DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah Akuntansi
Biaya yang berjudul “Sistem Harga Pokok Proses Lanjutan” sebagai tugas kuliah. Penulis
menyadari makalah ini tidak akan terealisasikan tanpa bantuan dan dukungan dari orang tua,
teman, dan pihak lainnya yang sudah membantu penulis dan tidak lupa pula penulis ucapkan
terima kasih kepada yang sudah membantu menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritis dan saran
yang membangung guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan untuk
menyusun makalah-makalah selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Didalam metode ini,
biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya
produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam periode
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka
waktu yang bersangkutan.
Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik metode Harga Pokok Proses, yaitu :
1. Pengumpulan biaya produksi per departemen produksi per periode akuntansi.
2. Perhitungan HPP per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
selama periode yang bersangkutan.
3. Penggolongan biaya produksi langsung dan tak langsung seringkali tidak diperlukan.
4. Elemen yang digolongkan dalam BOP terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun
tidak langsung). BOP dibebankan berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi.
Harga Pokok proses pada umumnya menggunakan metode Harga Pokok Proses-Tanpa
Memperhitungkan Persediaan Produk Dalam Proses Awal
1. Metode Harga Pokok Proses pada Perusahaan yang produknya diolah melalui 1
Departemen Produksi
2. Metode Hara Pokok Proses pada Perusahaan yang produknya diolah melalui 1
Departemen Produksi
3. Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Dalam Proses terhadap. Perhitungan Harga
Pokok Produksi per satuan, dengang anggapan :
a. Produk Hilang Awal Proses
b. Produk Hilang Akhir Proses
1
Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses maka timbul
masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini timbul karena persediaan
barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok yang berasal dari periode
sebelumnya. Ada tiga metode dalam penyelesaiannya, yaitu rata-rata, FIFO.
B. Rumusan masalah
1. Produk dalam proses pada awal periode (Metode harga pokok rata-rata tertimbang,
Metode Harga Pokok Masuk Pertama keluar pertama (MPKP) dan modifikasi metode
harga pokok MPKP)
2. Produk hilang (Produk hilang dalam proses, produk hilang tahap awal atau proses
produksi berlangsung, produk hilang pada departemen lanjutan)
2
BAB II
PEMBAHASAN
= (1) + (2)
d. Harga pokok bahan baku yang dipakai selama periode yang ditentukan atas dasar
metode masuk pertama, keluar pertama:
= (3) – (4)
Maka pengaruh adanya persediaan produk dalam proses awal tersebut terhadap
penentuan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya.
Atau ke gudang tidak berbeda dengan contoh penentuan biaya bahan baku tersebut di
atas.
Misalnya, pada awal periode terdapat persediaan produk dalam proses sebanyak 200 kg
dengan harga pokok yang dibawa dari periode sebelumnya sebesar Rp 800.000.
Misalnya, dalam periode sekarang produk yang dihasilkan sebanyak 3.200 kg. Sedangkan
biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang berjumlah Rp 9.600.000. Biaya
tersebut untuk menyelesaikan persediaan produk dalam proses awal maupun untuk
mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang. Jika produk jadi
yang dihasilkan dalam periode tersebut berjumlah 2.800 kg. Harga pokok produksi per kg
manakah yang akan digunakan untuk menghargai produk jadi tersebut?
Persoalannya adalah penentuan harga pokok produk jadi yang dihasilkan dalam periode
sekarang.
Karena ada dua jenis harga pokok produksi per kg yang berbeda, yaitu:
5
1. Harga pokok per kg persediaan produk dalam proses awal:
= Rp 800.000 : 200 kg
= Rp 4.000
2. Harga pokok per kg produksi periode sekarang:
= Rp 9.600.000 : 3.200 kg
= Rp 3.000
Harga pokok produksi per kg manakah yang akan digunakan untuk menentukan
harga pokok 2.800 kg produk jadi tersebut?
Seperti halnya dengan contoh pemakaian bahan baku dalam contoh tersebut, maka
dalam metode harga pokok proses juga digunakan anggapan aliran biaya produksi.
Sehingga, untuk menentukan harga pokok produk jadi dalam contoh ini, terdapat dua
metode yang dapat digunakan, yaitu:
Jika digunakan metode masuk pertama, keluar pertama, maka harga pokok produk jadi
sebanyak 2.800 kg tersebut dihitung sebagai berikut:
= 200 kg @ Rp 4.000
= Rp 800.000
= 2.000 kg @ Rp 3.000
= Rp 7.800.000
= (a) + (b)
= Rp 800.000 + Rp 7.800.000
6
= Rp 8.600.000
Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan pada
biaya produksi sekarang. Kemudian jumlahnya dibagi dengan unit ekuivalensi produk
untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang
ini selanjutnya digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer
ke departemen berikutnya. Atau ke gudang, dengan cara mengalikan jumlah
kuantitasnya.
1) Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam proses awal
7
b. Biaya tenaga kerja per unit:
1) Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal
1) Harga pokok produk dalam proses awal yang berasal dari departemen
sebelumnya.
8
2) Harga pokok produk yang ditransfer dari departemen debelumnya dalam periode
sekarang.
5) Harga pokok produk per unit yang dibawa dari departemen sebelumny:
= [(1) + (2)] : [(3) + (4)]
b. Harga Pokok Produk per unit yang ditambahkan dalam departemen lanjutan,
setelah departemen pertama.
Biaya bahan baku per unit:
1) Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam prosuk awal.
= (1 + 2) : (3)
1) Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal.
= (1 + 2) : (3)
1) Biaya overhead pabrik yang melekat pada produk dalam proses awal.
9
4) Biaya overhead pabrik per unit:
= (1 + 2) : (3)
10
Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang
dihasilkan dengan adanya tambahan bahan baku dalam departemen lanjutan setelah
departemen produksi pertama. Maka, hal ini akan berakibat
diadakannya penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya. Penyesuaian ini dilakukan karena total harga pokok
produk yang berasal dari departemen sebelumnya. Yang semula dipikul oleh jumlah
tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah produk yang lebih banyak, sebagai akibat
tambahan bahan baku tersebut. Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari
departemen sebelumnya menjadi lebih kecil. Dan untuk memperkaya pemahaman,
berikut disajikan video yang membahas soal perhitungan persediaan.
Selama proses produksi berlangsung, ada kemungkinan terjadi produk hilang yaitu
apabila jumlah unit yang dimasukkan dalam proses tidak sesuai dengan yang dihasilkan.
Misalnya: Masuk proses 1000 unit, jadi 900 unit dan masih dalam proses 50 unit. Maka ada yang
hilang 50 unit.
Produk yang hilang dalam proses didalam laporan harga pokok produksi harus disertakan
sebagai pertanggungjawaban (kapan hilangnya).
Untuk mempermudah penyusunan laporan harga pokok produksi, ada 2 asumsi yang dipakai:
Untuk produk hilang pada awal proses, maka dalam penyusunan laporan Harga Pokok
Produksi:
Unit produk yang hilang tidak dibebani harga pokok karena belum menikmati biaya
produksi.
11
Tidak diperhitungkan dalam perhitungan unit ekuivalen
Untuk yang hilang di departemen berikutnya, maka harus ada penyesuaian biaya per unit
pada departemen berikutnya tersebut.
Contoh:
PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan selama
bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II
Masuk proses: 1.500 unit 1.250 unit
Selesai 1.250 unit 1.100 unit
Dalam proses 100 unit 100 unit
Hilang awal proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II
Jawab:
12
1.250 x Rp. 4.000 Rp.5.000.000
PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. I
Bln Februari th 2.000
Data Produksi
- Masuk proses 1.500 unit
- Barang jadi ditransfer ke Dept. II 1.250 unit
- Barang dalam proses 100 unit
- Hilang (awal proses) 150 unit
1.500 unit
Pembebanan Biaya Dept. I
Biaya Jumlah Per Unit
- BBB Rp. 1.485.000 Rp. 1.100
- BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.000
- BOP Rp. 1.170.000 Rp. 900
Jumlah Rp. 5.295.000 Rp. 4.000
Perhitungan Biaya
13
HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II
DEPT. II
1. Penyesuaian perhitungan H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
14
- Ditambah H.P di Dept. II : Rp. 2700 x 1.100 Rp. 2.970.000
H.P barang jadi Rp. 7.553.337
H.P barang dalam proses Dept. II
PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II
Data Produksi
1.250 unit
15
Rp. 5.000.000 Rp.4.166,67
Perhitungan Biaya
Dept. I Dept. II
Masuk proses 1.500 unit 1.250 unit
16
Selesai 1.250 unit 1.100 unit
Dalam proses 100 unit 100 unit
Hilang akhir proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Jawab :
17
- BOP : 100 x 50% x Rp. 806,90 = Rp. 40.345 = Rp. 265.059,4
=Rp. 5.295.007,4
3.
PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II
Data Produksi
Masuk proses 1.500 unit
Produk jadi yang ditransfer ke Dep. II 1.250 unit
BDP akhir bulan 100 unit
Produk hilang akhir proses 150 unit
Jadi produk yang dihasilkan Dept. I 1.500 unit
Perhitungan Biaya
18
H.P produk selesai yang ditransfer ke Dept. II = Rp. 5.029.948
(1.250 x 4.023,95)
= BTK Rp.125.714,4
Jumlah(Rp
Biaya Ekuivalen Unit HP/Unit
)
BBB 2.052.000 1.100 + (100 x 40%) + 50 = 1.190 Rp 1.724,37
BOP 1.044.000 1.100 + (100 x 60%) + 50 = 1.210 Rp 862,81
Jumlah 3.096.000 Rp 2.587,18
2. Perhitungan H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang dan BDP akhir
19
BTKL : 100 x 40% x Rp. 1.724,37 = Rp. 68.975
3. PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II
Data Produksi
1.250 unit
Perhitungan Biaya
20
H.P produk hilang 50 x Rp. 6.611,13 = Rp. 330.556,5
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
21
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode harga pokok proses merupakan
metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah
produknya secara massa.
Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka
waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses
tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses maka
timbul masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini tiimbul karena
persediaan barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok yang berasal dari
periode sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
22
Nurhayati. (2004). Perbandingan Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya ABC, diakses
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1456/1/industrinurhayati3.pdf pada tanggal
15 Mei 2021.
23