Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS INDONESIA

EKONOMI PUBLIK DAN ANALISIS KEBIJAKAN

TUGAS - FOCUS GROUP DISCUSSION


OPTIMAL LOCAL PUBLIC GOODS
Isnu Pujarama 2306298642
Marthin Thomas Mumbunan 2306298674
Mohammad Iqbal 2306298743
Dwitami Puspaningrum 2306187781
Vony Setiani 2206134515

WWW.MPKP.FEB.UI.AC.ID
OPTIMAL PUBLIC GOODS
OPTIMAL FISCAL FEDERALISM

A. The Tiebout Model


The Formal Model
B. Problems with the Tiebout Model
Problems with Tiebout Competition
Problems with Tiebout Financing
No Externalities/Spillovers
C. Evidence on the Tiebout Model
Resident Similarity Across Areas
Capitalization of Fiscal Differences into House Prices
D. Optimal Fiscal Federalism
E. Relevance/Inrelevance the Tieboat Model in Indonesia
Best & Worst Practice Tieboat Model in several countries
A. THE TIEBOUT MODEL
A. The Tiebout Model
Jika pemerintah daerah menawarkan berbagai tingkat penyediaan public goods, maka orang-orang dengan penilaian
pribadi yang berbeda terhadap public goods ini akan pindah dari satu wilayah (Kota, Kabupaten, dll) ke wilayah lain
yang memaksimalkan utilitas pribadi mereka.
Model ini berpendapat bahwa pilihan individu tentang tempat tinggal akan mengarah pada penyediaan public goods
lokal yang seimbang sesuai dengan selera penduduk, sehingga mengelompokkan populasi ke dalam komunitas yang
optimal

The Formal Model


Fungsi utilitas: Individu memiliki fungsi utilitas yang bergantung pada konsumsi barang pribadi dan barang publik.
Fungsi ini merepresentasikan preferensi mereka dan bagaimana mereka mendapatkan kepuasan dari kombinasi
barang yang berbeda.
Budget Constraint: Individu menghadapi kendala anggaran, membatasi pengeluaran mereka untuk barang-barang
pribadi berdasarkan pendapatan mereka dan tarif pajak
Yurisdiksi: Ada beberapa yurisdiksi, masing-masing menawarkan tingkat barang publik yang berbeda dengan tarif
pajak tertentu. Persaingan di seluruh yurisdiksi lokal memberikan tekanan kompetitif pada penyediaan barang publik
lokal
Kondisi equilibrium: Individu tidak memiliki insentif untuk pindah ke yurisdiksi lain karena utilitas mereka
dimaksimalkan di lokasi mereka saat ini. Hal ini melibatkan penyetaraan marginal benefit dari public goods dengan
marginal cost dari pajak di berbagai yurisdiksi
B. PROBLEMS WITH THE TIEBOUT MODEL (1/2)

A. The Problem With Tiebout Competition


Adanya kenyataan mobilitas yang tidak sempurna, dimana terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan
individu untuk pindah dari suatu wilayah ke wilayah lain.
Adanya asymmetric information di tengah masyarakat akibat kurangnya transparansi dan kompleksitas anggaran
pemerintah yang menyulitkan individu mengambil keputusan yang tepat.
Adanya heterogenitas antar masyarakat dari segi preferensi, kebutuhan, dan prioritas, sehingga sulit menyortir
penduduk dengan preferensi yang sama ke dalam suatu yurisdiksi.
Wilayah yang tersebar secara geografis menunjukkan adanya keterbatasan individu dalam mencari substitusi
yurisdiksi yang diinginkan berdasarkan preferensinya,
Terdapat isu korupsi, inefisiensi birokrasi, dan dinamika politik, yang membuat pemerintah daerah tidak dapat
menyediakan public goods secara efisien dan responsif.
Penyediaan beberapa barang publik memerlukan skala atau ukuran yang memadai.
B. PROBLEMS WITH THE TIEBOUT MODEL (2/2)

B. The Problem With Tiebout Finance


Adanya persyaratan pembiayaan public goods yang setara antar seluruh individu melalui lump-sum tax, yaitu
jumlah pajak tetap yang harus dibayarkan individu terlepas dari status ekonomi dan kemampuan membayar.
Pada praktiknya, lump-sum tax sangat jarang digunakan karena dianggap tidak adil dan bersifat regresif.
Penerapan lump-sum tax bertentangan dengan prinsip perpajakan progresif.

C. No Externalities/Spillover
Model Tiebout mengasumsikan bahwa penyediaan public goods hanya memberikan dampak pada kota yang
menyediakan barang tersebut dan tidak meluas pada kota lainnya.
JIka terjadi eksternalitas/spillover, maka ada kemungkinkan penyediaan publics good oleh pemerintahan yang
lebih tinggi atau hibah yang memsubsidi pembelian lokal.
Pada Model Tiebout, suatu kota memutuskan untuk menyediakan public goods atau tidak didasarkan atas
preferensi masyarakat di kota tersebut dan tidak mempertimbangkan preferensi masyarakat di kota lain. Sehingga
ketika ada penduduk kota lain yang menikmati public goods di kota tersebut, maka hal tersebut menunjukkan
adanya free rider.
Pada kenyataannya, banyak public goods yang memiliki eksternalitas/spillover.
C. EVIDENCE ON THE TIEBOUT MODEL (1/2)
Resident Similarity Across Areas

Tiebout model --> masyarakat yang tinggal di sebuah komunitas lokal, memiliki preferensi yang mirip/sama
mengenai barang publik.
Berdasarkan hasil tes, implikasi dari Tiebout model adalah ketika masyarakat yang memiliki lebih banyak pilihan
lingkungan tempat tinggal/komunitas (misalnya masyarakat commuter), preferensi terhadap penyediaan barang
publik relatif mirip/sama dibandingkan dengan masyarakat yang hidup di lingkungan dimana mereka tidak memiliki
banyak pilihan lingkungan tempat tinggal.

Supportive evidence dari Gramlich and Rubinfeld (1982): Michigan households on their demand for public goods.
Di kawasan metropolitan, dimana masyarakat memiliki pilihan lingkungan/komunitas tempat tinggal yang
beragam, preferensi barang publik relatif lebih mirip diantara penduduk di kota tersebut dibandingkan
dengan penduduk di kawasan kecil (bukan metropolitan) dimana masyarakatnya tidak punya pilihan lingkungan
tempat tinggal mereka.
Di kawasan perkotaan, penduduk jauh lebih puas dengan pengeluaran yang mereka keluarkan untuk
barang publik, dibandingkan dengan penduduk di non-perkotaan.
Bergstrom et al. (1986): estimasi mengenai permintaan barang publik di Michigan suburbs --> penyediaan barang
publik lokal di suburban Michigan ternyata efisien, dimana marginal cost sama dengan jumlah marginal rates
of substitution dari penduduk yang ada di suburban tersebut.
C. EVIDENCE ON THE TIEBOUT MODEL (2/2)
Capitalization of Fiscal Differences into House Prices

Penentuan tempat tinggal bagi sebagian besar individu tidak ditentukan oleh tingkat penyediaan barang
publik. Bahkan sebagian besar penduduk tidak mengetahui mekanisme pajak dan pengeluaran yang
dibutuhkan untuk penyediaan barang publik.

Dalam mekanisme Tiebout, masyarakat bukan hanya memberikan suara (vote), namun juga mereka memilih
sesuai dompet mereka dalam bentuk harga rumah.

Tiebout model memprediksi bahwa setiap daya tarik fiskal sebuah kota akan dikapitalisasi ke dalam harga
rumah. Harga rumah mencerminkan biaya (termasuk pajak properti) dan benefit (termasuk ketersediaan
barang publik) untuk tinggal di rumah tersebut.

Oleh karena itu, kota dengan level penyediaan barang publik yang tinggi (dibandingkan dengan pajak yang
harus dibayar), akan memiliki perumahan yang lebih mahal.
Sebaliknya, kota dengan pajak properti yang tinggi (jika dibandingkan dengan ketersediaan barang publik),
akan memiliki perumahan yang lebih murah.

Masyarakat akan membayar lebih untuk rumah di kota yang penyediaan barang publiknya efisien
(efisien --> pajak yang dibayarkan sebanding dengan public goods yang diterima/bisa diakses).
D. OPTIMAL FISCAL FEDERALISM

Federalisme fiskal yang optimal, yang ditentukan oleh model Tiebout, memiliki implikasi normatif terhadap
desain penyediaan barang publik di berbagai tingkatan pemerintahan. Model ini menyiratkan bahwa
penyediaan barang publik di tingkatan pemerintah mana yang seharusnya melaksanakan ditentukan oleh tiga
faktor.
Pertama, keterkaitan antara pajak dan manfaat, dimana barang dengan hubungan manfaat pajak yang kuat,
seperti jalan lokal, harus disediakan di tingkat lokal. Barang dengan hubungan manfaat pajak yang lebih
lemah, seperti pembayaran kesejahteraan untuk penduduk berpenghasilan rendah, harus disediakan di
tingkat negara bagian atau federal.
Faktor kedua adalah tingkat eksternalitas positif dari barang publik, di mana pemerintah di tingkat yang lebih
tinggi dapat mendorong penyediaan barang publik yang memiliki efek limpahan (spillover) yang besar.
Faktor ketiga adalah skala ekonomi dari barang publik, dimana barang publik yang memiliki skala ekonomi
besar (seperti pertahanan) harus disediakan di tingkat yang lebih tinggi untuk efisiensi yang lebih baik.
E. TIEBOAT MODEL IN INDONESIA AND TIEBOAT
MODEL PRACTICE IN SEVERAL COUNTRIES
Dalam konteks Tiebout Model, otonomi daerah memberikan insentif kepada
pemerintah daerah untuk mengoptimalkan alokasi pengeluaran sesuai dengan
preferensi lokal. Peningkatan proporsi pengeluaran daerah menunjukkan
respons terhadap kebutuhan dan preferensi masyarakat di masing-masing
daerah. Adanya pergeseran ini mencerminkan upaya pemerintah daerah dalam
mencapai efisiensi dan responsivitas lokal, sesuai dengan prinsip-prinsip Tiebout.
Meskipun pemerintah pusat masih memegang peran signifikan, peningkatan
proporsi pengeluaran daerah mencerminkan penerapan konsep desentralisasi
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lokal.

Yunani, dengan persentase yang rendah, mencerminkan tingkat desentralisasi


yang terbatas, menunjukkan kontrol yang lebih besar dari pemerintah pusat.
Sebaliknya, Korea Selatan, Swedia, dan Denmark menonjol dengan proporsi
belanja pemerintah daerah yang tinggi, mencerminkan prinsip-prinsip
desentralisasi dalam Tiebout Model. Besarnya proporsi belanja daerah di Korea
Selatan, Swedia, dan Denmark menunjukkan kebijakan desentralisasi yang kuat.
Hal ini menciptakan sistem yang memberikan otonomi kepada pemerintah
lokal untuk merespons kebutuhan dan preferensi masyarakat di daerah-daerah.
Dalam konteks Tiebout Model, besarnya proporsi belanja daerah mencerminkan
insentif bagi pemerintah lokal untuk mengoptimalkan kebijakan publik sesuai
dengan preferensi lokal, menciptakan pasar yang bersaing untuk layanan publik
yang efisien dan responsif.
E. TIEBOAT MODEL IN INDONESIA AND TIEBOAT
MODEL PRACTICE IN SEVERAL COUNTRIES
Fokus pemerintah daerah pada fungsi seperti
perumahan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup,
pariwisata, dan budaya mencerminkan respons
terhadap kebutuhan lokal dan variasi preferensi
masyarakat setempat. Prinsip desentralisasi dalam
Tiebout Model mendorong pemerintah daerah untuk
memberikan layanan yang lebih sesuai dan efisien
sesuai dengan keunikan masing-masing daerah.

Sementara itu, dominasi pemerintah pusat dalam fungsi


ekonomi, kependudukan, ketertiban, keamanan, pertahanan,
dan agama mencerminkan kebijakan yang membutuhkan
koordinasi dan konsistensi nasional. Dalam fungsi pelayanan
umum, keseimbangan belanja antara pemerintah daerah
dan pusat mencerminkan upaya bersama dalam
menyediakan layanan mendasar. Data ini mendukung
konsep bahwa Tiebout Model memberikan insentif kepada
pemerintah lokal untuk mengelola kebijakan secara efisien
dan beradaptasi dengan preferensi masyarakat di tingkat
lokal.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai