumuh perkotaan.

Untuk mewujudkan rencana pembangunan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng


yang terencana, meyeluruh, terpadu dan berkelanjutan, oleh karena itu dokumen RP2KP-
KP yang disusun harus sesuai dengan RTRW Kabupaten Bantaeng. Mengacu pada
amanah UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang nasional. RTRW Kabupaten
Bantaeng merupakan acuan spasial dalam perumusan kebijakan pokok, arah pemanfaatan
ruang dan sinergitasnya terhadap penyusunan rencana aksi penanganan permukiman
kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng. Dalam hal ini zona permukiman akan menjadi
dasar penentuan strategi permukiman dalam lahan yang legal dan illegal. Hasil acuan
spasial tersebut menjadi arah pelaksanaan lintas sektor di Kota Bantaeng khususnya
pembangunan sarana dan prasarana perkotaan.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 14
BAB 1

E. Sistematika Pembahasan
Untuk memahami substansi Penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng, penyajian dokumen
ini dibagi kedalam substansi pembahasan, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini menyajikan materi mengenai Latar Belakang Penyusunan RP2KP-KP


Kota Bantaeng, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan, Ruang Lingkup Kegiatan,
Kedudukan RP2KP-KP Kota Bantaeng Dalam Dokumen Perencanaan
Pembangunan Kabupaten Bantaeng.

BAB II KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

Bagian ini menyajikan materi mengenai Isu Strategis Pembangunan Permukiman


Perkotaan Kabupaten Bantaeng, Kebijakan Pembangunan Permukiman
Perkotaan Kabupaten Bantaeng, Kebijakan Penanganan Pembangunan
Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Bantaeng.

BAB III PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA BANTAENG

Bagian ini menyajikan materi mengenai Sebaran dan Gambaran Umum Kawasan-
Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Bantaeng, Profil Kawasan Permukiman Kumuh,
Kriteria Dan Indikator Penilaian Penentuan Klasifikasi Dan Skala Prioritas
Penanganan, Perumusan Kebutuhan Penanganan dan Pola Kontribusi Program
Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan.

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS


PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Bagian ini meyajikan materi mengenai Konsep Dan Strategi Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Dalam Skala Kota, Konsep Dan
Strategi Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala
Kawasan danStrategi Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Sampai Dengan Pencapaian Kota Bebas Kumuh Dalam Skala Kota

BAB V RENCANA AKSI PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH


PERKOTAAN

Bagian ini meyajikan materi mengenai Program Dan Kegiatan Penanganan


Kumuh Terkait Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman, Program
Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1, Rencana Aksi Dan Memorandum
Program Pencegahan Dan Peningkatan Permukiman Kumuh Skala Kota Dan
Skala Kawasan dan Rencana Aksi Masyarakat (CAP) Dan Prioritas Kebutuhan

BAB VI RENCANA DETAIL PENANGANAN KAWASAN PRIORITAS

Bahagian ini meyajikan materi mengenai Rencana Pembangunan Kawasan


Prioritas Tahap 1, Konsep Desain Di Kawasan Penanganan Permukiman Tahap 1
dan Rencana Teknis (Detail Engineering Desain)Kawasan Prioritas.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 15
BAB 2

BAB II
KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN
PERKOTAAN

A. Visi Misi Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kabupaten


Bantaeng

Kabupaten Bantaeng merupakan wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang


terletak dibagian tengah memanjang dari utara ke selatan pada pesisir barat. Pembentukan
Provinsi Sulawesi Selatan memberikan peluang besar tehadap Kabupaten Bantaeng untuk
mengembangkan wilayahnya,selain itu kehadiran Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan undang-undang Nomor 25 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memberikan peluang bagi Kabupaten
Bantaeng untuk mengembangkan dan meningkatkan kegiatan pembangunan yang
bertumpu pada kemampuan prakarsa, inisiatif, dan kreativitas masyarakat dalam mengelola
dan memanfaatkan segenap potensi sumberdaya pembangunan yang tersedia.

1. Visi Pembangunan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 7 Tahun 2009 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng
Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan Kabupaten Bantaeng yaitu :

“Menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi dibagian selatan Sulawesi Selatan Tahun


2018”

Visi ini merupakan penjabaran dari visi pembangunan jangka panjang Sulsel yang
tercantum pada RPJPD sulsel 2008-2028, yaitu “Wilayah Terkemuka Di Indonesia Melalui
Pendekatan Kemandirian Lokal Yang Bernafaskan Keagamaan” Serta Visi Pembangunan
RPJMD Sulsel 2008-2014 : “Sulawesi Selatan Sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional
dan Simpul Jejaring Kesejahteraan Masyarakat” Dalam mewujudkan Visi tersebut,
ditetapkan misi sebagai berikut :

1) Memfasilitasi pengembangan kapasitas setiap penduduk Bantaeng agar mampu


meningkatkan produktivitasnya secara berkesinambungan serta mampu

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 15
BAB 2

menyalurkan pendapat dan aspirasinya pada semua bidang kehidupan secara


bebas dan mandiri.

2) Mendorong serta memfasilitasi tumbuh kembangnya kelembagaan masyarakat


pada semua bidang kehidupan (agar mampu meningkatkan choice dan voice-nya)
dengan memberikan perhatian utama kepada pembangunan perekonomian daerah
yang memicu pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

3) Mengembangkan daerah melalui pemanfaatan potensi dan sumberdaya kabupaten


sedemikian rupa, sehingga secara langsung maupun tidak langsung memberikan
kontribusi terhadap pencapaian sasaran pembangunan provinsi Sulawesi Selatan,
serta berdampak positif terhadap pengembangan kawasan sekitar.

2. Kebijakan Umum Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kabupaten


Bantaeng

Kawasan permukiman dibagi atas kawasan permukiman perdesaan dan kawasan


permukiman perkotaan. Rencana pengembangan kawasan pemukiman baik perdesaan
dan perkotaan adalah berdasarkan standar kecukupan dan kelayakan ruang, dimana
satu keluarga menempati satu unit rumah.

Pengembangan kawasan permukiman pedesaan dilakukan melalui peningkatan kualitas


dan kuantitas permukiman secara terpadu dengan kegiatan ekonomi antara lain
pertanian, peternakan, dan perikanan dan meningkatkan prasarana dan sarana
penunjang.

Rencana pengembangan kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud di


atas adalah sebagai berikut:

• Lebih mengkonsentrasikan pemukiman pedesaan pada kelompok pemukiman


perkampungan yang sudah ada, agar tidak terjadi penyebaran pemukiman secara
sporadik yang mengakibatkan penggunaan lahan dan penyediaan infrastruktur
menjadi tidak efisien.
• Pengembangan desa pusat pertumbuhan.
• Peningkatan aksesibilitas antara kawasan pemukiman dengan kawasan pertanian.
• Peningkatan sarana dan prasarana permukiman.
• Untuk mengantisipasi perkembangan kawasan terbangun/ permukiman sebagai
implikasi dari pembangunan jalan pantai barat, yang tentu akan merangsang
perkembangan disekitarnya karena aksesibilitasnya yang tinggi, maka kawasan
terbangun pemukiman perlu diarahkan agar perkembangannya tidak sporadik.

Rencana pengembangan kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud


adalah sebagai berikut:

• Permukiman perkotaan diarahkan untuk mengisi kawasan belum terbangun di


ibukota kecamatan terutama pada pusat-pusat wilayah pengembangan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 16
BAB 2

• Pengarahan pemanfaatan ruang perkotaan ditinjau agar struktur ruang linier di setiap
ibukota kecamatan diubah menjadi struktur ruang konsentris yang lebih terpadu dan
kompak
• Secara bertahap agar dilakukan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan ibukota
kecamatan untuk ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat wilayah
pengembangan, yang mempunyai perkembangan perkotaan yang pesat.
• Peningkatan sarana dan prasarana permukiman, terutama sarana sosial, air bersih,
drainase, limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi.

B. Konsep Dasar RP2KPKP


1. Pengertian dan Landasan Hukum Perumahan dan Permukiman

Istilah yang lazim dipergunakan dalam pedoman penyusunan RP2KPKP mengacu pada
pengertian sebagaimana dimaksudkan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang,
UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 33/2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah beserta segenap
peraturan pelaksanaannya yang masih berlaku.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman, yang dimaksud dengan :

a. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan,penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan,pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
b. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
c. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
d. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih
dari satu satuan permukiman.
e. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunianyang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
f. Penyelenggaraan perumahan dan kawasanpermukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 17
BAB 2

dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta


peranmasyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
g. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta
aset bagi pemiliknya.
h. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.
i. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.
j. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
k. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
khusus.
l. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan
tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
m. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
n. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.
o. Kawasan siap bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang tanah yang
fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk
pembangunan lingkungan hunian skala besar sesuai dengan rencana tata ruang.
p. Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang tanah
yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk
pembangunan perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan merupakan
bagian dari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
q. Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yangtelah dipersiapkan untuk rumah
sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah,
rencana rinci tata ruang, serta rencana tata bangunan dan lingkungan.
r. Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan,
dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha
penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman
guna meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam
dengan partisipasi aktif masyarakat.
s. Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau
sumber dana lain yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
t. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau setiap
pengeluaran yang akan diterima kembali untuk kepentingan penyelenggaraan perumahan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 18
BAB 2

dan kawasan permukiman baik yang berasal dari dana masyarakat, tabungan
perumahan, maupun sumber dana lainnya.

u. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi


standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
nyaman.
v. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
w. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
x. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnyadisingkat MBR adalah
masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat
dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.

Beberapa istilah lain yang juga sering dipergunakan, masih memerlukan redefinisi
kembali dan kajian ilmiah, agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penafsiran, antara
lain :

a. Dipergunakannya perumahan dan permukiman dalam satu kesatuan pengertian yang


tidak terpisahkan. Artinya perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan
pengertian yang memberikan gambaran suatu ruang kegiatan berkehidupan dan
penghidupan, dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal/bermukim.

b. TRIBINA, adalah suatu prinsip/pendekatan pembangunan yang dikembangkan dan


mendasari keseluruhan upaya penanganan perumahan dan permukiman.
Didalamnya menyangkut 3 lingkup binaan yang harus dilaksanakan sebagai satu
kesatuan upaya agar pembangunan perumahan dan permukiman dapat berhasil
guna dan berdaya guna. Upaya yang dimaksud sebagai berikut :

• Bina Sosial atau Bina Manusia, pada dasarnya merupakan suatu proses yang
diupayakan untuk mendorong terjadinya peningkatan kapasitas dan kapabilitas
sumberdaya manusia, sehingga mereka mampu menolong dirinya dalam
memenuhi kebutuhannya akan rumah layak dalam lingkungan sehat dan lestari.
• Bina Lingkungan yang diharapkan dapat mendorong terbentuknya lingkungan
perumahan dan permukiman untuk mendukung berkembangnya kegiatan usaha
produktif.
• Bina Usaha, yaitu upaya yang dapat mendorong terjadinya proses
berkembangnya usaha produktif dalam kawasan perumahan dan permukiman.

c. Rumah layak dalam lingkungan sehat, aman, lestari dan berkelanjutan diartikan
sebagai suatu kondisi perumahan dan permukiman yang memenuhi standar minimal
dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi dan kualitas teknis, yang dikelola
secara benar terus menerus, dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
sumberdaya alam yang ada, memperhatikan pola tata air dan usaha konservasi
sumberdaya alam, pengelolaan dan pemanfaatannya. Secara umum berdasarkan
prinsif dasar perumahan dan permukiman terdapat 3 kategori layak, sebagai berikut :

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 19
BAB 2

• Layak huni terkait dengan pencapaian persyaratan fisik, kesehatan dan


kesusilaan, sebagai kelompok manusia berbudaya.
• Layak usaha, terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang kondusif bagi
berlangsungnya kehidupan sosial ekonomi dan
• Layak berkembang terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang
mendukung terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat (prospektif dan
produktivitas).

d. Rencana Tata Ruang Wilayah (termasuk penatagunaan tanah, penatagunaan air,


penatagunaan udara, penatagunaan sumberdaya alam lainnya serta penataan
bangunan) harus secara jelas menetapkan fungsi dan pemanfaatannya, sehingga :

• Mampu memberikan kepastian hak atas peruntukannya.


• Mampu melindungi peruntukan ruang dan tanah bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah.

e. Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah adalah kelompok masyarakat diukur


berdasarkan penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhannya yang paling
primer. Termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok masyarakat miskin.
Kelompok miskin terbagi atas 2 (dua) kategori sebagai berikut :

• Golongan fakir, yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok lainnya.
• Golongan miskin produktif, yang mempunyai penghasilan tetap tetapi belum
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

f. Jaringan primer prasarana lingkungan, yaitu jaringan dasar yang memenuhi


kebutuhan dasar suatu lingkungan perumahan dan permukiman mencakup 3
kepentingan:

• Menghubungkan antarkawasan permukiman atau antarkawasan permukiman


dengan kawasan fungsional lainnya.
• Melayani lingkungan tertentu (permukiman, pusat kota, pusat olah raga,
perdagangan dll).
• Mendukung keperluan seluruh lingkungan di kawasan permukiman, mencakup
prasarana transportasi, penyehatan lingkungan, komunikasi dan listrik).
g. Kawasan, diartikan sebagai wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya;
ruang yang merupakan satu kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
didalamnya, batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta
mempunyai ciri tertentu. Cakupannya antara lain :

• Kawasan Perdesaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian


termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 20
BAB 2

• Kawasan Perkotaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan


pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi.
• Kawasan Permukiman, yaitu sebidang tanah yang diperuntukkan bagi
pengembangan permukiman, didominasi tempat hunian, dilengkapi dengan
prasarana dan sarana, serta tempat kerja yang memberikan layanan dan
kesempatan kerja untuk mendukung penghidupan, perikehidupan sehingga fungsi
kawasan dapat berdaya dan berhasil guna.

C. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan

Secara umum, isu strategis pembangunan permukiman perkotaan antara lain sebagai
berikut:

1. Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan kumuh di perkotaan


2. Tertinggalnya pembangunan di kawasan perkotaan
3. Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman dalam mendukung ekonomi di
perkotaan
4. Kurangnya kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan infrastruktur permukiman
5. Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman, baik skala kota
maupun kawasan

Isu strategis dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman perkotaan


sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang berkembang di dalam kehidupan
masyarakat, dan kondisi kebijakan pemerintah di dalam mengelola persoalan perumahan
dan permukiman perkotaan yang ada, sebagai berikut :

1. Isu Kesenjangan Pelayanan

Isu kesenjangan pelayanan muncul karena terbatasnya peluang untuk memperoleh


pelayanan dan kesempatan berperan di bidang perumahan dan permukiman,
khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Di samping
itu juga dapat dikarenakan adanya konflik kepentingan akibat implementasi kebijakan
yang relatif masih belum sepenuhnya dapat memberikan perhatian dan keberpihakan
kepada kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karenanya ke depan perlu
dikembangkan instrumen penyelenggaraan perumahan dan permukiman perkotaan
yang lebih berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat secara
berkeadilan sosial; peningkatan dan pengembangan kapasitas profesional di bidang
perumahan dan permukiman perkotaan baik bagi aparat pemerintah Kota Bantaeng
maupun bagi pelaku pembangunan permukiman lainnya; dan pengembangan fungsi,
sistem dan jejaring informasi serta diseminasi mengenai hidup bermukim yang layak
bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya yang bermukim di kawasan perkotaan.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 21
BAB 2

2. Isu Lingkungan

Isu lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman perkotaan umumnya muncul
karena dipicu oleh tingkat urbanisasi dan migrasi yang tinggi, serta dampak
pemanfaatan sumber daya dan teknologi yang kurang terkendali. Kelangkaan prasarana
dan sarana dasar, ketidakmampuan memelihara dan memperbaiki lingkungan
permukiman yang ada, dan masih rendahnya kualitas permukiman baik secara
fungsional, lingkungan, maupun visual wujud lingkungan, merupakan isu utama bagi
upaya menciptakan lingkungan permukiman perkotaan yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan. Isu tersebut juga menjadi lebih berkembang dikaitkan dengan belum
diterapkannya secara optimal pencapaian standar pelayanan minimal perumahan dan
permukiman yang berbasis indeks pembangunan berkelanjutan.

3. Isu Manajemen Pembangunan Permukiman Perkotaan

Isu manajemen pembangunan muncul umumnya karena dipengaruhi oleh keterbatasan


kinerja tata pemerintahan di seluruh tingkatan, sehingga berdampak pada lemahnya
implementasi kebijakan yang telah ditetapkan, inkonsistensi di dalam pemanfaatan
lahan untuk perumahan dan permukiman, dan munculnya dampak negatif terhadap
lingkungan. Disamping itu terjadinya proses marjinalisasi sektor lokal oleh sektor
nasional dan global juga berdampak potensial terhadap meningkatnya kemiskinan serta
tersisihnya komunitas informal setempat berikut terbatasnya peluang usaha. Urbanisasi
di daerah yang tumbuh cepat juga merupakan tantangan bagi pemerintah, baik nasional
maupun lokal, untuk menjaga agar pertumbuhannya lebih merata, termasuk dalam
upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman khususnya di kawasan
perkotaan. Dengan demikian, pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman
harus memungkinkan berkembangnya prakarsa masyarakat melalui mekanisme yang
dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun perumahan dan permukiman
oleh komunitas harus direspon secara lebih tepat oleh pemerintah di dalam kerangka
tata pemerintahan yang baik, sehingga kebutuhan akan identitas lokal masih tetap dapat
terjaga di dalam kerangka pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih
menyeluruh.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 22
BAB 2

D. Kebijakan RPJPD dan RPJMD

Kebijakan pembangunan permukiman perkotaan Kota Bantaeng yang tertuang didalam


RPJPD, RPJMD, RTRW dan Kebijakan Sektoral terkait pembangunan permukiman Kota
Bantaeng , antara lain :

1. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam RPJPD Kota Bantaeng

Kebijakan dalam RPJPD terkait dengan pembangunan permukiman perkotaan


Kabupaten Bantaeng terdapat didalam misi pembangunan daerah, yakni : Misi ke 2;

Berdasarkan capaian pembangunan pada tahapan sebelumnya, sebagai tahapan kedua


dalam rangka mencapai visi jangka panjang daerah difokuskan pada upaya optimalisasi
penyediaan fasilitas pelayanan untuk pemenuhan hak-hak dasar masyarakat
diharapkan semakin membaik, yang antara lain mewujud dalam bentuk peningkatan
standar pelayanan minimal untuk kesehatan dan pendidikan, termasuk untuk
perumahan, sanitasi dan air bersih.

Penataan ruang wilayah yang sesuai dengan peruntukannyaakan mempererat


keterkaitan spasial antar desa dan antar kawasan (daerah sekitar Bantaeng). Di
samping itu, prasarana dan sarana transportasi dimaksud akan membuat jangkauan
pelayan an sosial-ekonomi menjadi semakin besar dan merata, The New Bantaeng
terus dikembangkan untuk meningkatkan perannya sebagai pusat pelayanan jasa sosial
ekonomi, mencakup pula sebagai kawasan hunian, perdagangan, pelabuhan dan wisata
bahari (pusat pertumbuhan ekonomi).

2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam RPJMD Kota Bantaeng

Kebijakan dalam RPJMD terkait dengan pembangunan permukiman perkotaan


Kabupaten Bantaeng terdapat didalamprogram prioritas, yakni; Peningkatan Jaringan
Perdagangan, Industri dan Pariwisata berupa Meningkatnya kapasitas jalan dan
jembatan.

E. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam RTRW


Kabupaten Bantaeng

Penataan bangunan ketentuan intensitas kawasan peruntukan permukiman perkotaan:


• Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Maksimum 40%
• Koefisien Dasar Hijau (KDH) 44%
• Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Maksimum 1,6

Ketentuan bangunan kawasan peruntukan permukiman perkotaan


• Dianjurkan luas petak lahan minimum : 600 m2
• Luas Pelandaian Lereng Maks. 15%
• Tinggi bangunan maks. 4 lantai
• Jarak bebas samping & belakang bangunan min. 2lt – 5 m, 3 lt – 6 m, 4 lt– 7 m.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 23
BAB 2

• GSB ½ damija + 1 m jika lebar damija >8 m.

Ketentuan pengendalian kawasan peruntukan permukiman perkotaan

• Pemanfaatan ruang yang sesuai aturan tapi tidak berijin, harus segera mengurus
perijinan.
• Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini, tapi telah mempunyai ijin dapat tetap
dipertahankan asal tidak ada perubahan fisik bangunan.
• Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini dan ada perubahan fisik bangunan,
harus mengacu pada aturan ini.
• Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini dan tidak mempunyai ijin dapat
diterbitkan dengan pencabutan ijin, pembongkaran bangunan, perlengkapan perijinan,
denda atau kurungan

F. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam Rtrw Kota


Bantaeng

Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Wilayah

• Pengembangan jaringan air bersih/minum dan jaringan irigasi untuk memenuhi


kebutuhan penduduk, kebutuhan irigasi pertanian, dan areal tambak.
• Penelitian potensi sumberdaya air untuk keperluan pertanian, perikanan dan keperluan
air minum, untuk mendukung peningkatan produksi.
• Pengembangan prasarana jaringan irigasi untuk mendukung pengembangan potensi
pertanian.
• Pengadaan prasarana telekomunikasi untuk meningkatkan interaksi antar wilayah.
• Pembangunan dan pengembangan jasa pos dan telekomunikasi untuk mendukung
proses pembangunan, baik untuk kepentingan pemerintah maupun dunia usaha dan
masyarakat pada umumnya

G. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam Rp3kp

1. Arahan Lokasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Sesuai hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan, kawasan potensil untuk
dikembangkan sebagai kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Bantaeng
sebagai barikut :

• Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman sebagai Pusat Pelayanan 1


(PP1) berlokasi di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bisappu dan Kecamatan
Pa’jukukang;
• Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman sebagai Pusat Pelayan 2
(PP2) berlokasi di Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Gantarang Keke;

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 24
BAB 2

• Pengembangan kawasan permukiman biasa atau perdesaan berlokasi di Kecamatan


Ulu Ere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Sinoa;

2. Prioritas Lokasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Prioritas lokasi pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten


Bantaeng, dikaitkan dengan kemungkinkan pergeseran penduduk akibat perkembangan
kota serta mengantisipasi terjadi migrasi besar-besaran menuju ke ibukota kabupaten
akibat kelengkapan fasilitas sosial ekonomi sebagai faktor dominan yang akan
mengakibatkan pergerakan masyarakat. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
proses tersebut maka langkah strategis yang diusulkan untuk segera ditangani adalah
penetapan lokasi KASIBA/LISIBA di daerah zona transisi dan daerah pinggiran.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka prioritas lokasi untuk
pengembangan kawasan permukiman diarahkan ke Kecamatan Tompobulu dan
Kecamatan Gantarang Keke, Kecamatan Ulu Ere, Kecamatan Eremerasa dan
Kecamatan Sinoa. Wilayah kecamatan yang dimaksud, sebagai kawasan yang
diprioritaskan untuk segera dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan masyarakat di
Kabupaten Bantaeng akan perumahan dan permukiman baik saat ini maupun di masa
yang akan datang.

H. Kebijakan SSK

1. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik

Dalam menentukan tahapan pengembangan air limbah domestik maka, dilakukan


analisis penentuan zona dan sistem sanitasi berdasarkan permasalahan yang dihadapi
di masing-masing kawasan. Adapun faktor yang menjadi indikator permasalahan dalam
penentuan zona dan sistem sanitasi sub sektor air limbah yaitu : jumlah penduduk dan
luas wilayah, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna
lahan (Center of Business Development/), kondisi fisik wilayah serta resiko kesehatan
lingkungan.

Zona I merupakan sistem off site medium

merupakan kawasan dengan klasifikasi wilayah peri urban dengan tingkat kepadatan
penduduk > 100 org/ha. Adapun wilayah yang dalam pengembangannya dapat
diterapkan pengelolaan limbah domestik sistem off-site medium berada di wilayah
perkotaan yaitu sebagian berada di Kecamatan Bissapu (kelurahan Bonto Lebang,
Bonto Sunggu dan Bonto Rita) serta di Kecamatan Bantaeng (Kelurahan Tappanjeng,
Pallantikang, Letta dan Kelurahan Mallillingi) yang memiliki penduduk yang cukup padat.
Sistem ini dikembangkan di jangka menengah ke jangka panjang

2. Tahapan Pengembangan Persampahan

Dalam menentukan tahapan pengembangan persampahan ada 2 faktor yang menjadi


indicator yaitu : tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/ CBD, permukiman,

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 25
BAB 2

fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Kedua kriteria tersebut sangat
berhubungan dengan aktivitas penghuninya yang akan mempengaruhi perhitungan jenis
dan volume timbulan sampah

Zona I dengan system full coverage + Street sweeping

merupakan area dengan tingkat kepadatan penduduk > 100 org/ha (peri urban) dengan
meliputi daerah perkotaan yaitu : Kecamatan Bissappu (kelurahan Bonto Lebang dan
Bonto Rita) serta di Kecamatan Bantaeng (Kelurahan Teppanjeng, Pallantikang, Letta
dan Mallilingi). Sistem ini dilaksanakan dalam jangka pendek/mendesak untuk
dilaksanakan dengan meningkatkan cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 2
(dua) kecamatan tetap menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu dan
Kecamatan Bantaeng cuma jumlah kelurahan yang ditambah.

3. Tahapan Pengembangan Drainase Lingkungan

Dalam pengembangan sub sektor drainase lingkungan memerlukan analisis yang tepat.
Ada 5 (Lima) indikator yang menjadi acuan dalam menentukan zona dan sistem sanitasi
yang tepat agar pengembangan sistem drainase untuk jangka pendek, menengah dan
panjang dapat berjalan efektif dan berkelanjutan. 5 (lima) indikator tersebut yaitu :
kepadatan penduduk, tata guna lahan (kawasan CBD/komersil atau permukiman),
daerah genangan air baik oleh ROB maupun karena air hujan, serta tingkat resiko
kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka sistem sanitasi pengembangan


drainase lingkungan terbagi menjadi 2 (dua) klasifikasi wilayah yaitu rural area
(kepadatan < 25 org/ha) dan peri urban area (kepadatan 25-100 org/ha) yang dibagi
dalam 2 (dua) zona sistem sanitasi yaitu :

Zona I dan II

merupakan area komersil dan padat penduduk (peri urban) serta resiko kesahatan
lingkungan cukup tinggi. Kawasan-kawasan yang termasuk dalam zona ini harus
ditangani dalam jangka pendek atau harus segera dilakukan untuk mengatasi
genangan. Zona ini mencakup wilayah perkotaan yang meliputi : Kecamatan Bissappu
(Kel. Bonto Lebang) serta di Kecamatan Bantaeng yaitu (Kel. Teppanjeng, Letta dan
Mallillingi).

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten
Bantaeng 26
BAB 3

BAB III
PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA BANTAENG

A. Kondisi Geografis Kota Bantaeng

Kota Bantaeng merupakan wilayah yang terletak disepanjang pantai yang terdiri dari 2 kecamatan
yaitu Kecamatan Bantaeng, dan Bisappu, Berdasarkan posisi dan letak geografis wilayah, Kota
Bantaeng berada pada koordinat 50 21’ 13”– 50 35’26” Lintang Selatan dan 1990 51”42”– 1200 05’27”
Bujur Timur. Luas Wilayah Kota Bantaeng 12.73 Km2, terdiri luas daratan 250,85 Km2

Kota Bantaeng terdiri dari 8 wilayah kelurahan diantaranya yaitu Kelurahan Lamalaka, Lembang,
Malilingi, Letta, Pallantikang, Tappanjeng yang berada di wilayah Kecamatan Bantaeng, dan
Kelurahan Bonto Sungguh, Kelurahan Bontorita berada di wilayah Kecamatan Bisappu, dengan
mempunyai batas sebagai berikut:

• Sebelah Utara dengan Kecamatan Eremerasa


• Sebelah Selatan dengan Laut Flores
• Sebelah Timur dengan Kecamatan Pajukukang
• Sebelah Barat dengan Kecamatan Bisappu

Wilayah Kota Bantaeng pada umumnya memiliki topografi dan kelerengan berada pada ketinggian 0-
10 meter dari permukaan air laut. Bentuk permukaan datar hal tersebut dapat terlihat dari kemiringan
lereng dengan kisaran 0–2%. Kemiringan lereng tersebut menjadi dasar dalam menetapkan dan
mengalokasikan berbagai fasilitas, pengembangan kawasan dan pengendalian pertumbuhan kawasan.

Sumberdaya air di Kota Bantaeng secara konvensional dapat dikelompokkan sebagai air permukaan
dan air tanah. Sumber air tanah umumnya berasal dari air tanah dangkal dengan kedalaman antara 5-
10 meter, atau sumur dalam hasil pengeboran dengan kedalaman antara 15-40 meter.

Sebagian besar daerah Kota Bantaeng merupakan bagian dari wilayah datar, pantai, perbukitan dan
pegunungan. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bantaeng terdiri dari jenis tanah alluvial,
gromosol, latosol, regosol, andosil dan mediteran. Penyebaran jenis tanah tersebut terdapat diseluruh
wilayah Kabupaten Bantaeng.

Letak geografis Kota Bantaeng yang strategis memiliki alam dua dimensi, yakni lembah dataran dan
pesisir pantai. Dengan dua musim dan perubahan iklim setiap tahunnya yang dikenal di daerah ini
dengan nama musim Barat antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan musim Timur
antara bulan April sampai bulan September.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 27
BAB 3

Iklim di Kota Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap
bulan 71,8 mm dengan jumlah hari hujan berkisar 64 hari. Musim hujan dengan angin Barat jatuh
pada bulan Oktober sampai Maret, sedangkan musim hujan dengan angin Timur jatuh pada bulan
April sampai september. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan untuk sektor
pertanian.

Pemanfaatan lahan di Kabupaten Bantaeng terdiri dari perumahan dan permukiman, sawah,
tegal/kebun, padang rumput, tambak, tanah yang sementara tidak diusahakan, hutan dan berbagai
pemanfaatan lainnya.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 28
BAB 3

B. SK Penetapan Lokasi Kumuh

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 29
BAB 3

Tabel 3.1 : Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Bantaeng

No Lokasi Kumuh Kelurahan/ Desa Kecamatan Luas (Ha) Tipologi Kumuh


1 Kaw. Borkal Pallantikang Bantaeng 2,16 Tepi Air/Pesisir Pantai
2 Kaw. Kampung Toa Tappanjneg Bantaeng 2,21 Tepi Air dan Pusat
Kota
3 Kaw. Lantebung Letta Bantaeng 1,52 Pusat Kota
4 Kaw. Lembang- Pallantikang Bantaeng 2,19 Tepi Air
Lembang
5 Kaw. Jambua Lamalaka Bantaeng 21,11 Tepi Air

6 Kaw. Rappoa Rappoa Pajukukan 2,7 Dataran Rendah


g
7 Kaw. Mattoanging 01 Lamalaka Bantaeng 2.15 Dataran Rendah

8 Kaw. Mattoanging 02 Lamalaka Bantaeng 0,7 Tepi Air

9 Kaw. Tangnga-tangnga Bonto Sunggu Bissapu 2,39 Tepi Air

10 Kaw. Kayangan Bonto Rita Bissapu 2,23 TepiAir/Bantaran


S Sungai
u JUMLAH 39,36
m
ber : SK Bupati Tahun 2014

C. Sebaran Kawasan Kumuh, Peta Deliniasi Kumuh, Lokasi Beserta Luasannya


Kota Bantaeng Hasil Verifikasi
Sebaran kawasan permukiman kumuh Kota Bantaeng menggambarkan keadaan kawasan-kawasan
tertentu yang sudah ditetapkan dalam SK Walikota Kota Bantaeng Tahun 2014. Untuk menindak
lanjuti hasil penetapan kawasan kumuh tersebut, telah dilakukan verifikasi terhadap lokasi
permukiman kumuh yang tersebar di Kawasan Kota Bantaeng. Berdasarkan hasil verifikasi lapangan
lokasi kawasan permukiman kumuh tersebar di 8 Kelurahan/2 Kecamatan dengan luas total 61 Ha.
Berdasarkan hasil verifikasi tersebut terdapat tambahan 2 Kelurahan yang termasuk ke dalam
kategori permukiman kumuh. Kawasan permukiman kumuh tersebut tersebar pada Kecamatan
Bantaeng meliputi Kelurahan Tappanjeng, Pallatikang, Letta, Malilingi, Lembang dan Lamalaka,
Kecamatan Bisappu Meliputi Kelurahan Bonto Sungguh dan Bonto Rita. Dari beberapa lokasi kumuh
tersebut, terdapat beberapa lokasi yang digabungkan menjadi satu kawasan mengingat kawasan
tersebut berdekatan sehingga mudah dalam mengidentifikasi dan mendeliniasikannya. Selengkapnya
untuk sebaran kawasaan permukiman kumuh hasil verifikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 30
BAB 3

Tabel 3.2 : Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Bantaeng

No. Kecamatan Kawasan Luas (Ha)

1. Bantaeng Jambua 6

2. Bantaeng Lamalaka 14.76

3. Bantaeng Lantebung 2.96

4. Bantaeng Borkal 2.16

5. Bantaeng Lembang-Lembang 2.19

6. Bantaeng Ujung Labbu 5.29

7. Bantaeng-Bisappu Bantaran Sungai Pabbineang 4.6

8. Bisappu Kayangan 2.23

9. Bantaeng Calendu 9.3

Total Kawasan 49.49


Sumber : Hasil Analisis Tim, Tahun 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 31
BAB 3

Gambar 3.1. Peta Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Kota Bantaeng

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 32
BAB 3

Gambar 3.2. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Jambua

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 33
BAB 3

Gambar 3.3. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Lamalaka

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 34
BAB 3

Gambar 3.4. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Lantebung

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 35
BAB 3

Gambar 3.5. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Borkal

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 36
BAB 3

Gambar 3.6. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Lembang-Lembang

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 37
BAB 3

Gambar 3.7. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Calendu

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 38
BAB 3

Gambar 3.7. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Ujung Labbu

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 39
BAB 3

Gambar 3.8. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Pa’binenang

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 40
BAB 3

Gambar 3.9. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Kayangan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 41
BAB 3

D. Kriteria Dan Indikator Penilaian Lokasi Penanganan

1. Kriteria dan Indikator Permukiman Kumuh

Definisi permukiman kumuh mengacu kepada Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, yaitu: “Permukiman kumuh merupakan permukiman
yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.” Dengan penjabaran sebagai berikut:

a) Ketidakteraturan Bangunan :
 Tata letak bangunan rumah dan prasarana dalam kawasan tidak teratur
 Tidak adanya Garis Sempadan Bangunan (GSB) atau GSB yang tidak teratur.
 Orientasi bangunan tidak tertib atau tidak ada pola tata letak bangunan.
 Struktur pembentuk lingkungan yang tidak teratur (tidak berpola) dan pola pemanfaatan
ruang dengan efektifitas rendah. Dicirikan oleh struktur dan pola jalan serta infrastruktur.
 Ketidakteraturan itu bisa disebabkan oleh aspek fisik alami dan fisik binaan di kawasan
tersebut.
b) Kepadatan Bangunan yang tinggi:
 Menunjukkan banyaknya bangunan (jumlah) bangunan dalam suatu luas lahan tertentu =
bangunan/ha.
 Kesesuaian koefisien dasar bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh setiap daerah (berbeda untuk kelas kota yang
ditinjau).
 Berpengaruh terhadap nilai kepadatan penduduk per satuan luas.
c) Penurunan Kualitas Bangunan dan Sarana Prasarana :
 PenurunanKualitas Bangunan ditandai dengan kondisi teknis yang tidak aman, tidak
nyaman, tidak sehat, tidak ada kemudahan serta tidak adanya keindahan.
 Penurunan Kualitas Bangunan Terkait dengan Kriteria Rumah Tidak Layak Huni:
 Secara umum Rumah Tidak Sehat diartikan sebagai kondisi kemampuan bangunan rumah
yang berada di bawah standar kelayakan untuk dihuni. Kondisi ini dicirikan oleh kualitas
bangunan dengan material yang sub standar dan kapasitas huni dari bangunan (luas
dibutuhkan per jiwa) berada di bawah standar rumah sehat yang ditetapkan.
 Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya.
 Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses.
 Jenis lantai tanah.
 Tidak mempunyai fasilitas tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang memadai baik
pribadi maupun komunal.
 Sarana sosial, budaya, ekonomi dan pelayanan umum seperti air bersih, air kotor, dan
persampahan tidak memadai baik secara kuantitas maupun kualitas.

Kriteria maupun indikator yang digunakan untuk menetapkan kondisi kekumuhan pada
perumahan ataupun permukiman kumuh berdasarkan klasfikiasinya dapat dirujuk dengan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 42
BAB 3

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat No. 2 Tahun 2016 dapat ditinjau
dari:

a) Kondisi Bangunan Gedung


 KetidakteraturanBangunan
o Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), paling sedikit
pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona;
o Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
RTBL, paling sedikit pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian
dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan
wajah jalan.
 Tingkat Kepadatan Bangunan
o Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau
RTBL
o Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR,
dan/atau RTBL
 Kualitas Bangunan merupakan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan
dan permukiman yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis

b) Jalan Lingkungan

 Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau


permukiman
 Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk

c) Penyediaan Air Minum

 Ketidaktersediaan akses aman air minum dimana masyarakat tidak dapat mengakse air
minum yang memenuhi syarat kesehatan
 Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku
yaitu minimal sebanyak 60 liter/orang/hari..

d) Drainase Lingkungan

 Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga


menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak
mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun
 Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau saluran
lokal tidak tersedia
 Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran
lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki di atasnya sehingga menyebabkan
air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan
 Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya
merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik berupa :

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 43
BAB 3

o pemeliharaan rutin
o pemeliharaan berkala
 Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas
konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
penutup atau telah terjadi kerusakan

e) Pengelolaan Air Limbah

 Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku
merupamerupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan
atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset
yang terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun
terpusat.
 Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan
atau permukiman dimana:
o Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik
o Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat

f) Pengelolaan Persampahan

 Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis kondisi
dimana prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memadai sebagai berikut:
o Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga
o Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada
skala lingkungan
o Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan;
o Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan
 Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan
kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 44
BAB 3

o Pewadahan dan pemilahan domestik


o Pengumpulan lingkungan
o Pengangkutan lingkungan
o Pengolahan lingkungan
 Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun
jaringan drainase.

g) Proteksi Kebakaran

 Ketidak tersediaan prasarana proteksi kebakaran


o Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam maupun buatan
o Jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran
o Sarana komunikasi untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran
o Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses
 Ketidak tersediaan sarana proteksi kebakaran
o Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
o kendaraan pemadam kebakaran
o mobil tangga sesuai kebutuhan

Dari kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 45
BAB 3

Tabel. 3.3 : Kriteria Dan Indikator Penilaian Tingkat Kekumuhan


No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)


1 Kondisi a. Ketidakteraturan  Tidak memenuhi ketentuan 76% - 100% bangunan 5
Bangunan Bangunan tata bangunan dalam RDTR, pada lokasi tidak
Gedung meliputi pengaturan bentuk, memiliki keteraturan
besaran, perletakan, dan 51% - 75% bangunan 3
tampilan bangunan pada pada lokasi tidak
suatu zona; dan/atau memiliki keteraturan
 Tidak memenuhi ketentuan 25% - 50% bangunan 1
tata bangunan dan tata pada lokasi tidak
kualitas lingkungan dalam memiliki keteraturan
RTBL, meliputi pengaturan
blok bangunan, kapling,
bangunan, ketinggian dan
elevasi lantai, konsep
identitas lingkungan, konsep
orientasi lingkungan, dan
wajah jalan.
b. Tingkat  KDB melebihi ketentuan 76% - 100% bangunan 5
Kepadatan RDTR, dan/atau RTBL memiliki kepadatan
Bangunan  KLB melebihi ketentuan tidak sesuai ketentuan
dalam RDTR, dan/atau 50% - 75% bangunan 3
RTBL; dan/atau memiliki kepadatan
 Kepadatan bangunan yang tidak sesuai ketentuan
tinggi pada lokasi, yaitu : 25% - 50% bangunan 1
o Untuk kota metropolitan memiliki kepadatan
dan kota besar ≥250 unit/Ha tidak sesuai ketentuan
o Untuk kota sedang dan
kota kecil ≥ 200 unit/Ha
c. Ketidak Kondisi bangunan pada lokasi 76% - 100% bangunan 5
sesuaian dengan tidak memenuhi persyaratan : pada lokasi tidak
persyaratan  Pengendalian dampak memenuhi persyaratan
teknis bangunan lingkungan teknis
 Pembangunan bangunan 51% - 75% bangunan 3
gedung di atas dan/atau di pada lokasi tidak
bawah tanah, air dan/atau memenuhi persyaratan
prasarana/sarana umum teknis
 Keselamatan bangunan 26% - 50% bangunan 1
gedung (BG) pada lokasi tidak
 Kenyamanan BG memenuhi persyaratan
Kemudahan BG teknis
2 Kondisi jalan a. Cakupan Sebagian lokasi perumahan 76% - 100% area tidak 5
lingkungan pelayanan jalan atau permukiman tidak terlayani oleh jaringan
lingkungan terlayani dengan jalan jalan lingkungan
lingkungan yang sesuai 51% - 75% area tidak 3
dengan ketentuan teknis terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
25% - 50% area tidak 1
terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
b. Kualitas Sebagian atau seluruh jalan 76% - 100% area tidak 5
permukaan jalan lingkungan terjadi kerusakan terlayani oleh jaringan
lingkungan permukaan jalan pada lokasi jalan lingkungan
perumahan atau permukiman 51% - 75% area tidak 3
terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
25% - 50% area tidak 1

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 46
BAB 3

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai


terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
3 Kondisi a. Ketidaktersediaa Masyarakat pada lokasi 76% - 100% populasi 5
penyediaan air n Akses aman perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses
minum air minum tidak dapat mengakses air air minum yang aman
minum yang memiliki 51% - 75% populasi 3
kualitas tidak berwarna, tidak tidak dapat mengakses
berbau, dan tidak berasa air minum yang aman
25% - 50% populasi 1
tidak dapat mengakses
air minum yang aman
b. Tidak Kebutuhan air minum 76% - 100% populasi 5
terpenuhinya masyarakat pada lokasi tidak terpenuhi
kebutuhan air perumahan atau permukiman kebutuhan air minum
minum tidak mencapai minimal minimalnya
sebanyak 60 liter/orang/hari 51% - 75% populasi 3
tidak terpenuhi
kebutuhan air minum
minimalnya
25% - 50% populasi 1
tidak terpenuhi
kebutuhan air minum
minimalnya
4 Kondisi drainase a. Ketidak Jaringan drainase lingkungan 76% - 100%area terjadi 5
lingkungan mampuan tidak mampu mengalirkan genangan > 30cm, > 2
mengalirkan limpasan air sehingga jam dan > 2 x setahun
limpasan air menimbulkan genangan 51% - 75%area terjadi 3
dengan tinggi lebih dari 30 cm genangan > 30cm, > 2
selama lebih dari 2 kali jam dan > 2 x setahun
setahun 25% - 50%area terjadi 1
genangan > 30cm, > 2
jam dan > 2 x setahun
b. Ketidak Tidak tersedianya saluran 76% - 100% area tidak 5
tersediaan drainase lingkungan pada tersedia drainase
drainase lingkungan perumahan atau lingkungan
permukiman, yaitu saluran
tersier dan/atau saluran lokal 51% - 75% area tidak 3
tersedia drainase
lingkungan
25% - 50% area tidak 1
tersedia drainase
lingkungan
c. Ketidak Saluran drainase lingkungan 76% - 100% drainase 5
terhubungan tidak terhubung dengan lingkungan tidak
dengan sistem saluran pada hirarki di atasnya terhubung dengan
drainase sehingga menyebabkan air hirarki di atasnya
perkotaan tidak dapat mengalir dan 51% - 75% drainase 3
menimbulkan genangan lingkungan tidak
terhubung dengan
hirarki di atasnya
25% - 50% drainase 1
lingkungan tidak
terhubung dengan
hirarki di atasnya
d. Tidak Tidak dilaksanakannya 76% - 100% area 5
terpeliharanya pemeliharaan saluran drainase memiliki drainase
drainase lingkungan pada lokasi lingkungan yang kotor
perumahan atau dan berbau

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 47
BAB 3

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai


permukiman,baik : 51% - 75% area 3
 Pemeliharaan rutin ; memiliki drainase
dan/atau lingkungan yang kotor
 Pemeliharaan berkala dan berbau
25% - 50% area 1
memiliki drainase
lingkungan yang kotor
dan berbau
e. Kualitas Kualitas konstruksi drainase 76% - 100% area 5
konstruksi buruk, karena berupa galian memiliki kualitas
drainase tanah tanpa material pelapis konstruksi drainase
atau penutup maupun karena lingkungan buruk
telah terjadi kerusakan 51% - 75% area 3
memiliki kualitas
konstruksi drainase
lingkungan buruk
25% - 50% area 1
memiliki kualitas
konstruksi drainase
lingkungan buruk
5 Kondisi a. Sistem Pengelolaan air limbah pada 76% - 100% area 5
pengelolaan air pengelolaan air lokasi perumahan atau memiliki sistem air
limbah limbah tidak permukiman tidak memiliki limbah yang tidak
sesuai standar sistem yang memadai, yaitu sesuai standar teknis
teknis kakus/kloset yang tidak 51% - 75% area 3
terhubung dengan tangki memiliki sistem air
septik baik secara limbah yang tidak
individual/domestik, komunal sesuai standar teknis
maupun terpusat. 25% - 50% area 1
memiliki sistem air
limbah yang tidak sesuai
standar teknis
b. Prasarana dan Kondisi prasarana dan sarana 76% - 100% area 5
sarana pengelolaan air limbah pada memiliki sarpras air
pengelolaan air lokasi perumahan atau limbah tidak sesuai
limbah tidak permukiman dimana : persyaratan teknis
sesuai dengan  Kloset leher angsa tidak
persyaratan terhubung dengan tangki 50% - 75% area 3
teknis septik; memiliki sarpras air
limbah tidak sesuai
 Tidak tersedianya sistem persyaratan teknis
pengolahan limbah setempat 25% - 50% area 1
atau terpusat memiliki sarpras air
limbah tidak sesuai
persyaratan teknis
6 Kondisi a. Prasarana dan Prasarana dan Sarana 76% - 100% area 5
pengelolaan sarana Persampahan pada lokasi memiliki sarpras
persampahan persampahan perumahan atau permukiman pengelolaan
tidak sesuai tidak sesuai dengan persampahan yang
dengan persyaratan teknis, yaitu : tidak memenuhi
persyaratan  Tempat sampah dengan persyaratan teknis
teknis pemilahan sampah pada
skala domestik atau rumah
tangga; 51% - 75% area 3
 Tempat pengumpulan memiliki sarpras
sampah (TPS) atau TPS 3R pengelolaan
(reduce, reuse, recycle) pada persampahan yang
tidak memenuhi

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 48
BAB 3

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai


skala lingkungan; persyaratan teknis
 Gerobak sampah dan/atau
truk sampah pada skala 25% - 50% area 1
lingkungan; dan memiliki sarpras
 Tempat pengolahan sampah pengelolaan
terpadu (TPST) pada skala persampahan yang
lingkungan tidak memenuhi
persyaratan teknis
b. Sistem Pengelolaan persampahan 76% - 100% area 5
pengelolaan pada lingkungan perumahan memiliki sistem
persampahan atau permukiman tidak persampahan tidak
yang tidak memenuhi persyaratan sebagai sesuai standar
sesuai standar berikut :
teknis  Pewadahan dan pemilahan 51% - 75% area 3
domestik; memiliki sistem
 Pengumpulan lingkungan; persampahan tidak
sesuai standar
 Pengangkutan lingkungan;
26% - 50% area 1
 Pengolahan lingkungan
memiliki sistem
persampahan tidak
sesuai standar
c. Tidak Tidak dilakukannya 75% - 100% area 5
terpeliharanya pemeliharaan sarana dan memiliki sarpras
sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang
prasarana persampahan pada lokasi tidak terpelihara
pengelolaan perumahan atau permukiman, 51% - 75% area 3
Persampahan baik : memiliki sarpras
 Pemeliharaan rutin; dan/atau persampahan yang
 Pemeliharaan berkala tidak terpelihara
25% - 50% area 1
memiliki sarpras
persampahan yang
tidak terpelihara
7 Kondisi proteksi a. Ketidaktersedia Tidak tersedianya prasarana 76% - 100% area tidak 5
kebakaran an prasarana proteksi kebakaran pada memiliki prasarana
proteksi lokasi, yaitu : proteksi kebakaran
kebakaran  Pasokan air;
 Jalan lingkungan;
51% - 75% area tidak 3
 Sarana komunikasi;
memiliki prasarana
 Data sistem proteksi
proteksi kebakaran
kebakaran lingkungan; dan
 Bangunan pos kebakaran
25% - 50% area tidak 1
memiliki prasarana
proteksi kebakaran
b. Ketidaktersedia Tidak tersedianya sarana 76% - 100% area tidak 5
an sarana proteksi kebakaran pada memiliki sarana
proteksi lokasi, yaitu : proteksi kebakaran
kebakaran  Alat Pemadam Api Ringan
(APAR); 76% - 100% area tidak 3
memiliki sarana
 Mobil pompa;
proteksi kebakaran
 Mobil tangga sesuai
76% - 100% area tidak 1
kebutuhan; dan
memiliki sarana
 Peralatan pendukung proteksi kebakaran
lainnya
B Idenfikasi Pertimbangan Lain
8 Pertimbangan lain a. Nilai Strategis Pertimbangan letak lokasi Lokasi terletak pada 5
Lokasi perumahan atau permukiman fungsi strategis kota

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 49
BAB 3

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai


pada: Lokasi tidak terletak 1
 Fungsi strategis kota; atau pada fungsi strategis
 Bukan fungsi strategis kota kota

b. Kependuduka Pertimbangan kepadatan Kepadatan penduduk 5


n penduduk pada lokasi pada lokasi sebesar
perumahan atau permukiman >200 jiwa/Ha
dengan klasifikasi :
Kepadatan penduduk 3
 Rendah yaitu kepadatan
pada lokasi sebesar 151
penduduk di bawah 150
-200 jiwa/Ha
 jiwa/ha;
Kepadatan penduduk 1
 Sedang yaitu kepadatan pada lokasi sebesar
penduduk antara 151 – 200
<150 jiwa/Ha
jiwa/ha
 Tinggi yaitu kepadatan
penduduk antara 201 – 400
jiwa/ha
 Sangat padat yaitu kepadatan
penduduk diatas 400 jiwa/ha
c. Kondisi Pertimbangan potensi yang Lokasi memiliki 5
Sosial, dimiliki lokasi perumahan atau potensi sosial, ekonomi
ekonomi dan permukiman berupa : dan budaya untuk
budaya  Potensi sosial yaitu tingkat dikembangkan atau
partisipasi masyarakat dalam dipelihara
mendukung pembangunan; Lokasi tidak memiliki 1
 Potensi ekonomi yaitu adanya potensi sosial, ekonomi
kegiatan ekonomi tertentu dan budaya untuk
yang bersifat strategis bagi dikembangkan atau
masyarakat setempat; dipelihara
 Potensi budaya yaitu adanya
kegiatan atau warisan budaya
tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat

NILAI 8
C. Idenfikasi Legalitas Lahan
9 Legalitas lahan a. Kejelasan Kejelasan terhadap status Keseluruhan lokasi (+)
status penguasaan lahan berupa : memiliki kejelasan
penguasaan  Kepemilikan sendiri, dengan status penguasaan
lahan bukti dokumen sertifikat hak lahan, baik milik
atas tanah atau bentuk sendiri atau milik pihak
dokumen keterangan status lain
tanah lainnya yang sah; atau Sebagian atau (-)
 Kepemilikan pihak lain keseluruhan lokasi
(termasuk milik adat/ulayat) memiliki kejelasan
dengan bukti ijin status penguasaan
pemanfaatan tanah dari lahan, baik milik
pemegang hak atas tanah atau sendiri atau milik pihak
pemilik tanah dalam bentuk lain
perjanjian tertulis antara
pemegang hak atas tanah atau
pemilik tanah dengan pihak
lain
b. Kesesuaian Kesesuaian terhadap keseluruhan lokasi (+)
RTR peruntukan lahan dalam berada bukan pada
rencana tata ruang (RTR), zona peruntukan
dengan bukti Izin Mendirikan perumahan/permukima
bangunan atau Surat n sesuai RTR

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 50
BAB 3

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai


Keterangan Rencana Sebagian atau (-)
Kabupaten/Kota (SKRK) keseluruhan lokasi
berada bukan pada
peruntukan
perumahan/permukima
n sesuai RTR

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 51
BAB 3

Tabel. 3.5 Katergori Tingkat Kekumhan Dan Klasifikasinya di 9 Kawasan pada Kota Bantaeng

PERTIMBANGAN LEGALITAS
TINGKAT KEKUMUHAN
JUMLAH LAIN LAHAN
NILAI

RENDAH
SEDANG

SEDANG
RINGAN
KUMUH

KUMUH

KUMUH

TINGGI

LEGAL

LEGAL
BERAT
PENILAIAN

TIDAK
KLASIFIKAS SKALA
NO KAWASAN KRITERIA
I PRIORITAS
DAN
INDIKATOR
KEKUMUHAN
(11- (6- Nilai
(71-95) (45-70) (19-44) (1-5) Nilai (-)
15 10) (+)
Sungai
1 35 X X x C1 3
Pabinneang

2 Lantebung 39 X X x C5 9

3 Lamalaka 1 31 X X x C3 6

4 Jambua 43 X X x C6 9

5 Ujung Labbu 31 X X x C5 9

6 Sungai Calendu 43 X X x C5 9

Lembang-
7 33 X X x C1 3
Lembang

8 Borkal 31 X X x C1 3

9 Kayangan 37 X X x C1 3

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 52
BAB 3

E. Perumusan Kebutuhan Penanganan

Program Nasional Penanganan Permukiman Kumuh dengan target pencapaian 100 – 0 – 100 di tahun
2019 berupaya untuk mengimplementasikan program kolaborasi sebagai platform dalam penanganan
kumuh, sehingga terjadi keterpaduan antarsektor pembangunan. Dalam program tersebut, sesuai
dengan amanat UU No.1 Tahun 2011, Pemerintah Daerah (Pemda) akan jadi pelaku utama dalam
penanganan, di mana seluruh pemetaan kebutuhan, rencana program, hingga rencana investasi akan
disusun oleh Pemda. Program-program yang ada di pemerintah pusat kemudian hanya akan menjadi
pendamping daerah dalam penyusunan rencana dan menjalankan program, di mana program yang
ada di pusat pun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapan daerah. Dalam mendukung upaya
penanganan permukiman kumuh terdapat dua bentuk penanganan permukiman kumuh yang dapat
dilakukan, yaitu Pencegahan dan Peningkatan kualitas.

Tindakan pencegahan ditujukan untuk menghindari tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh
dan permukiman kumuh baru. Tindakan pencegahan dilaksanakan melalui Pengawasan dan
Pengendalian yang dapat dilakukan berdasarkan kesesuaian terhadap perizinan (seperti izin prinsip,
izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan tanah, dan izin mendirikan bangunan), standar teknis, dan
kelaikan fungsi.

Pemberdayaan Masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang perumahan dan


permukiman melalui pendampingan. Pendampingan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat melalui pembentukan dan peningkatan kapasitas kelompok swadaya masyarakat.
Pendampingan kepada masyarakat dapat berupa, penyuluhan yang bertujuan memberikan informasi
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pencegahan tumbuh dan
berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru. Penyuluhan dapat berupa
sosialisasi dan diseminasi.

Selain itu, pembimbingan bertujuan memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai cara
mengerjakan kegiatan pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru. Pembimbingan dapat ditujukan kepada orang perseorangan, kelompok
masyarakat, dan kelompok dunia usaha.

Bantuan teknis, bertujuan untuk memberikan dukungan yang bersifat teknis yang dilakukan oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Bantuan teknis yang dapat diberikan dapat berupa penyusunan
perencanaan pencegahan perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penguatan kapasitas
kelembagaan, pengembangan alternatif pembiayaan, persiapan pelaksanaan kerjasama pemerintah
swasta, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan serta pemanfaatan.

Pelayanan Informasi, bertujuan untuk memberikan informasi terkait upaya pencegahan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh kepada masyarakat. Pelayanan informasi yang dapat dilakukan
berupa pemberian informasi mengenai rencana tata ruang, penataan bangunan dan lingkungan,
perizinan, serta standar perumahan dan permukiman. Tindakan peningkatan kualitas dengan cara
pemugaran juga dilakukan untuk perbaikan dan pembangunan kembali, perumahan kumuh dan
permukiman kumuh menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 53
BAB 3

Selain itu pula, revitalitasi kawasan permukiman merupakan jenis penanganan untuk meningkatkan
vitalitas kawasan permukiman melalui peningkatan kualitas lingkungan, tanpa menimbulkan
perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan permukiman tersebut. Kegiatan ini bertujuan
memperbaiki dan mendorong ekonomi kawasan dengan cara memanfaatkan berbagai sarana dan
prasarana eksisting yang ada, meningkatkan kualitas serta kemampuan dari prasarana dan sarana
melalui program perbaikan dan peningkatan tanpa melakukan pembongkaran berarti.

Disamping itu pula, peremajaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan untuk
mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik guna
melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Peremajaan dengan cara
pembangunan kembali perumahan dan permukiman melalui penataan secara menyeluruh, meliputi
rumah dan prasarana, sarana, dan fasilitas umum perumahan dan permukiman. Pelaksanaan
peremajaan harus dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat
dengan memenuhi norma dan standar teknis yang berlaku. Peremajaan diterapkan pada permukiman
kumuh yang secara struktur ruang, ekonomi dan perilaku tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga
tidak dapat ditangani hanya dengan perbaikan dan peningkatan fisik. Kondisi buruk secara struktur
dapat mendorong terciptanya pemanfaatan ruang yang tidak efisien dan optimal sesuai dengan fungsi
yang ditetapkan.

Permukiman kumuh yang mendapatkan penanganan ini umumnya ditandai dengan tidak adanya
kejelasan baik pola struktur prasarana lingkungan, tidak ada kejelasan kesesuaian pola pemanfaatan
ruang, struktur ekonomi memiliki kondisi yang sangat buruk karena tidak ditunjang dengan
kemampuan pengembangan ekonomi kawasan permukiman, tidak dapat beradaptasi dengan kawasan
sekitar. Secara keseluruhan kondisi kawasan tidak mencerminkan pemanfaatan fungsi yang maksimal
sesuai dengan potensi lahannya. Peremajaan wajib dilakukan terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan klasifikasi kumuh berat dan status tanah legal.

Jenis-jenis penanganan renewal (peremajaan) merupakan jenis penanganan yang bersifat menyeluruh
dengan melakukan pembongkaran segaian atau seluruh komponen permukiman, kemudian merubah
secara struktural dan membangun kembali di lahan yang sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
nilai pemanfaatan lahan optimal sesuai dengan potensi lahan, dan diharapkan dapat memberikan
nilai tambah secara ekonomi dan vitalitas baru. Juga cara lain, yakni redevelopment. Hal ini
merupakan upaya penataan kembali suatu permukiman kumuh dengan terlebih dahulu melakukan
pembongkaran sarana dan prasarana, pada sebagian atau seluruh kawasan yang telah dinyatakan tidak
dapat lagi dipertahankan kehadirannya.

Perubahan secara struktural dan peruntukan lahan serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya
yang mengatur pembangunan baru biasanya terjadi. Restorasi merupakan jenis penanganan untuk
mengembalikan kondisi suatu permukiman kumuh pada kondisi asal sesuai dengan persyaratan yang
benar, menghilangkan tambahan atau komponen yang timbul kemudian mengadakan kembali unsur-
unsur permukiman, yang telah hilang tanpa menambah unsur-unsur baru. Disamping itu peran
pelaku, juga didasari pada sifat penanganannya, maka peran masyarakat sangat besar dalam
mengambil keputusan, terutama dalam penentuan jenis komponen program. Sedangkan peran

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 54
BAB 3

pemerintah, pemerintah daerah, dan pelaku lain (swasta) akan lebih banyak dalam mendukung
program.

Kebutuhan penanganan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng dapat dilihat pada penjelasan
Tabel di bawah ini:

Tabel 3.6 Perumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota

Kondisi Faktual Kebijakan Kebutuhan Penanganan


dan Isu Strategis Penanganan
No Lokasi
Perkotaan di Kota Kumuh Hasil Pencegahan Peningkatan
Bantaeng (Overview)
1 Perkembangan Kecamatan pengandalian, penegakan aturan Penataan
pemukiman yang Bantaeng-Bisappu pemanfaatan, perijinan Kawasan
tidak tertata pengawasan dan Permukiman
penertiban
bangunan

2 Berkembangnya Kecamatan Pengendalian Penegakan aturan Penataan kawasan


pemukiman pada Bantaeng-Bisappu pemukiman pada perijinan dan pemukiman
daerah resapan kawasan Resapan pembatasan area
hunian

3 Sebagian Kecamatan Pengembangan Penegakan aturan Penataan kawasan


Permukiman masih Bantaeng-Bisappu yang sesuai perijinan terkait pemukiman
belum sesuai persyaratan teknis dengan garis
persyaratan teknis sempadan
bangunan

4 Sistem air minum Kecamatan Peningkatan Pemasangan Meningkatkan


yang belum Bantaeng-Bisappu kapasitas PDAM cakupan dan
terpenuhi secara pelayanan air kualitas pelayanan
maksimal minum air minum

5 sebagian Kecamatan Menyusun target Melakukan pengembangan


masyarakat belum Bantaeng-Bisappu pengelolaan air sosialisasi sistem sanitasi
memliki sistem limbah domestik peraturan dan yang memenuhi
sanitasi yang layak skala kabupaten, pembinaan dalam standar
Membangun hal pengelolaan
saranapengumpul air limbah
an dan domestik,
pengelolaan penguatan
awal.(tangki kelembagaan
septik),
Menyediakan
sarana
pengangkutan dari
tangki septik ke
IPTL (Truk tinja),
Menyediakan
layanan
penyedotan
lumpur tinja

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 55
BAB 3

Kondisi Faktual Kebijakan Kebutuhan Penanganan


dan Isu Strategis Penanganan
No Lokasi
Perkotaan di Kota Kumuh Hasil Pencegahan Peningkatan
Bantaeng (Overview)
6 Sistem pengelolaan Kecamatan Pengelolaan sosialisasi dan pengembangan
persampahan dan Bantaeng-Bisappu sistem edukasi terkait dan peningkatan
sarana angkutan persampahan penanganan sarana dan
sampah yang yang baik, sampah prsarana
kurang memadai Percepatan persampahan
pembangunan
infrastruktur
persampahan
yang berkualitas
7 Sebagian kondisi , Kecamatan Pembangunan dan Pemeliharaan pengembangan
jalan lingkungan Bantaeng-Bisappu perbaikan jalan jaringan jalan jalan lingkungan
masih merupakan lingkungan lingkungan
jalan tanah yang
tidak terawat
8 sistem jaringan Kecamatan Pengembangan pemeliharan pembangunan dan
drainase yang buruk Bantaeng-Bisappu sistem jaringan drainase pengembangan
dan tidak terkoneksi drainasetersier secara berkala sistem jaringan
direncanakan drainase
pada tepi jalan perkotaan yang
perkotaan di saling terkoneksi
setiap kecamatan,
Pembangunan
drainase
lingkungan
X9 Sistem proteksi Kecamatan Pembuatan sosialisasi sistem pengembangan
kebakaran yang Bantaeng-Bisappu rencana induk proteksi dan pengadaan
tidak memadai sistem proteksi kebakaran, sarana dan
kebakaran penyediaan alat prasarana proteksi
api ringan, kebakaran
penyediaan motor
pemadam untuk
proteksi
kebakaran
10 Minimnya ruang Kecamatan Pengembangan Sosialisasi Pengembangan
terbuka hijau skala Bantaeng-Bisappu taman RT dan Pemenuhan RTH RTH Lingkungan
lingkungan RW serta dan RTH Kota
percepatan
Pengembangan
RTH Kota
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 56
BAB 3

Tabel. 3.7. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Sungai Pabbineang

NAMA KEBUTUHAN PENANGANAN


NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Sungai Pabbineang Bangunan  203 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak  Rehabilitasi RTLH
teratur sesuai persyaratan teknis  Tipekal Rumah

Jalan  672.5 meter jalan  Sosialisasi dan Pemberdayaan  Peningkatan Kualitas jaringan jalan
mengalami kerusakan Masyarakat lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  239 unit rumah tangga  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air minum
minum yang layak  Perlindungan area tangkapan
air
Drainase  941.4 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase  Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas yang sudah ada tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase yang
 Sosialisasi dan Pemberdayaan rusak
Masyarakat

Pengelolaan Air  102 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang  Septick tank plus
dengan persyaratan teknis memadai  IPAL
 Program sanitasi berbasis
masyarakat

Pengelolaan  129 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan untuk ikut berperan aktif dalam yang memadai
pengangkutan sampah min. sistem pengelolaan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali persampahan
 Pembentukan KSM untuk
mengelola dan mengangkut
sampah skala lingkungan

Proteksi Kebakaran  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan kebakaran
pemadaman api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Tabel. 3.8. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Lantebung

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 57
BAB 3

KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Lantebung Bangunan  84 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak  Rehabilitasi RTLH
teratur sesuai persyaratan teknis

Jalan  594 meter jalan mengalami  Sosialisasi dan Pemberdayaan  Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  96 unit rumah tangga belum  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
terlayani sumber air minum minum
yang layak  Perlindungan area tangkapan
air
Drainase  1.188 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase  Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas yang sudah ada tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase
 Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air  26 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang komunal
dengan persyaratan teknis memadai  Septick tank plus
 Program sanitasi berbasis
masyarakat
Pengelolaan  96 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan untuk ikut berperan aktif dalam yang memadai
pengangkutan sampah min. sistem pengelolaan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali persampahan
 Pembentukan KSM untuk
mengelola dan mengangkut
sampah skala lingkungan
Proteksi Kebakaran  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan kebakaran
pemadaman api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 58
BAB 3

Tabel. 3.9. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Lamalaka 1

KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Lamalaka 1 Bangunan  182 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak  Rehabilitasi RTLH
teratur sesuai persyaratan teknis  Pemb. Rusun

Jalan  3.311 meter jalan  Sosialisasi dan  Peningkatan Kualitas jaringan jalan
mengalami kerusakan Pemberdayaan Masyarakat lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  460 unit rumah tangga  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air minum
minum yang layak  Perlindungan area tangkapan
air
Drainase  739.21 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase  Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas yang sudah ada tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase
 Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air  313 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang komunal
dengan persyaratan teknis memadai  Septick tank plus
 Program sanitasi berbasis
masyarakat
Pengelolaan  535 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan untuk ikut berperan aktif dalam yang memadai
pengangkutan sampah min. sistem pengelolaan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali persampahan
 Pembentukan KSM untuk
mengelola dan mengangkut
sampah skala lingkungan
Proteksi Kebakaran  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan kebakaran
pemadaman api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 59
BAB 3

Tabel. 3.10. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Jambua

KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Jambua Bangunan  8 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak sesuai  Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis  Pembangunan Rusun

Jalan  575.8 meter jalan  Sosialisasi dan Pemberdayaan  Peningkatan Kualitas jaringan
mengalami kerusakan Masyarakat jalan lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  5 unit rumah tangga belum  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
terlayani sumber air minum minum
yang layak  Perlindungan area tangkapan air
Drainase  0 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase yang  Peningkatan kapasitas volume
Lingkungan memenuhi kualitas sudah ada daya tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase
 Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air  63 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang memadai komunal
dengan persyaratan teknis  Program sanitasi berbasis masyarakat  Septick tank plus
Pengelolaan  70 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat untuk ikut  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali  Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan pemadaman kebakaran
api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 60
BAB 3

Tabel. 3.11. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Ujunng Labbu

KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Ujung Labbu Bangunan  118 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak sesuai  Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis  Pembangunan Rusun

Jalan  380 meter jalan mengalami  Sosialisasi dan Pemberdayaan  Peningkatan Kualitas jaringan
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  97 unit rumah tangga belum  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
terlayani sumber air minum minum
yang layak  Perlindungan area tangkapan air
Drainase  146 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase yang  Peningkatan kapasitas volume
Lingkungan memenuhi kualitas sudah ada daya tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase
 Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air  14 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang memadai komunal
dengan persyaratan teknis  Program sanitasi berbasis masyarakat  Septick tank plus
Pengelolaan  129 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat untuk ikut  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali  Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan pemadaman kebakaran
api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 61
BAB 3

Tabel. 3.12. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Sungai Calendu

KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Sungai Calendu Bangunan  129 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak sesuai  Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis  Pembangunan Rusun

Jalan  1.495 meter jalan  Sosialisasi dan Pemberdayaan  Peningkatan Kualitas jaringan
mengalami kerusakan Masyarakat jalan lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  149 unit rumah tangga  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air minum
minum yang layak  Perlindungan area tangkapan air
Drainase  975 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase yang  Peningkatan kapasitas volume
Lingkungan memenuhi kualitas sudah ada daya tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase
 Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air  96 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang memadai komunal
dengan persyaratan teknis  Program sanitasi berbasis masyarakat  Septick tank plus
Pengelolaan  64 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat untuk ikut  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali  Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan pemadaman kebakaran
api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan

Tabel. 3.13. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Lembang-Lembang

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 62
BAB 3

KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Lembang- Bangunan  127 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak sesuai  Rehabilitasi RTLH
Lembang teratur persyaratan teknis  Pembangunan Rusun

Jalan  590 meter jalan mengalami  Sosialisasi dan Pemberdayaan  Peningkatan Kualitas jaringan
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  138 unit rumah tangga  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air minum
minum yang layak  Perlindungan area tangkapan air
Drainase  216 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase yang  Peningkatan kapasitas volume
Lingkungan memenuhi kualitas sudah ada daya tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase
 Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air  46 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang memadai komunal
dengan persyaratan teknis  Program sanitasi berbasis masyarakat  Septick tank plus
 IPAL
Pengelolaan  58 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat untuk ikut  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali  Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan pemadaman kebakaran
api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan

Tabel. 3.14. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Borkal

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 63
BAB 3

KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Borkal Bangunan  110 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak sesuai  Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis  Pembangunan Rusun

Jalan  826 meter jalan mengalami  Sosialisasi dan Pemberdayaan  Peningkatan Kualitas jaringan
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  125 unit rumah tangga  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air minum
minum yang layak  Perlindungan area tangkapan air
Drainase  110.3 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase yang  Peningkatan kapasitas volume
Lingkungan memenuhi kualitas sudah ada daya tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase
 Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air  45 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang memadai komunal
dengan persyaratan teknis  Program sanitasi berbasis masyarakat  Septick tank plus
 IPAL
Pengelolaan  88 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat untuk ikut  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali  Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan pemadaman kebakaran
api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan

Tabel. 3.15. Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Kayangan

NO NAMA ASPEK KONDISI FAKTUAL KEBUTUHAN PENANGANAN

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 64
BAB 3

KAWASAN
PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Kayangan Bangunan  60 Unit bangunan tidak  Pendataan bangunan yang tidak sesuai  Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis  Pembangunan Rusun

Jalan  187 meter jalan mengalami  Sosialisasi dan Pemberdayaan  Peningkatan Kualitas jaringan
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan
 Pendampingan Masyarakat  Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum  83 unit rumah tangga belum  Sosialisasi Air bersih dan layak  Penyediaan jaringan air bersih
terlayani sumber air minum minum
yang layak  Perlindungan area tangkapan air
Drainase  209.5 meter drainase tidak  Pemeliharaan jaringan drainase yang  Peningkatan kapasitas volume
Lingkungan memenuhi kualitas sudah ada daya tampung
minimum  Normalisasi sungai/kali mati  Rekonstruksi Jaringan drainase
 Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air  48 unit rumah tangga tidak  Sosialisasi hidup sehat  Pembangunan septick tank
Limbah memiliki jamban sesuai  Penyediaan sarana yang memadai komunal
dengan persyaratan teknis  Program sanitasi berbasis masyarakat  Septick tank plus
 IPAL
Pengelolaan  19 unit rumah tangga tidak  Pemberdayaan masyarakat untuk ikut  Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan  Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali  Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi  Belum tersedia sarana  Sosialisasi kepada warga  Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran  Pemberian ketrampilan pemadaman kebakaran
api  Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 65
BAB 1

BAB IV
KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN
DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Konsep dan strategi ini pada dasarnya merupakan amanat dari UU No 1 Tahun 2011 tentang perumahan
dan kawasan permukiman, yang diturunkan atau di jabarkan oleh Permen PUPR Nomor 02/PRT/M/2016
tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dimana Pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan
mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan
berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau setiap orang.

A. Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Kumuh Dalam


Skala Kota

Konsep Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Kota ini diangkat dari
kondisi aktual yang ada di Kota Bantaeng disertai issue-issue strategis apa saja yang berpengaruh
dalam pembangunan infrastruktur di wilayah Kota Bantaeng, dengan demikian akan diketahui
kebutuhan penanganan, konsep penanganan dan strategi penanganan sebagai berikut :

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 67
BAB 4

Tabel. 4.1. Konsep dan Strategi Penganan Permukiman Kumuh Skala Kota

Review Kebijakan Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


No Kondisi Faktual Penanganan Permukiman
Kumuh Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
1.  Berkembangnya  Pengendalian pembangunan  Penegakan  Permukiman  Pengawasan dan  Permukiman  Meningkatkan  Penyiapan lahan
bangunan dilahan permukiman pada daerah aturan perijinan kembali pengendalian kembali regulasi relokasi
yang tidak sesuai sempadan sungai/ pantai  Memaksimalka  Peremajaan pembangunan  Peremajaan pendirian permukiman
peruntukannya  Pengendalian terhadap aspek n daya tampung bangunan baru lingkungan bangunan kembali
(sempadan sungai KDB (Koefisien Dasar lahan efektif permukiman  Mensinkronkan  Diarahkan
atau pantai) Bangunan) pada kelurahan perizinan dengan pembangunan
 Perkembangan  pengandalian, pemanfaatan, lain perencanaan tata secara vertikal
pemukiman yang pengawasan dan penertiban ruang seperti
tidak tertata bangunan RUSUNAWA
 Penataan
kawasan dengan
pengaturan petak
bangunan
2.  Kondisi eksisting  Arahan pengembangan  Kajian teknis  Peningkatan  Pengawasan dan  Peremajaan  Pembangunan  Peningkatan
drainase tidak drainase berupa peningkatan yang lebih konstruksi dan pengendalian infrastruktur drainase konstruksi dan
mampu kualitas konstruksi jaringan mikro untuk perluasan  Pemberdayaan drainse memperhitungka perluasan
menampung drainase, dan pembangunan/ pintu air pada jaringan drainase Masyarakat n debit air, spek jaringan drainase
limpasan air hujan perluasan jaringan drainase sungai-sungai dengan secara teknis dan dengan
 Kecenderungan dengan konstruksi beton yang outletnya konstruksi beton terkoneksi konstruksi beton
masyarkat  Kajian teknis yang lebih langsung masuk dengan drainase  Pembuatan
membuang sampah mikro untuk pintu air pada pada jaringan sekunder resapan air yang
di drainase primer sungai-sungai yang outletnya drainase  Pelibatan mampu
 sistem jaringan langsung masuk pada  Sosialisasi dan masyarakat dari mengurangi
drainase yang jaringan drainase pemberdayaan proses genangan air.
buruk dan tidak  Sosialisasi intensif kepada masyarakat perencanaan  Pemeliharaan
terkoneksi masyarakat disepanjang  Pemeliharaan pelaksanaan dan kondisi drainase
bantaran sungai jaringan pemeliharaan secara berkala
 Normalisasi bantaran sungai drainase yang sehingga tercipta
sudah ada kepedulian dan
pemeliharaannya
 Membentuk tim
terpadu
pengawasan
bangunan dan
drainase kota.
3. Sebagian kawasan  Peningkatan sistim  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan pada  Sosialisasi dan  Peningkatan
tidak terlayani oleh pengelolaan sampah yang penerapan sarana dan Masyarakat sarana dan penerapan sarana dan
kendaraan berwawasan lingkungan, pengolahan prasarana untuk ikut prasarana pengolahan prasarana
pengangkut sampah mendorong partisipasi sampah sistim pengelolaan berperan aktif pengelolaan sampah sistim 3R pengelolaan
masyarakat dalam 3R sampah dalam sistem sampah di masyarakat sampah
pengelolaan persampahan  Peningkatan pengelolaan dan sekolah-  Meningkatkan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 68
BAB 4

Review Kebijakan Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


No Kondisi Faktual Penanganan Permukiman
Kumuh Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
dan mengamankan kawasan sistem persampahan sekolah, melalui Sistem
perairan Kota Bantaeng manajemen  Pengawasan dan seminar, pamflet, Pengelolaan
(sungai dan pesisir pantai) persampahan Pengendalian papan Persampahan
dari sampah  Penyusunan pengumuman dan (UPTD)
 Pengelolaan sampah berbasis master plan media lainnya  Melakukan
masyarakat, yaitu sistim persampahan  Pengelolaan pembangunan
pengelolaan yang melibatkan Kota Bantaeng sampah berbasis TPS Terpadu
masyarakat secara langsung masyarakat
dalam pengumpulan sampah  Peningkatan
khususnya pada kawasan sistem
permukiman berkepadatan manajemen
tinggi dan pada kawasan persampahan
yang tidak terjangkau oleh
mobil sampah
 Peningkatan sarana dan
prasarana pengelolaan
sampah yang jumlahnya
sesuai kebutuhan yaitu tong
sampah pemilihan,
TPS/TPST, gerobak sampah,
dump truck, amroll, container
sampah
 Sosialisasi dan penerapan
pengolahan sampah sistim 3R
di masyarakat dan sekolah-
sekolah, melalui seminar,
pamflet, papan pengumuman
dan media lainnya
 Peningkatan sistem
manajemen persampahan
 Penyusunan master plan
persampahan Kota Bantaeng
4. Kualitas Air PDAM  Melakukan pendataan  Sosialisasi dan  Pengadaan  Pemberdayaan  Peremajaan  Mengelola  Menambah
yang belum mengenai jumlah kebutuhan pemberdayaan sumber air Masyarakat sumber air yang jaringan saluran
memenuhi kelayakan air bersih untuk masyarakat masyarakat minum alternatif  Pengawasan dan ada dengan air bersih ke
air minum  Pembangunan jaringan pipa  Perlindungan Pengendalian mengkampanyek lingkungan
air bersih sampai kerumah area tangkapan an hemat air  Pengadaan
penduduk air teknologi
 Menambah kapasitas jaringan penyulingan air
air baku sesuai kebutuhan bersih
 Membangun berbagai  Menambah
infrastruktur air bersih sumber air baku

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 69
BAB 4

Review Kebijakan Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


No Kondisi Faktual Penanganan Permukiman
Kumuh Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
5. Kawasan  Membatasi perkembangan  Sosialiasi dan  Peningkatan  Pengawasan dan  Peremajaan  Sosialisasi  Penyediaan
permukiman berada pembangunan di wilayah edukasi rambu-rambu pengendalian  Permukiman mitigasi rawan fasilitas
pada daerah rawan rawan bencana mengenai keselamatan dan  Pemberdayaan kembali untuk bencana, penyelamatan
bencana  Mengembangkan jalur dan aturan dan bangunan masyarakat daerah dengan  Pemasangan alat pada lokasi yang
ruang evakuasi bencana pada ketentuan teknis pengaman resiko bencana peringatan dini merupakan
wilayah yang rawan bencana dalam bencana tinggi bahaya kawasan yang
di Kota Bantaeng pembangunan datangnya terkena bencana
permukiman bencana.  Membangun
 Memberdayakan talud penahan
masyarakat atau pemecah
setempat sebagai ombak
relawan siaga  Revitalisasi
bencana saluran yang
 Peningkatan dilalui lahar
Kapasitas dan dingin atau banjir
Partsipasi lainnya
Masyarakat
dalam menangani
kebencanaan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 70
BAB 4

B. Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman


Kumuh Skala Kawasan
Kawasan kumuh di Kota Bantaeng terdiri atas 2 kawasan yaitu Kawasan Lamalaka, dan Kawasan
Sungai Pabbineang. Dari dua kawasan tersebut dua diantaranya memiliki karakteristik permasalahan
yang hampir sama dan tipologi, sehingga dalam upaya perumusan konsep, sehingga dalam upaya
perumusan konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan akan di
sajikan tiap permasalahan di kawasan kumuh tersebut dan nantinya akan di jadikan dasar perumusan
program penanganan tiap kawasan kumuh tersebut. Berikut konsep pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh skala kawasan sebagai berikut :

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 71
BAB 4

Tabel. 4.2 Konsep dan Strategi Penganan Permukiman Kumuh Skala Kawasan

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
1. Lamalaka Bangunan  182 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Menyiapkan lahan/hunian
bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk pemugaran
teratur tidak sesuai  Relokasi ke pengendalian  Pembangunan Pendekatan pada Pemilik RTLH
persyaratan Rusunawa melalui Rusunawa Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan pembangunan RTLH
perizinan  Relokasi permukiman
hunian baru  Melakukan pengelolaan
 Sosialisasi RTH di kelurahan yang
memungkinkan
Jalan  3.311 meter  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan beton
jalan Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap  Membangun jalan paving
mengalami Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat blok untuk jalan lingkungan
kerusakan  Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada
Air Minum  460 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih dan dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum pengendalian penambahan
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air
layak air untuk
kampanye
hemat air
Drainase  739.21 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
 Sering terjadi sungai yang rusak dan fungsi drainase  Membuat turunan perda  Normalisasi Sungai
banjir akibat  Sosialisasi dan  Pembangunan pengendalian eksisting dan atau aturan bersama  Pembangunan Tanggul
pasang air laut Pemberdayaan Tanggul terkait pembuangan Pantai
Masyarakat sepanjang Pantai sampah pada drainase

Pengelolaan  313 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 72
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Merehabilitasi kembali
dengan memadai dan penyuluhan septick tank septictank komunal
persyaratan  Program kepada komunal  Melakukan program septick
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan tank plus
berbasis tekhnologi
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan
Pengelolaan  535 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Peningkatan sistem  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah manajemen persampahan TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan  Pembuatan turunan
minggu sekali persampahan pemanfaatan aturan perda terkait
 Pembentukan sampah pembuangan sampah
KSM untuk  Penyuluhan
mengelola dan kepada warga
mengangkut masyarakat
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah
 Pengawasan &
pengendalian
Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Penyediaan hidrant
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang  Penyediaan APAR
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia 
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air 
pemadaman api pemadam
kebakaran
2. Bantaran Bangunan  203 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Penyediaan lahan/hunian
Sungai bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk RTLH
Pabbineang teratur tidak sesuai  Pembangunan pengendalian  Peremajaan Pendekatan pada Pemilik terdampak
persyaratan Tipekal Rumah melalui Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan  Sosialisasi daerah pembangunan RTLH
perizinan pembangunan terbatas  Melakukan pengelolaan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 73
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
hunian baru RTH di kelurahan yang
 Sosialisasi memungkinkan

Jalan  672.5 meter  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan paving
jalan Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap blok untuk jalan lingkungan
mengalami Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat
kerusakan  Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada
Air Minum  239 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan &  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih pengendalian dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum air bawah tanah penambahan  Melibatkan masyarakat  Membangun sumber air
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi dalam pemeliharaan minum baru
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air jaringan air minum dan
layak air untuk sumber mata air
kampanye
hemat air
Drainase  941.4 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
sungai yang rusak dan drainase  Pengkajian teknis mikro  Normalisasi Sungai
 Sosialisasi dan pengendalian eksisting outlet pembuangan air ke Pabbineang
Pemberdayaan pantai  Rehabilitasi Tanggul Sungai
Masyarakat  Membuat turunan perda
dan atau aturan bersama
terkait pembuangan
sampah pada drainase
Pengelolaan  102 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Pemb. IPAL
dengan memadai dan penyuluhan septick tank  Melakukan program septick
persyaratan  Program kepada komunal tank plus
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan
berbasis tekhnologi

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 74
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan
Pengelolaan  129 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Pendampingan  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah pengelolaan sampah TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan dengan sistem 3R
minggu sekali persampahan pemanfaatan  Peningkatan sistem
 Pembentukan sampah manajemen persampahan
KSM untuk  Penyuluhan  Pembuatan turunan
mengelola dan kepada warga aturan perda terkait
mengangkut masyarakat pembuangan sampah
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah
 Pengawasan &
pengendalian
Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Pembangunan /pembuatan
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang jalur evakuasi bencana
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia  Penyediaan hidrant
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air
pemadaman api pemadam
kebakaran
3. Lantebung Bangunan  84 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Menyiapkan lahan/hunian
bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk pemugaran
teratur tidak sesuai  Relokasi ke pengendalian  Pembangunan Pendekatan pada Pemilik RTLH
persyaratan Rusunawa melalui Rusunawa Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan pembangunan RTLH
perizinan  Relokasi permukiman
hunian baru  Melakukan pengelolaan
 Sosialisasi RTH di kelurahan yang
memungkinkan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 75
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Jalan  594 meter jalan  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan beton
mengalami Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap  Membangun jalan paving
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat blok untuk jalan lingkungan
 Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada
Air Minum  96 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih dan dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum pengendalian penambahan
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air
layak air untuk
kampanye
hemat air
Drainase  1.188 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
sungai yang rusak dan fungsi drainase  Membuat turunan perda  Normalisasi Sungai
 Sosialisasi dan pengendalian eksisting dan atau aturan bersama
Pemberdayaan terkait pembuangan
Masyarakat sampah pada drainase

Pengelolaan  26 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Merehabilitasi kembali
dengan memadai dan penyuluhan septick tank septictank komunal
persyaratan  Program kepada komunal  Melakukan program septick
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan tank plus
berbasis tekhnologi
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 76
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Pengelolaan  96 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Peningkatan sistem  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah manajemen persampahan TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan  Pembuatan turunan
minggu sekali persampahan pemanfaatan aturan perda terkait
 Pembentukan sampah pembuangan sampah
KSM untuk  Penyuluhan
mengelola dan kepada warga
mengangkut masyarakat
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah
 Pengawasan &
pengendalian
Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Penyediaan hidrant
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang  Penyediaan APAR
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air
pemadaman api pemadam
kebakaran
4. Jambua Bangunan  8 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Menyiapkan lahan/hunian
bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk pemugaran
teratur tidak sesuai  Relokasi ke pengendalian  Pembangunan Pendekatan pada Pemilik RTLH
persyaratan Rusunawa melalui Rusunawa Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan pembangunan RTLH
perizinan  Relokasi permukiman
hunian baru  Melakukan pengelolaan
 Sosialisasi RTH di kelurahan yang
memungkinkan
Jalan  575.8 meter  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan beton
jalan Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap  Membangun jalan paving
mengalami Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat blok untuk jalan lingkungan
kerusakan  Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 77
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada

Air Minum  5 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih dan dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum pengendalian penambahan
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air
layak air untuk
kampanye
hemat air
Drainase  0 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
sungai yang rusak dan fungsi drainase  Membuat turunan perda  Normalisasi Sungai
 Sosialisasi dan pengendalian eksisting dan atau aturan bersama
Pemberdayaan terkait pembuangan
Masyarakat sampah pada drainase

Pengelolaan  63 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Merehabilitasi kembali
dengan memadai dan penyuluhan septick tank septictank komunal
persyaratan  Program kepada komunal  Melakukan program septick
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan tank plus
berbasis tekhnologi
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan
Pengelolaan  70 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Peningkatan sistem  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah manajemen persampahan TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan  Pembuatan turunan
minggu sekali persampahan pemanfaatan aturan perda terkait

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 78
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
 Pembentukan sampah pembuangan sampah
KSM untuk  Penyuluhan
mengelola dan kepada warga
mengangkut masyarakat
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah
 Pengawasan &
pengendalian
Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Penyediaan hidrant
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang  Penyediaan APAR
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air
pemadaman api pemadam
kebakaran
5. Ujung Bangunan  118 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Menyiapkan lahan/hunian
Labbu bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk pemugaran
teratur tidak sesuai  Relokasi ke pengendalian  Pembangunan Pendekatan pada Pemilik RTLH
persyaratan Rusunawa melalui Rusunawa Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan pembangunan RTLH
perizinan  Relokasi permukiman
hunian baru  Melakukan pengelolaan
 Sosialisasi RTH di kelurahan yang
memungkinkan
Jalan  380 meter jalan  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan beton
mengalami Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap  Membangun jalan paving
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat blok untuk jalan lingkungan
 Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada
Air Minum  97 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih dan dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum pengendalian penambahan
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 79
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air
layak air untuk
kampanye
hemat air
Drainase  146 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
sungai yang rusak dan fungsi drainase  Membuat turunan perda  Normalisasi Sungai
 Sosialisasi dan pengendalian eksisting dan atau aturan bersama
Pemberdayaan terkait pembuangan
Masyarakat sampah pada drainase

Pengelolaan  14 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Merehabilitasi kembali
dengan memadai dan penyuluhan septick tank septictank komunal
persyaratan  Program kepada komunal  Melakukan program septick
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan tank plus
berbasis tekhnologi
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan
Pengelolaan  129 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Peningkatan sistem  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah manajemen persampahan TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan  Pembuatan turunan
minggu sekali persampahan pemanfaatan aturan perda terkait
 Pembentukan sampah pembuangan sampah
KSM untuk  Penyuluhan
mengelola dan kepada warga
mengangkut masyarakat
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 80
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
 Pengawasan &
pengendalian

Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Penyediaan hidrant
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang  Penyediaan APAR
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air
pemadaman api pemadam
kebakaran
6. Sungai Bangunan  129 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Menyiapkan lahan/hunian
Calendu bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk pemugaran
teratur tidak sesuai  Relokasi ke pengendalian  Pembangunan Pendekatan pada Pemilik RTLH
persyaratan Rusunawa melalui Rusunawa Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan pembangunan RTLH
perizinan  Relokasi permukiman
hunian baru  Melakukan pengelolaan
 Sosialisasi RTH di kelurahan yang
memungkinkan
Jalan  1.495 meter  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan beton
jalan Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap  Membangun jalan paving
mengalami Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat blok untuk jalan lingkungan
kerusakan  Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada
Air Minum  149 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih dan dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum pengendalian penambahan
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air
layak air untuk
kampanye
hemat air

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 81
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Drainase  975 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
sungai yang rusak dan fungsi drainase  Membuat turunan perda  Normalisasi Sungai
 Sosialisasi dan pengendalian eksisting dan atau aturan bersama
Pemberdayaan terkait pembuangan
Masyarakat sampah pada drainase

Pengelolaan  96 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Merehabilitasi kembali
dengan memadai dan penyuluhan septick tank septictank komunal
persyaratan  Program kepada komunal  Melakukan program septick
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan tank plus
berbasis tekhnologi
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan
Pengelolaan  64 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Peningkatan sistem  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah manajemen persampahan TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan  Pembuatan turunan
minggu sekali persampahan pemanfaatan aturan perda terkait
 Pembentukan sampah pembuangan sampah
KSM untuk  Penyuluhan
mengelola dan kepada warga
mengangkut masyarakat
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah
 Pengawasan &
pengendalian

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 82
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Penyediaan hidrant
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang  Penyediaan APAR
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air
pemadaman api pemadam
kebakaran
7. Lembang- Bangunan  127 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Menyiapkan lahan/hunian
Lembang bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk pemugaran
teratur tidak sesuai  Relokasi ke pengendalian  Pembangunan Pendekatan pada Pemilik RTLH
persyaratan Rusunawa melalui Rusunawa Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan pembangunan RTLH
perizinan  Relokasi permukiman
hunian baru  Melakukan pengelolaan
 Sosialisasi RTH di kelurahan yang
memungkinkan
Jalan  590 meter jalan  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan beton
mengalami Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap  Membangun jalan paving
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat blok untuk jalan lingkungan
 Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada
Air Minum  138 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih dan dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum pengendalian penambahan
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air
layak air untuk
kampanye
hemat air
Drainase  216 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
sungai yang rusak dan fungsi drainase  Membuat turunan perda  Normalisasi Sungai

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 83
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
 Sosialisasi dan pengendalian eksisting dan atau aturan bersama
Pemberdayaan terkait pembuangan
Masyarakat sampah pada drainase

Pengelolaan  46 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Merehabilitasi kembali
dengan memadai dan penyuluhan septick tank septictank komunal
persyaratan  Program kepada komunal  Melakukan program septick
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan tank plus
berbasis tekhnologi
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan
Pengelolaan  58 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Peningkatan sistem  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah manajemen persampahan TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan  Pembuatan turunan
minggu sekali persampahan pemanfaatan aturan perda terkait
 Pembentukan sampah pembuangan sampah
KSM untuk  Penyuluhan
mengelola dan kepada warga
mengangkut masyarakat
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah
 Pengawasan &
pengendalian
Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Penyediaan hidrant
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang  Penyediaan APAR
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air
pemadaman api pemadam

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 84
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
kebakaran

8. Borkal Bangunan  110 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Menyiapkan lahan/hunian
bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk pemugaran
teratur tidak sesuai  Relokasi ke pengendalian  Pembangunan Pendekatan pada Pemilik RTLH
persyaratan Rusunawa melalui Rusunawa Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan pembangunan RTLH
perizinan  Relokasi permukiman
hunian baru  Melakukan pengelolaan
 Sosialisasi RTH di kelurahan yang
memungkinkan
Jalan  826 meter jalan  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan beton
mengalami Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap  Membangun jalan paving
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat blok untuk jalan lingkungan
 Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada
Air Minum  125 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih dan dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum pengendalian penambahan
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air
layak air untuk
kampanye
hemat air
Drainase  110.3 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
sungai yang rusak dan fungsi drainase  Membuat turunan perda  Normalisasi Sungai
 Sosialisasi dan pengendalian eksisting dan atau aturan bersama
Pemberdayaan terkait pembuangan
Masyarakat sampah pada drainase

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 85
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Pengelolaan  45 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Merehabilitasi kembali
dengan memadai dan penyuluhan septick tank septictank komunal
persyaratan  Program kepada komunal  Melakukan program septick
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan tank plus
berbasis tekhnologi
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan
Pengelolaan  88 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Peningkatan sistem  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah manajemen persampahan TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan  Pembuatan turunan
minggu sekali persampahan pemanfaatan aturan perda terkait
 Pembentukan sampah pembuangan sampah
KSM untuk  Penyuluhan
mengelola dan kepada warga
mengangkut masyarakat
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah
 Pengawasan &
pengendalian
Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Penyediaan hidrant
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang  Penyediaan APAR
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air
pemadaman api pemadam
kebakaran

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 86
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
9. Kayangan Bangunan  60 Unit  Pendataan  Rehabilitasi  Pengawasan  Pemugaran  Melakukan  Menyiapkan lahan/hunian
bangunan tidak bangunan yang RTLH dan RTLH Pemberdayaan dan sementara untuk pemugaran
teratur tidak sesuai  Relokasi ke pengendalian  Pembangunan Pendekatan pada Pemilik RTLH
persyaratan Rusunawa melalui Rusunawa Rumah  Melakukan pemugaran dan
teknis penegakan pembangunan RTLH
perizinan  Relokasi permukiman
hunian baru  Melakukan pengelolaan
 Sosialisasi RTH di kelurahan yang
memungkinkan
Jalan  187 meter jalan  Sosialisasi dan  Peningkatan  Pemberdayaan  Pemugaran  Melakukan  Membangun jalan beton
mengalami Pemberdayaan Kualitas jaringan Masyarakat Jalan yang pendampingan terhadap  Membangun jalan paving
kerusakan Masyarakat jalan lingkungan dalam mengalami masyarakat blok untuk jalan lingkungan
 Pendampingan  Pembangunan perencanaan kerusakan
Masyarakat Jalan lingkungan dan  Peremajaan
pengawasan jalan yang
belum sesuai
dengan standar
teknis yang ada
Air Minum  83 unit rumah  Sosialisasi Air  Penyediaan  Pengawasan  Peremajaan  Melakukan pemeliharaan  Melakukan pembangunan
tangga belum bersih dan jaringan air bersih dan dengan jaringan air minum jaringan air minum baru
terlayani layak minum pengendalian penambahan
sumber air  Perlindungan  Pemberdayaan instalasi
minum yang area tangkapan masyarakat jaringan air
layak air untuk
kampanye
hemat air
Drainase  209.5 meter  Pemeliharaan  Peningkatan  Pemberdayaan  Peremajaan  Melakukan review master  Perbaikan jaringan drainase
Lingkungan drainase tidak jaringan kapasitas volume masyarakat drainase plan drainase  Peningkatan jaringan
memenuhi drainase yang daya tampung melalui memperbaiki  Kajian rencana drainase drainase
kualitas sudah ada  Rekonstruksi sosialisasi kualitas dan terkoneksi dari hulu  Pengangkatan sedimentasi
minimum  Normalisasi Jaringan drainase  Pengawasan meningkatkan sampai hilir drainase
sungai yang rusak dan fungsi drainase  Membuat turunan perda  Normalisasi Sungai
 Sosialisasi dan pengendalian eksisting dan atau aturan bersama
Pemberdayaan terkait pembuangan
Masyarakat sampah pada drainase

Pengelolaan  48 unit rumah  Sosialisasi  Pembangunan  Pemberdayaan  Pembangunan  Melakukan  Pembebasan lahan
Air Limbah tangga tidak hidup sehat septick tank masyrakat jamban pendampingan terhadap  Melakukan pembangunan
memiliki  Penyediaan komunal melalui keluarga masyarakat septick tank komunal
jamban sesuai sarana yang  Septick tank plus Pendampingan  Pembangunan  Merehabilitasi kembali
dengan memadai dan penyuluhan septick tank septictank komunal

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 87
BAB 4

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan


Nama Kondisi
No Aspek
Kawasan Faktual
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
persyaratan  Program kepada komunal  Melakukan program septick
teknis sanitasi masyarakat  Penggunaan tank plus
berbasis tekhnologi
masyarakat baru, bagi
solusi
keterbatasan
lahan
Pengelolaan  19 unit rumah  Pemberdayaan  Penyediaan  Pemberdayaan  TPS Terpadu  Sosialisasi dan penerapan  Pembebasan lahan
Sampah tangga tidak masyarakat sarana dan masyarakat  Pengadaan alat pengelolaan sampah  Pengadaan kendaraan motor
terjangkau untuk ikut prasarana yang dengan operasional sistem 3R pengangkut sampah
pelayanan berperan aktif memadai Pendampingan pengangkut  Peningkatan sistem  Melakukan pembangunan
pengangkutan dalam sistem  Penyediaan biaya dan Pemberian sampah manajemen persampahan TPS terpadu
sampah min. 2 pengelolaan operasional ketrampilan  Pembuatan turunan
minggu sekali persampahan pemanfaatan aturan perda terkait
 Pembentukan sampah pembuangan sampah
KSM untuk  Penyuluhan
mengelola dan kepada warga
mengangkut masyarakat
sampah skala  Pembentukan
lingkungan lembaga
pengelola
sampah
 Pengawasan &
pengendalian
Proteksi  Belum tersedia  Sosialisasi  Penyediaan jalur  Pemberdayaan  Pengidentifikas  Sosialisasi titik-titik  Pembebasan Lahan
Kebakaran sarana prasana kepada warga mobil pemadam masyarakat i titik-titik rawan kebakaran dan  Penyediaan hidrant
proteksi  Pemberian kebakaran dengan pembuatan titik-titik hidrant yang  Penyediaan APAR
kebakaran ketrampilan  Pembentukan unit Sosialisasi hidrant tersedia
pemadaman api pemadam kepada warga  Penyediaan  Sosialisasi bahaya
kebakaran skala  Pemberian kantong- kebakaran
lingkungan ketrampilan kantong air
pemadaman api pemadam
kebakaran

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 88
BAB 4

C. Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Sampai


dengan Pencapaian Kota Bebas Kumuh Dalam Skala Kota
Dalam upaya mencapai terwujudnya program bebas kumuh di tahun 2020 di Kota Bantaeng, maka
Strategi Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) Kota Bantaeng yaitu:

1. Peningkatan kualitas permukiman kumuh


2. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur permukiman perkotaan sesuai dengan
karakteristiknya.
3. Pemberdayaan Masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan infrastruktur permukiman
perkotaan.
4. Mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya buatan
5. Pembangunan kawasan permukiman baru dengan pelayanan infrastruktur yang layak dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
6. Meningkatkan implementasi rencana tata ruang perkotaan dan pengendalian pemanfaatan ruang
perkotaan

Terkait dengan hal tersebut dibutuhkan komitmen bersama diantara stakeholder di Kota Bantaeng
untuk bersama-sama membangun permukiman dan infrastruktur permukiman di seluruh wilayah
Kota Bantaeng agar tercapai masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera, sehingga setiap tahapan
pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman harus jelas arah atau sasaran. Mengingat
target utama penanganan kawasan kumuh ini 0% pada tahun 2019, maka perlu ada target atau sasaran
yang harus tercapai dalam tiap tahun perencanaanya sehingga apa yang menjadi dari tujuan
perencanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur dapat tercapai sesuai apa yang diharapkan
bersama. Adapun target atau sasaran yang hendak di capai dalam program tiga tahunan sebagai
berikut :

1) Tahun Pertama (2017)


Tersusun keterpaduan penanganan kawasan kumuh yang jelas serta didukung dengan basis data
yang akurat dan pendanaan yang jelas

2) Tahun Kedua (2018)


Terpenuhinya kebutuhan dasar dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
di seluruh wilayah Kota Bantaeng

3) Tahun Ketiga (2019)


Terwujudnya kawasan permukiman yang layak huni dan bebas kumuh di seluruh wilayah Kota
Bantaeng

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 89
BAB 4

Tabel. 4.3 Strategi Bebas Kumuh

No Tujuan Kebijakan Sasaran Strategi

Tahun Pertama (2017)


I Tersusun keterpaduan a. Meningkatkan pengawasan 1. Terpadunya pembangunan a. Meningkatkan kualitas SDM
penanganan kawasan kumuh pembangunan permukiman baru oleh permukiman dan infrastruktur b. Meningkatkan fungsi lembaga/badan
yang jelas serta didukung pihak pengembang perkotaan dengan rencana tata pengawas rencana tata ruang
dengan basis data yang akurat b. Meningkatkan peran dan fungsi tata ruang c. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan
dan pendanaan yang jelas ruang dalam pembangunan 2. Tersusunnya arah perencanaan dan pembangunan permukiman dan
permukiman dan infrastruktur pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
perkotaan infrastruktur perkotaan
c. Meningkatkan anggaran
pembangunan infrastruktur

Tahun Kedua (2018)


II Terpenuhinya kebutuhan dasar a. Menciptakan tata kelola pengelolaan 1. Terpenuhinya backlog kebutuhan a. Meningkatkan pembangunan rusunawa.
dalam pembangunan dan pembangunan permukiman dan rumah b. Meningkatkan pembangunan
permukiman dan infrastruktur infrastruktur permukiman 2. Terpenuhinya kebutuhan permukiman baru
permukiman di seluruh wilayah b. Mewujudkan iklim investasi infrastruktur permukiman c. Meningkatkan pelayanan public
Kota Bantaeng pembangunan infrastruktur dan 3. Terjalinnya kerjasama kemitraan terhadap pengelolaan air minum dan
permukiman pengelolaan infrastruktur sampah
c. Meningkatkan pembangunan permukiman d. Menyediakan sarana pendukung
infratruktur permukiman di seluruh 4. Tersusunnya regulasi pengaturan pengelolaan sampah dan sanitasi yang
wilayah Kota Bantaeng secara dan pengendalian pembangunan memadai
komprehensif permukiman baru e. Menyiapkan sumber daya manusia yang
d. Meningkatkan peran dan fungsi 5. Tersedianya tekhnologi tepat guna handal
infrastruktur permukiman secara dan ramah lingkungan f. Menyusun regulasi regulasi pengaturan
maksimal dan pengendalian pembangunan
e. Meningkatkan pemeliharaan permukiman baru
infrastruktur permukiman yang sudah g. Mengembangkan alternatif baru
ada. pengelolaan sampah dan sanitasi
f. Meningkatkan pengendalian h. Menjalin kerjasama kemitraan dengan
perubahan alih fungsi lahan pihak swasta pengadaan dan
g. Mengembangkan tekhnologi tepat pengelolaan air minum dan sampah
guna dan ramah lingkungan

Tahun Ketiga (2019)


III Terwujudnya Kawasan a. Meningkatkan pembangunan 1. Terwujudnya pembangunan a. Menggalakan pembangunan rusunawa.
Permukiman yang Layak Huni permukiman baru kawasan baru b. Meningkatkan pemerataan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 90
BAB 4

No Tujuan Kebijakan Sasaran Strategi


dan Bebas Kumuh di seluruh b. Meningkatkan kualitas hunian tidak 2. Terwujudnya penataan kawasan pembangunan kawasan permukiman
wilayah Kota Bantaeng layak huni permukiman kumuh di perkotaan baru
c. Meningkatkan daya beli rumah 3. Tersedianya rumah layak huni bagi c. Menyediakan lingkungan siap
d. Meningkatan penataan kawasan masyarakat MBR bangunan beserta infrastruktur
permukiman 4. Tercukupinya kebutuhan tempat pendukungnya
e. Meningkatkan pembangunan tinggal (rumah) d. Memberikan intensif dan disintensif
infrastruktur permukiman 5. Terlaksananya pembangunan bagi para pelaku pembangunan rumah
f. Meningkatkan jaringan pelayanan dan infrastruktur permukiman di (developer)
distribusi infrastruktur permukiman kawasan baru dan kawasan e. Meningkatkan pelayanan perizinan
g. Meningkatkan peran aktif swasta dan permukiman kumuh pendirian kawasan permukiman baru
peran serta masyarakat 6. Terjalinnya kerjasama antar f. Meningkatkan penyediaan air minum
h. Meningkatkan kerjasama antar intansi, instansi-lembaga dan kementerian dan sanitasi di kawasan permukiman
lembaga dan kementerian dalam upaya menangani kawasan kumuh
permukiman kumuh g. Mengembangkan alternatif baru sumber
7. Tersusunnya peran serta swasta air minum
dalam penanganan kawasan h. Meningkatkan pelayanan infrastruktur
permukiman kumuh dan persampahan dan pengelolaan sampah
pembangunan kawasan baru i. Mengembangkan alternatif baru
8. Tersusunnya peran serta pengelolaan sampah dan sanitasi
masyarakat j. Mengembangkan alternatif baru
sumber-sumber air baku
k. Meningkatkan kondisi jaringan jalan
dan drainase di kawasan permukiman
kumuh
l. Meningkatkan kegiatan rehap rumah
tidak layak huni
m. Menggalakan kegiatan penghijauan di
tingkat lingkungan
n. Menggalakan pemberdayaan
masyarakat kawasan permukiman
kumuh
o. Menjalin kerjasama dengan swasta
p. Menjalin kerjasama antar instansi-
lembaga dan kementerian
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 91
BAB 5

BAB V
RENCANA AKSI PENATAAN DAN PENINGKATAN
KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Rencana Aksi (Action Plan) adalah suatu rencana kegiatan yang lebih terperinci untuk menterjemahkan
konsep dan strategi-stretegi serta arahan pembangunan yang telah diindikasikan dalam rencana penataan
dan penigkatan kualitas permukiman kumuh.

Sehubungan dengan itu maka pada Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
(RP2KP-KP) Kota Bantaeng tahun 2017, khususnya di kawasan kumuh akan menguraikan lebih detail
terhadap program dan kegiatan.

Rencana aksi terdiri dari aspek fisik dan non-fisik kawasan kumuh, sebagai berikut :

A. Aspek Fisik Lingkungan, meliputi:

1. Peningkatan akses kawasan dan lingkungan


2. Pembangunan rumah layak huni
3. Normalisasi & peningkatan pelayanan drainase
4. Peningkatan Pelayanan Sanitasi Lingkungan
5. Peningkatan layanan air minum
6. Peningkatan layanan persampahan
7. Prasarana Penerangan Jalan
8. Prasarana Pencegahan Kebakaran

B. Aspek Sosial Kesyarakatan, meliputi :

1. Peran serta masyarakat dalam penataan dan peningkatan kualitas lingkungan.


2. Keterlibatan lembaga masyarakat untuk peduli lingkungan
3. Sosialisasi dari intansi terkait dalam peningkatan kualitas lingkungan permukman
4. Pemberdayaan masyarakat atau lembaga masyarakat untuk pelaksanaan iven-iven/lomba
kebersihan lingkungan.

Adapun rencana aksi penanganan kumuh pada masing-masing kawasan sebagaimana dimaksud
adalah sebagai berikut :

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 93
BAB 5

C. Rencana Aksi Penataan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kota Bantaeng

Tabel 5.1. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Lamalaka

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK

A. Sektor Pengembangan Permukiman


Peningkatan akses 1.1 Peningkatan jalan
kawasan &
lingkungan Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Lamalaka L= 1,5 m PU, Perumahan APBD 819.472.500
Beton T= 15 cm
P= 3.311 m
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
1. Normalisasi & 1.1 Peningkatan Saluran Drainase
peningkatan
pelayanan Rehab. Drainase Lamalaka P= 739 m PU, Perumahan APBD 554.250.000

2. Peningkatan Pemb.Septik tank komunal Lamalaka 2 Unit PU 800.000.000


Pelayanan (1 Kawasan)
Sanitasi Lingk. Pemb.Jamban Keluarga Lamalaka 313 unit PU, Kesehatan 1.565.000.000

C. Pengembangan Air Minum (PSDA)


Peningkatan layanan Penyediaan jaringan air bersih Lamalaka 460 unit PDAM APBD 920.000.000
air minum

D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Lamalaka 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 40.000.000
persampahan
Pengadaan Gerobak Sampah Lamalaka 3 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 45.000.000

Pengadaan Bak Sampah Rumah Lamalaka 535 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 133.750.000
Tangga Bahan Drum

E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Lamalaka 3 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 45.000.000
Pencegahan Kebakaran) dan PDAM
Kebakaran
F. Bangunan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 94
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Rehabilitasi Rehab. RTLH Lamalaka 252 unit Dinas APBD 1.764.000.000
bangunan hunian PU,Perumahan,Sosi
sesuai dengan fungsi al dan Bappeda
Rehabilitasi
bangunan hunian
sesuai dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 6.656.472.500

ASPEK NON FISIK


Mengoptimalkan Pelibatan masyarakat dalam proses Lamalaka LS APBD 5.000.000
peran serta pembangunan
masyarakat dalam
Sosialisasi ke masyarakat Lamalaka LS APBD 5.000.000
peningk. kualitas
pentingnya kebersihan lingkungan
lingkungannya
Pelatihan bagi lembaga Lamalaka LS APBD 10.000.000
keswadayaan masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 6.676.472.500


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 95
BAB 5

Tabel 5.2. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Jambua

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK

A. Sektor Pengembangan Permukiman


Peningkatan akses 1.1 Peningkatan jalan
kawasan & lingkungan
Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Beton Jambua L= 1,5 m PU, Perumahan APBD 142.312.500
T= 15 cm
P= 575 m
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Septik tank komunal Jambua 1 Unit Dinas PUPR 400.000.000
Sanitasi Lingkungan (1 Kawasan)
PembangunanJamban Keluarga Jambua 63 unit Dinas PUPR, 315.000.000
Dinas Kesehatan
C. Pengembangan Air Minum (PSDA)
Peningkatan layanan air Penyediaan jaringan air bersih Jambua 5 unit PDAM APBD 10.000.000
minum

D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Jambua 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 40.000.000
persampahan Pengadaan Gerobak Sampah Jambua 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Pengadaan Bak Sampah Rumah Tangga Jambua 70 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 17.500.000
Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Jambua 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
F. Bangunan
Rehabilitasi bangunan Rehab. RTLH Jambua 35 unit Dinas PUPR, APBD 245.000.000
hunian sesuai dengan Perumahan, Sosial
fungsi Rehabilitasi dan Bappeda
bangunan hunian sesuai
dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 1.1998.812.500

ASPEK NON FISIK

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 96
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Mengoptimalkan peran Pelibatan masyarakat dalam proses Jambua LS APBD 5.000.000
serta masyarakat dalam pembangunan
peningk. kualitas
Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Jambua LS APBD 5.000.000
lingkungannya
kebersihan lingkungan
Pelatihan bagi lembaga keswadayaan Jambua LS APBD 10.000.000
masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 1.219.812.500


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 97
BAB 5

Tabel 5.3. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Pa’bineang


Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)
Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK
A. Sektor Pengembangan Permukiman
Peningkatan akses 1.1 Peningkatan Jalan
kawasan & lingkungan
Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Beton Pa’bineang L= 1,5 m Dinas PUPR, APBD 166.443.750
T= 15 cm Perumahan
P= 672,5 m
Normalisasi dan 1.2 Peningkatan Saluran Drainase
Peningatan Pelayanan
Rehabilitasi Drainase Pa,bineang P= 941 m Dinas PUPR, APBD 705.750.000
Perumahan
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Septik tank komunal Pa’bineang 1 Unit PU 400.000.000
Sanitasi Lingkungan (1 Kawasan)
PembangunanJamban Keluarga Pa’bineang 102 unit PU, Kesehatan 510.000.000
C. Pengembangan Air Minum (PSDA)
Peningkatan layanan air Penyediaan jaringan air bersih Pa’bineang 239 unit PDAM APBD 478.000.000
minum
D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Pa’bineang 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 40.000.000
persampahan Pengadaan Gerobak Sampah Pa’bineang 3 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 45.000.000
Pengadaan Bak Sampah Rumah Tangga Pa’bineang 129 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 32.250.000
Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Pa’bineang 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
F. Bangunan
Rehabilitasi bangunan Rehabilitasi RTLH Pa’bineang 107 unit Dinas PUPR, APBD 749.000.000
hunian sesuai dengan Perumahan, Sosial
fungsi Rehabilitasi dan Bappeda
bangunan hunian sesuai
dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 3.111.443.750

ASPEK NON FISIK

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 98
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Mengoptimalkan peran Pelibatan masyarakat dalam proses Pa’bineang LS APBD 5.000.000
serta masyarakat dalam pembangunan
peningk. kualitas
Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Pa’bineang LS APBD 5.000.000
lingkungannya
kebersihan lingkungan
Pelatihan bagi lembaga keswadayaan Pa’bineang LS APBD 10.000.000
masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 3.131.443.750


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 99
BAB 5

Tabel 5.4. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Lantebung


Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)
Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK
A. Sektor Pengembangan Permukiman
Peningkatan akses 1.1 Peningkatan Jalan
kawasan & lingkungan
Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Beton Lentebung L= 1,5 m Dinas PUPR, APBD 147.015.000
T= 15 cm Perumahan
P= 594 m
Normalisasi dan 1.2 Peningkatan Saluran Drainase
Peningatan Pelayanan
Rehabilitasi Drainase Lentebung P= 1.188 m Dinas PUPR, APBD 891.000.000
Perumahan
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Septik tank komunal Lentebung 1 Unit Dinas PUPR 400.000.000
Sanitasi Lingkungan (1 Kawasan)
PembangunanJamban Keluarga Lentebung 26 unit Dinas PUPR, 130.000.000
Kesehatan
C. Pengembangan Air Minum (PSDA)
Peningkatan layanan air Penyediaan jaringan air bersih Lentebung 96 unit PDAM APBD 192.000.000
minum
D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Lentebung 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 40.000.000
persampahan Pengadaan Gerobak Sampah Lentebung 2 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 30.000.000
Pengadaan Bak Sampah Rumah Tangga Lentebung 96 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 24.000.000
Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Lentebung 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
F. Bangunan
Rehabilitasi bangunan Rehabilitasi RTLH Lentebung 61 unit Dinas PUPR, APBD 427.000.000
hunian sesuai dengan Perumahan, Sosial
fungsi Rehabilitasi dan Bappeda
bangunan hunian sesuai
dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 2.296.015.000

ASPEK NON FISIK

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 100
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Mengoptimalkan peran Pelibatan masyarakat dalam proses Lentebung LS APBD 5.000.000
serta masyarakat dalam pembangunan
peningk. kualitas
Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Lentebung LS APBD 5.000.000
lingkungannya
kebersihan lingkungan
Pelatihan bagi lembaga keswadayaan Lentebung LS APBD 10.000.000
masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 2.316.015.000


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 101
BAB 5

Tabel 5.5. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Ujung Labbu


Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)
Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK
A. Sektor Pengembangan Permukiman
Peningkatan akses 1.1 Peningkatan Jalan
kawasan & lingkungan
Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Beton Ujung Labbu L= 1,5 m Dinas PUPR, APBD 94.050.000
T= 15 cm Perumahan
P= 380 m
Normalisasi dan 1.2 Peningkatan Saluran Drainase
Peningatan Pelayanan
Rehabilitasi Drainase Ujung Labbu P= 146 m Dinas PUPR, APBD 109.500.000
Perumahan
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Septik tank komunal
Sanitasi Lingkungan PembangunanJamban Keluarga Ujung Labbu 14 unit Dinas PUPR, APBD 70.000.000
Kesehatan
C. Pengembangan Air Minum (PSDA)
Peningkatan layanan air Penyediaan jaringan air bersih Ujung Labbu 97 unit PDAM APBD 194.000.000
minum
D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Ujung Labbu 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 40.000.000
persampahan Pengadaan Gerobak Sampah Ujung Labbu 2 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 30.000.000
Pengadaan Bak Sampah Rumah Tangga Ujung Labbu 129 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 32.250.000
Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Ujung Labbu 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
F. Bangunan
Rehabilitasi bangunan Rehabilitasi RTLH Ujung Labbu 52 unit Dinas PUPR, APBD 364.000.000
hunian sesuai dengan Perumahan, Sosial
fungsi Rehabilitasi dan Bappeda
bangunan hunian sesuai
dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 948.800.000

ASPEK NON FISIK

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 102
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Mengoptimalkan peran Pelibatan masyarakat dalam proses Ujung Labbu LS APBD 5.000.000
serta masyarakat dalam pembangunan
peningk. kualitas
Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Ujung Labbu LS APBD 5.000.000
lingkungannya
kebersihan lingkungan
Pelatihan bagi lembaga keswadayaan Ujung Labbu LS APBD 10.000.000
masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 968.800.000


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 103
BAB 5

Tabel 5.6. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Calendu


Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)
Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK
A. Sektor Pengembangan Permukiman
Peningkatan akses 1.1 Peningkatan Jalan
kawasan & lingkungan
Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Beton Calendu L= 1,5 m Dinas PUPR, APBD 370.012.500
T= 15 cm Perumahan
P= 1.495 m
Normalisasi dan 1.2 Peningkatan Saluran Drainase
Peningatan Pelayanan
Rehabilitasi Drainase Calendu P= 975 m Dinas PUPR, APBD 731.250.000
Perumahan
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Septik tank komunal Calendu 1 unit PU, Kesehatan APBD 400.000.000
Sanitasi Lingkungan (1 kawasan)
PembangunanJamban Keluarga Calendu 96 unit PU, Kesehatan APBD 480.000.000
C. Pengembangan Air Minum (PSDA)
Peningkatan layanan air Penyediaan jaringan air bersih Calendu 149 unit PDAM APBD 298.000.000
minum
D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Calendu 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 40.000.000
persampahan Pengadaan Gerobak Sampah Calendu 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Pengadaan Bak Sampah Rumah Tangga Calendu 64 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 16.000.000
Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Calendu 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
F. Bangunan
Rehabilitasi bangunan Rehabilitasi RTLH Calendu 80 unit Dinas PUPR, APBD 560.000.000
hunian sesuai dengan Perumahan, Sosial
fungsi Rehabilitasi dan Bappeda
bangunan hunian sesuai
dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 2.925.262.500

ASPEK NON FISIK

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 104
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Mengoptimalkan peran Pelibatan masyarakat dalam proses Calendu LS APBD 5.000.000
serta masyarakat dalam pembangunan
peningk. kualitas
Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Calendu LS APBD 5.000.000
lingkungannya
kebersihan lingkungan
Pelatihan bagi lembaga keswadayaan Calendu LS APBD 10.000.000
masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 2.945.262.500


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 105
BAB 5

Tabel 5.7. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Lembang-Lembang


Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)
Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK
A. Sektor Pengembangan Permukiman
Peningkatan akses 1.1 Peningkatan Jalan
kawasan & lingkungan
Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Beton Lembang-Lembang L= 1,5 m Dinas PUPR, APBD 146.025.000
T= 15 cm Perumahan
P= 590 m
Normalisasi dan 1.2 Peningkatan Saluran Drainase
Peningatan Pelayanan
Rehabilitasi Drainase Lembang-Lembang P= 216 m Dinas PUPR, APBD 162.000.000
Perumahan
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Septik tank komunal Lembang-Lembang 1 Unit PU APBD 400.000.000
Sanitasi Lingkungan (1 Kawasan)
PembangunanJamban Keluarga Lembang-Lembang 46 unit Dinas PUPR, APBD 230.000.000
Kesehatan
C. Pengembangan Air Minum (PSDA)
Peningkatan layanan air Penyediaan jaringan air bersih Lembang-Lembang 138 unit PDAM APBD 478.000.000
minum
D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Lembang-Lembang 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 40.000.000
persampahan Pengadaan Gerobak Sampah Lembang-Lembang 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Pengadaan Bak Sampah Rumah Tangga Lembang-Lembang 58 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 14.500.000
Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Lembang-Lembang 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
F. Bangunan
Rehabilitasi bangunan Rehabilitasi RTLH Lembang-Lembang 102 unit Dinas PUPR, APBD 714.000.000
hunian sesuai dengan Perumahan, Sosial
fungsi Rehabilitasi dan Bappeda
bangunan hunian sesuai
dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 2.012.525.000

ASPEK NON FISIK

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 106
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Mengoptimalkan peran Pelibatan masyarakat dalam proses Lembang-Lembang LS APBD 5.000.000
serta masyarakat dalam pembangunan
peningk. kualitas
Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Lembang-Lembang LS APBD 5.000.000
lingkungannya
kebersihan lingkungan
Pelatihan bagi lembaga keswadayaan Lembang-Lembang LS APBD 10.000.000
masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 2.032.525.000


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 107
BAB 5

Tabel 5.8. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Borkal


Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)
Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK
A. Sektor Pengembangan Permukiman
Peningkatan akses 1.1 Peningkatan Jalan
kawasan & lingkungan
Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Beton Borkal L= 1,5 m Dinas PUPR, APBD 204.435.000
T= 15 cm Perumahan
P= 826 m
Normalisasi dan 1.2 Peningkatan Saluran Drainase
Peningatan Pelayanan
Rehabilitasi Drainase Borkal P= 110 m Dinas PUPR, APBD 82.500.000
Perumahan
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Septik tank komunal Borkal 1 Unit PU APBD 400.000.000
Sanitasi Lingkungan (1 Kawasan)
PembangunanJamban Keluarga Borkal 45 unit Dinas PUPR, APBD 225.000.000
Kesehatan
C. Pengembangan Air Minum (PSDA)
Peningkatan layanan air Penyediaan jaringan air bersih Borkal 125 unit PDAM APBD 250.000.000
minum
D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Borkal 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 40.000.000
persampahan Pengadaan Gerobak Sampah Borkal 2 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 30.000.000
Pengadaan Bak Sampah Rumah Tangga Borkal 88 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 22.000.000
Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Borkal 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
F. Bangunan
Rehabilitasi bangunan Rehabilitasi RTLH Borkal 65 unit Dinas PUPR, APBD 455.000.00
hunian sesuai dengan Perumahan, Sosial
fungsi Rehabilitasi dan Bappeda
bangunan hunian sesuai
dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 1.723.935.000

ASPEK NON FISIK

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 108
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Mengoptimalkan peran Pelibatan masyarakat dalam proses Borkal LS APBD 5.000.000
serta masyarakat dalam pembangunan
peningk. kualitas
Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Borkal LS APBD 5.000.000
lingkungannya
kebersihan lingkungan
Pelatihan bagi lembaga keswadayaan Borkal LS APBD 10.000.000
masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 1.743.935.000


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 109
BAB 5

Tabel 5.9. Rencana Aksi Permukiman Kumuh di Kayangan


Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)
Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
ASPEK FISIK
A. Sektor Pengembangan Permukiman
Peningkatan akses 1.1 Peningkatan Jalan
kawasan & lingkungan
Pemb. Jalan Lingkungan Rabat Beton Kayangan L= 1,5 m Dinas PUPR, APBD 46.282.500
T= 15 cm Perumahan
P= 187 m
Normalisasi dan 1.2 Peningkatan Saluran Drainase
Peningatan Pelayanan
Rehabilitasi Drainase Kayangan P= 209 m Dinas PUPR, APBD 156.750.000
Perumahan
B. Sektor Penyehatan Lingkungan
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Septik tank komunal Kayangan 1 Unit Dinas PUPR APBD 400.000.000
Sanitasi Lingkungan (1 Kawasan)
PembangunanJamban Keluarga Kayangan 48 unit Dinas PUPR, APBD 240.000.000
Kesehatan
C. Pengembangan Air Minum (PSDA)
Peningkatan layanan air Penyediaan jaringan air bersih Kayangan 83 unit PDAM APBD 166.000.000
minum
D. Pengolahan Persampahan
Peningkatan layanan Pengadaan Motor Sampah Kayangan 0 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 0
persampahan Pengadaan Gerobak Sampah Kayangan 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Pengadaan Bak Sampah Rumah Tangga Kayangan 19 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 4.750.000
Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Kayangan 1 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 15.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
F. Bangunan
Rehabilitasi bangunan Rehabilitasi RTLH Kayangan 64 unit Dinas PUPR, APBD 448.000.00
hunian sesuai dengan Perumahan, Sosial
fungsi Rehabilitasi dan Bappeda
bangunan hunian sesuai
dengan fungsi
JUMLAH ASPEK FISIK 1.491.782.500

ASPEK NON FISIK

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 110
BAB 5

Sumber Pembiayaan Jangka Waktu (Th.)


Program Kegiatan Lokasi Volume Pelaku
Dana (Rp) 1 2 3 4 5
Mengoptimalkan peran Pelibatan masyarakat dalam proses Kayangan LS APBD 5.000.000
serta masyarakat dalam pembangunan
peningk. kualitas
Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Kayangan LS APBD 5.000.000
lingkungannya
kebersihan lingkungan
Pelatihan bagi lembaga keswadayaan Kayangan LS APBD 10.000.000
masyarakat

JUMLAH ASPEK NON FISIK 20.000.000

TOTAL ASPEK FISIK + NON FISIK 1.511.782.500

REKAPITULASI
TOTAL JUMLAH ASPEK FISIK 22.336.048.750

TOTAL JUMLAH ASPEK 180.000.000

TOTAL JUMLAH ASPEK FISIK + NON FISIK 22.546.048.750


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2017

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 111
BAB 5

Tabel 5.10. Skala Prioritas Penataan dan Peningkatan Kualitas Kumuh Kota Bantaeng

NO LOKASI KAWASAN KUMUH SKALA PRIORITAS

1 Kawasan Sungai Pa,bineang


2 Kawasan Lembang-Lembang
PERTAMA
3 Kawasan Borkal
4 Kawasan Kayangan

1 Kawasan Lamalaka KEDUA

1 Kawasan Lantebung
2 Kawasan Jambua
KETIGA
3 Kawasan Ujung Labbu
4 Kawasan Calendu

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 112
BAB 6

BAB VI
RENCANA DETAIL KONSEP DESAIN
KAWASAN PENANGANAN RIORITAS

A. Penyiapan Dokumen DED

Secara umum penyusunan dokumen DED RP2KPKP Kota Bantaeng merupakan penyusunan laporan
pekerjaan yang berupa gambar kerja secara lengkap dan terdiri dari berbagai skala gambar. Dalam
pelaksanaan penyusunan DED, tahapan kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan mobilisasi personil, peninjauan lokasi kegiatan (survey
pendahuluan), penyusunan rencana kerja yang meliputi waktu dan lama pengukuran lokasi, dan
memantapkan rencana kerja dalam pelaksanaan perencanaan. Pada pekerjaan persiapan ini juga
dilakukan penilaian kondisi awal pada lokasi yang akan direncanakan, yang meliputi :

• Melakukan pengamatan kondisi eksisting.


• Mengkaji beberapa fasilitas pelengkap/pendukung atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perencanaan teknis.

2. Survey Lapangan

Untuk lebih memahami permasalahan dan perencanaan, maka perlu diadakan survey lapangan di
lokasi kegiatan. Survey lapangan juga dilakukan untuk mendapatkan kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk analisis. Beberapa survey yang akan dilakukan disesuaikan dengan jenis dan
kriteria dari DED yang akan disusun.

3. Analisis dan Perencanaan

Berdasarkan data yang didapat dari hasil survey kemudian dilakukan analisis untuk pengambilan
keputusan didalam perencanaan suatu kegiatan. Dalam perencanaan tentunya sangat dibutuhkan
data – data yang akurat sehingga nantinya akan sesuai dengan diharapkan.

4. Penyusunan DED

• Menyusun Disain Teknis Beserta Gambar Teknisnya, Meliputi kegiatan perencanaan teknis
DED yaitu perencanaan sesuai dengan jenis masing-masing kegiatan yang berhubungan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 113
BAB 6

langsung dengan masalah-masalah teknis, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan gambar


kerja/rencana teknis. Gambar kerja ini disusun berdasarkan hasil yang didapat dari
perencanaan teknis DED dan dibuat rapi dalam satu bentuk album gambar.
• Menyusun Spesifikasi Teknis Kegiatan, Pada kegiatan ini akan disusun spesifikasi teknis dari
bahan bangunan dan syarat pelaksanaan yang berhubungan dengan desain teknis.

Pada dasarnya anggaran biaya merupakan bagian terpenting dalam menyelenggarakan suatu kegiatan.
Yang dimaksud dengan Rencana Anggaran Biaya adalah perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
kegiatan tersebut, seperti digambarkan sebagai berikut:

Analisa Satuan
Tenaga Kerja Pekerjaan

RAB
Harga Bahan
Volume Pekerjaan

B. Rencana Pembangunan Penanganan Permukiman Tahap 1

Berdasarkanhasildiskusi (FGD) maupun dengan internal Tim Pokja Kabupaten Bantaeng, maka telah
disepakati 3 Kawasan pembangunan tahap 1 yang terdiri dari 4 Kawasan 11.18 Hektar. Detail
Kawasan tersebut adalah :

1. Kawasan Pabbineang dengan luas deliniasi kumuh 4.6 Ha


2. Kawasan Lembang-Lembang dengan luas deliniasi kumuh 2.19 Ha
3. Kawasan Borkal dengan luas deliniasi kumuh 2.16 Ha
4. Kawasan Kayangan dengan luas deliniasi kumuh 2.23 Ha

Dengan mengetahui jumlah kawasan beserta jumlah luasan yang sudah disepakati bersama, maka
akan ditindak lanjuti dengan melakukan pengukuran untuk perencanaan kegiatan fisik
pembangunannya, dengan menghitung panjang, lebar dan volumenya.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 114

Anda mungkin juga menyukai