OLEH:
KELOMPOK 5
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat
(public services). Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dibiayai melalui 2 sumber, yaitu: (1)
pajak, dan (2) pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik. Jika
pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa
mempedulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebutatau tidak. Hal tersebut
dikarenakan pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang tidak memiliki jasa timbal
balik (kontraprestasi) individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak. "ika
pelayanan publik dibiayai melalui pembebananlangsung, maka yang membayar hanyalah mereka
yang memanfaatkan jasa pelayananpublik tersebut, sedangkan yang tidak menggunakan tidak
diwajibkan untukmembayar. Permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah suatu pelayanan
publik lebih baik dibiayai melalui pajak atau dengan pembebanan langsung kepada konsumen.
A. Pelayanan Publik yang Dapat Dijual
Dalam memberikan memberikan pelayanan publik, pemerintahan dapat dibenarkan
menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui
perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif
pelayanan misalnya:
1. Penyediaan air bersih.
2. Transportasi publik.
3. Jasa pos dan telekomunikasi.
4. Energi dan listrik.
5. Perumahan rakyat.
6. Fasilitas rekreasi (pariwisata).
7. Pendidikan.
8. Jalan tol.
9. Irigasi.
10. Jasa pemadaman kebakaran.
11. Pelayanan kesehatan.
12. Pengolahan sampah/limbah.
Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena
beberapa alasan, yaitu: (a) adanya barang privat dan barang publik, (b) efisiensi ekonomi, dan
(c) prinsip keuntungan.
a. Adanya Barang Privat dan Barang Publik
Terdapat 3 jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:
1. Barang privat
Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat
barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya,
sedangkan yang tidak mengonsumsinya tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut.
Contoh: makanan, listrik dan telepon.
2. Barang publik
Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya
dinikmati oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama. masyarakat secara bersama-
sama. Contoh: pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi
3. Campuran antara barang privat dan publik
Terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran antara barang
privat dan barang publik. Karena, meskipun dikonsumsi secara individual seringkali
masyarakat secara umum juga membutuhkan barang dan jasa tersebut. Contoh:
pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih. Barang-barang
tersebut sering disebut dengan merit good karena semua orang membutuhkannya akan
tetapi tidak semua orang bisa mendapatkan barang dan jasa tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan barang tersebut pemerintah dapat menyediakannya secara langsung (direct
publik privision), memberikan subsidi, atau mengontrakkan ke pihak swasta. Sebagai
contoh pendidikan, meskipun pemerintah bertanggungjawab untuk menyediakan
pendidikan, namun bukan berarti barang tersebut sebagai pure publik good yang harus
dibiayai semuanya dengan pajak dan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah. Dapat saja
sektor swasta terlibat dalam penyediaan pelayanan pendidikan tersebut.
Pada tataran praktik, terdapat kesulitan membedakan barang publik dan barang
barang privat. Beberapa sebab kesulitan membedakan barang publik dengan barang privat
tersebut antara lain:
1. Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan. Barang-barang
yang memiliki sifat sebagai barang privat, seperti transportasi atau perumahan yang
memadai dapat dianggap sebagai kebutuhan dasar manusia. Apakah akes terhadapnya
harus dibatasi hanya bagi mereka yang mampu membayar? Padahal mekanisme
distribusi pelayanan publik harus dapat dinikmati oleh setiap orang, baik orang kaya
maupun orang miskin.
2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik, tapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan
langsung. Contohnya adalah biaya pelayanan medis, tarif obat-obatan, dan air.
Pembebanan terhadap pemanfaatan barang tersebut memaksa orang untuk berhati-hati
dalam mengkonsumsi sumber-sumber yang mahal atau langka.
3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada membebankan
pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulkannya. Jika digunakan pajak,
maka akan terdapat kesulitan dalam menentukan besar pajakyang pantas dan cukup.
Sedangkan jika digunakan pembebanan tarif pelayanan, orang harus membayar untuk
memperoleh jasa yang diinginkannya, dan mungkin bersedia untuk membayar lebih
tinggi dibandingkan dengan tarif pajak. Terdapat argumen yang menyatakan bahwa
pembebanan pada dasarnya demokratis karena orang dapat memilih barang apa yang
ingin mereka bayar dan apa yang tidak mereka inginkan, sehingga pola pengeluaran
publik dapat diarahkan menurut pilihan mereka.
Biasanya terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran (mixed
economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta (privat market) dan
barang publik lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibiayai melalui
pajak. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pemerintah menyerahkan
penyediaan barang publik kepada sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem
kontrak.
Jika manfaat dirasakan secara perorangan, seperti listrik, telepon, dan air bersih,
maka untuk memperoleh barang-barang tersebut masyarakat biasanya dibebani dengan
tarif untuk penyediaan kebutuhan tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum, karena
spillover effects (eksternalitas positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada seperti
pertahanan dan pengendalian kesehatan, maka pendanaan untuk hal-hal tersebut lebih tepat
didanai lewat pajak.
Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu diperhatikan adalah:
a) Identifikasi barang/jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat (apakah barang publik
atau privat)
b) Siapa yang lebih berkompeten (lebih efisien) untuk menyediakan kebutuhan publik
tersebut (pemerintah atau swasta)
c) Dapatkah penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor swasta dan
sektor ketiga
d) Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah namun dapat
ditangani oleh swasta.
b. Efisiensi Ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang mereka
ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki perang penting dalam mengalokasikan sumber
daya melalui:
1. Pendistribusian permintaan, pihak yang mendapatkan manfaat paling banyak harus
membayar lebih banyak pula.
2. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
3. Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi.
4. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan
persediaan jasa (supply of service).
c. Prinsip Keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila didasarkan prinsip bahwa
yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya dikenakan
kepada masyarakat atau mereka yang diuntungkan kepada pelayanan tersebut. Pemerintah
tidak boleh melakukan maksimisasi keuntungan bahkan lebih baik menetapkan harga di
bawah full price, subsidi, bahkan tanpa dipungut biaya. Fee adalah biaya atas perijinan atau
lisensi yang diberikan pemerintah. Biaya perijinan/lisensi relatif kecil, umumnya berupa
biaya administrasi dan pengawasan, yang didasarkan pada:
1) Kategori perijinan yang diajukan.
2) Ada tidaknya keuntungan yang diperoleh pemegang ijin/lisensi atas ijin/lisensi yang
dimiliki.
H. Taksiran Biaya
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
• Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dan lain-lain.
• Opportunity cost of capital
• Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to society
(opportunity cost)
• Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
• Cadangan inflasi
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Prinsip
biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor publik. Marginal
cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik.
Digunakan Marginal Cost pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang jelas
mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu
mengidentifikasi skala subsidi publik.
KESIMPULAN
Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber yaitu pajak dan
pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging for services).
Pembebanan tarif pelayanan publik dilakukan karena beberapa alasan diantaranya yaitu karena
adanya barang privat dan barang publik, efisiensi ekonomi, dan prinsip keuntungan.
Dasar pembebanan tarif pelayanan yaitu pembebanan langsung (direct charging). Terdapat
argumen yang menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu terdapat kesulitan administrasi
dalam menghitung biaya pelayanan, yang miskin tidak mampu untuk membayar, dan adanya
eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal. Masalah utama dalam pembebanan pelayanan
publik adalah menentukan berapa harga yang harus dibebankan. Pemerintah harus memutuskan
berapa harga pelayanan yang dibebankan pada masyarakat. Aturan yang bisa dipakai adalah
beban (charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (full cost
recovery). Akan tetapi, terdapat kesulitan untuk menghitung biaya total tersebut sehingga
dianjurkan untuk menggunakan marginal cost pricing.
Marginal cost pricing adalah tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk
melayani tambahan konsumen tambahan. Marginal cost pricing memperhatikan biaya operasi
variabel, semi variabel overhead cost, biaya penggantian atas aset modal dan biaya penambahan
asset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan. Tetapi, penggunaan konsep
marginal cost pricing juga memiliki beberapa permasalahan sehingga perlu ditemukan metode
terbaik untuk menetapkan harga pelayanan publik.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.