Anda di halaman 1dari 1

URBANISASI: Peran kaum miskin dalam

perkembangan kota
perumahan
Asia
kaum miskin
kota-kota
bagi
di
Perumahan dan urbanisasi
Bagaimanapun Anda mendefinisikan kawasan
perkotaan, satu hal sudah jelas: suka atau tidak, kota
adalah tempat pertumbuhan ekonomi terjadi, dan kota
adalah di mana masa depan berada.
Kota-kota tumbuh dengan cara yang berbeda: Karena
pertambahan penduduk secara natural, perluasan
wilayah maupun migrasi, yang berlangsung dengan
cara yang berbeda-beda pula. Manusia tidak hanya
berpindah dari desa ke kota tapi juga antar-desa
dan antar-kota. Sebagian datang sendiri tapi lainnya
datang bersama sanak-keluarga. Di beberapa negara,
kebanyakan kaum migran adalah laki-laki, sedangkan
di negara lain perempuan yang terutama berpindah.
Adalah penting untuk memperhatikan perbedaan-
perbedaan ini karena sangat mungkin mereka memiliki
kebutuhan akan perumahan yang berbeda.
Ketika seseorang memutuskan untuk pindah ke
kota, keputusan tersebut hampir pasti berdasarkan
informasi. Mereka pindah karena faktor pendorong di
tempat asal (kemiskinan, keterbatasan penghasilan,
bencana dll.) atau karena faktor penarik (prospek
pekerjaan, saran pendidikan dan kesehatan yang
lebih baik serta lebih bebas dari batasan-batasan
sosial budaya)
Migrasi dan daya tarik kota
Kota berkembang
ekonomi pun berkembang
Kondi si perkampungan kumuh l egal cenderung
memburuk seiring dengan waktu karena para pemilik
menunggu kesempatan untuk mengembangkan atau
menjual ke pengembang atau menyewakan kepada
kaum miskin yang tidak punya kepentingan untuk
memperbaikinya.
Sementara, rumah di permukiman ilegal seringkali ditinggali
oleh pemiliknya. Jika mereka merasa bahwa mereka
tidak akan digusur, mereka bersedia menginvestasikan
dalam perbaikan rumah dan lingkungannya. Walaupun
status tanah belum jelas, rumah-rumah di permukiman
ilegal seringkali membaik seiring waktu. Di Thailand dan
Pakistan, pemerintah meluncurkan program perbaikan
permukiman yang inovatif dengan mendukung perbaikan
Ketika orang merasa tidak akan digusur, hampir dapat dipastikan mereka akan
memperbaiki rumah mereka . . .

Rumah adalah hak asasi manusia. Hal ini telah
ditetapkan dalam berbagai deklarasi internasional
yang juga ditandatangani oleh sebagian besar
pemerintah di Asia.
Perumahan adalah bagian dari ekonomi. Produksi
rumah adalah aktivitas utama di kota-kota Asia.
Pembangunan rumah tidak hanya menciptakan
aset ekonomi tetapi juga membangkitkan berbagai
kegiatan ekonomi sekunder--buruh dapat kerja,
bahan bangunan terbel i , dan rumah baru
mengundang investasi lebih lanjut di area terkait.
Rumah adalah mahal bagi semua orang.
Penduduk kota seti ap tahunnya bertambah
jutaan keluarga. Namun sebagian dari keluarga
tersebut tidak mampu mendapatkan rumah secara
formal bahkan yang paling minimal sekalipun.
Salah satu manifestasi dari urbanisasi adalah
pertumbuhan berbagai permukiman informal
umumnya di atas lahan yang bukan milik para
pemukim. 42% dari penduduk perkotaan di Asia saat
ini tinggal di perkampungan kumuh. Ini berarti 533 juta
orang hidup dengan kekumuhan dan ketidakamanan
di permukiman informal dan miskin.
Berikut ini adalah fakta-fakta yang harus
dipertimbangkan ketika berfikir tentang
perumahan dalam konteks urbanisasi:
Semua orang butuh rumah. Rumah memberikan
privasi, rasa aman serta perlindungan. Dengan
membuat ki ta tetap sehat dan produkti f,
perumahan yang baik menyumbang kepada
kesejahteraan keluarga maupun pembangunan
ekonomi dan sosial pada umumnya.
berbasis komunitas.
Permukiman ilegal seringkali bermula dengan
okupasi oleh segelintir kelompok atau orang pada
lahan kosong. Jika pemerintah tidak menggusur para
pemukim awal ini, pionir ini akan secara bertahap
memperbaiki rumah-rumah mereka dan kemudian
pemukim lain bergabung.
Ketika permukiman sudah mencapai besaran
tertentu, pemukim akan bernegosiasi dengan
pemerintah atau politisi lokal untuk mendapatkan
prasarana dan sarana seperti air dan listrik. Rumah-
rumah di kawasan seperti ini biasanya tidak dibangun
sekaligus melainkan secara bertahap oleh warga
sendiri atau kontraktor lokal kecil-kecilan.
Investasi dalam membangun kemitraan
1
7 strategi perumahan yang
memampukan kaum miskin
Penyediaan pelayanan dasar melalui kemitraan
2
Promosi tabungan komunitas dan peminjaman kredit
3
Pembangunan berbasis komunitas
4
Mempermudah peraturan dan prosedur yang ada
5
Bekerja dengan dasar informasi lokal
6
Membuka kesempatan untuk dialog
7
Upaya untuk memastikan penyediaan rumah murah, baik
dalam kuantitas maupun keragamannya, terlalu besar
untuk ditangani oleh satu pihak saja. Kemitraan sangat
penting. Namun agar kemitraan menjadi efektif, kaum
miskin harus menjadi mitra sentral. Dan sebagaimana
di semua kemitraan, adalah penting untuk menetapkan
siapa mengerjakan apa sesuai dengan kemampuan
terbaiknya: pemerintah, komunitas miskin, LSM serta
sektor swasta.T
PHOTO
1 - A
PHOTO
1 - B
PHOTO
1 - E
PHOTO
1 - F
PHOTO
1 - G
PHOTO
1 - H
PHOTO
1 - I
PHOTO
1 - J
PHOTO
1 - D
Dalam lima dasawarsa terakhir, Asia mengalami
perubahan demogras yang besar. Salah satu yang
paling dramatis adalah perubahan dari penduduk
desa menjadi penduduk kota. Persentase penduduk
yang tinggal di kota-kota Asia tumbuh pesat. Pada
tahun 1950, sekitar 232 juta atau sekitar 17% dari total
penduduk Asia saat itu tinggal di kawasan perkotaan.
Pada tahun 2005, jumlah penduduk perkotaan Asia
telah bertambah menjadi 1,6 milyar, atau sekitar 40%
dari total penduduk benua ini.
Hampir setengah dari penduduk perkotaan Asia tinggal
di kota-kota berpenduduk kurang dari 500,000. Namun
pada tahun 2015, Asia akan menambah 37 kota dengan
penduduk antara 1-5 juta jiwa.
Seiring dengan semakin berkembangnya kawasan
Asia, maka tidak diragukan lagi tingkat urbanisasi akan
meninggi. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan
bahwa pada tahun 2015 lebih dari setengah dari total
penduduk Asia akan tinggal di perkotaan.
Umumnya, semakin tinggi tingkat ekonomi sebuah
negara, semakin tinggi pula tingkat urbanisasinya.
Kawasan perkotaan menyumbangkan 70 - 80%
dari produk domestik dan ansional bruto di banyak
negara Asia. Ada alasan yang bagus mengapa
industri dan pelayanan berlokasi di kota-kota.
Antara lain:
Keberadaan sumber daya, seperti
materi,manusia, infrastruktur, jaringan dan
sarana transportasi, serta pelayanan.
Konsentrasi keberadaan konsumen (pasar)
Lebih besarnya kesempatan untuk
mengembangkan jaringan dan berbagi
pengalaman.
Kedekatan dengan institusi administratif
yang mengatur kegiatan komersial.
Aksesibilitas ke berbagai jenis dan lingkup
kegiatan ekonomi lainnya
P
H
O
TO
: P
A
C
SI P
H
ILIP
P
IN
E
S
P
H
O
TO
: U
N
E
SC
A
P
P
H
O
TO
: A
C
H
R
P
H
O
TO
: A
C
H
R
P
H
O
TO
: A
C
H
R
P
H
O
TO
: A
C
H
R
P
H
O
TO
: A
C
H
R
P
H
O
TO
: U
N
E
SC
A
P
P
H
O
TO
: U
SA
ID
FIR
E
P
R
O
JE
C
T
Poster ini merupakan intisari dari Buku Pertama: URBANISASI dari tujuh-seri Panduan Ringkas yang
disiapkan oleh UNESCAP dan UN-HABITAT di bawah proyek Housing the Poor in Urban Economics dan
Strengthening national Training Capabilities for Better Local Governance and Urban Development. Ada
tujuh poster yang menjelaskan masing-masing isu yang dibahas dalam Panduan Singkat, yang meliputi
isu perumahan terkait seperti: urbanisasi, perumahan bagi MBR, penggusuran, lahan, pembiayaan
perumahan, dan organisasi berbasis komunitas serta perumahan sewa. Tujuan dari panduan Ringkas
ini adalah untuk meningkatkan pemahaman bagi pembuat kebijakan di tingkat nasional dan lokal dalam
hal perumahan dan pembangunan kota, khususnya dalam kerangka penghapusan kemiskinan.
Poster dan Panduan Ringkas ini bisa diunduh dari situs berikut: www.housing-the-urban-poor.net.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi:
UNESCAP di escap-esdd-oc@un.org atau the Training and Capacity Building Branch of UN-HABITAT
at tcbb@unhabitat.org.
Tanggung-jawab untuk mengembangkan prasarana dasar
di komunitas miskin dapat dibagi antara pemerintah,
komunitas dan masing-masing rumah-tangga. Prasarana
besar eksternal harus disediakan oleh pemerintah.
Anggota komunitas miskin, jika terorganisasi dengan
baik dan diberi sedikit bantuan teknis, dapat menjadi
perancang, kontraktor dan pemelihara jaringan jalan
internal, selokan, jaringan air limbah dan air bersih serta
listrik yang sangat esien dan eektif.
Disiplin dalam menabung dan meminjam secara kolektif
sangat penting bagi rumah-tangga miskin secara
individual maupun komunitas secara keseluruhan.
Menabung sekaligus melatih kapasitas pengelolaan
keuangan yang akan diperlukan dalam proyek-proyek
pengembangan komunitas yang lebih besar. Kelompok
penabung juga membuka akses kredit bagi kaum miskin
untuk secara bertahap memperbaiki rumah-rumah
mereka, baik dari tabungan kolektif mereka maupun dari
sumber-sumber eksternal terkait.
Kaum miskin kurang memiliki kekuatan sebagai individu.
Mereka baru akan dapat membangun pengalaman kolektif
serta mempunyai kekuatan untuk bernegosiasi soal
sumberdaya apabila mereka saling bersatu membentuk
organisasi komunitas yang kemudian menjadi jejaring
besar bahkan federasi kaum miskin. Bila terorganisasi
menjadi kelompok yang lebih kuat, maka mereka dapat
lebih esien dan efektif dalam meningkatkan kualitas
rumah dan lingkungan tempat mereka tinggal.
Peraturan untuk membangun seharusnya ti dak
membatasi peran kaum miskin untuk memecahkan
permasalahan perumahan mereka. Seringkali peraturan
pembangunan tersebut dirancang hanya untuk kontraktor
bagi kaum menengah daripada mendukung sitem
produksi perumahan informal bagi kaum miskin. Bila
pemerintah serius ingin menciptakan kondisi kota
yang memungkinkan kaum miskin untuk memecahkan
masalah mereka sendiri, maka penyesuaian peraturan-
peraturan tersebut penting untuk dilakukan.
Desentralisasi pengambilan keputusan dan pengendalian
akan lahan dan anggaran di daerah telah menjadi
prioritas utama di banyak kota-kota di Asia. Salah satu
hal penting dari desentralisasi adalah menciptakan
informasi yang lebih komprehensif dan kontekstual
mengenai permasalahan kota, kebutuhan dan aspirasi
masyarakat dan juga memberikan informasi tentang
proses perencanaan. Hal ini sangat penting bagi kaum
miskin, di mana masalah perumahan bagi mereka
kadang luput dari proses perencanaan.
Perubahan-perubahan besar yang sedang terjadi di
kota-kota Asia bukan lagi merupakan hasil dari tata kelola
sektor formal maupun perencanaan pembangunan formal
apapun, namun justru dari perkembangan sesaat politik
pertanahan, investasi swasta dan proyek besar dengan
dana asing. Dalam konteks ini, forum dan pendekatan
-baik oleh pemerintah daerah maupun nasional dan
masyarakat madani-yang mendorong dialog atau
pembangunan konsensus bersama dengan pemangku
kepentingan menjadi amat penting.
Rumah mungkin adalah aset ekonomi
dan ketahanan hidup paling penting
yang keluarga miskin atau kaya pernah
investasikan
Ketersediaan lahan perkotaan sangat terbatas
dan pengembangannya pun membutuhkan
prasarana. Ini semua sangat mahal.
Perumahan formal tidak mencukupi. Sektor
publik, sektor swasta dan masyarakat semua
memproduksi rumah, namun secara keseluruhan
masih kurang berhasil dalam memproduksi
rumah layak dan terjangkau. Sejumlah besar
penduduk hanya mampu membangun, membeli
atau menyewa di pasar perumahan informal.

Anda mungkin juga menyukai