Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AKUNTANSI BIAYA

HARGA POKOK PROSES

NAMA KELOMPOK :
1. Komang Ratih Mahadewi Widarmi. L (1817051035)
2. Kadek Dwi Paramita (1817051036)
3. I Kadek Budiyasa (1817051082)
4. Ni Ketut Cahyaningsih (1817051115)
5. Labbaika Filan Agyata (1817051139)
6. Ni Luh Gede Arista Kusuma Wardani (1817051169)
7. Komang Wulan Mega Udayani (1817051250)
8. Fajar Ahmadi (1817051286)

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Sang Hyang
Widhi Wasa karena atas rahmat dan karunia-Nya sebuah karya tulis berupa
makalah yang mengenai “Harga Pokok Proses Produksi”dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Akuntansi Biaya serta bertujuan agar dapat memahami tentang
“Harga Pokok Proses Produksi”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan makalah
ini.Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya oleh pihak
yang berkepentingan.

Singaraja, 17 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1Karakteristik metode harga pokok proses .................................................................. 6
2.2 manfaat informasi harga pokok produksi ................................................................ 6
2.3 metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan barang
dalam awal proses awal ........................................................................................... 6
2.4 metode harga pokok proses produk diolah melalui satu departemen produksi ........ 7
2.5 metode harga pokok proses produk diolah melalui beberapa departemen
produksi ................................................................................................................... 8
2.6 pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan
harga pokok produk per satuan .............................................................................. 15
2.7 pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap
perhitungan harga pokok produk per satuan ............................................................ 19

BAB III PENUTUP


3.1Kesimpulan .............................................................................................................. 23
3.2 Saran ....................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode harga pokok proses produksi merupakan metode pengumpulan biaya produksi
yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara masa. Biaya produksi
dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi
persatuan duhitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama
periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama
jangka waktu yang bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah karakteristik metode harga pokok proses ?


1.2.2 Apakah manfaat informasi harga pokok produksi ?
1.2.3 Apakah metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan barang
dalam awal proses awal ?
1.2.4 Apakah metode harga pokok proses produk diolah melalui satu departemen produksi ?
1.2.5 Apakah metode harga pokok proses produk diolah melalui beberapa departemen
produksi ?
1.2.6 Bagaimana pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap
perhitungan harga pokok produk per satuan ?
1.2.7 Bagaimana pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap
perhitungan harga pokok produk per satuan ?
1.3Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui karakteristik metode harga pokok proses
1.3.2 Untuk mengetahui manfaat informasi harga pokok produksi
1.3.3 Untuk mengetahui metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan
barang dalam awal proses awal
1.3.4 Untuk mengetahui metode harga pokok proses produk diolah melalui satu departemen
produksi
1.3.5 metode harga pokok proses produk diolah melalui beberapa departemen produksi
1.3.6 Untuk mengetahui pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap
perhitungan harga pokok produk per satuan
1.3.7 Untuk mengetahui pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap
perhitungan harga pokok produk per satuan

4
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu bertambahnya
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai harga pokok proses produksi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses


Unit – unit barang yang diproses biasanya mengalir dari suatu departemen ke departemen
lainnya dan setiap departemen yang menerima hasil proses dari departemen sebelumnya
akan memerlukan biaya – biaya tambahan dalam proses lebih lanjut yang dilakukannya.
Karakteristik dari metode harga pokok proses adalah sebagai berikut.
a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
c. Kegiatan produksinya dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi
rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu

2.2 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi


Dalam perusahaan yang berproduksi massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung
untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi menajemen untuk :
a. Menentukan harga jual produk
b. Memantau realisasi biaya produksi
c. Menghitung laba dan rugi periodik
d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi produk proses yang disajikan dalam
neraca

2.3Metode Harga Pokok Proses – Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk


Dalam Proses Awal
a. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah
hanya melalui satu departemen produksi
b. Metode harga pokok proses yan diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah
melalui lebih dari satu departemen produksi
c. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok
produksi persatuan, dengan anggapan :
 Produk hilang pada awal proses
 Produk hilang pada akhir proses

6
2.4 Metode Harga Pokok Proses – Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, perhitungan biaya produksi
per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama.
Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 1991 disajikan sebagai berikut.
Biaya Bahan Baku Rp 5.000.000
Biaya Bahan Penolong Rp 7.500.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 11.250.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 16.125.000
Total Biaya Produksi Rp 39.875.000
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut
adalah 2.000 kg
Produk Jadi
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat 500 kg
penyelesaian sebagai berikut : Biaya bahan baku :
100% ; biaya bahan penolong 100%; biaya tenaga
kerja 50%; biaya overhead pabrik 30%

Data produksi PT Risa Rimendi Januari 1991 :


Masuk ke dalam proses : 2.500 kg
Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses akhir : 500 kg

Perhitungan harga pokok produksi persatuan


Unsure Biaya Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya Produksi per
Produksi satuan
(1) (2) (3) (2);(3)
Biaya bahan Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000
Bahan penolong Rp 7.500.000 2.500 3.000
Tenaga kerja Rp 11.250.000 2.250 5.000
Overhead pabrik Rp 16.125.000 2.150 7.500
39.875.000 17.500

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses

7
Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100% x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong : 100% x 500 x Rp 3.000 = Rp 1.500.000
Biaya tenaga kerja 50% x 500 x Rp 5.000 = Rp 1.250.000
Biaya Overhead pabrik 30% x 500 x Rp 7.500 = Rp 1.125.000 Rp 4.875.000
Jumlah Biaya Produksi bulan januari 1991 Rp 39.875.000

Jurnal pencatatan biaya produksi


Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 5.000.000
Persediaan bahan baku Rp 5.000.000

Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong


Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Persediaan bahan penolong Rp 7.500.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Gaji dan upah Rp 11.250.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik


Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp 16.125.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persedian produk jadi Rp 35.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp 10.000.000
Brang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 15.000.000

Jurnal untuk mencatat harga persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh
pada akhir bulan Januari 1991
Persedian produk dalam proses Rp 4.875.000
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp 1.250.000
Brang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.125.000

2.5 metode harga pokok proses produk diolah melalui lebih dari satu departemen
produksi.

8
Metode harga pokok proses produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi
adalah suatu perhitungan yang biaya produksi satuan produknya dihasilkan oleh
departemen pertama dan diolah oleh department berikutnya. Pengolahan yang
dilakukan oleh departemen setelah departemen pertama adalah perhitungan bersifat
kumulatif. Dimana produk yang dihasilkan oleh departemen kedua adalah produk yang
sudah jadi dari departemen pertama dengan biaya produk dari departemen pertama
juga. Sehingga harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen kedua terdiri dari
:
- biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya ( departemen pertama)

- biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama


(departemen kedua)
Berikut contoh soal yang kami kutip dari (Respati, 2018)
Contoh dalam metode ini adalah
PT Wahana Lestarimemiliki dua departemen produksi: Departemen A dan Departemen B
untuk menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya kedua departemen tersebut
dalam bulan Januari 2008 disajikan sebagai berikut :

Untuk menghitung harga pokok produk selesai Departemen A yang ditransfer ke


Departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada
akhir bulan Januari 2008, perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang
dikeluarkan oleh' Departemen A dalam bulan yang bersangkutan. Hasil perhitungan ini
kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer Departemen A ke
Departemen B dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer
tersebut. Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di
Departemen A pada akhir periode, biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan
kuantitas persediaan produk dalam proses, dengan memperhitungkan tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A tersebut,
perlu dihitung unit ekuivalensi dap unsur biaya produksi Departemen A dalam bulan
Januari 2008 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

9
1. Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan Januari 2008
tersebut dapat menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk
dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan baku sebesar 100%. Hal ini
berarti bahwa biaya bahan baku sebesar Rp70.000 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebanyak 30.000 kg dan 5.000 kg (5.000 kg x 100%)
persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku
adalah 35.000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 30.000 +<100% x 5.000)= 35.000 kg.

2. Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang
dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan Januari 2008 sebesar Rp155.000 tersebut
dapat menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk dalam
proses dengan tingkat penyelesaian biaya konversinya sebesar 20%. Hal ini berarti
bahwa biaya konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai
sebanyak 30.000 kg dan 1.000 kg (5.000 x 20%) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah 31.000 kg, yang dihitung
sebagai berikut: 30.000 + (20% x 5.000)= 31.000 kg.

Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi oleh Departemen A dalam
bulan Januari 2008 dilakukan dengan membagi tiap unsur biaya produksi (biaya bahan
baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) yang
dikeluarkan oleh Departemen A seperti pada perhitungan sebagai berikut :

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh
Departemen A ke Departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam proses di
Departemen A pada akhir bulan Januari 2008 dapat dihitung sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B:

Dari perhitungan tersebut diatas dapat dibuat laporan biaya produksi sebagai berikut :

10
Berdasarkan informasi dalam laporan biaya produksi Departemen A tersebut, biaya
produksi yang terjadi dalam Departemen A dalam bulan Januari 2008 dicatat dengan
jurnal berikut ini:

11
Dari contoh tersebut di atas 30.000 kg produk selesai yang diterima oleh Departemen B dari
Departemen A, telah membawa total biaya produksi dari Departemen A sebesar
Rp450.000, atau Rpl5 per kilogram.

Untuk mengolah produk yang diterima dari Departemen A tersebut, Departemen B


mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dalam bulan Januari 2008
berturut-turut sebesar Rp270.000 dan Rp405.000. Dari 30.000 kg produk yang diolah
Departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang
sebanyak 24.000 kg dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak
6.000 kg dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya konversi.
Untuk menghitung harga pokok produk jadi Departemen B yang ditransfer ke gudang dan
harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir bulan Januari
2008, perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh
Departemen B dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer
oleh Departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi biaya yang ditambahkan
atas harga pokok produk yang dibawa dari Departemen A. Untuk menghitung harga
pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir periode, harga
pokok produk yang berasal dari Departemen A harus ditambah dengan biaya produksi
per satuan yang ditambahkan Departemen B dikalikan dengan kuantitas persediaan
produk dalam proses tersebut, dengan memperhitungkan tingkat penyelesaiannya.

Sebelumnya mengenai Metode HPP yang Diolah Satu Departemen Produksi ini dapat
menambah pengetahuan anda.

Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B, perlu
dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh Departemen
B dalam Januari 2008, dengan cara perhitungan sebagai berikut:

Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang
ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2008 untuk memproses 30.000
kg produk yang diterima dari Departemen A sebesar Rp155.000 tersebut, dapat
menghasilkan 24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg persediaan produk dalam proses

12
yang tingkat penyelesaian biaya konversinya sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaya
konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 24.000
kg dan 3.000 kg (6.000 x 50%) persediaan produk dalam proses.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai
berikut: 24.000 + (50% x 6.000)= 27.000 kg.

Perhitungan biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh Departemen B dalam
bulan Januari 2008 dilakukan dengan membagi tiap unsur biaya produksi (biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik) yang dikeluarkan oleh Departemen B adalah sebagai
berikut :

Setelah biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh Departemen B dihitung harga
pokok produk selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang dan harga pokok
persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir bulan Januari 2008 dapat
dihitung sebagai berikut

Perhitungan tersebut di atas kemudian disajikan di dalam laporan biaya produksi


Departemen B sebagai berikut

13
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen B
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi Departemen B tersebut,
biaya yang terjadi dalam Departemen B dalam bulan Januari 2008 dicatat dengan jurnal
sebagai berikut:

14
PT El Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya Departemen
A dan Departemen B. Bagian Akuntansi Biaya perusahaan tersebut mengumpulkan
data bulan Januari 2008 seperti disajikan dalam Gambar 3.31

2.6 Pengaruh Terjadinya Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produk Per Satuan
Apabila kita mengingat kembali yang terjadi di dalam proses produksi, produk dapat
hilang baik pada awal proses produksi, pada sepanjang terjadinya proses, dan pada
akhir proses. Oleh karena itu demi kepentingan perhitungan harga pokok produksi per
satuan, produk yang hilang sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat
penyelesaian saat produk hilang terjadi, atau menyamakan produk yang hilang
sepanjang proses menjadi produk yang hilang pada awal proses atau akhir proses
(VanyBayu, 2013).
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produksi
yang dikeluarkan didalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak

15
diikutsertakan di dalam perhitungan unit ekuivalensi produksi yang dihasilkan dalam
departemen yang bersangkutan.
Dalam departemen produksi yang pertama, produk yang hilang pada awal proses yang
terjadi akan mengakibatkan kenaikan pada harga pokok produksi per satuan, namun
setelah departemen produksi pertama produk yang hilang pada awal proses
menimbulkan 2 akibat (VanyBayu, 2013) :
1. Menaikan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya
2. Menaikan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen
produksi yang pertama tersebut

Berikut contoh soal yang diambil dari Blogspot Rina Indrayani (Indrayani, 2017) :
PT. ER memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya yaitu dept A dan
Dep B. Data produksi dan biaya produksinya adalah sebagai berikut :

Dep. A Dept. B
Produksi yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransefr ke dept. B 700
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400
- Biaya bahan baku dan biaya bahan 200
penolong 100%, biaya konvenrsi 100
40%
- Biaya bahan penolong 60%, biaya
konversi 50%
Produk yang hilang awal proses 100 200

Data biaya produksi yang dikeluarkan dep.A :

Dept. A Dept. B
Bbb 22500 -
Bbp 26100 16100
Btk 35100 22500
Bop 46800 24750
Jumlah biaya Produksi 130500 63350

Perhitungan Harga Pokok Produksi di Dept. A:


Jenis Biaya Biaya Produksi Unit ekuivalensi Biaya per kg yang
dihasilkan
dept. A

16
Biaya Bahan Baku 22500 700+(100%x200)=900 25
Biaya Bahan 26100 700+(100%x200)=900 29
Penolong
Biaya Tenaga 35100 700+(400%x200)=780 45
Kerja
Biaya Overhead 46800 700+(400%x200)=780 60
Pabrik
130500 159

Produk yang hilang terjadi pada awal proses, sehingga produk tersebut belum menyerap
biaya produksi yang dikeluarkan oleh Dept. A . Jadi tidak diikutsertakan dalam
perhitungan unit ekuivalensi dalam dept A dan mengakibatkan biaya produksi per kg
nya menjadi tinggi.
Perhitungan Biaya produksi dept A.
Harga pokok produk yg ditransfer ke dep B : 700x Rp. 159 Rp. 111.300
Harga pokok persediaan PDP akhir bulan :
- Biaya bahan baku 200x 100%x Rp.25= 5.000
- Biaya bahan penolong 200x 100%xRp.29 = 5.800
- Biaya tenaga kerja 200x 40%x Rp,45 = 3.600
- Biaya overjhead pabrik 200x 40%x Rp.60 = 4.800
Total Persediaan PDP : Rp. 19.200
Jumlah Biaya produksi dep. A (Harga pokok yg ditransfer + total harga persediaan PDP
adalah Rp.130.500
Laporan Biaya Produksi Dep. A.
PT. ER
Laporan Produksi Dep A
Bulan Oktober 2017
(dalam satuan Rupiah)
Data Produksi
Produk yang dimasukan dalam proses 1.000
Produk selesai yang ditransfer ke dep B 700
PDP akhir bulan, tingkat penyelesaian ;
BBB dan BBP 100%, biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang di awal 100
1.000
Biaya Yang dibebankan di dep A :

17
Total Per-kg
BBB Rp. 22.500 Rp. 25
BBP 26.100 29
BTK 35.100 45
BOP 46.800 60
Juml;ah biaya produksi Dep. A Rp. 130.500 Rp. 159
Perhitungan Biaya
Hp produk selesai yg ditransfer ke dep. A : 700 x Rp. 159 Rp. 111.300
Hp persediaan PDP akhir bulan (200) :
BBB Rp. 5.000
BBP 5.800
BTK 3.600
BOP 4.800
Rp. 19.200
Jumlah biaya produksi dep. A Rp. 130.500
Produk yang hilang pada awal proses di dep.B

Akibat Produk yang hilang diawal proses di dep.B :


1. HP per satuan produk yang berasal dari dept A
2. HP Produksi per satuan yang ditambahkan dalam dept. Dimana produk hilang tsb
terjadi.

Perhitungan Penyesuaian HP per unit dari Dep A :


Harga pokok produksi per satuan produk yg berasal dari Dep.A : Rp.11.300 ; 700 Rp.
159,00
Harga pokok produksi per satuan produk yg berasal dari dep.A
Setelah adanya produk hilang dalam proses di dep.B sebanyak 200
(Rp. 111.300 : (700-200) = Rp.
222.60
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari dep. A Rp. 63.60

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Dep. B (dalam satuan rupiah)


Jenis Biaya Biaya Produksi Unit Ekuivalen Biaya Per kg Yang
dihasilkan

18
Dept B
Biaya Bahan 400+(60%x100)=460 35
Penolong
Biaya Tenaga 400+(50%x100)=450 50
Kerja
Biaya Overhead 400+(50%x100)=450 55
pabrik
130500 140
Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang dan produk yang
masih dalam proses pada akhir bulan.
Harga pokok produk yg ditransfer ke gudang : 400x Rp. 362.60 Rp. 145.030
Harga pokok persediaan PDP akhir bulan (100):
Harga pokok dari dep.A : 100 x Rp. 222.60 Rp. 22.260
- Biaya bahan baku 100x 60%x Rp.5=2.100
- Biaya tenaga kerja 100x 50%x Rp.50 =2.500
- Biaya overhead pabrik 100x 50%x Rp.55 = 2.750
Rp. 29.610
Jumlah Biaya produksi dep. B Rp. 174.650

2.7 Produk yang Hiiang pada Akhir Proses di Departemen Produksi setelah
Departemen Produksi Pertama
Tidak seperti halnya dengan produk yang hilang pada awal proses di departemen
produksi kedua dan seterusnya, produk yang hilang pada akhir proses yang terjadi di
departemen setelah departemen produksi pertama hanya berakibat terhadap harga pokok per
satuan produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang. Karena produk
yang hilang pada akhir proses ikut menyerap biaya yang dikeluarkan dalam departemen
yang bersangkutan, maka Jumlah produk yang hilang tersebut harus diperhitungkan dalam
unit ekuivalensi biaya produksi yang bersangkutan. Produk yang hilang pada akhir proses
tidak mempengaruhi harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya.
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang Pada Akhir
Proses dalam Departemen Produksi Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi

19
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000
Produk selesai yang ditransfer ke departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 100%;
biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada akhir proses 100
1.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam departemen A:
Total Per kg
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp 22,50
Biaya bahan penolong 26.100 26,10
Biaya tenaga kerja 35.100 39,89
Biaya overhead pabrik 46.800 53,18
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp130.500 Rp159,67

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen B: 700 x Rp141,67 Rp99.169,00
Penyesuaian karena adanya
produk yang hilang pada akhir proses: 100 x Rp141,67 14.167,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. B :
700 x Rp161,91 Rp113.334,40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg):
Biaya bahan baku Rp4.500,00
Biaya bahan penolong 5.220,00
Biaya tenaga kerja 3.191,20
Biaya overhead pabrik 4.254,40
17.165,00
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp130.500,00

Perhitungan Biaya Produksi Per Satuan Departemen B Bulan Januari 20X1

Jumlah biaya Biaya per kg


Jumlah Produk yang Dihasilkan oleh Biaya Produksi yang

20
Departemen B yang Ditamba
(unit ekuivalensi) Ditambahka hkan
n Dept. B Dept. B
Jenis Biaya 1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg=660 Rp16.100 Rp 24,39
penolong kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg=660 22.500 34,62
kg
Biaya overhead 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg=660 24.750 38,08
pabrik kg
Rp63.350 Rp97,09

Perhitungan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 20X1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gudang:


Harga pokok dari Dept. A: 400 kg x Rp161,91 Rp64.764,00
Harga pokok yang ditambahkan dalam Dept B: 400 kg x Rp97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses:
200 kg x (Rp161,91 + Rp97,09) 51.800,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gudang :
400 kg x Rp388,50* Rp155.400,00
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg):
Harga pokok dari departemen A: 100 kg x Rp161,91 Rp 16.191,00
Biaya bahan baku100 kg x 50% x Rp24,39 1.219,50
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50% Rp34,62 1.731,00
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50% x Rp38,08 1.904,00
21.045,00
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp176.445,50
*)Rp388,50 adalah hasil bagi Rp155.400 dengan 400 kg.

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang Pada Akhir
Proses dalam Departemen Setelah Departemen Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen B

21
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Departemen A 700kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke gudang 400kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan dengan tingkat penyelesaian;
biaya bahan penolong 60%; biaya konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada awal proses 200
700kg
Biaya yang Dibebankan Dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen A Rp113.334,40 Rp161,91
Biaya yang ditambahkan dalam Departemen B:
Biaya bahan penolongan Rp 16.100 Rp24,39
Biaya tenaga kerja 22.500 34,62
Biaya overhead pabrik 24.750 38,08
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam Departemen B Rp 63.350 Rp97,09
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp176.684,40 Rp259,00

Perhitungan biaya
Harga pokok produk yang selesai ditransfer ke gudang:
Harga pokok produk dari Departemen A:400 kg x Rp161,91
Rp64.764,0
0
Harga pokok yang ditambahkan dalam Dept B: 400 kg x Rp97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses:
200 kg x (Rp161,91 + Rp97,09)
51.800,0
0
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gudang :
400 kg x Rp389,10* Rp155.638**

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg):
Harga pokok dari departemen A: 100 kg x Rp161,91 Rp 16.191,00
22
Harga pokok yang ditambahkan dalam departemen B:
Biaya bahan penolong 1.219,50
Biaya tenaga kerja 1.731,00
Biaya overhead pabrik 1.904,00
21.045,00
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp176.684,40

* Rp 155.638 : 400 kg = Rp389,10.


** Jumlah yang seharusnya adalah Rp 155.400. Jumlah tersebut disesuaikan agar jika
dijumlahkandengan harga pokok persediaan produk dalam proses, hasilnya sebesar
Rp 176.684,40, jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B bulan Januari
20X1

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah yang kami susun ini, maka dapat menyimpulkan bahwa
metode harga pokok produksi memiliki beberapa karakteristik yaitu pengumpulan biaya
produksi, perhitungan harga pokok produksi persatuan adapun manfaatnya untuk
menentukan harga jual pokok, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba
atau rugi periodic dan beberapa metode-metode harga pokok proses awal hingga akhir
3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan selaku penulis kepada para pembaca lainnya yakni
semoga makalah yang kami buat mengenai materi metode harga pokok proses produksi
dapat memberikan informasi yang dapat memperluas wawasan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bayu, V. (2015, Mei). Akuntansi Biaya. Retrieved September 18, 2019, from
vanybayu.blogspot.com: http://vanybayu.blogspot.com/p/akuntansi-biaya.html?m=1
Firdaus Ahmad Durtia, W. A. (2012). Akuntansi Biaya Edisi 3. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Indrayani, R. (2017, November 15). Harga Pokok Proses Produk Hilang Diawal. Retrieved
September 18, 2019, from Rinaindrayani.blogsopot.com:
http://rinaindrayani.blogspot.com/2017/11/Harga-pokok-proses-produk-hilang-di-
awal.html?m=1
Ony Widilestariningtyas, D. W. (2012). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Respati. (2018, Maret). Metode HPP Diolah Lebih Dari Satu Departemen Produksi. Retrieved
September 17, 2019, from akuntansis.blogspot.com:
akuntansis.blogspot.com/2018/03/metode-hpp-diolah-lebih-dari-satu-departemen.html?m=1

24
25

Anda mungkin juga menyukai