Disusun Oleh
Kelompok 7 :
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 1
ii
PEMBAHASAN
1
yang akan digunakan untuk menilai bahan baku yang dipakai tersebut, akuntansi menggunakan
berbagai anggapan mengenai aliran biaya Adanya berbagai anggapan ini menimbulkan
berbagai metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai. Contohnya adalah metode
harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost method); metode masuk pertama,
keluar pertama (first-in, first out method); dan metode masuk terakhir, keluar pertama (last-in,
first-out method). Jika dalam contoh pemakaian bahan baku tersebut di atas digunakan metode
masuk pertama, keluar pertama, maka perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam periode tersebut dapat dilihat di bawah.
Jika contoh tersebut diterapkan dalam metode harga pokok proses, yang pada awal periode
terdapat persediaan produk dalam proses, maka pengaruh adanya persediaan produk dalam
proses awal tersebut terhadap penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang tidak berbeda dengan contoh penentuan biaya bahan
baku tersebut di atas. Misalkan pada awal periode terdapat persediaan produk dalam proses
sebanyak 200 kg dengan harga pokok yang dibawa dari periode sebelumnya sebesar
Rp800.000. Misalkan dalam periode sekarang produk yang diproduksi (tidak termasuk
persediaan produk dalam proses awal) sebanyak 3.200 kg sedangkan biaya produksi yang
dikeluarkan dalam periode sekarang, baik untuk menyelesaikan persediaan produk dalam
proses awal maupun untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang
berjumlah Rp9.600.000. Jika produk jadi yang dihasilkan dalam periode tersebut berjumlah
2.800 kg, harga pokok produksi per kilogram manakah yang akan digunakan untuk menghargai
produk jadi tersebut? Untuk penyelesaian masalah tersebut mari kita lihat di bawah ini.
2
Perhitungan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses
Di sini timbul persoalan penentuan harga pokok produk jadi yang dihasilkan dalam
periode sekarang, karena adanya dua macam harga pokok produksi per kg yang berbeda, yaitu:
Harga pokok produksi per kg manakah yang akan digunakan untuk menentukan harga
pokok 2.800 kg produk jadi tersebut?
Seperti halnya dengan contoh pemakaian bahan baku dalam contoh tersebut di muka,
dalam metode harga pokok proses juga digunakan anggapan aliran biaya produksi, sehingga
untuk menentukan harga pokok produk jadi dalam contoh ini terdapat dua metode yang dapat
digunakan: metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama, keluar
pertama.
Jika digunakan metode masuk pertama, keluar pertama, harga pokok produk jadi
sebanyak 2.800 kg tersebut dihitung sebagai berikut;
Berikut ini diuraikan dua metode penentuan harga pokok produk: metode harga pokok
rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama, keluar pertama dalam penentuan harga pokok
proses.
3
2. Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang (Weight Average Cost Method)
Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada
biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk
untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang, Harga pokok rata-rata tertimbang ini
kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah
kuantitasnya.
4
Harga Pokok Produk dalam Proses Awal :
Harga pokok dari Dept.1 Rp11.150.000
Biaya bahan baku Rp1.800.000
Biaya tenaga kerja Rp1.200.000 Rp1.152.000
Biaya Overhead pabrik Rp1.920.000 Rp4.140.000
Biaya Produksi
Biaya bahan baku Rp20.200.000
Biaya tenaga kerja Rp29.775.000 Rp37.068.000
Biaya Overhead pabrik Rp37.315.000 Rp44.340.000
Rumus Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel Per Satuan Produk Departemen Pertama
dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang
Biaya bahan baku yang Biaya bahan baku yang
melekat pada produk dalam + dikeluarkan dalam periode
Biaya bahan baku proses awal sekarang
1) =
per unit
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
2) Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja langsung
langsung per unit langsung yang melekat yang dikeluarkan dalam
= pada produk dalam proses + periode sekarang
awal
Yang
Yang
Melekat
ditambahkan
pada Unit Biaya
Elemen Biaya Dalam Total Biaya
Produk Ekuivalensi per kg
Periode
Dalam
Sekarang
Proses
Perhitungan :
5
*(100% x 35.000) + (100% x 9.000) = 44.000
** (100% x 35.000) + (70% x 9.000) = 41.300
Perhitungan Harga Pokok Produk Selesai dan Persediaan Produk Dalam Proses Departemen 1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2
Biaya Bahan Baku 35.000 x Rp500 Rp17.500.000
Biaya Tenaga Kerja 35.000 x Rp750 Rp26.250.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel 35.000 x Rp950 Rp33.250.000
Total harga pokok 35.000 unit @Rp2.200 Rp77.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
BBB = 100% x 9.000 unit x Rp500 Rp4.500.000
BTK = 70% x 9.000 unit Rp750 Rp4.725.000
BOPV = 70% x 9.000 unit Rp950 Rp5.985.000
Rp15.210.000
Jumlah biaya produksi variabel yang dibebankan dalam Rp92.210.000
Dept. 1
PT X
Laporan Biaya Produksi Variabel Departemen 1
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah Produksi yang diolah dalam bulan April 44.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 35.000 kg
Produk dalam proses akhir 9.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 44.000 kg
Perhitungan biaya
Harga Pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept.2 :
35.000 unit @Rp2.200 Rp77.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir (9.000
kg)
Biaya Bahan Baku Rp4.500.000
Biaya tenaga kerja Rp4.725.000
Biaya Overhead Pabrik Rp5.985.000
Rp15.210.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam Dept. 1 Rp92.210.000
6
2.2 Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang-Departemen Setelah Departemen
Pertama
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen produksi setelah departemen
produksi yang pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan
harga pokok dari departemen (atau departemen – departemen) sebelumnya dengan biaya
produksi yang ditambahkan dalam departemen yang bersangkutan.
Dalam metode harga pokok rata - rata tertimbang, untuk menghitung harga pokok per
satuan kumulatif produk yang dihasilkan departemen setelah departemen produksi pertama,
perlu dihitung rata - rata pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya
dan harga pokok rata – rata yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama yang bersangkutan.
Rumus Perhitungan Harga Pokok Per Unit Produk Departemen Kedua dengan
menggunakan Metode Harga Pokok Rata – Rata Tertimbang:
Harga Pokok Produk Per Satuan yang Dibawa Dari Departemen Sebelumnya
Biaya bahan baku yang Biaya bahan baku yang
melekat pada produk + dikeluarkan dalam periode
dalam proses awal sekarang
Biaya bahan baku
1) =
per unit Produk yang ditransfer
Produk dalam proses
+ dari dept. sebelumnya
awal
dalam periode sekarang
Harga Pokok Produk Per Unit yang ditambahkan Dalam Departemen Setelah
Departemen Pertama
Biaya bahan baku yang Biaya bahan baku yang
melekat pada produk dalam + dikeluarkan dalam periode
Biaya bahan baku
= proses awal sekarang
1)
per unit
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
2) Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja langsung
langsung per unit langsung yang melekat yang dikeluarkan dalam
= pada produk dalam proses + periode sekarang
awal
7
Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik variabel
Perhitungan Harga Pokok Komulatif Per Satuan Produk Departemen 2 dengan Menggunakan
Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang
Yang Yang Biaya
Unsur
Melekat Dikeluarkan Total Unit Produksi
Biaya
pada Produk Dalam Periode Biaya Ekuivalensi Per
Produksi
dalam Proses Sekarang Satuan
Harga Pokok
yang berasal Rp11.150.000 Rp77.000.000 Rp88.150.000 41.000* Rp2.150
dari Dep.1
Biaya Tenaga
Rp1.152.000 Rp37.068.000 Rp38.220.000 39.200** Rp975
Kerja
Biaya
Overhead Rp4.140.000 Rp44.3400.000 Rp48.480.000 40.400*** Rp1.200
Pabrik
PT X
Laporan Biaya Produksi Variabel Departemen 2
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari departemen 1 35.000 kg
Jumlah Produksi yang diolah dalam bulan April 41.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 3.000 kg
8
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg
Perhitungan biaya
Harga Pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept.2 :
38.000 unit @Rp4.325 Rp164.350.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Yang berasal dari Dep.1 : Rp6.450.000
Yang ditambahkan dalam Dept. 2 :
Biaya Tenaga Kerja Rp1.170.000
Biaya Overhead Pabrik Rp2.880.000
Rp10.500.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam Dept.2 Rp174.850.000
9
Perhitungan Unit Ekuivalensi Biya Bahan Baku Departemen 1 dengan Menggunakan
Metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal 0 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 31.000
Produk dalam proses akhir 100% x 9.000 9.000
Jumlah 40.000 kg
Atas dasar data harga pokok produksi per satuan tersebut, dapat dihitung harga pokok
produk selesai yang ditransfer ke Departemen 2 dan harga pokok persediaan produk dalam
proses pada akhir bulan Januari 20X1 di Departemen 2 yaitu sebagai berikut.
Perhitungan Harga Pokok Produk Selesai dan Persediaan Produk dalam Proses
Departemen
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2:
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Rp4,920,000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal
Biaya bahan baku 0
Biaya tenaga kerja 60%x4000 kg x Rp750 Rp1,800,000
Rp8,976,000
Harga pokok produk dari produksi sekarang Rp68,045,000
10
31.000kgxRp2.195
Rp15,192,000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Departemen 1 Rp92,210,000
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Produk yang Dihasilkan Dep 2
Atas dasar data perhitungan harga pokok per satuan di atas dapat dihitung harga pokok
produk yang ditransfer oleh Dept. 2 ke Gudang dan harga pokok persediaan produk dalam
proses pada akhir bulan Januari 20X1 di Dept. 2 dapat dilihat pada table dibawah ini.
Perhitungan Harga Pokok Produk Selesai dan Persediaan Produk dalam Proses
Dept. 2
11
Harga pokok produk dari produksi sekarang 32.000 unit x Rp4.381 Rp140.192.000
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang Rp164.202.000
Selanjutnya perhitungan di atas dapat disajikan ke dalam laporan biaya produksi Dept. 2
PT Risa Rimendi
Laporan Biaya Produksi Variabel Departemen 2
Bulan April 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari Dept. 1 35.000
Jumlah 41.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses 3.000
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg
Perhitungan biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang:
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Rp16.442.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya tenaga kerja Rp4.680.000
Biaya overhead pabrik Rp2.892.000
Rp 24.014.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang: 32.000 unit x Rp140.192.000
Rp4.381
Rp164.202.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dept. 1 3.000 x Rp2.201 Rp6.603.000
Biaya tenaga kerja Rp1.170.000
Biaya overhead pabrik Rp2.892.000 Rp10.665.000
12
2.5 Tambahan Bahan Baku Dalam Departemen Produksi Setelah Departemen
Produksi Pertama
Umumnya bahan baku diolah pertama kali dalam departemen pertama. Departemen
produksi berikutnya hanya mengolah lebih lanjut produk hasil departemen pertama dengan
mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Namun seringkali dalam proses
produksi, bahan baku ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen
produksi pertama. Tambahan bahan baku ini mempunyai kemungkinan:
a. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku tidak
menambah jumlah produk yang dihasilkan, maka tambahan ini tidak berpengaruh
terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, dan sebagai akibatnya
tidak mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang
diterima dari departemen produksi sebelumnya.
b. Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang
dihasilkan dengan adanya tambahan bahan baku dalam departemen setelah departemen
produksi pertama, maka hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian harga pokok
produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
Penyesuaian ini dilakukan karena total harga produk yang berasal dari departemen
sebelumnya, yang semula dipikul oleh jumlah tertentu, sekarang harus dipikul oleh
jumlah produk yang lebih banyak sebagai akibat tambahan bahan baku tersebut.
Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari departemen sebelumnya
menjadi lebih kecil.
Contoh yang menggambarkan tambahan bahan baku yang mengakibatkan tambahan
bahan baku yang mengakibatkan tambahan jumlah produk yang dihasilkan di Departemen
2, yakni:
Contoh 2
PT Oki Sasongko memproduksi produknya melalui dua departemen produksi: Departemen
1 dan Departemen 2. Bahan baku tidak hanya diproses dalam Departemen 1 saja, namun
juga ditambahkan dalam proses produksi departemen 2. Tambahan bahan baku ini
mengakibatkan jumlah unit produk yang dipakai sebagai penyebut dalam perhitungan harga
pokok produk yang berasa dari Departemen 1 bertambah, sehingga harga pokok per satuan
produk yang diterima dari Departemen 1 menjadi lebih rendah. Data produksi dan biaya
produksi departemen 2 dalam bulan Januari 20X1 tercantum dalam gambar ini.
13
Data Produksi dan Biaya Departemen 2 PT Oki Sasongko bulan Januari 20X1
Departemen 2
Data Produksi:
Produk salam proses awal: BBB 100%; BTK 20%; BOP 60% 6.000 kg
Unit yang diterima dari Dept. 1 35.000
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 4.000
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000
Produk dalam proses akhir: BBB 100%; BTK 40%; BOP 80% 7.000
Harga pokok produk yang diterima dari Dept. 1 dalam bulan ini: Rp77.019.000
35.000 x Rp2.201
Atas dasar data dalam tabel diatas, perhitungan biaya produksi per satuan dengan menggunakan
metode MPKP dapat dilakukan seperti dalam tabel di bawah ini.
Perhitungan Biaya Produksi Per Satuan dengan Metode MPKP Jika Tambahan Bahan Baku
menambah Produk yang Dihasilkan di Departemen 2
14
Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk dalam Proses Departemen 2 dengan
Metode MPKP
Perhitungan tersebut jika disajikan dalam laporan biaya produksi Departemen 2 disajikan
dalam tabel berikut.
PT Oki Sasongko
Laporan Biaya Produksi Departemen 2
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari Departemen 1 35.000
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 4.000
Jumlah 45.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses 7.000
Jumlah 45.000 kg
15
Perhitungan Biaya
Harga Pokok produk selesai yang ditransfer ke
gudang:
Harga pokok produk dalam proses awal Rp17.392.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya tenaga kerja 4.492.800
Biaya Overhead Pabrik 2.661.600
Rp24.546.400
Harga pokok produk dari prod. Sekarang 32.000 unit 140.960.000
x Rp4.405
Rp165.468.600*
3. Latihan Soal
Soal 1:
Atas dasar data berikut ini, hitunglah unit ekuivalensi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik di departemen 1, jika metode MPKP digunakan dalam
metode harga pokok proses.
Produk dalam proses awal
BBB: 100%; BTK: 60%; BOP:40% 2.000 kg
Dimasukankan dalam proses 45.000
47.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 44.000 kg
Produk dalam proses akhir:
BBB:100%; BTK:70%; BOP:80% 3.000
47.000 kg
Penyelesaian:
• Perhitungan unit ekuivalensi biaya bahan baku departemen 1 dengan menggunakan
metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal 0
16
Produk selesai yang ditansfer ke Dep.2 44.000
Produk dalam proses akhir 100% X 3000 3.000
Jumlah 47.000 kg
• Perhitungan unit ekuivalensi biaya bahan konversi departemen 1 dengan
menggunakan metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal (100% - 60%) X 2.000 unit 800
Produk selesai yang ditransfer ke Dept.2 44.000
Produk dalam proses akhir 80% X 3.000 2.400
Jumlah 47.200
Soal 2:
PT El Sari memproduksi produknya melalui dua departemen produksi: Departemen 1 dan
Departemen 2. Perusahaan menggunakan metode Harga Pokok Rata – rata tertimbang.
Dalam penghitungan harga pokok produksinya. Data produksi dan biaya produksi bulan
Januari 20X1 di kedua departemen produksi tersebut dalam tabel, yakni sebagai berikut.
PT El Sari
Data Produksi dan Biaya Produksi
Bulan Januari 20X1
Departemen 1 Departemen 2
Data Produksi:
Produksi dalam proses awal:
BBB 60%; BK 40% 5.000 kg -
BTK 30%; BOP 70% - 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses bulan ini 50.000 kg -
Unit yang ditransfer ke Dept. 2 45.000 kg -
Unit yang ditransfer ke Dept. 1 - 45.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang - 42. 000 kg
Produk dalam proses akhir:
BBB 100%; BK 70% 10.000 kg -
BTK 40%; BOP 80% - 9.000 kg
17
Biaya bahan baku Rp2.000.000 -
Biaya tenaga kerja Rp2.500.000 Rp1.500.000
Biaya overhead pabrik Rp3.000.000 Rp4.000.000
Biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp25.500.000
Biaya tenaga kerja Rp36.500.000 Rp25.860.000
Biaya overhead pabrik Rp49.000.000 Rp32.900.000
*BBB = Biaya bahan baku BTK = Biaya Tenaga Kerja
BOP = Biaya Overhead Pabrik BK = Biaya Konversi
18
A. Rp 17.250.000
B. Rp101.250.000
C. Rp178.500.000
D. Rp 27.720.000
6. Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja di departemen 2 adalah:
A. 42.000 kg
B. 55.000 kg
C. 45.600 kg
D. 49.200 kg
7. Unit ekuivalensi biaya overhead di Departemen 2 adalah:
A. 42.000 kg
B. 55.000 kg
C. 45.600 kg
D. 49.200 kg
8. Biaya produksi Rata-rata yang ditambahkan di Departemen 2 adalah:
A. Rp2.240
B. Rp2.250
C. Rp3.000
D. Rp1.350
9. Harga pokok produk Jadi yang ditransfer oleh Departemen 2 ke gudang adalah:
A. Rp 94.080.000
B. Rp101.250.000
C. Rp150.780.000
D. Rp178.500.000
10. Harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen 2 pada akhir bulan
Januari 20X1 adalah:
A. Rp 27.720.000
B. Rp101.250.000
C. Rp150.780.000
D. Rp 17.250.000
19
Penyelesaian:
Yang
Yang
Melekat Biaya
Unsur Biaya dikeluarkan Unit
pada Produk Total Biaya Produksi
Produksi dalam periode Ekuivalensi
Dalam per kg
sekarang
Proses
(2+4) (4: 5)
1 2 3 5
3 6
Biaya Bahan
Rp2.000.000 Rp25.500.000 Rp27.500.000 55.000 (no 1) 500
Baku
Biaya Tenaga
Rp2.500.000 Rp36.500.000 Rp39.000.000 52.000 (no 2) 750
Kerja
Biaya
Overhead Rp3.000.000 Rp49.000.000 Rp52.000 52.000 1000
Pabrik
2.250 (no
3)
Unit ekuivalensi
1. (100% X 45.000) + ( 100% X 10.000) = 55.000
2. (100% X 45.000) + (70% X 10.000 ) = 52.000
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1
Harga pokok produk selesai yang ditansfer ke Dep. 2
45.000 unit @2.250 no.4 Rp. 101.250.000
Harga Pokok Persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku = 100% X 10.000 unit X 500 = 5.000.000
Biaya Tenaga Kerja = 70% X 10.000 unit X 750 = 5.250.000
Biaya Overhead Pabrik = 70% X 10.000 unit X 1000 = 7.000.000
No. 5 17.250.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp. 118.500.000
Yang Yang
Biaya
Unsur Biaya Melekat pada dikeluarkan Unit
Total Biaya Produksi per
Produksi Produk dalam periode Ekuivalensi
kg
Dalam Proses sekarang
(2+3) (4: 5)
1 2 3 5
4 6
20
Harga Pokok
yang berasal Rp12.990.000 Rp101.250.000 Rp114.240.000 51.000 2.240
dari Dep.1
Biaya yang ditambahkan dalam dep.2
Biaya Tenaga
Rp1.500.000 Rp25.860.000 Rp27.360.000 45.600 600
Kerja
Biaya
Overhead Rp3.000.000 Rp32.900.000 Rp36.900.000 49.200 750
Pabrik
No. 8, 1.350
Unit ekuivalensi
1. (100% x 42.000) + (100% x 9000) = 51.000
2. (100% x 42.000) + ( 40% x 9000 ) = 45.600 no.6
3. (100% x 42.000) + (80% x 9000) = 49.200 no.7
Harga Pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses Departemen 2
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang
42.000 unit @ Rp. 3.590 no.9, Rp. 150.780.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Yang berasal dari dept. 1: 9000 unit x 2.240 Rp. 20.160.000
Yang ditambahkan dalam dept.2 :
Biaya Tenaga Kerja 40% x 9.000 unit x 600 2.160.000
Biaya Overhead pabrik 80% x 9.000 unit x Rp. 750 5.400.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam dept. 2 no.10, Rp. 27.720.000
Rp.178.500.000
21
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu departemen
produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan
produk dalam proses pada awal periode berikutnya Produk dalam proses awal periode ini
membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang
kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh
departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam
periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen
berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan
menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost method), harga
pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan
jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok
rata-rata tertimbang, Harga pokok rata-rata tertimbang ini kemudian digunakan untuk
menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang
dengan cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya. Metode MPKP menganggap biaya
produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada
awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk
yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang.
Pada departemen produksi kedua, produk telah membawa harga pokok dari departemen
sebelumnya yaitu departemen pertama. Produk dalam proses yang membawa harga pokok dari
periode sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang
ditransfer ke departemen berikutnya. Dalam kaitannya dengan tambahan bahan baku dalam
departemen produksi setelah separtemen produksi pertama mempunyai dua kemungkinan,
yakni tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengonsumsi tambahan bahan baku tersebut dan menambah jumlah produk yang dihasilkan
oleh departemen produksi yang mengonsumsi bahan baku tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
23