Anda di halaman 1dari 10

THE HOUSING PROBLEM

FOR LOW-INCOME PEOPLE

IMELDA GITA N. | 3215100030


PENGANTAR TEORI PERUMAHAN DAN
DESAIN PERKOTAAN | KELAS B
2017 | DEPARTEMEN ARSITEKTUR
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB 1 : BACKGROUND

Permukiman merupakan suatu kebutuhan primer bagi manusia, tak hanya


untuk menaungi diri dari sinar matahari ataupun hujan, namun permukiman atau yang
disebut dwelling pada beberapa tempat juga difungsikan sebagai tempat berlindung dna
berinteraksi. Namun apa jadinya jika kebutuhan akan permukiman melunjak namun
lahan yang tersedia juga akumulasi pendapatan masyarakat daerah tersebut rendah?
Tentunya hal ini menjadi permasalahan tersendiri terutama jika eprmasalahan tersebut
dilihat dari sudut pandang masyarakat berpenghasilan rendah, yang dapat banyak
ditemu di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Permasalahan dalam perumahan akan menghasilkan pandangan yang berbeda
saat dilihat melalui sisi pembuat kebijakan publik, pihak pengembang perumahan,
hingga masyarakat berpenghasilan rendah. Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat
berpenghasilan rendah, sebenarnya kebutuhan mereka dalam pembangunan perumahan
adalah biaya murah dengan cicilan rendah, dekat dengan akses transportasi umum,
kualitas terjamin terutama untuk kesehatan, adanya fasilitas publik di area tersebut
seperti taman ataupun area bermain, dan lokasi yang dekat dengan sumber
penghasilannya ataupun dekat dengan lahan pekerjaan.
Pandangan tentang kebutuhan tersebut membuat para masyarakat
berpenghasilan rendah dan terlantar berusaha memenuhi kebutuhannya dengan cara
membangun permukiman kumuh di area bantaran sungai, bawah jembatan ataupun
sudut-sudut kota. Mereka merasa puas walau hanya dengan rumah serta lingkungan
yang berkualitas rendah yang disediakan oleh pihak komersil. Dalam pelaksanaan
pembangunan seharusnya melihat kebutuhan pengguna nantinya .
BAB 2 : THE QUANTITATIVE HOUSING PROBLEM

Data tentang jumlah permasalahan perumahan yang diakibatkan masyarakat


berpenghasilan rendah di dunia menunjukkan dominan meningkat, salah satu
contohnya dapat kita lihat dari contoh Negara Amerika. Pada tahun 1950 tepatnya masa
setelah perang dunia II berakhir, sekitar 37% masyarakat amerika hidup dan tinggal di
permukiman yang bermutu di bawah standar, namun dengan kesadaran pemerintah dan
adanya beberapa peraturan yang mengatur tentang housing, maka pada tahun 1960
angka keluarga yang tinggal di permukiman di bawah standar menjadi 20% dan pada
tahun 1968 mencapai 13%. Douglass berusaha menyimpulkan bahwa peningkatan
keluarga bermukim di permukiman yang sesuai standar berggantung pada bagaimana
orang melihat kriteria kondisi dan peluang dimana mereka berada. Namun data dari
Massacussets University mengungkapkan bahwa sekitar 260.000 keluarga (17%)
Amerika masih tinggal di permukiman substandar. Setengah dari mereka hanya
berpenghasilan senilai kurang dari $4.000/tahun dan dua per tiganya dibawah
$5000/tahun dan sepertiga dari mereka merupakan penyewa. Terjadinya hal ini tidak
lepas dari adanya kemiskinan dan sasisme terhadap kaum minoritas. Dari data tersebut
terlihat bahwa semakin rendah pendapatan masyarakat, semakin tinggi pajak
perumahan yang harus dibayar. Pajak tambahan juga dibayar oleh kaum minoritas, dan
adanya rasisme menyebabkan kaum minoritas harus membayar “color tax” dari
perumahan sebih dari 10%.

Dimuali dari tahun 1960 hingga 1966, pertumbuhan ras kulit non putih
bertumbuh sekitar 89% di kota-kota pusat dan sekitar 11% di pinggiran kota, sehingga
pada daerah non metropolitan jumblah masyarakat non kulit putih sangat berkurang,
hal ini membuktikan bahwa migrasi secara besar-besaran masih terus berlanjut hingga
sekarang.
BAB 3 : THE COMMERCIAL MARKET AND FILTERING PROCESS

Filtering Process merupakan salah satu cara tradisional untuk menyelesaikan


penderitaan masyarakat berpenghasilan rendah. Filtering ada dua tipe yaitu filtering up
terhadap penghuni dimana Pergerakan rumah tangga atau pengguna akan
menghasilkan sebuah pergantian hunian dalam siklus hidup rumah tangga, dan filtering
down terhadap bangunan atau hunian dimana akan terjadi Perubahan unit hunian untuk
nilai dan harga pasar yang lebih rendah. Dari filtering tersebut, jika gagal akan
berakibat berkurangnya peluang perumahan untuk kaum miskin, produksi perumahan
untuk kaum menengah ke atas anjlok, dan tenaga yang dikerahkan untuk membayar
sewa meningkat.
Hal ini menimbulkan beberapa
alternative bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dimana
mereka dipaksa bertempat tinggal
“keluar dari pasar” dengan cara:
a. Bergabung dengan keluarga
lainnya ( satu hunian dapat dihuni
oleh lebih dari satu rumah tangga)
b. Pindah ke hunian yang tidak layak dengan sewa yang murah
c. Membayar biaya sewa lebih dari 20-25 persen dari pendapatan mereka
d. Menggabungkan ketiga kemungkinan
Dalam mekanisme pasar sendiri, terdapat ketimpangan antara pihak pengembang dan
penghuni, dimana pengembang dapat bebas memilih lokasi yang akan dikembangkan
dan mengerti pengetahuan tentang pasar dan resikonya secara lengkap sedangkan
penghuni mendapat akses terbatas dalam memilih hunian, dan minim pengetahuan
tentang pasar dan resikonya serta hukum-hukum yang mengatur dan standar bangunan
juga kesehatannya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mekanisme pasar tidak
bisa menyediakan hunian yang layak untuk masyarakat berpendapatan rendah melalui
proses filtering. Karena masyarakat berpendapatan rendah hanya mampu membayar
sewahunian yang paling rendah, mereka cenderung mendaptkan hunian yang paling
buruk bahkan sangat tidak layak.
Namun ada dampak positif dari adanya Mekanisme pasar dengan proses
filtering tersebut, yaitu:
a. Pengetahuan dan mobilitas merata antara pengguna
b. Kesempatan untuk memilih sama untuk pembeli dan sallers
c. bebas masuk dan keberangkatan dari produsen dan pengguna setiap saat
d. Insentif dari maksimalisasi keuntungan di sisi pasokan
BAB 4 : PUBLIC POLICIES AND HOUSING PROGRAMS
Adanya fakta bahwa filtering tidak dapat menyediakan hunian yang layak
bagi masyarakat berpenghasilan rendah menyebabkan harga pajak dan sewa semakin
meningkat dan terjadi inflasi. Masyarakat berpenghasilan rendah tidak bias
mendapatkan hunian yang layak dan mendapatkan hunian di bawah standar terburuk
bahkan tanpa adanya factor ras dan diskriminasi hal itu tetap terjadi. Hal ini semakin
diperburuk dengan adanya pembongkaran hunian di bawah standar tanpa adanya
penyediaan rumah tinggal baru sehingga masyarakat berpenghasilan rendah semakin
kekurangan jumlah hunian. Campur tangan pemerintah terhadap hal ini hanya terjadi
di saat krisis melanda.
Dalam menindak lanjuti hal tersebut, pemerintah federal (Amerika) membuat
beberapa peraturan dan didapati rentang bantuan dari pemerintah, yaitu:
a. Intervensi dalam mekanisme distribusi pembayaran perumahan, untuk
membantu pasar atau untuk alasan kebijakan sosial
b. Untuk unit hunian yang sudah terbangun, terutama untuk kelompok yang
kurang beruntung atau lainnya
c. Untuk kebijakan yang lebih komprehensif
d. Untuk membantu pengguna perumahan secara langsung dengan membantu
individu
Langkah pertama menuju kebijakan perumahan
federal yang diambil selama krisis ekonomi Depresi
adalah pada tahun 1934 dibentuklah Federal
Housing Authority (FHA). program sewa
perumahan rendah ecara dini yang umum dan
asuransi kredit rumah federal. Tahun 1934, program
pemerintah mengenai hunian dan lingkungan
perumahan semakin bertambah, dan dua yang masih
berjalan yaitu:
1. Asistensi secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembangunan unit rumah

2. Program yang harus dijalankan


bersama tim pengembang tentang
area dan perkembangan
lingkungan
HUD-FHA yang merupakan program
permukiman, berdasarkan tingkat
pemasukan dapat di kelompokkan
menjadi:
a. Low-rent Public Housing
b. Rent Supplement
c. Below-Market Interest
Subsidy
d. Market Rate Mortgage
Insurance

a. Low-rent Public Housing

b. Rent Supplement
c. Below-Market Interest Subsidy

d. Market Rate Mortgage Insurance


Perkembangan peraturan pemerintah dalam membantu masyarakat berpenghasilan
menengah kebawah berlanjut hingga tahun 1960-an dimana pembangunan hunian bagi
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah mencapao 50.000 hingga 60.000 unit
per tahunnya, pada tahun 1967 meningkat menjadi 100.000 unit, tahun 1968 meningkat
lagi mencapai 120.000 unit, pada tahun 1969 rumah yang terbangun sejumlah 165.000
unit dan 1971 hunian yang terbangun mencapai 400.000 unit. Namun hal ini msih jauh
dari ketentuan Kaiser Commission’s yang menyatakan Amerika masih membutuhkan
600.000 unit bangunan untuk kaum berpenghasilan menengah ke bawah.

1967 1968 1971 1/3 of the


1960’s 1969 amount.

Pada masa ini, petani juga mendapatkan subsidi dengan peraturan petani tidak
menanam tanaman jauh lebih tinggi dari total anggaran HUD, dan sebagian besar dari
hasil argikultural disubsidikan ke perusahaan perusahaan pertanian untuk kepentingan
industri.
Paradigma bahwa campur tangan pemerintah di bidang perdagangan dan
persewaan rumah adalah tanda kehidupan social yang tidak sehat dan sangat
berlawanan dengan keyakinan Amerika dimana pihak yang berpendapatan lebih
menyokong pihak yang kurang
mampu.

Pada tahun 1969, Boston


Redevelopment Authority
(BRA) membuat operasi
prioritas untuk rumah
rehabilitasi di Boston dimana
pemerintah menjamin rumah
rehabilitasi hingga $16,000 tiap
tahunnya.
Yang diprioritaskan dalam BRA adalah:
a. Penghuni berendapatan menengah ke bawah
b. Nonprofit Sponsor
c. Landlords who accept leased housing
d. Dan lain lain
Dalam pelaksanaan HUD-FDA, pemerintah juga menjalankan tiga kebijakan
terselubung yaitu:
1. pengurang penghasilan kena pajak dari pajak properti dan pembayaran bunga
kredit
2. kepemilikan rumah dari masyarakat berpenghasilan rendah tidak dihitung
sebagai pendapatan
Sistem Intensif Pasar memberikan bantuan untuk kalangan berpenghasilan
menengah ke bawah dan investor atas pendapatan dari satu sisi namun mengabaikan
orang miskin dan ras minoritas. Kaum minoritas selama miskin harus bekerja dan
“tahu tempat mereka”
Daftar Pustaka
• http://fineartamerica.com/featured/substandard-housing-in-brooklyn-new-
everett.html
• http://www.stlucieco.gov/departments-services/a-z/community-
services/housing
• http://www.imaginefm.net/key-worker-housing-drive-in-east-cheshire/
• http://www.planetizen.com/node/77132/its-time-talk-about-national-
minimum-urban-density-standards
• http://www.iied.org/namibia-shows-how-support-low-cost-housing
• http://weknowyourdreamz.com/money.html
• http://www.radionz.co.nz/international/pacific-news/283309/marshalls'-
nuclear-evacuee-housing-in-spotlight
• http://www.forbes.com/sites/samanthasharf/2016/02/05/24-ways-to-save-find-
and-earn-extra-money-with-minimal-effort/
• http://thestandard.org.nz/power-poverty-on-the-up/
• http://ratnerpropertymanagement.com/qualifying-a-tenant
• http://www.trulia.com/home_prices/Massachusetts/
• https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/1e/Real_estate_economic
s_-_basic_model.png
• http://www.century21dreamsrealestate.ca/mortgage-rates
• http://www.jarlawyer.com/Tax_Appeals.html
• http://homeguides.sfgate.com/can-sell-house-renters-occupying-house-
39909.html

Anda mungkin juga menyukai