Anda di halaman 1dari 5

MASALAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik berupa kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari beberapa
tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali
jadi semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan
mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu (Turner, 1972). Menurut
Sumaatmaja (1988) pemukiman itu merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting di
dalam kehidupan manusia. Dari lima kebutuhan hidup manusia, yaitu pangan, sandang,
permukiman, pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman menempati posisi yang
sentral, atau dapat dikatakan juga peningkatan permukiman berbanding lurus dengan
meningkatnya kualitas hidup.

Menurut UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


disebutkan bahwa permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Penataan
perumahan dan permukiman haruslah berlandaskan azas manfaat, adil dan merata, kebersamaan
dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan dan kelestarian lingkungan
hidup.

Dalam hal pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan perumahan dan


permukiman, masyarakat berperan sebagai pelaku utama, sementara pemerintah mempunyai
kewajiban sebagi pihak yang bertugas mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana
yang kondusif demi tercapainya tujuan pembangunan nasional maupun daerah. Permintaan akan
jumlah hunian sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk
Indonesia pada saat sekarang ini bertambah dengan sangat pesat, hal ini menimbulkan masalah
baru pada kawasan permukiman, yaitu semakin berkembangnya kawasan hunian yang kumuh
dan semrawut. Di berbagai wilayah, kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan
karena kondisinya yang tidak higienis. Salah satu faktor yang mencirikan permukiman yang
kumuh adalah tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, kurangnya akses, sanitasi yang tidak
layak, air bersih yang belum memadai serta minimnya fasilitas umum dan sosial. Kawasan
hunian yang kumuh dan semrawut sering kali dikaitkan dengan tingkat kemiskinan.

Kemiskinan masih merupakan masalah yang membutuhkan perhatian ekstra dari


pemerintah Indonesia. Secara umum kemiskinan di Indonesia sejak tahun 1998 hingga sekarang
mengalami penurunan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik diperoleh data pada tahun
2011 jumlah masyarakat miskin di Indonesia mencapai 12,49 persen atau 30.01 juta jiwa dengan
pusat jumlah masyarakat miskin terpusat di pulau Jawa, dan pada bulan Maret tahun 2015,
presentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,22 persen atau 28,59 juta jiwa. Dari data
ini secara general dapat dilihat bahwa dari tahun 1998 hingga sekarang angka persentase jumlah
penduduk miskin di Indonesia sudah mengalami penurunan, namun masih belum mencapai
target dari Sasaran Program Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat yang dicanangkan
pemerintah untuk akhir tahun 2014 dan menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015 – 2019. Dimana target pada RPJMN ini mengacu pada rumusan
Suistainable Development Goals (SDG’s), yaitu tanpa kemiskinan, terpenuhinya ketersediaan air
bersih dan sanitasi yang berkelanjutan.

Pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar dalam permasalah permukiman. Hal
ini dapat kita lihat banyaknya program-program pro-rakyat untuk menanggulangi kemiskinan
melalui program perumahan swadaya, bantuan peningkatan kualitas infrastruktur permukiman di
kawasan permukiman kumuh, dll. Kendati belum bisa dikatakan maksimal, akan tetapi tren
penurunan menunjukan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan
pemerintah telah memberikan efek positif bagi peningkatan kemampuan masyarakat dalam
mengembangkan hak-hak dasar mereka. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks
membuat semua pihak secara bersama dan terkoordinasi membuat berbagai jenis kegiatan
pengentasan kemiskinan berbasis masyarakat. Kegiatan ini harus didukung oleh para relawan
dan semua pihak di masyarakat.
BAB II

ISI

Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dari segi pemerintahan,


dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah dengan
kemampuan ekonomi menengah ke bawah dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan
ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial. Terbentuknya pemukiman kumuh yang sering
disebut sebagai slum area dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena
dapat menjadi sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber
penyakit sosial lainnya. Pemukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar
kota, perkampungan pinggir kota, dan disekitar bantaran sungai kota. Kepadatan penduduk di
daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi,
budaya dan asal daerah. Perhatian utama pada penghuni pemukiman ini adalah kerja keras
mencari nafkah atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari agar tetap bertahan hidup
dan bahkan tidak sedikit warga setempat yang menjadi pengangguran. Sehingga tanggung jawab
terhadap disiplin lingkungan, norma sosial dan hukum, kesehatan, solidaritas sosial serta tolong
menolong menjadi terabaikan dan kurang diperhatikan.

Perilaku menyimpang yang sering dijumpai pada pemukiman kumuh adalah perilaku
yang bertentangan dengan norma-norma sosial, tradisi dan kelaziman yang berlaku sebagaimana
kehendak sebagian besar anggota masyarakat. Wujud perilaku menyimpang di pemukiman
kumuh ini berupa perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di
sembarang tempat, menghindari pajak, tidak memiliki KTP dan menghindar dari kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan seperti gotong-royong dan kegiatan sosial lainnya.

Keadaan seperti itu cenderung menimbulkan masalah-masalah baru yang menyangkut:


 masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama masalah pemukiman untuk
golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan lapangan pekerjaan di daerah
perkotaan.
 masalah perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya kekaburan atau ketiadaan
norma pada masyarakat migran di perkotaan. Disamping itu juga pesatnya pertumbuhan
penduduk kota dan lapangan pekerjaan di wilayah perkotaan mengakibatkan semakin
banyaknya pertumbuhan pemukiman-pemukiman kumuh yang menyertainya dan
menghiasi areal perkotaan tanpa penataan yang berarti.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah pemukiman kumuh adalah:
1. ukuran bangunan yang sangat sempit dan tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni;
2. rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah pemukiman rawan akan bahaya
kebakaran;
3. sarana jalan yang sempit dan tidak memadai;
4. tidak tersedianya jaringan drainase:
5. kurangnya suplai air bersih;
6. jaringan listrik yang semrawut;
7. fasilitas MCK yang tidak memadai;

Upaya Mengatasi Pemukiman Kumuh


Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman kumuh di kawasan
perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan pemerataan, peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin
serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi
penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan
peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan lingkungan
pemukiman pada umumnya.
Cara Mengatasi Pemukiman Kumuh:
 Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kesehatan
lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.
 Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh yang dilakukan dengan membongkar
lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya dengan rumah
susun yang memenuhi syarat.
Selain usaha dari pemerintah diharapkan masyarakat juga ikut terlibat dalam mengatasi
pemukiman kumuh di perkotaan. Sehingga diperlukan kerjasama antara pemerintah, pihak
swasta dan masyarakat untuk mengatasi adanya pemukiman kumuh. Namun, pemukiman kumuh
tidak dapat diatasi dengan pembangunan fisik semata-mata tetapi yang lebih penting yaitu
mengubah prilaku dan budaya dari masyarakat di kawasan kumuh. Jadi, masyarakat juga harus
menjaga lingkungannya agar tetap bersih, rapi, tertur dan indah. Sehingga akan tercipta
lingkungan yang nyaman, tertib dan asri.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tumbuhnya pemukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota besar
yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan kemampuan
pemerintah untuk menyediakan pemukiman-pemukiman baru sehingga para pendatang akan
mencari alternatif tinggal di pemukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota.
Daerah kumuh yang terbentuk ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak
masalah perkotaan karena dapat menjadi sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang,
seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.Cara mengatasi pemukiman kumuh ini
dapat dilakukan oleh pemerintah dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak swasta dan
masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh tersebut. Sehingga permasalahan pemukiman
kumuh ini dapat diatasi dengan tuntas.

Saran
SebaiknyaPemerintah harus memperhatikan kendala yang terjadi pada saat yang sekarang
ini salah satu diantaranya adalah pemukiman yang kumuh dan tidak teratur. Selain memberikan
rumah susun juga harus memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya
pekerjaan dan masyarakat harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan
teratur.

Anda mungkin juga menyukai