Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengaruh Terjadinya Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk Per Satuan
Di dalam proses produksi, tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk yang
baik yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Jika bahan baku yang diolah selama
periode tertentu berjumlah 1.000 liter, yang banyaknya dinyatakan dalam unit ekuivalensi
sebanyak 500 satuan produk jadi, maka belum tentu hasil produksi dalam periode tersebut
dapat mencapai jumlah 500 satuan produk tersebut. Jika laporan produksi menunjukkan
bahwa produk selesai dalam periode tersebut berjumlah 300 satuan, dan persediaan produk
dalam proses pada akhir periode berjumlah 100 satuan (unit ekuivalensi), maka berarti di
dalam proses produksi selama periode tersebut telah terjadi produk yang hilang dalam proses
sebanyak 100 satuan.
Ditinjau dari saat terjadinya, produk dapat hilang pada awal proses, sepanjang proses,
atau pada akhir proses. Untuk kepentingan perhitungan harga pokok produksi per satuan,
produk yang hilang sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian
berapa produk yang hilang tersebut terjadi. Atau untuk menyederhanakan perhitungan harga
pokok produksi per satuan, produk yang hilang sepanjang proses diperlakuka sebagai produk
yang hilang pada awal atau akhir proses.
Dalam contoh 3 disajikan pengaruh adanya produk yang hilang pada awal terhadap
perhitungan harga pokok produk produksi per satuan. Dalam contoh 4, akan diuraikan
pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitung harga pokok
produksi per satuan.
1. Pengaruh Terjadinya Produk Yang Hilang Pada Awal Proses Terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produk Per Satuan
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produku
yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak dikutsertakan
dalam perhitungan-perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan dalam
departemen tersebut.
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses
mempunyai akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen
setelah departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunya
dua akibat: (1) menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dan
departemen produksi sebelumnya dan (2) menaikkan harga pokok produksi per satuan
yang ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen produksi yang pertama
tersebut.
Contoh 3
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya
departemen A dan departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen
tersebut untuk bulan Januari 20X1 seperti berikut.
Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut:

Biaya bahan baku & penolong 100% biaya konversi 40% 200 kg
Biaya bahan penolong 60% biaya konversi 50% 100 kg
Produk yang hilang ada awal proses 100 kg 200 kg

Menurut catatan bagian akuntansi, biaya produksi yang telah dikeluarkan selama
bulan Januari 20X1 seperti berikut.
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 46.800 24.750

Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 66.350

 Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A

Atas dasar data tersebut di atas, perhitungan harga pokok produksi per satuan
yang dihasilkan oleh departemen A sebagai berikut.
Jenis Biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Produksi – Biaya per kg
Departemen A (unit ekuivalensi) Dept. A produk yang
dihasilkan oleh
Dept. A
Biaya bahan baku 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan penolong 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg 26.100 29
Biaya tenaga kerja 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 35.100 45
Biaya overhead pabrik 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 46.800 60

Rp 130.500 Rp 159
Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut tidak
ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan
Januari 20X1. Oleh karena itu produk yang hilang tersebut tidak diikutsertakan
dalam perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen A.
Akibatnya biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh departemen A
menjadi lebih tinggi. Seandainya produk tersebut tidak hilang dalam proses dan
menjadi produk yang baik, maka unit ekuivalensi biaya bahan baku menjadi 1.000
kg (700 + 100% x 200 kg + 100 kg) dan biaya bahan baku per kg adalah sebesar
Rp 22,50 (Rp22.500: 1.000 kg).

 Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B dan


persediaan produk dalam proses akhir dalam departemen A sebagai berikut.
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B
700 x Rp 159 Rp
111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp 25 = Rp 5.000
Biaya bahanpenolong 200 kg x 100% x Rp 29 = Rp 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp 45 = Rp 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp 60 = Rp 4.800
Rp
19.200
Rp
130.500

Laporan biaya produksi departemen A untuk bulam Januari 2019 sebagai


berikut :

PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian; 200 kg
biaya bahan baku & penolong 100%; biaya konversi 40%
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg
1.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam Departemen A Total Per kg
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan penolong Rp 26.100 Rp 29
Biaya tenaga kerja Rp 35.100 Rp 45
Biaya overhead pabrik Rp 46.800 Rp 60

Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B: Rp 111.300
700 x Rp 159
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg)
Biaya bahan baku Rp 5.000
Biaya bahan penolong Rp 5.800
Biaya tenaga kerja Rp 3.600
Biaya overhead pabrik Rp 4.800
Rp 19.200

Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

2. Produk Yang Hilang Pada Awal Proses di Departemen Setelah Dpartemen Pertama
Produk yang hilang pada awal proses, yang terjadi di departemen setelah departemen
produksi pertama mempunyai dua akibat terhadap (1) harga pokok per satuan produk
yang berasal dari departemen sebelumnya dan (2) harga pokok produksi per satuan yang
ditambahkan dalam departemen di mana produk yang hilang tersebut terjadi. Karena
harga pokok produksi di departemen setelah departemen pertama dihitung secara
kimulatif, maka terjadinya produk yang hilang di departemen B sebanyak 200 kg
tersebut, mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi per satuan produk yang berasal
dari departemen A. Harga pokok produk selesai yang berasal dari departemen A sebesar
Rp111.300 yang semula dipikul oleh 700 kg produk, dengan adanya produk yang hilang
pada awal proses di departemen B sebanyak 200 kg, harga pokok produksi tersebut
hanya dipikul oleh jumnlah produk yang lebih sedikit. Penyesuaian (aastment)
perhitungan harga pokok produksi per kg produk yang berasal dari departemen A
dihitung sebagai berikut.
 Perhitungan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan di departemen B
sebagai berikut.
Jenis Biaya Jumlah produk yang dihasilkan Jumlah biaya Biaya per kg
oleh Departemen B (unit produksi yang produk yang
ekuivalensi) ditambahkan di ditambahkan Dept.
Dept. B B
Biaya bahan penolong 400 kg + 60% x 100 kg = 460 kg Rp 16.100 Rp 35
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50% x 100 kg = 450 kg 22.500 50
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50% x 100 kg = 450 kg 24.750 55

Rp 63.350 Rp 140

Harga pokok produks selesai yang ditransfer ke gudang


400 kg x Rp 362,60 Rp 145.040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg)
Harga pokok dari Departemen A: 100 kg x Rp
226,60 Rp 22.260
Biaya bahan baku: 100 kg x 60% x Rp 35 2.100
Biaya tenaga kerja: 100 kg x 50% x Rp 50 2.500
Biaya overhead pabrik: 100 kg x 50% x Rp 55 2.750
29.6000
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp 174.650
 Perhitungan harga pokok produksi selesai yang ditransfer ke gudang dan
produk yang masih dalam proses pada akhir bulan sebagai berikut.

Laporan biaya produksi departemen B untuk bulam Januari 20X1 sebagai


berikut :

PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 2oX1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Departemen A 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya penolong 60%; biaya konversi 50% 100 kg
Jumlah produk yang hilang pada awal proses 200 kg
700 kg

Biaya yang dibebankan dalam Departemen B Total Per kg


Harga pokok produksi yang diterima dari Departemen A Rp 111.300 Rp 159,00
Penyesuaian harga pokok per satuan karena adanya produk yang
hilang dalam proses Rp 63,60
Rp 111.300 Rp 222,60
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Biaya bahan penolong Rp 16.100 Rp 35,00
Biaya tenaga kerja Rp 22.500 Rp 50,00
Biaya overhead pabrik Rp 24.750 Rp 55,00
Jumlah Biaya yang ditambahkan dalam Departemen B Rp 63.350 Rp 140,00
Jumlah biaya produksi kumulatif dari Departemen B Rp 174.650 Rp 362.60

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang: Rp 145.040
400 x Rp 362,60
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg)
Harga pokok produk dari Departemen A:
100 kg x Rp 226,60 Rp 22.260
Harga pokok yang ditambahan dalam departemen B:
Biaya bahan penolong Rp 2.100
Biaya tenaga kerja Rp 2.500
Biaya overhead pabrik Rp 2.750
Rp 29.610

Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp 174.650

Anda mungkin juga menyukai