Anda di halaman 1dari 21

Solusi dan Partisipasi

dalam Mendukung
Program Kotaku
Tanpa Kumuh

Oleh:
Hendra Sahputra, SE
1)
Disampaikan pada Lokakarya Sosialisasi dan Strategi Komunikasi
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), di Sibolga tahun 2016.

2)Wakil Katua DPRD Kota Sibolga ( Koordinator Komisi III DPRD


Di Kelurahan Aek Muara Pinang
Kelurahan Aek Habil dan Aek Manis
Kelurahan Pancuran Bambu dan Dewa :
Yang sebahagian besar Pemukiman penduduk di atas
permukaan laut

Kawasan Kumuh juga ada di tengah kota Sibolga:


Kecamatan Sibolga Kota , Kelurahan Pasar Belakang
pemukiman penduduk yang berada di atas air laut

Ada 5 lokasi permukiman kumuh, yang sebahagian besar


bermukim di wilayah pinggiran laut atau bermukim di atas air
laut
DAMPAK KAWASAN/PERMUKIMAN KUMUH
Dampak Fisik

Dampak Politik
Menimbulkan,
Pemerintahakan
dianggap dan kesemrawutan
dipandang tidak cakap permukiman,
dan tidak peduli dalam
menangani pelayanan Merusak keindahan
terhadap masyarakat kota,
kota. Secara politis, ini
akan sering Pencemaran
dimanfaatkan untuk
menyerang
lingkungan
pemerintahan yang
sedang berkuasa.
DAMPAK KAWASAN/PERMUKIMAN KUMUH
Dampak Sosial

Kesenjangan sosial,
Kerawanan sosial,
Ketegangan sosial dan hal-hal yang
berkaitan dengan miras, narkoba,
prostitusi, dan pencurian
Kejahatan, Perilaku seks
menyimpang, dan sumber penyakit
sosial lainnya.
DAMPAK KAWASAN/PERMUKIMAN KUMUH
Dampak Sosial
26 PMKS, belasan di antaranya bisa
muncul dari Kawasan Kumuh ;
- Anak terlantar - Anak jalanan,
- Lanjut usia terlantar - Tuna susila,
- Gelandangan - Pengemis,
- Pemulung - Fakir miskin

- Kelompok minoritas seperti gay dan


waria
- Korban penyalahgunaan NAPZA
- Korban trafficking (perdagangan
manusia)
ALTERNATIF SOLUSI
Mengatasi dampak sosial dari kawasan kumuh
adalah dengan menangani masalah kawasan kumuh
itu sendiri.
Dalam artian, jika kawasan kumuh sudah teratasi
atau sudah tidak ada, dengan sendirinya dampak
sosialnya juga akan hilang.
Penanganan masalah kawasan
kumuh biasanya dilakukan dengan
dua cara:
Relokasi Revitalisasi
ALTERNATIF SOLUSI
Relokasi
- Relokasi cocok untuk kawasan pemukiman
yang hak atas lahannya legal atau tidak sah.
- Relokasi ini biasaya dilakukan dengan
membuka kampung (kawasan) baru atau
dengan pembangunan rumah susun.
- Relokasi ini butuh lahan baru, berbiaya besar,
dan memakan waktu yang relatif lama.
- Relokasi sering menimbulkan masalah baru.
Warga permukiman kumuh akan melawan,
karena menganggap sebagai penggusuran.
Warga di sekitar lokasi baru juga akan menolak,
takut bermasalah kepada daerahnya.
ALTERNATIF SOLUSI
Proses Revitalisasi sebuah kawasan mencakup
Revitalisasi
perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek
sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu
mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan
(Danisworo, 2002).
Revitalisasi bukan sesuatu yang hanya
berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik
saja, tetapi juga harus dilengapi dengan
peningkatan ekonomi masyarakatnya serta
pengenalan budaya yang ada. Untuk
melaksanakan revitalisasi perlu adanya
keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang
dimaksud bukan sekadar ikut serta untuk
mendukung aspek formalitas yang memerlukan
adanya partisipasi masyarakat, selain itu
masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat
ALTERNATIF SOLUSI
Revitalisasi
Dalam hal ini, revitalisasi maksudnya
proses untuk memperbaiki kembali
kondisi masyarakat yang tinggal di
kawasan kumuh dengan berbagai
program, baik dalam aspek ekonomi,
sosial, budaya, dan juga partisipasi
masyarakat.
Revitalisasi ini harus melibatkan
berbagai pihak, dari pemerintah
(pusat dan daerah), sektor swasta,
kampus (perguruan tinggi), media
ALTERNATIF SOLUSI
Permukiman
Revitalisasi kumuh tidak dapat
diatasi dengan pembangunan fisik
semata, tetapi yang lebih penting
mengubah perilaku dan budaya dari
masyarakat.
Revitalisasi permukiman kumuh bukan
hanya bicara tentang air bersih,
drainase (gorong-gorong) atau
perumahan, tapi lebih banyak
memberikan perhatian pada
bagaimana menggerakan kegiatan
sosial ekonomi, kelembagaan, dan
ALTERNATIF SOLUSI
Revitalisasi

Revitalisasi yang dimaksud


dalam hal ini juga bagian
dari dukungan kepada
Program Kota Tanpa Kumuh
(KOTAKU).
LATAR BELAKANG
Amanat Direktorat Jenderal
Cipta Karya
Perpres menginisiasi
No 2 pembangunan
Tahun platform kolaborasi
2015 melalui Program
pembangunan dan pengembangan kawasan
Kota Tanpa Kumuh
perkotaan melalui penanganan kualitas
lingkungan permukiman yaitu peningkatan (KOTAKU)
PEMERINT
kualitas permukiman kumuh, pencegahan AH
KOTA/KAB
tumbuh kembangnya permukiman
PEMERINT MASYARA
kumuh baru, dan penghidupan yang AH KAT
PUSAT Kolabora
berkelanjutan
si
Pada tahun 2016 masih terdapat 35.291*) Penanga
Ha permukiman kumuh perkotaan yang nan
tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia PEMERINT
Permuki STAKEHOL
sesuai hasil perhitungan pengurangan luasan AH man DER:
PROPIN Swasta,
permukiman kumuh perkotaan yang SI Kumuh Donor,
Univ. LSM.
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta dll

Karya
*) Sumber: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta
Karya Tahun 2015 Mengingat sifat pekerjaan dan skala pencapaiannya
yang sangat kompleks, diperlukan Kolaborasi
beberapa pihak dalam Penanganan Permukiman
Strategi
STRATEGI
Kolaborasi seluruh pelaku pembangunan dalam penanganan permukiman
Dasar kumuh.
Menyelenggarakan penanganan
permukiman kumuh melalui
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;
Meningkatkan kapasitas dan
mengembangkan kelembagaan yang
mampu berkolaborasi dan membangun
jejaring penanganan permukiman kumuh
mulai dari tingkat pusat sampai dengan
Strate tingkat masyarakat;
gi Menerapkan perencanaan partisipatif
Operasio dan penganggaran yang
terintegrasi dengan multi-sektor dan multi-aktor;
nal
Memastikan rencana penanganan
permukiman kumuh dimasukkan
dalam agenda RPJM Daerah dan
perencanaan formal lainnya;
Memfasilitasi kolaborasi dalam
pemanfaatan produk data dan rencana
yang sudah ada, termasuk dalam
penyepakatan data dasar (baseline)
permukiman yang akan dijadikan acuan
bersama dalam perencanaan dan
PRINSIP DASAR
Pemda Sebagai Nakhoda

Perencanaan Yang Komprehensif Sinkronisasi

Perencanaan & Penganggaran

Partisipatif, Kreatif dan Inovatif


Prinsip Pengelolaan Lingkungan Sosial yang
Dasar menjamin keberlanjutan

Tatakelola Kepemerintahan Yang Baik

Investasi Penanganan Permukiman


Kumuh

Revitalisasi Peran BKM/LKM


PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM
Pemerintah Provinsi sekitar Rp. 5 Milyar per
tahun atau PEMERIN
sekitar 3-5% dari APBD Provinsi; TAH
Pemerintah Kota/Kabupaten berkontribusi PROVINSI
sekitar Rp. 2- 15 milyar/tahun atau &
sekitar 2-5% dari APBD yang besarnya KAB/KOT
sekitar Rp. 120-300 A
milyar/tahun/kota/kab
Kementerian PUPR melalui APBN
diperkirakan dapat memenuhi minimum
20% dari total kebutuhan pendanaan
Ilustrasi awal menunjukkan potensi PEMERIN
TAH
pendanaan dari pemerintah pusat untuk
PUSAT
penanganan kumuh di kota- kota prioritas
adalah sekitar Rp. 20-40
milyar/tahun/kota/kab
Masyarakat berkontribusi sekitar 20%
SWADAYA
pendanaan untuk infrastruktur tersier
MASYARAK
dalam bentuk in cash maupun material dan
AT &
tenaga
SWASTA
PROSES PENGANGGARAN
Melalui APBN dengan mekanisme Musrenbang,
dimana Pokja PKP Nasional berperan sebagai wadah
koordinasi
TINGK Pokja PKP Nasional bersama-sama dengan KL untuk
AT didanai oleh APBN serta melakukan koordinasi
NASION dengan KEMENKEU c.q DJA untuk memastikan usulan
AL program dan kegiatan
Pokja PKP Nasional melalui CCMU memfasilitasi
Pemda untuk dapat mengakses dan memobilisasi
sumber-sumber pendanaan non konvensional

Pokja PKP Provinsi bersama-sama dengan SKPD


TINGK
AT Provinsi mereview daftar usulan kegiatan dari
PROVI kab/kota dan melakukan koordinasi dengan
NSI Tim Anggaran Pembangunan Daerah (TAPD)
untuk memastikan usulan program dan
kegiatan penanganan permukiman kumuh
yang disepakati dalam RKPD provinsi
TINGK Pokja PKP Kab/Kota bersama SKPD Kab/Kota
AT melakukan koordinasi dengan Tim Anggaran
KAB/KO Pembangunan Daerah (TAPD) untuk
TA memastikan usulan program dan kegiatan
Menuju Pencapaian Target
Sustainable Development
Goals (SDGs)
201 202 202
200 203
5 0 5
5 0
SDGs
Perumahan dan
RPJPN pelayanan dasar
RPJMN 2005-2025 layak, aman, dan
terjangkau untuk
2015-2019 KOTA TANPA KUMUH
semua, termausuk
2025 peningkatan kualitas
Penyelenggaraan
100 %
Akses Air Minum
pembangunan perumahan yang
permukiman kumuh.
berkelanjutan, memadai, layak, Manajemen
0% Kumuh Perkotaan
dan terjangkau oleh daya beli perencanaan
masyarakat serta didukung permukiman yang
oleh prasarana dan sarana
Akses inklusif, terintegrasi, dan
100% Sanitasi
permukiman yang mencukupi
dan berkualitas yang dikelola berkelanjutan dengan
secara profesional, kredibel, mengedepankan
mandiri, dan efisien; partsipasi masyarakat;
Akses universal dan
Sumber: Direktur Permukiman dan pemerataan terhadap air
Perumahan, Kementerian minum yang terjangkau.
PPN/Bappenas
Akses universal dan
Jalan Menuju 100-0-100 (2019)
Target yang Perlu
ditangani
menuju
100-0-100 (2019)
70,97% AKSES AIR MINUM LAYAK

Air
Minum:
62,14% AKSES SANITASI LAYAK 95,6 Juta
Jiwa
Sanitasi:
117 Juta
38.431 KUMUH PERKOTAAN Jiwa
Kumuh:
Ha 38.431 Ha
3,4 Juta RUMAH TANGGA
TINGGAL DI RUMAH
TIDAK LAYAK HUNI RTLH:
(RTLH)
3,4 Juta
Sumber Data: BPS 2014, MDGs 2015, dan
berbagai publikasi dan Permukiman dan Jiwa
Perumahan, Kementerian PPN/Bappenas
DOKUMENTASI KUMUH DI KOTA
SIBOLGA
DOKUMENTASI KUMUH DI KOTA
SIBOLGA
DOKUMENTASI KUMUH DI KOTA
SIBOLGA

Anda mungkin juga menyukai