Anda di halaman 1dari 25

PROSES COSTING (III)

MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA


KODE MATA KULIAH EMA 217
KELAS B5

Disusun Oleh
Kelompok 7 :

1. Muhamad Farid (2107531012) (04)


2. Ni Luh Putu Nirmala Jayanti (2107531026) (11)
3. I Made Winata Krisna (2107531104) (21)
4. Ni Putu Praditha Jeconia Putri (2107531105) (22)
5. Yohana Eka Putri Saralisa (2107531107) (23)

Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, S.E., M.Si., Ak.


Dosen Pengampu Mata Kuliah Akuntansi Biaya

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii

PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 1

1. Persediaan Produk Dalam Proses Awal ................................................................................ 1


2. Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang (Weight Average Cost Method) ................... 4
2.1 Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang-Departemen Pertama ......................... 4
2.2 Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang-Departemen Setelah Departemen
Pertama ........................................................................................................................... 7
2.3 Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama-Departemen Produksi Pertama .............. 9
2.4 Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama-Departemen Setelah Departemen
Produksi Pertama ......................................................................................................... 11
2.5 Tambahan Bahan Baku Dalam Departemen Produksi Setelah Departemen
Produksi Pertama ......................................................................................................... 13
3. Latihan Soal........................................................................................................................... 16
KESIMPULAN ................................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 23

ii
PEMBAHASAN

1. Persediaan Produk Dalam Proses Awal


Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode
akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya Produk dalam
proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode
sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang
dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan
demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau
ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses
awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas dua metode penentuan harga pokok
produk dalam metode harga pokok proses metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode
masuk pertama, serta metode keluar pertama (fifo).
Dalam proses pembuatan produk, umumnya bahan baku hanya dimasukkan dalam proses
di departemen produksi pertama. Departemen produksi berikutnya hanya menambahkan biaya
konversi saja. Tetapi adakalanya di dalam departemen setelah departemen produksi pertama
ditambahkan pula bahan baku ke dalam proses produksi. Tambahan bahan baku ini
kemungkinan akan menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang
menambahkan bahan baku tersebut; tetapi adakalanya tambahan bahan baku tersebut tidak
menambah jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam departemen yang bersangkutan.
Tambahan bahan baku ini akan mempunyai pengaruh dalam penentuan harga pokok produk.
Pada kesempatan kali ini juga kami akan dibahas pengaruh tambahan bahan baku dalam
departemen produksi setelah departemen produksi pertama. Untuk memberikan gambaran
mengenai pengaruh adanya persediaan produk dalam proses pada awal periode terhadap
penentuan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses, berikut ini disajikan lebih
dahulu contoh mengenai penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi
(material costing), yang masalahnya hampir sama dengan masalah perhitungan pengaruh harga
pokok persediaan produk dalam proses awal dalam metode harga pokok proses.
Misalnya pada awal periode terdapat persediaan bahan baku sebanyak 100 kg yang harga
pokoknya Rp1.000 per kg. Dalam periode tersebut terjadi pembelian bahan baku sebanyak 400
kg dengan harga Rp1.200 per kg. Jika pada akhir periode ternyata diketahui jumlah bahan baku
yang dipakai sebanyak 250 kg, timbul masalah harga pokok yang mana yang akan digunakan
untuk menghargai bahan baku yang dipakai tersebut. Untuk menentukan harga pokok mana

1
yang akan digunakan untuk menilai bahan baku yang dipakai tersebut, akuntansi menggunakan
berbagai anggapan mengenai aliran biaya Adanya berbagai anggapan ini menimbulkan
berbagai metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai. Contohnya adalah metode
harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost method); metode masuk pertama,
keluar pertama (first-in, first out method); dan metode masuk terakhir, keluar pertama (last-in,
first-out method). Jika dalam contoh pemakaian bahan baku tersebut di atas digunakan metode
masuk pertama, keluar pertama, maka perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam periode tersebut dapat dilihat di bawah.

Penggunaan Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama

Persediaan bahan baku awal: 100kg x Rp 1.000 Rp 100.000


Pembelian bhan baku selama periode 400kg x Rp 1.200 Rp 480.000
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp 580.000
Harga pokok bahan baku yang dipakai selama periode yang ditentukan
Atas dasar metode masuk pertama, keluar pertama adalah:
100kg x Rp 1.000 Rp 100.000
150kg x Rp 1.200 Rp 180.000
Rp 280.000
Persediaan bahan baku pada akhir periode Rp 300.000

Jika contoh tersebut diterapkan dalam metode harga pokok proses, yang pada awal periode
terdapat persediaan produk dalam proses, maka pengaruh adanya persediaan produk dalam
proses awal tersebut terhadap penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang tidak berbeda dengan contoh penentuan biaya bahan
baku tersebut di atas. Misalkan pada awal periode terdapat persediaan produk dalam proses
sebanyak 200 kg dengan harga pokok yang dibawa dari periode sebelumnya sebesar
Rp800.000. Misalkan dalam periode sekarang produk yang diproduksi (tidak termasuk
persediaan produk dalam proses awal) sebanyak 3.200 kg sedangkan biaya produksi yang
dikeluarkan dalam periode sekarang, baik untuk menyelesaikan persediaan produk dalam
proses awal maupun untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang
berjumlah Rp9.600.000. Jika produk jadi yang dihasilkan dalam periode tersebut berjumlah
2.800 kg, harga pokok produksi per kilogram manakah yang akan digunakan untuk menghargai
produk jadi tersebut? Untuk penyelesaian masalah tersebut mari kita lihat di bawah ini.

2
Perhitungan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses

Kuantitas Total Biaya

Produk dalam proses awal: 200kg Rp 800.000


Produk yang dimasukkan dalam proses sekarang 3.200kg Rp 9.600.000
Jumlah produk yang diproses dalam periode sekarang 3.400kg Rp10.400.000
Produk jadi yang dihasilkan dalam periode sekarang 2.800kg ?
Produk dalam proses akhir periode: 600kg ?

Di sini timbul persoalan penentuan harga pokok produk jadi yang dihasilkan dalam
periode sekarang, karena adanya dua macam harga pokok produksi per kg yang berbeda, yaitu:

Harga pokok per kg persediaan produk dalam proses awal:


Rp 800.000 : 200 kg Rp 4.000
Harga produk per kg produksi periode sekarang:
Rp 9.600.000 : 3200 kg Rp 3.000

Harga pokok produksi per kg manakah yang akan digunakan untuk menentukan harga
pokok 2.800 kg produk jadi tersebut?
Seperti halnya dengan contoh pemakaian bahan baku dalam contoh tersebut di muka,
dalam metode harga pokok proses juga digunakan anggapan aliran biaya produksi, sehingga
untuk menentukan harga pokok produk jadi dalam contoh ini terdapat dua metode yang dapat
digunakan: metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama, keluar
pertama.
Jika digunakan metode masuk pertama, keluar pertama, harga pokok produk jadi
sebanyak 2.800 kg tersebut dihitung sebagai berikut;

Harga pokok persediaan produk dalam proses awal:


200 kg @ Rp 4.000 Rp 800.000
Harga pokok produk periode sekarang:
3200 kg @ Rp 3.000 Rp 7.800.000

Harga pokok produk jadi 2800 kg Rp 8.600.000

Berikut ini diuraikan dua metode penentuan harga pokok produk: metode harga pokok
rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama, keluar pertama dalam penentuan harga pokok
proses.

3
2. Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang (Weight Average Cost Method)
Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada
biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk
untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang, Harga pokok rata-rata tertimbang ini
kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah
kuantitasnya.

2.1 Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang-Departemen Pertama


Dalam departemen produksi pertama, biaya yang harus diperhitungkan
dalampenentuan harga pokok produk adalah biaya yang melekat pada persediaan produk
dalamproses awal dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang.biaya yang
melekatpada persediaan produk dalam proses awal merupakan biaya yang berasal dari
periodesebelumnya. Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang ini, biaya yang berasal
dariperiode sebelumnya ditambah dengan biaya dari periode sekarang, kemudian dihitung
rata-ratanya dengan cara membagi jumlah tersebut dengan unit ekuivalensi unsur biaya yang
bersangkutan. Harga pokok rata-rata per unit ini kemudian dikalikan dengan jumlah
unitproduk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya untuk menghitung total harga
pokokproduk selesai tersebut. Harga pokok rata-rata per unit ini juga digunakan untuk
menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode.

Data Produksi dan Biaya Produksi Bulan Januari 20X1


PT Risa Remendi
Data Produksi dan Biaya Produksi
Bulan Januari 20X1
Departemen 1 Departemen 2
Data Produksi
Produk dalam proses awal :
BBB 100% ; BK 40% 4.000 kg
BTK 20% ; BOP 60% 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses bulan ini 40.000 kg
Unit yang ditransfer ke Dept.2 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer dari Dept.1 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke Gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir :
BBB 100% ; BK 70% 9.000 kg
BTK 40% ; BOP 80% 3.000 kg

4
Harga Pokok Produk dalam Proses Awal :
Harga pokok dari Dept.1 Rp11.150.000
Biaya bahan baku Rp1.800.000
Biaya tenaga kerja Rp1.200.000 Rp1.152.000
Biaya Overhead pabrik Rp1.920.000 Rp4.140.000

Biaya Produksi
Biaya bahan baku Rp20.200.000
Biaya tenaga kerja Rp29.775.000 Rp37.068.000
Biaya Overhead pabrik Rp37.315.000 Rp44.340.000

Rumus Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel Per Satuan Produk Departemen Pertama
dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang
Biaya bahan baku yang Biaya bahan baku yang
melekat pada produk dalam + dikeluarkan dalam periode
Biaya bahan baku proses awal sekarang
1) =
per unit
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
2) Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja langsung
langsung per unit langsung yang melekat yang dikeluarkan dalam
= pada produk dalam proses + periode sekarang
awal

Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja langsung


3) Biaya overhead Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik yang
pabrik variable per yang melekat pada produk + dikeluarkan dalam periode
unit dalam proses awal sekarang

Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik variabel

Yang
Yang
Melekat
ditambahkan
pada Unit Biaya
Elemen Biaya Dalam Total Biaya
Produk Ekuivalensi per kg
Periode
Dalam
Sekarang
Proses

Biaya Bahan Baku Rp1.800.000 Rp20.200.000 Rp22.000.000 44.000* Rp500


Biaya Tenaga Kerja Rp1.200.000 Rp29.775.000 Rp30.975.000 41.300** Rp750
Biaya Overheard
Pabrik Variabel Rp1.920.000 Rp37.315.000 Rp39.235.000 41.300** Rp950

Perhitungan :

5
*(100% x 35.000) + (100% x 9.000) = 44.000
** (100% x 35.000) + (70% x 9.000) = 41.300
Perhitungan Harga Pokok Produk Selesai dan Persediaan Produk Dalam Proses Departemen 1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2
Biaya Bahan Baku 35.000 x Rp500 Rp17.500.000
Biaya Tenaga Kerja 35.000 x Rp750 Rp26.250.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel 35.000 x Rp950 Rp33.250.000
Total harga pokok 35.000 unit @Rp2.200 Rp77.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
BBB = 100% x 9.000 unit x Rp500 Rp4.500.000
BTK = 70% x 9.000 unit Rp750 Rp4.725.000
BOPV = 70% x 9.000 unit Rp950 Rp5.985.000
Rp15.210.000
Jumlah biaya produksi variabel yang dibebankan dalam Rp92.210.000
Dept. 1

PT X
Laporan Biaya Produksi Variabel Departemen 1
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah Produksi yang diolah dalam bulan April 44.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 35.000 kg
Produk dalam proses akhir 9.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 44.000 kg

Biaya yang Dibebankan dalam Dept.1


Total Per Unit
Biaya bahan baku Rp22.000.000 Rp500
Biaya tenaga kerja Rp30.975.000 Rp750
Biaya overhead pabrik variable Rp39.235.000 Rp950
Jumlah Biaya Variabel yang Dibebankan dalam Dept. 1 Rp92.210.000 Rp2.200

Perhitungan biaya
Harga Pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept.2 :
35.000 unit @Rp2.200 Rp77.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir (9.000
kg)
Biaya Bahan Baku Rp4.500.000
Biaya tenaga kerja Rp4.725.000
Biaya Overhead Pabrik Rp5.985.000
Rp15.210.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam Dept. 1 Rp92.210.000

6
2.2 Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang-Departemen Setelah Departemen
Pertama
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen produksi setelah departemen
produksi yang pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan
harga pokok dari departemen (atau departemen – departemen) sebelumnya dengan biaya
produksi yang ditambahkan dalam departemen yang bersangkutan.
Dalam metode harga pokok rata - rata tertimbang, untuk menghitung harga pokok per
satuan kumulatif produk yang dihasilkan departemen setelah departemen produksi pertama,
perlu dihitung rata - rata pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya
dan harga pokok rata – rata yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama yang bersangkutan.
Rumus Perhitungan Harga Pokok Per Unit Produk Departemen Kedua dengan
menggunakan Metode Harga Pokok Rata – Rata Tertimbang:
Harga Pokok Produk Per Satuan yang Dibawa Dari Departemen Sebelumnya
Biaya bahan baku yang Biaya bahan baku yang
melekat pada produk + dikeluarkan dalam periode
dalam proses awal sekarang
Biaya bahan baku
1) =
per unit Produk yang ditransfer
Produk dalam proses
+ dari dept. sebelumnya
awal
dalam periode sekarang

Harga Pokok Produk Per Unit yang ditambahkan Dalam Departemen Setelah
Departemen Pertama
Biaya bahan baku yang Biaya bahan baku yang
melekat pada produk dalam + dikeluarkan dalam periode
Biaya bahan baku
= proses awal sekarang
1)
per unit
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
2) Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja langsung
langsung per unit langsung yang melekat yang dikeluarkan dalam
= pada produk dalam proses + periode sekarang
awal

Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja langsung


3) Biaya overhead Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik yang
pabrik variable per yang melekat pada produk + dikeluarkan dalam periode
unit dalam proses awal sekarang

7
Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik variabel

Perhitungan Harga Pokok Komulatif Per Satuan Produk Departemen 2 dengan Menggunakan
Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang
Yang Yang Biaya
Unsur
Melekat Dikeluarkan Total Unit Produksi
Biaya
pada Produk Dalam Periode Biaya Ekuivalensi Per
Produksi
dalam Proses Sekarang Satuan
Harga Pokok
yang berasal Rp11.150.000 Rp77.000.000 Rp88.150.000 41.000* Rp2.150
dari Dep.1

Biaya yang ditambahkan dalam Dep.2

Biaya Tenaga
Rp1.152.000 Rp37.068.000 Rp38.220.000 39.200** Rp975
Kerja
Biaya
Overhead Rp4.140.000 Rp44.3400.000 Rp48.480.000 40.400*** Rp1.200
Pabrik

*(100% x 38.000) + (100% x 3.000) = 41.000


**(100% x 38.000) + (40% x 3.000) = 39.200
***(100% x 38.000) + (80% x 3.000) = 40.400
Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk dalam Proses Departemen 2
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gudang Rp164.350.000
38.000 unit @ Rp4.325
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Yang berasal dari Dept.1 : 3.000 unit x Rp2.150 Rp6.450.000
Yang ditambahkan dalam Dept. 2 :
Biaya Tenaga Kerja 40% x 3.000 unit x Rp975 Rp1.170.000
Biaya Overhead Pabrik 80% x 3.000 unit x Rp1.200 Rp2.880.000
Rp10.500.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam Dept.2 Rp174.850.000

PT X
Laporan Biaya Produksi Variabel Departemen 2
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari departemen 1 35.000 kg
Jumlah Produksi yang diolah dalam bulan April 41.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 3.000 kg

8
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg

Biaya yang Dibebankan dalam Dept.2


Total Per Unit
Biaya yang berasal dari Departemen 1 Rp88.150.000 Rp2.150
Biaya yang ditambahkan dalam Dept.2 :
Biaya tenaga kerja Rp38.2205.000 Rp975
Biaya overhead pabrik Rp48.480.000 Rp1.200
Jumlah Biaya Variabel yang Dibebankan dalam Dept. 1 Rp174.850.000 Rp4.325

Perhitungan biaya
Harga Pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept.2 :
38.000 unit @Rp4.325 Rp164.350.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Yang berasal dari Dep.1 : Rp6.450.000
Yang ditambahkan dalam Dept. 2 :
Biaya Tenaga Kerja Rp1.170.000
Biaya Overhead Pabrik Rp2.880.000
Rp10.500.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam Dept.2 Rp174.850.000

2.3 Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama-Departemen Produksi Pertama


Metode masuk pertama, keluar pertama (MPKP) menganggap biaya produksi periode
sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode
masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang
dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit
ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus
diperhitungkan.
Berdasarkan contoh soal 1 Untuk ekuivalen bahan baku Departemen 1 (dalam. Karena
tingkat penyelesaian biaya bahan baku dalam persediaan produk dalam proses awal adalah
100%, maka biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang sebesar
Rp.20.200.000 di Departemen 1 tersebut tidak lagi diserap untuk penyelesaian persediaan
produk dalam proses awal. Dengan demikian biaya bahan baku tersebut hanya digunakan
untuk menyelesaikan 31.000 kg (35.000 kg – 4.000 kg) produk selesai yang ditransfer ke
Departemen 2 dan 9.000 unit produk yang pada akhir periode masih dalam proses di
Departemen 1. Unit ekuivalensi biaya bahan baku Departemen 1 dihitung dalam tabel
dibawah ini.

9
Perhitungan Unit Ekuivalensi Biya Bahan Baku Departemen 1 dengan Menggunakan
Metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal 0 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 31.000
Produk dalam proses akhir 100% x 9.000 9.000
Jumlah 40.000 kg

Perhitungan Unit Ekuivalensi Biaya Konversi Departemen 1 dengan Menggunakan


Metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal (100%-40%)x4000 unit 2.400 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 31.000
Produk dalam proses akhir 70%x9000 unit 6.300
Jumlah 39.700 kg

Perhitungan Biaya Per Satuan Dengan Menggunakan Metode MPKP


Unsur Biaya Produksi Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya Produksi per
Satuan
Biaya bahan baku Rp20.200.000 40.000 Rp505
Biaya tenaga kerja Rp29.775.000 39.700 Rp750
Biaya overhead pabrik Rp37.315.000 39.700 Rp940

Atas dasar data harga pokok produksi per satuan tersebut, dapat dihitung harga pokok
produk selesai yang ditransfer ke Departemen 2 dan harga pokok persediaan produk dalam
proses pada akhir bulan Januari 20X1 di Departemen 2 yaitu sebagai berikut.

Perhitungan Harga Pokok Produk Selesai dan Persediaan Produk dalam Proses
Departemen
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2:
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Rp4,920,000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal
Biaya bahan baku 0
Biaya tenaga kerja 60%x4000 kg x Rp750 Rp1,800,000

Biaya overhead pabrik 60%x4000 kg x Rp940 Rp2,256,000

Rp8,976,000
Harga pokok produk dari produksi sekarang Rp68,045,000

10
31.000kgxRp2.195

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 Rp 77,019,000*


Harga pokok produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku 9000 kg x 100% x Rp505 Rp4,545,000

Biaya tenaga kerja 9000 kg x 70% x Rp750 Rp4,725,000

Biaya overhead pabrik 9000 kg x 70% x Rp940 Rp5,922,000

Rp15,192,000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Departemen 1 Rp92,210,000

Jumlah sesungguhnya adalah Rp77,021,000. Pencantuman jumlah tersebut dikurangi


Rp3.000 karena adanya pembulaan angka pada waktu perhitungan biaya overhead pabrik
per kg.

2.4 Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama-Departemen Setelah Departemen


Produksi Pertama
Dalam departemen produksi setelah departemen produksi pertama, produk telah
membawa harga pokok dari departemen sebelumnya. Produk dalam proses yang membawa
harga pokok dari periode sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga
pokok produk yang ditransfer ke departemen berikutnya.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Produk yang Dihasilkan Dep 2

Atas dasar data perhitungan harga pokok per satuan di atas dapat dihitung harga pokok
produk yang ditransfer oleh Dept. 2 ke Gudang dan harga pokok persediaan produk dalam
proses pada akhir bulan Januari 20X1 di Dept. 2 dapat dilihat pada table dibawah ini.

Perhitungan Harga Pokok Produk Selesai dan Persediaan Produk dalam Proses
Dept. 2

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang:


Harga pokok persediaan produk dalam proses awal: Rp 16.442.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya tenaga kerja 80 % x 6.000 kg x Rp 975 Rp 4.680.000
Biaya overhead pabrik 40 % x 6.000 kg x Rp 1.205 Rp 2.892.000
Rp 24.014.000

11
Harga pokok produk dari produksi sekarang 32.000 unit x Rp4.381 Rp140.192.000
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang Rp164.202.000

Harga pokok produk dalam proses akhir:


Harga pokok dari departemen 1 = 3.000 x Rp 2.201 Rp 6.603.000
Biaya tenaga kerja: 3.000 kg x 40% x Rp 975 Rp 1.170.000
Biaya overhead Pabrik: 3.000 kg x 80 % x Rp 1.205 Rp 2.892.000 Rp 10.665.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Dept. 2 Rp174.869.000

Selanjutnya perhitungan di atas dapat disajikan ke dalam laporan biaya produksi Dept. 2
PT Risa Rimendi
Laporan Biaya Produksi Variabel Departemen 2
Bulan April 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari Dept. 1 35.000
Jumlah 41.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses 3.000
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg

Biaya yang Dibebankan dalam Dept.2


Total biaya Biaya per Kg
Harga pokok produk dalam proses awal Rp 16.442.000 -
Biaya yang dikeluarkan sekarang:
Harga pokok produk yang diterima dari Dept. 1 Rp77.019.000 Rp2.201
Biaya tenaga kerja Rp37.068.000 Rp975
Biaya overhead pabrik Rp44.340.000 Rp1.205
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam Dept. 2 Rp174.869.000 Rp4.381

Perhitungan biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang:
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Rp16.442.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya tenaga kerja Rp4.680.000
Biaya overhead pabrik Rp2.892.000
Rp 24.014.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang: 32.000 unit x Rp140.192.000
Rp4.381
Rp164.202.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dept. 1 3.000 x Rp2.201 Rp6.603.000
Biaya tenaga kerja Rp1.170.000
Biaya overhead pabrik Rp2.892.000 Rp10.665.000

Jumlah biaya yang dibebankan dalam Dept. 2 Rp174.869.000

12
2.5 Tambahan Bahan Baku Dalam Departemen Produksi Setelah Departemen
Produksi Pertama
Umumnya bahan baku diolah pertama kali dalam departemen pertama. Departemen
produksi berikutnya hanya mengolah lebih lanjut produk hasil departemen pertama dengan
mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Namun seringkali dalam proses
produksi, bahan baku ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen
produksi pertama. Tambahan bahan baku ini mempunyai kemungkinan:
a. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku tidak
menambah jumlah produk yang dihasilkan, maka tambahan ini tidak berpengaruh
terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, dan sebagai akibatnya
tidak mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang
diterima dari departemen produksi sebelumnya.
b. Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang
dihasilkan dengan adanya tambahan bahan baku dalam departemen setelah departemen
produksi pertama, maka hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian harga pokok
produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
Penyesuaian ini dilakukan karena total harga produk yang berasal dari departemen
sebelumnya, yang semula dipikul oleh jumlah tertentu, sekarang harus dipikul oleh
jumlah produk yang lebih banyak sebagai akibat tambahan bahan baku tersebut.
Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari departemen sebelumnya
menjadi lebih kecil.
Contoh yang menggambarkan tambahan bahan baku yang mengakibatkan tambahan
bahan baku yang mengakibatkan tambahan jumlah produk yang dihasilkan di Departemen
2, yakni:
Contoh 2
PT Oki Sasongko memproduksi produknya melalui dua departemen produksi: Departemen
1 dan Departemen 2. Bahan baku tidak hanya diproses dalam Departemen 1 saja, namun
juga ditambahkan dalam proses produksi departemen 2. Tambahan bahan baku ini
mengakibatkan jumlah unit produk yang dipakai sebagai penyebut dalam perhitungan harga
pokok produk yang berasa dari Departemen 1 bertambah, sehingga harga pokok per satuan
produk yang diterima dari Departemen 1 menjadi lebih rendah. Data produksi dan biaya
produksi departemen 2 dalam bulan Januari 20X1 tercantum dalam gambar ini.

13
Data Produksi dan Biaya Departemen 2 PT Oki Sasongko bulan Januari 20X1
Departemen 2
Data Produksi:
Produk salam proses awal: BBB 100%; BTK 20%; BOP 60% 6.000 kg
Unit yang diterima dari Dept. 1 35.000
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 4.000
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000
Produk dalam proses akhir: BBB 100%; BTK 40%; BOP 80% 7.000

Harga Pokok Persediaan Produk Dalam Proses Awal:


Harga pokok dari Dept. 1 Rp11.150.000
Biaya yang ditambahkan Dept. 2 dalam bulan yang lalu:
Biaya bahan baku 950.000
Biaya tenaga kerja 1.152.000
Biaya overhead pabrik 4.140.000
Harga pokok kumulatif persediaan produk dalam proses awal Rp17.392.000

Harga pokok produk yang diterima dari Dept. 1 dalam bulan ini: Rp77.019.000
35.000 x Rp2.201

Biaya Produksi Dept. 2 Bulan Ini:


Biaya Bahan Baku Rp15.000.000
Biaya tenaga kerja 37.068.000
Biaya Overhead Pabrik 44.340.000
Jumlah biaya produksi Departemen 2 bulan ini Rp96.408.000

Atas dasar data dalam tabel diatas, perhitungan biaya produksi per satuan dengan menggunakan
metode MPKP dapat dilakukan seperti dalam tabel di bawah ini.
Perhitungan Biaya Produksi Per Satuan dengan Metode MPKP Jika Tambahan Bahan Baku
menambah Produk yang Dihasilkan di Departemen 2

Total Biaya Biaya Per Satuan


Harga pokok persediaan produk dalam proses Rp17.392.000
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen 1 77.019.000 Rp2.201
Penyesuaian karena adanya tambahan bahan baku yang
menambahkan produk yang dihasilkan 226*

Harga pokok produk yang diterima dari Dept. 1 setelah Rp1.975


disesuaikan
Biaya produksi yang ditambahkan dalam Dept. 2:
Biaya bahan baku 15.000.000 385
Biaya tenaga kerja 37.068.000 936
Biaya overhead pabrik 44.340.000 1.109
Jumlah Biaya Variabel yang Dibebankan dalam Dept. 1 Rp190.819.000 Rp4.405

*(77.019.000 : 35.000) – (77.019.000 : 39.000) = 2.201 – 1.975 = 226


Atas dasar perhitungan biaya per satuan dalam tabel diatas, harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses dapat dihitung seperti
yang disajikan dalam tabel berikut.

14
Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk dalam Proses Departemen 2 dengan
Metode MPKP

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang:


Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Rp17.392.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya Tenaga Kerja 80% x 6.000 x Rp936 4.492.800
Biaya Overhead Pabrik 40% x 6.000 x Rpp1.109 2.661.600
Rp24.546.400
Harga pokok produk dari produksi sekarang 32.000 unit 140.960.000 Rp165.468.600*
x Rp4.405
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dept. 1: 7.000 x Rp1.975 Rp13.825.000
Biaya Bahan Baku : 7.000 kg x 100% x Rp385 2.695.000
Biaya Tenaga Kerja: 7.000 kg x 40% x Rp936 2.620.800
Biaya Ov. Pabrik : 7.000 kg x 80% x Rp1,109 6.210.400
25.350.400
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Departemen 2 Rp190.819.000
*Jumlah sesungguhnya adalah Rp165.506.400. Pencatatan jumlah tersebut dikurangi Rp37.800 karena
adanya pembulatan angka pada waktu perhitungan biaya per unit.

Perhitungan tersebut jika disajikan dalam laporan biaya produksi Departemen 2 disajikan
dalam tabel berikut.
PT Oki Sasongko
Laporan Biaya Produksi Departemen 2
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari Departemen 1 35.000
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 4.000
Jumlah 45.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses 7.000
Jumlah 45.000 kg

Biaya yang Dibebankan dalam Departemen 1


Total Biaya Biaya Per Unit
Harga pokok produk dalam proses awal Rp17.392.000
Biaya yang dikeluarkan sekarang:
Harga pokok produk yang diterima dari Dept. 1 77.019.000 Rp2.201
Penyesuaian karena adanya tambahan bahan baku 226
Harga pokok produk yang diterima dari Dept. 1 Rp1.975
setelah disesuaikan
Biaya yang ditambahkan Dept. 2:
Biaya bahan baku Rp15.000.000 385
Biaya tenaga kerja Rp37.068.000 936
Biaya overhead pabrik Rp44.340.000 1.109
Jumlah biaya produksi Rp1980.819.000 Rp4.405

15
Perhitungan Biaya
Harga Pokok produk selesai yang ditransfer ke
gudang:
Harga pokok produk dalam proses awal Rp17.392.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya tenaga kerja 4.492.800
Biaya Overhead Pabrik 2.661.600
Rp24.546.400
Harga pokok produk dari prod. Sekarang 32.000 unit 140.960.000
x Rp4.405
Rp165.468.600*

Harga pokok produk dalam proses akhir:


Harga pokok dari Dept. 1 7.000 x Rp1.975 Rp13.825.000
Biaya bahan baku 2.695.000
Biaya tenaga kerja 2.620.800
Biaya overhead pabrik 6.210.400
25.350.400
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Departemen 2 Rp190.819.000
Jumlah sesungguhnya adalah Rp165.506.400. Pencantuman jumlah tersebut dikurangi Rp37.800 karena
adanya pembulatan angka pada waktu perhitungan biaya per unit.

3. Latihan Soal
Soal 1:
Atas dasar data berikut ini, hitunglah unit ekuivalensi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik di departemen 1, jika metode MPKP digunakan dalam
metode harga pokok proses.
Produk dalam proses awal
BBB: 100%; BTK: 60%; BOP:40% 2.000 kg
Dimasukankan dalam proses 45.000
47.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 44.000 kg
Produk dalam proses akhir:
BBB:100%; BTK:70%; BOP:80% 3.000
47.000 kg
Penyelesaian:
• Perhitungan unit ekuivalensi biaya bahan baku departemen 1 dengan menggunakan
metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal 0

16
Produk selesai yang ditansfer ke Dep.2 44.000
Produk dalam proses akhir 100% X 3000 3.000
Jumlah 47.000 kg
• Perhitungan unit ekuivalensi biaya bahan konversi departemen 1 dengan
menggunakan metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal (100% - 60%) X 2.000 unit 800
Produk selesai yang ditransfer ke Dept.2 44.000
Produk dalam proses akhir 80% X 3.000 2.400
Jumlah 47.200

Soal 2:
PT El Sari memproduksi produknya melalui dua departemen produksi: Departemen 1 dan
Departemen 2. Perusahaan menggunakan metode Harga Pokok Rata – rata tertimbang.
Dalam penghitungan harga pokok produksinya. Data produksi dan biaya produksi bulan
Januari 20X1 di kedua departemen produksi tersebut dalam tabel, yakni sebagai berikut.

PT El Sari
Data Produksi dan Biaya Produksi
Bulan Januari 20X1
Departemen 1 Departemen 2
Data Produksi:
Produksi dalam proses awal:
BBB 60%; BK 40% 5.000 kg -
BTK 30%; BOP 70% - 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses bulan ini 50.000 kg -
Unit yang ditransfer ke Dept. 2 45.000 kg -
Unit yang ditransfer ke Dept. 1 - 45.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang - 42. 000 kg
Produk dalam proses akhir:
BBB 100%; BK 70% 10.000 kg -
BTK 40%; BOP 80% - 9.000 kg

Harga Pokok Produk Dalam proses Awal:


Harga Pokok dari Dept. 1 - Rp12.990.000

17
Biaya bahan baku Rp2.000.000 -
Biaya tenaga kerja Rp2.500.000 Rp1.500.000
Biaya overhead pabrik Rp3.000.000 Rp4.000.000

Biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp25.500.000
Biaya tenaga kerja Rp36.500.000 Rp25.860.000
Biaya overhead pabrik Rp49.000.000 Rp32.900.000
*BBB = Biaya bahan baku BTK = Biaya Tenaga Kerja
BOP = Biaya Overhead Pabrik BK = Biaya Konversi

1. Unit ekuivalensi biaya bahan baku departemen 1 adalah:


A. 52.000 kg
B. 53.000 kg
C. 55.000 kg
D. 51.000 kg
2. Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja Departemen 1 adalah:
A. 52.000 kg
B. 53.000 kg
C. 55.000 kg
D. 51.000 kg
3. Harga pokok rata tertimbang per kilogram produk Departemen 1 adalah:
A. Rp 500
B. Rp1.350
C. Rp2.250
D. Rp1.000
4. Harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh Departemen 1 ke Departemen 2
adalah:
A. Rp114.240.000
B. Rp101.250.000
C. Rp178.500.000
D. Rp118.500.000
5. Harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan Januari 20X1 dalam
Departemen 1 adalah:

18
A. Rp 17.250.000
B. Rp101.250.000
C. Rp178.500.000
D. Rp 27.720.000
6. Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja di departemen 2 adalah:
A. 42.000 kg
B. 55.000 kg
C. 45.600 kg
D. 49.200 kg
7. Unit ekuivalensi biaya overhead di Departemen 2 adalah:
A. 42.000 kg
B. 55.000 kg
C. 45.600 kg
D. 49.200 kg
8. Biaya produksi Rata-rata yang ditambahkan di Departemen 2 adalah:
A. Rp2.240
B. Rp2.250
C. Rp3.000
D. Rp1.350
9. Harga pokok produk Jadi yang ditransfer oleh Departemen 2 ke gudang adalah:
A. Rp 94.080.000
B. Rp101.250.000
C. Rp150.780.000
D. Rp178.500.000
10. Harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen 2 pada akhir bulan
Januari 20X1 adalah:
A. Rp 27.720.000
B. Rp101.250.000
C. Rp150.780.000
D. Rp 17.250.000

19
Penyelesaian:

Yang
Yang
Melekat Biaya
Unsur Biaya dikeluarkan Unit
pada Produk Total Biaya Produksi
Produksi dalam periode Ekuivalensi
Dalam per kg
sekarang
Proses
(2+4) (4: 5)
1 2 3 5
3 6
Biaya Bahan
Rp2.000.000 Rp25.500.000 Rp27.500.000 55.000 (no 1) 500
Baku
Biaya Tenaga
Rp2.500.000 Rp36.500.000 Rp39.000.000 52.000 (no 2) 750
Kerja
Biaya
Overhead Rp3.000.000 Rp49.000.000 Rp52.000 52.000 1000
Pabrik
2.250 (no
3)

Unit ekuivalensi
1. (100% X 45.000) + ( 100% X 10.000) = 55.000
2. (100% X 45.000) + (70% X 10.000 ) = 52.000
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1
Harga pokok produk selesai yang ditansfer ke Dep. 2
45.000 unit @2.250 no.4 Rp. 101.250.000
Harga Pokok Persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku = 100% X 10.000 unit X 500 = 5.000.000
Biaya Tenaga Kerja = 70% X 10.000 unit X 750 = 5.250.000
Biaya Overhead Pabrik = 70% X 10.000 unit X 1000 = 7.000.000
No. 5 17.250.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp. 118.500.000

Yang Yang
Biaya
Unsur Biaya Melekat pada dikeluarkan Unit
Total Biaya Produksi per
Produksi Produk dalam periode Ekuivalensi
kg
Dalam Proses sekarang
(2+3) (4: 5)
1 2 3 5
4 6

20
Harga Pokok
yang berasal Rp12.990.000 Rp101.250.000 Rp114.240.000 51.000 2.240
dari Dep.1
Biaya yang ditambahkan dalam dep.2

Biaya Tenaga
Rp1.500.000 Rp25.860.000 Rp27.360.000 45.600 600
Kerja
Biaya
Overhead Rp3.000.000 Rp32.900.000 Rp36.900.000 49.200 750
Pabrik
No. 8, 1.350

Unit ekuivalensi
1. (100% x 42.000) + (100% x 9000) = 51.000
2. (100% x 42.000) + ( 40% x 9000 ) = 45.600 no.6
3. (100% x 42.000) + (80% x 9000) = 49.200 no.7
Harga Pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses Departemen 2
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang
42.000 unit @ Rp. 3.590 no.9, Rp. 150.780.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Yang berasal dari dept. 1: 9000 unit x 2.240 Rp. 20.160.000
Yang ditambahkan dalam dept.2 :
Biaya Tenaga Kerja 40% x 9.000 unit x 600 2.160.000
Biaya Overhead pabrik 80% x 9.000 unit x Rp. 750 5.400.000

Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam dept. 2 no.10, Rp. 27.720.000

Rp.178.500.000

21
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu departemen
produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan
produk dalam proses pada awal periode berikutnya Produk dalam proses awal periode ini
membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang
kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh
departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam
periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen
berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan
menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.

Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost method), harga
pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan
jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok
rata-rata tertimbang, Harga pokok rata-rata tertimbang ini kemudian digunakan untuk
menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang
dengan cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya. Metode MPKP menganggap biaya
produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada
awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk
yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang.

Pada departemen produksi kedua, produk telah membawa harga pokok dari departemen
sebelumnya yaitu departemen pertama. Produk dalam proses yang membawa harga pokok dari
periode sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang
ditransfer ke departemen berikutnya. Dalam kaitannya dengan tambahan bahan baku dalam
departemen produksi setelah separtemen produksi pertama mempunyai dua kemungkinan,
yakni tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengonsumsi tambahan bahan baku tersebut dan menambah jumlah produk yang dihasilkan
oleh departemen produksi yang mengonsumsi bahan baku tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. (2014). Akuntansi Biaya (5 ed.). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

23

Anda mungkin juga menyukai