Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena beberapa
alasan, yaitu :
1. Adanya Barang Privat Dan Barang Publik
Terdapat 3 jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu :
a. Barang privat
Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang atau jasa tersebut
hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya, sedangkan yang tidak
mengkonsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut.
contoh : makanan, listrik dan telepon.
b. Barang publik
Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya dinikmati oleh seluruh
masyarakat secara bersama-sama.
Contoh : pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi.
c. Campuran antara barang privat dan publik
Terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran antara barang privat
dan barang publik. Karena, meskipun dikonsumsi secara individual seringkali
masyarakat secara umum juga membutuhkan barang dan jasa tersebut. Contoh :
pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih. Barang-barang
tersebut sering disebut dengan merit good karena semua orang membutuhkannya
akan tetapi tidak semua orang bisa mendapatkan barang dan jasa tersebut. Untuk
memenuhi kebutuhan barang tersebut pemerintah dapat menyediakannya secara
langsung (direct public privision), memberikan subsidi, atau mengontrakkan ke pihak
swasta. Sebagai contoh pendidikan, meskipun pemerintah bertanggungjawab untuk
menyediakan pendidikan, namun bukan berarti barang tersebut sebagai pure public
good yang harus dibiayai semuanya dengan pajak dan dilaksanakan sendiri oleh
pemerintah. Dapat saja sektor swasta terlibat dalam penyediaan pelayanan
pendidikan tersebut.
Pada tataran praktek, terdapat kesulitan membedakan barang publik dan barang
barang privat. Beberapa sebab kesulitan membedakan barang publik dengan barang
privat tersebut antara lain :
1) Batasan antara barang public dan barang privat sulit untuk ditentukan.
2) Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik, tapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan
langsung. Contohnya adalah biaya pelayanan medis, tarif obat-obatan, dan air.
Pembebanan terhadap pemanfaatan barang tersebut memaksa orang untuk
berhati-hati dalam mengkonsumsi sumber-sumber yang mahal atau langka.
3) Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya. Jika
digunakan pajak, maka akan terdapat kesulitan dalam menentukan besar pajak
yang pantas dan cukup. Sedangkan jika digunakan pembebanan tarif pelayanan,
orang harus membayar untuk memperoleh jasa yang diinginkannya, dan mungkin
bersedia untuk membayar lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak. Terdapat
argument yang menyatakan bahwa pembebanan pada dasarnya demokratis
karena orang dapat memilih barang apa yang ingin mereka bayar dan apa yang
tidak mereka inginkan, sehingga pola pengeluaran publik dapat diarahkan
menurut pilihan mereka.
Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal costs pricing, yaitu
tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani konsumen tambahan (costs
of serving the marginal consumer). Harga tersebut adalah harga yang juga berlaku dalam pasar
persaingan untuk pelayanan tersebut. Marginal costs pricing mengacu pada harga pasar yang
paling efisien (economically efficient price), karena pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus)
akan memaksimalkan manfaat ekonomi dan penggunaan sumber daya yang terbaik.
Masyarakat akan memperoleh peningkatan output dari barang atau jasa sampai titik dimana
marginal costs sama dengan harga.
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing, setidaknya
harus memperhitungkan :
1. Operasi biaya variabel (variable operating cost)
2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk
memberikan pelayanan.
3. Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan
4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.
Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historic capital cost atau
pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali dengan penggunaan jasa. Contoh kasus klasik
dari historical cost adalah seperti jembatan penyebrangan. Marginal cost pricing menganjurkan
tidak ada biaya yang ditarik atas jasa penyeberangan karena marginal cost yang ada nol.
Memungut biaya penyebrangan sehingga menimbulkan kapasitas menganggur atas jembatan
tersebut, ini akan mengurangi total economic benefit.
Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama dengan nol, karena sejak
ditempati kapasitas ruang yang sudah digunakan, sehingga marginal cost-nya sama dengan
biaya untuk menyediakan rumah pengganti dan biaya pemeliharaan.
Contoh : penyediaan air, marginal cost-nya misalnya :
a. Tambahan air yang dikonsumsi
b. Tambahan jarak yang diambil
c. Pemasangan pipa besar untuk industri
I. Taksiran Biaya
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
a. Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll.
b. Opportunity cost of capital
c. Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to society
(opportunity cost)
d. Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
e. Cadangan inflasi
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Prinsip
biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor publik. Marginal
cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik.
Digunakan MC pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga
pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala
subsidi publik.
Sumber:
http://ainarainasti.blogspot.com/2012/10/akuntansi-sektor-publik-penentuan-harga.html