DESENTRALISASI FISKAL
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
H. Desentralisasi Fiskal yang Optimal berdasar Undang-Undang (UU No. 23/2014 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah)
Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah (baik
Provinsi maupun Kabupaten/Kota) didasarkan pada prinsip:
Akuntabilitas Eksternalitas
Efisiensi Kepentingan strategis
nasional
I. Transfer
1. Secara umum, jenis transfer dapat dikelompokkan menjadi:
Matching grant;
Block grant;
Conditional block grant.
3. Block grant: transfer dalam jumlah yang tetap tanpa ada syarat penggunaan
dana transfer tersebut dari pemerintah pusat.
Conditional block grant tidak akan efektif apabila belanja awal lebih
besar dari grant yang diberikan.
Video penjelasan lebih lanjut atas dana transfer bisa diakses di:
https://klc.kemenkeu.go.id/dana-transfer-1-block-grant/
https://klc.kemenkeu.go.id/dana-transfer-2-block-grant-dan-conditional-block-grant/
Semangat, semuanya! :)
PENDIDIKAN
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
E. Dampak Pendidikan
1. Dampak pendidikan terhadap aspek produktivitas
Terdapat 2 interpretasi atas korelasi pendidikan-produktivitas:
a) Pendidikan sebagai akumulasi modal manusia (human capital
accumulation)
H. Pendidikan di Indonesia
1. Undang-undang Sisdiknas (UU no. 20/2003) telah mempersyaratkan belanja di
sektor pendidikan minimal sebesar 20% dari total anggaran belanja
2. Sejak tahun 2010, secara konsisten belanja pendidikan lebih dari 20 persen total
belanja negara.
3. Pembangunan bidang pendidikan dilaksanakan melalui peningkatan akses
terhadap fasilitas pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, dan perbaikan
fasilitas pendidikan.
4. Beberapa program yang dilakukan Pemerintah, antara lain:
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM);
Pemberian beasiswa bagi siswa dan mahasiswa kurang mampu yang
berprestasi;
Rehabilitasi fasilitas sekolah yang rusak; dan
Endowment fund berupa Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
(DPPN) untuk jaminan keberlangsungan program pendidikan bagi
generasi berikutnya.
P.S
Untuk referensi lebih lengkap tentang anggaran Pendidikan di Indonesia silakan
kunjungi:
http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/Dataset/Details/1007
Semangat, semuanya! :)
Halo, semuanya. Untuk pertemuan 11 kali ini kita akan bahas 2 bab, di antaranya adalah bab
Asuransi Sosial dan Jaminan Sosial. Seperti biasa, rangkuman ini mencakup materi RPS +
tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait.
BAGIAN 1
ASURANSI SOSIAL
B. Consumption Smoothing
1. Asuransi berharga bagi individu dikarenakan dapat membantu individu untuk
menghadapi berbagai kemungkinan kejadian berkaitan dengan konsumsi (states
of the world).
2. States of the world adalah berbagai kemungkinan hasil yang dapat terjadi di
tengah ketidakpastian masa depan.
3. Ketika adanya ketidakpastian kejadian di masa depan, seseorang cenderung
ingin melakukan consumption smoothing sehingga tingkat konsumsi sepanjang
periode menjadi sama
4. Consumption smoothing (perataan konsumsi) adalah upaya meratakan tingkat
pengeluaran (konsumsi) sepanjang waktu dari ketidakpastian/fluktuasi tingkat
pengeluaran.
5. Ingat kembali konsep diminishing marginal utility, dimana utilitas marjinal yang
berasal dari konsumsi turun ketika tingkat konsumsi terus meningkat.
Karenanya, seseorang cenderung melakukan consumption smoothing.
3. Misal:
Ada 1% kemungkinan Jombang tertabrak mobil, menyebabkan ia harus
membayar $30,000 untuk biaya medis.
Biaya asuransi b untuk setiap dollar coverage.
Jika Jombang membeli $m coverage, maka total premi yg harus dibayar
adalah $mb.
Untuk menganalisa pilihan Jombang, diasumsikan 𝑈 (𝑐 ) = √𝑐, dan premi
dihitung secara fair.
Actuarially fair premium: premi asuransi yang ditetapkan sama dengan
tingkat ekspektasi pembayaran tertanggung.
No
Yes
No
Yes
G. Adverse Selection
1. Assymetric Information menyebabkan adverse selection (seleksi yang
merugikan).
2. Adverse selection: fakta bahwa individu yang mengetahui lebih banyak tentang
tingkat risikonya menyebabkan seseorang yang memiliki tingkat risiko tinggi akan
memilih berasuransi, menyebabkan perusahaan asuransi mengalami kerugian
jika dia menawarkan asuransi (bagaimanapun cara seleksi yang ia gunakan).
3. Jadi, jika perusahaan asuransi menjual asuransi ke semua pihak akan
menyebabkan orang yang berisiko rendah mensubsidi orang yang berisiko tinggi.
4. Orang yang berisiko rendah tidak mau menerima kondisi tersebut, sehingga
seringkali hanya orang dengan risiko tinggi yang berasuransi.
J. Samaritan’s Dilemma
Dalam Samaritan’s Dilemma, ketika seseorang terkena bencana, ia akan cenderung
mengandalkan orang-orang Samaritan (orang-orang yang tidak segan-segan membantu
orang lain yang membutuhkan) sehingga ia justru tidak mengikuti asuransi dan tidak
mengusahakan hal lain untuk mengurangi risikonya.
K. Self-Insurance
Seseorang bisa melakukan asuransi dengan cara self-insurance, yaitu cara individu untuk
melakukan consumption smoothing dengan menyediakan sejumlah dana pribadi yang
diperuntukkan untuk dana penanggulangan kejadian buruk. Dana ini bisa didapatkan
dengan berbagai macam cara, misalnya dengan menabung atau meminjam uang dari
pihak lain.
D. Funded, Unfunded
Sistem jaminan sosial bisa berupa funded atau unfunded.
1. Funded: tabungan hari ini diinvestasikan dalam berbagai investasi guna
membayar benefit di masa depan.
Terdiri atas:
Defined Benefit: hasil yang akan diterima pasti, iuran yang dibayarkan per
tahun tidak pasti.
Defined Contribution: iuran yang dibayarkan per tahun pasti, hasil yang
akan diterima tidak pasti.
2. Unfunded (pay as you go): pembayaran yang diterima sekarang tidak sempat
diinvestasikan namun langsung digunakan untuk membayar pensiunan saat ini.
3. Sistem Unfunded Social Security meredistribusi orang yang tua oleh yang muda,
dan generasi penerima manfaat pertama adalah “the big winners”, karena
mereka menerima lebih banyak manfaat daripada pajak yang mereka
kontribusikan.
4. Sistem Unfunded ini menciptakan utang antargenerasi (legacy debt), yaitu utang
yang timbul bagi pemerintah karena generasi awal menerima lebih banyak
manfaat dibanding pajak yang mereka kontribusikan.
5. Social Security bersifat partially funded: pajak yang dikenakan sekarang
sebagian digunakan untuk membayar manfaat di masa depan dan sebagian
besar diinvestasikan. Hal ini menyebabkan adanya redistribusi dari yang muda
ke yang tua.
J. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan
1. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan amanat dari UUD 1945 Pasal
28H ayat (3) yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat” dan Pasal 34 ayat (2) yang berbunyi “Negara mengembangkan
sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu dengan martabat kemanusiaan”.
2. SJSN diwujudkan melalui UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN
3. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
4. Jaminan sosial meliputi jaminan kesehatan dan jaminan ketenagakerjaan.
https://www.kemenkeu.go.id/media/6665/nota-keuangan-apbn-2018-rev.pdf
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20No.%2040%20Th%2020
04%20ttg%20Sistem%20Jaminan%20Sosial%20Nasional.pdf
https://drive.google.com/open?id=1qm762Ab0qFan1ZFT7GgwzWrS2P4FCxd-
https://drive.google.com/open?id=1JCMTlh2ax4dZJishznzxVUX1kENki0yP
https://drive.google.com/open?id=1Cob52PncZfk7IUeG5a9rPWXuG3h86P2N
https://drive.google.com/open?id=1nHpJJw_TNS4Aj-pPHza43JYv1BSBof0w
Semangat, semuanya! :)
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
I. Menangani Bahaya Moral/ Moral Hazard: Ordeal Mechanism/ Mekanisme Uji Coba
1. Ordeal mechanism adalah fitur program kesejahteraan yang membuat
programnya menjadi tidak menarik bagi orang yang tidak membutuhkan tetapi
membantu yang benar-benar membutuhkan
2. Penargetan akan lebih efisien dan tepat sasaran.
3. Misalnya, dibagikan makanan gratis, namun orang-orang yang ingin
mendapatkannya harus mengantre dalam waktu yang cukup lama. Orang-orang
yang tidak membutuhkan pun tidak akan ikut mengantre dan hanya orang-orang
yang membutuhkanlah yang mendapatkannya.
======================================================
Ketimpangan tinggi 40% penduduk berpendapatan
rendah menerima <12% dari total
pendapatan
P.S
Untuk referensi lebih lengkap tentang kemiskinan dan distribusi pendapatan silakan
kunjungi:
https://www.kemenkeu.go.id/media/6665/nota-keuangan-apbn-2018-rev.pdf
https://drive.google.com/file/d/19wWJRjQ51gxcbokC3_rKf7EBG6IOiGSe/view?usp=shar
ing
Semangat, semuanya! :)
PERPAJAKAN – BAGIAN 1
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
E. Keadilan Sistem Pajak (Marginal & Average Tax Rate; Vertical & Horizontal Equity)
1. Tarif Pajak
• Tarif pajak marjinal
a) Tarif pajak berupa persentase terhadap suatu penghasilan. Tarif
tersebut akan lebih tinggi terhadap penghasilan yang lebih
tinggi.
b) Misalnya bagi mereka dengan penghasilan kena pajak di antara
Rp. 0 sampai dengan Rp. 50.000.000 tarif pajaknya adalah 5%,
namun untuk penghasilan kena pajak di atas Rp. 50.000.000
sampai dengan 150.000.000 tarif pajaknya adalah 15%.
• Tarif pajak rata-rata
a) Tarif pajak berupa persentase yang dihitung dari total
pembayaran pajak menurut tarif marjinal selama tahun
tertentu.
b) Misalnya, Anthony memiliki pendapatan kotor sebesar Rp.
80.000.000 dan setelah disesuaikan (dengan biaya jabatan dan
pengurang-pengurang lainnya), penghasilan kena pajaknya adalah
sebesar Rp. 60.000.000 (dan tidak ada kredit pajak).
PERPAJAKAN – BAGIAN 2
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
Di sini ada 2 kondisi: pajak dikenakan pada pekerja dan pajak dikenakan pada
perusahaan.
• Apabila perusahaan menghasilkan jam kerja dengan tingkat pajak $ 1,00
per jam yang dipungut pada pekerja, ditunjukkan pada panel (a),
menyebabkan kurva penawaran naik dari S1 menjadi S2 dan upah naik dari
nilai ekuilibrium awalnya sebesar $ 7,25 (titik A) ke nilai yang lebih tinggi $
7,75 (Titik B).
• Pajak sebesar $ 1,00 per jam yang dipungut pada perusahaan, yang
ditunjukkan pada panel (b), menyebabkan kurva permintaan turun dari D 1
ke D2 dan upah turun dari $ 7,25 menjadi $ 6,75 pada titik C.
Jadi, terlepas dari siapa yang membayar pajak, pekerja dan perusahaan masing-
masing memiliki beban pajak sebesar 50 c per jam.
3. Namun, jika terdapat ketentuan mengenai upah minimum, maka nilai upah tidak
bisa berada di bawah upah minimum. Dengan kata lain, upah minimum menjadi
hambatan atas penyesuaian harga (upah). Padahal tax incidence
mengasumsikan bahwa harga bisa disesuaikan dengan bebas.
2. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar yang perusahaan mempunyai kekuatan untuk
menentukan harga tetapi tidak sekuat pada pasar monopoli. Oleh karena itu
yang terjadi pada pasar oligopoli sebenarnya sama dengan di pasar monopoli,
namun bedanya, oligopolis memerlukan usaha yang besar untuk dapat
menetapkan harga.
Di panel (a), pasokan tenaga kerja ke restoran di restoran elastis sempurna, jadi saat pajak
dibebankan, maka tenaga kerja jatuh ke D2. Karena perusahaan tidak dapat menurunkan
besarnya upah karena ada ketentuan upah minimum, berarti upah tidak berubah dan
pekerja tidak menanggung apapun.
Namun, pada panel (b), pasokan modal ke restoran inelastis sempurna, jadi permintaan
modal jatuh ke D2, tingkat pengembalian modal turun dengan jumlah penuh pajak menjadi
r 2.
Jadi, apabila pajak restoran dibebankan ke restoran dengan asumsi ada ketentuan upah
minimum, yang menanggung beban pajak sebenarnya adalah pemegang modal.
Semangat, semuanya! :)
PERPAJAKAN – BAGIAN 3
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
Consumer surplus
Producer surplus
2. Semakin besar DWL, semakin tidak efisien pasar, karena DWL menyebabkan
individu dan perusahaan membuat pilihan konsumsi dan produksi yang tidak
efisien guna menghindari pajak.
3. Karenanya, semakin elastis kurva permintaan/penawaran akan suatu barang,
semakin besar DWL.
4. Rumus perhitungan DWL:
5. Semakin tinggi tingkat pajak yang diterapkan, semakin besar marginal DWL.
6. Marginal DWL: tambahan deadweight loss untuk setiap penambahan unit pajak
(peningkatan tarif pajak)
Tambahan DWL yang terjadi sebesar DBCE inilah yang disebut marginal
DWL.
7. Selain kenaikan tarif pajak, distorsi yang sudah ada sebelumnya mempengaruhi
efisiensi pajak baru.
Distorsi yang sudah ada sebelumnya (preexisting distortions): Kegagalan pasar,
seperti eksternalitas atau persaingan tidak sempurna, yang ada sebelum
intervensi pemerintah.
(b) adalah kondisi pasar yang memiliki preexisting distortion berupa eksternalitas
produksi positif. Adanya eksternalitas produksi positif menyebabkan kurva biaya
privat marginal PMC1 atau penawaran S1 berada diatas kurva SMC. Hal ini
menyebabkan DWL sebesar segitiga DEF. Lalu, adanya pajak yang dikenakan
menggeser kurva S1 ke S2 sehingga DWL berubah menjadi sebesar segitiga DGH.
9. Semakin stabil (konstan) tarif pajak yang dikenakan oleh pemerintah akan
meningkatkan efisiensi. Tarif pajak yg fluktuatif (tinggi pada periode tertentu
kemudian rendah pada periode lainnya akan menyebabkan DWL yang lebih
besar.
F. Kurva Laffer
Dimisalkan kurva a) dan b) adalah kurva permintaan dan penawaran dalam pasar tenaga kerja.
Grafik a) adalah kondisi yang biasa, ketika yang kita perhitungkan hanya efek dari pajak, yaitu
muncul DWL sebesar segitiga ABC.
Grafik b) adalah kondisi dimana pajak dan manfaatnya diperhitungkan. Seperti biasa, ketika
pajak dikenakan, kurva permintaan akan bergeser dari D1 ke D2, mengakibatkan kuantitas tenaga
kerja turun dari L1 ke L2 dan muncul DWL sebesar segitiga ABC.
Namun, ketika terdapat tax-benefit linkages, kurva penawaran akan bergeser ke S2, karena
manfaat dari pajak sendiri membuat pekerja tidak terlalu merasa rugi apabila dipotong pajak,
dan bekerja menjadi cukup menarik (penawaran tenaga kerja tidak turun drastis melainkan
hanya sampai L3), dan DWL berkurang menjadi hanya sebesar segitiga AFG.
Ketika para pekerja sangat memahami adanya tax-benefit linkages dan sangat
menghargai pajak sehingga mereka mau menerima upah yang lebih rendah maka
tidak akan ada penurunan tenaga kerja lagi setelah pajak dikenakan. Jadi, upah
turun dari W1 ke W2, sementara kuantitas tenaga kerja tetap di L1.
Catatan:
Cuma mau bilang kalau selain pajak, subsidi juga bisa menyebabkan DWL. Kenapa?
Sederhana, karena adanya subsidi juga menggeser pasar dari titik optimalnya☺ Ini aku
kasih contoh kurvanya untuk permintaan baik yang tidak elastis maupun tidak elastis ya.
Oh iya, untuk kurva di bawah adalah kurva permintaan dan penawaran di Pakistan,
karena itu untuk gandum permintaannya tidak elastis dan untuk nasi permintaannya
elastis.
PERPAJAKAN – BAGIAN 4
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
A. Teori Dasar
1. Teori dasar yang harus dipelajari di bab hubungan pajak dan penawaran tenaga
kerja adalah trade-off antara waktu luang dan konsumsi.
2.
BC1 adalah garis batas anggaran sebelum gaji Fajar dikenakan pajak, ia bisa melakukan
konsumsi sebesar $13,750 dan mendapatkan 900 jam waktu luang. Setelah
dikenakan pajak, garis batas anggaran akan berotasi ke BC2. Maka,otomatis gaji dari
Fajar akan digunakan untuk membayar pajak, sehingga akan menurunkan tingkat
konsumsinya—walaupun waktu luang yang dimilikinya sama seperti sebelumnya.
C. Keterbatasan Teori: Kendala pada Jam Kerja dan Aturan Pembayaran Lembur
1. Teori sebelumnya menyatakan bahwa pekerja bisa dengan bebas menyesuaikan
jam kerjanya.
2. Padahal, bisa jadi perusahaan ingin pekerjanya bekerja dalam jangka waktu yang
sama untuk mencapai target perusahaan.
3. Ada juga aturan pembayaran lembur (jika seseorang bekerja lembur maka
bayarannya akan lebih tinggi), yang membuat jam kerja sulit disesuaikan dan
bentuk garis batas anggaran jadi tidak beraturan.
PERPAJAKAN – BAGIAN 5
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
5. Inflasi meningkatkan tingkat bunga nominal. Padahal, pajak juga dikenakan pada
pendapatan bunga nominal.
6. Jadi, inflasi mengurangi jumlah pajak riil (yang telah dikoreksi inflasi) yang
seharusnya didapatkan.
F. Self-Control Model
Individu mungkin tidak dapat menabung sebanyak yang mereka inginkan karena
masalah pengendalian diri.
Catatan:
Saya sadar untuk bab ini terutama pada bagian intertemporal budget choice model
masih kurang detail dalam segi pembahasan (karena di kelas kami juga secepat itu
njelasinnya, jadi kurang nangkap, hehe). Tapi ini ada beberapa referensi buat belajar
terkait intertemporal budget choice model:
https://drive.google.com/file/d/1hQjDiS6TCOeXeIrD7jqprylfXcOhadTY/view (Mankiw
nih, flashback lagi ke makro)
https://drive.google.com/open?id=1kcr2NqCKiAQQLfF0_rkSxN1MIJQvQOb- (versi
Gruber)
Semangat, semuanya! :)
PERPAJAKAN – BAGIAN 6
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
Namun, depresiasi ini sulit untuk diukur dalam praktik. Karenanya banyak perusahaan
melakukan:
Jadwal depresiasi (depreciation schedule): Jadwal kapan aset dapat
didepresiasi.
Investasi pengeluaran (expensing investments): Mengurangi biaya atas
investasi pada investasi yang dibeli pada tahun pembelian investasi tersebut.
Pengurangan yang diklaim lebih cepat lebih berharga karena semakin lama, nilai
uang akan semakin berkurang (ingat konsep time value of money).
3. Kredit pajak investasi (investment tax credit/ITC): Kredit yang memungkinkan
perusahaan mengurangi persentase pengeluaran investasi tahunan yang memenuhi
syarat dari pajak yang harus dibayar.
2. Tingkat ETR ini bisa jadi negatif apabila investasi bisa didepresiasi secara penuh dan
ada kredit pajak penuh terhadap investasi (nilai z dan α besar).
PERPAJAKAN – BAGIAN 7
(Mencakup materi RPS + tambahan materi dari penjelasan dosen dan sumber-sumber terkait)
Ada dua kondisi disini: denda/hukuman yang naik dan tarif pajak yang naik.
Posisi awal adalah titik A.
o Semakin tinggi denda/hukuman yang diberikan, maka kurva MC
akan bergeser dari MC1 ke MC2. Karenanya, tingkat penggelapan
pajak pun akan berkurang dari E1 ke E2 (dari titik A ke B).
o Marginal benefit dari penghindaran pajak adalah sebesar marginal
tax rate.
Semakin tinggi tax rate, maka kurva MB akan bergeser ke atas
(dalam gambar ini dari MB1 ke MB2). Karenanya, seseorang semakin
terdorong untuk menghindari pajak (terlihat dari meningkatnya
jumlah pendapatan yang tidak dilaporkan dari E1 ke E3). Dan
meningkatkan biaya apabila ketahuan menggelapkan pajak (dari
titik A ke C).
G. Pajak Konsumsi
1. Pajak konsumsi adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi, bukan atas penghasilan
seseorang.
2. Kelebihan pajak konsumsi:
Pajak ini dinilai lebih sederhana dan tepat sasaran, karena menentukan definisi
pendapatan itu sulit.
3. Kekurangan pajak konsumsi:
Adanya regresivitas (ingat materi PPN :) )
Sulitnya mengukur konsumsi seseorang
Isu transisi: kesulitan menyesuaikan diri dengan sistem pajak baru
4. Desain Pajak Konsumsi 1: Value Added Tax
Pajak pertambahan nilai (PPN/VAT): Pajak konsumsi yang dikenakan pada setiap
tahap produksi suatu barang atas peningkatan nilai barang pada tahap produksi
itu.
Karena pajak masukan satu perusahaan adalah pajak keluaran perusahaan yang
lain, PPN mendorong meningkatnya pelaporan pajak, yang berimplikasi
terhadap meningkatnya pendapatan pajak pula.
5. Desain Pajak Konsumsi 2: Expenditure Tax
Pajak pengeluaran/expenditure tax: Pajak konsumsi yang dikenakan untuk
konsumsi tahunan.
Sangat mudah untuk membuat pajak pengeluaran progresif, membuat sistem
pajak konsumsi lebih adil secara vertikal.
Namun, sulit untuk melacak pengeluaran sepanjang tahun.
6. Desain Pajak Konsumsi 3: Cash-Flow Taxation
Pajak arus kas/cash-flow tax: Pajak atas perbedaan antara pendapatan tunai
dan tabungan.
Secara efektif memajaki konsumsi, dan dapat didasarkan pada total konsumsi
akhir tahun.
H. Flat Tax
1. Flat tax adalah tarif pajak yang rata, misal: PPN 10%.
2. Keuntungan flat tax:
Adanya satu tarif tetap pada definisi pendapatan yang luas dapat meningkatkan
efisiensi.
Lebih sederhana, sehingga:
a) Mudah dalam perhitungannya
Catatan:
Hiya! Akhirnya selesai sudah catatan Keupub untuk setengah semester ini. Kurang tau
juga semester depan bakal buat yang seperti ini atau nggak, lihat-lihat matkul dulu,
hehe. Siapa tau ada yang cocok. Terima kasih untuk yang sudah mau membaca, semoga
bisa bermanfaat. Mohon maaf buat segala kekurangan, baik dari penulisan maupun
penyampaian materi, karena penulisnya pun cuma mahasiswa biasa :)