Anda di halaman 1dari 2

PENGARUH PAJAK TERHADAP APBN

Faridatus Sa’adiah (220312022), Hilmi Nabil Muzakky (220312024), Kulsum Husnidar (220312026)

Universitas Muhammadiyah Bandung

A. Pendahuluan

Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh Negara terhadap warga negaranya sendiri,
berdasarkan Undang – Undang dimana pungutan tersebut negara tidak memberikan timbal
balik kepada pembayar pajak. Yang merupakan sumber utama dari anggaran pendapatan
dan belanja Negara (APBN) sehingga dapat berperngaruh besar apabila tidak membayar
pajak. Disamping dengan pajak ada pula penerimaan dari bukan pajak. Pajak sangat erat
sekali keterkaitannya dengan APBN namun kesadaran terhadap wajib membayar pajak
masih kurang dan banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut yaitu faktor
internal dan eksternal sehingga kurangnya pemahaman terhadap pemaham undang –
undang dan peraturan perpajakan, oleh sebab itu perlu ditetapkannya wajib pajak. Anggaran
pendapatan dan belanja Negara (APBN) merupakan cermin dan arah kebijakan pemerintah
dalam melaksanakan amanat undang – undang dasar 1945. APBN disusun memalui
beberapa tahapan – tahapan pemerintah mulai dari resource envelope, pagu indikatif,
sampai penetapan APBN. Inti dari tahapan – tahapan tersebut terangkum dalam format
yang disebut postur APBN.

Dalam format T-account, APBN disusun dalam besaran yang sama. Jika penerimaan pajak
sedikit maka proyek – proyek bangunan pemerintah akan ditunda. Oleh sebab itu, kami akan
membahas mengenai pengaruh pajak terhdap APBN agar melaksanakan wajib pajak.
Dalam pelaksanaanya sering terjadi surplus yaitu ketika pendapatan melebihi belanja.
Negara, atau terjadi defisit yaitu dimana ketika realisasi Dalam pelaksanaannya tidak dapat
atau terjadi defisit yang terjadi ketika realisasi belanja negara melebihi pendapatan negara.
Apabila deficit terjadi, maka dibutuhkan adanya penerimaan baik dari sumber dalam negeri
maupun luar negeri yang berbentuk pembiayaan utang atau nonutang agar dapat menutup
deficit tersebut.

B. Pembahasan

Seperti yang kita tahu, bahwa pendapatan nasional, salah satunya dari pajak. Pajak sudah
ditetapkan oleh pemerintah, dan bisa dibilang, pajak adalah suatu beban untuk masyarakat.
Namun, adanya pajak, untuk kebaikan masyarakat itu sendiri. Seperti membangun sebuah
proyek jalan tol. Jalan itu mempermudah orang-orang dalam melaksanakan bepergian jarak
jauh. Jembatan yang dibangun, memiliki fungsi sebagai lintas penghubung antar daerah. Itu
berarti, proyek yang dilakukan menguntungkan masyarakat. Seandainya masyarakat sulit
untuk membayar pajak, maka proyek-proyek yang sedang dilakukan untuk kepentingan
negara dan keuntungan masyarakat akan tertunda, karena kurangnya biaya. Selain untuk
kepentingan masyarakat, Pemerintah juga memiliki hak untuk memungut pajak demi
mendanai kewajiban negara yang dinilai dengan uang. Hal ini pun sudah tercatat dalam
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negra, pendapatan negara adalah
hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dan perlu kita
ingat juga, bahwa seluruh pendapatan negara yang diterima pemerintah selama satu tahun
anggaran tidak perlu dibayar Kembali oleh negara.

Adapun pengaruh pajak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Keduanya adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Karena pajak adalah suatu
komponen dalam APBN. Komponen dalam APBN itu sendiri ada 3 (tiga), dan komponen ini
sudah di sahkan oleh DPR. Diantaranya adalah pendapatan negara, belanja negara, dan
pembiayaan negara. Secara teknis akuntansi, APBN disusun dalam besaran yang sama,
antara jumlah pendapatan negara dan jumlah belanja negara, hal ini terdapat dalam format
T-account. Jadi, apabila pendapatan negara kurang atau lebih rendah dari target maka harus
melakukan penyesuaian dalam belanja negara. Sedangkan, jika pendapatan negara melebihi
target, maka tetap sama, harus menyesuaikan belanja negara. Surplus atau bisa didefinisikan
sebagai pendapatan negara melebihi belanja negara. Ini adalah sesuatu yang selalu terjadi
dalam pelaksanaan teknis keseimbangan, karena Surplus sulit dihindari. Adapun sebaliknya,
jika penerimaan negara lebih kecil dari belanja negara, maka ini disebut deficit. Kejadian ini
pernah terjadi saat pemerintahan Soeharto, APBN Indonesia mengalami deficit pada tahun
(1969/1970 – 1997/1998). Namun, pada masa pemerintahannya juga pernah mengalami
Surplus sebanyak 6 (enam) kali.

https://anggaran.kemenkeu.go.id/api/Medias/af919f5e-092b-4680-8662-658f831faacd

https://edukasi.pajak.go.id/images/buku_pt/Materi_Terbuka/BAB_IV.pdf

https://publication.petra.ac.id/index.php/akuntansi-pajak/article/view/441

Anda mungkin juga menyukai