Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI BIAYA

SISTEM HARGA POKOK PROSES LANJUTAN


Dosen Pengampu : Ni Wayan Dian Irmayani,SE.,MM

DISUSUN OLEH :

Sagung Sekar Pringgadani ( 2000020012 )


Ni Kadek Sepi Manis ( 2000020013 )
Ni Nyoman Tria Sunita ( 2000020014 )

POLITEKNIK NASIONAL DENPASAR


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah Akuntansi
Biaya yang berjudul “Sistem Harga Pokok Proses Lanjutan” sebagai tugas kuliah. Penulis
menyadari makalah ini tidak akan terealisasikan tanpa bantuan dan dukungan dari orang tua,
teman, dan pihak lainnya yang sudah membantu penulis dan tidak lupa pula penulis ucapkan
terima kasih kepada yang sudah membantu menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritis dan saran
yang membangung guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan untuk
menyusun makalah-makalah selanjutnya.

Denpasar, 16 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ............................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Produk dalam Proses Pada Awal Periode........................................................... 3

B. Produk Hilang Dalam Proses Produksi............................................................... 11

BAB III : PENUTUP .............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Didalam metode ini,
biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya
produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam periode
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka
waktu yang bersangkutan.
Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik metode Harga Pokok Proses, yaitu :
1. Pengumpulan biaya produksi per departemen produksi per periode akuntansi.
2. Perhitungan HPP per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
selama periode yang bersangkutan.
3. Penggolongan biaya produksi langsung dan tak langsung seringkali tidak diperlukan.
4. Elemen yang digolongkan dalam BOP terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun
tidak langsung). BOP dibebankan berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi.
Harga Pokok proses pada umumnya menggunakan metode Harga Pokok Proses-Tanpa
Memperhitungkan Persediaan Produk Dalam Proses Awal
1. Metode Harga Pokok Proses pada Perusahaan yang produknya diolah melalui 1
Departemen Produksi
2. Metode Hara Pokok Proses pada Perusahaan yang produknya diolah melalui 1
Departemen Produksi
3. Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Dalam Proses terhadap. Perhitungan Harga
Pokok Produksi per satuan, dengang anggapan :
a. Produk Hilang Awal Proses
b. Produk Hilang Akhir Proses

1
Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses maka timbul
masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini timbul karena persediaan
barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok yang berasal dari periode
sebelumnya. Ada tiga metode dalam penyelesaiannya, yaitu rata-rata, FIFO.

B. Rumusan masalah

1. Produk dalam proses pada awal periode (Metode harga pokok rata-rata tertimbang,
Metode Harga Pokok Masuk Pertama keluar pertama (MPKP) dan modifikasi metode
harga pokok MPKP)
2. Produk hilang (Produk hilang dalam proses, produk hilang tahap awal atau proses
produksi berlangsung, produk hilang pada departemen lanjutan)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Produk dalam Proses Pada Awal Periode


1. Proses Produksi Awal
Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir
periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per satuan yang
berasal dari periode sebelumnya. Harga pokok produksi ini kemungkinan akan berbeda
dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi
yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian, jika dalam periode
sekarang dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang atau ke departemen
berikutnya. Maka, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal
akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk jadi tersebut.
2. Proses Produksi Departemen Lanjutan
Dalam proses pembuatan produk, umumnya bahan baku hanya dimasukkan dalam proses
di departemen produksi pertama. Departemen produksi berikutnya hanya menambahkan
biaya konversi saja. Tapi ada kalanya di departemen setelah departemen produksi
pertama, ditambahkan juga bahan baku ke dalam proses produksi. Tambahan bahan baku
ini kemungkinan akan menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang
menambah bahan baku tersebut. Tetapi terkadang tambahan baku tersebut tidak
menambah jumlah satuan produk yang dihasilkan. Tambahan bahan baku ini akan
berpengaruh dalam penentuan harga pokok produk.

Contoh Penentuan Harga Pokok


Untuk memberikan gambaran tentang pengaruh adanya persediaan produk dalam proses
awal periode terhadap penentuan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses
lanjutan. Berikut ini disajikan contoh mengenai penentuan harga pokok bahan baku yang
dipakai dalam produksi (material costing). Permsalahan yang timbul hampir sama
dengan persoalan perhitungan pengaruh harga pokok persediaan produk dalam proses
awal dalam metode harga pokok proses.
3
Perhatikan contohnya berikut ini:
Pada awak periode terdapat persediaan bahan baku sebanyak 100 kg, dengan harga
pokok Rp 1.000 per kg. Pada periode tersebut terjadi pembelian bahan baku sebanyak
400 kg dengan harga Rp 1.200 per kg. Pada akhir periode diketahui jumlah bahan baku
yang dipakai sebanyak 250 kg. Timbul masalah harga pokok yang akan digunakan untuk
menghargai bahan baku yang dipakai tersebut. Untuk menentukan harga pokok mana
yang akan digunakan untuk menilai bahan baku yang dipakai tersebut, akuntansi biaya
menggunakan berbagai anggapan tentang aliran biaya. Adanya berbagai anggapan ini,
menimbulkan berbagai metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai.
Contohnya adalah metode harga pokok rata-rata tertimbang, metode masuk pertama
keluar pertama, dan metode masuk terakhir keluar pertama. Jika dalam contoh pemakaian
bahan baku tersebut digunakan metode masuk pertama, keluar pertama. Maka
perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam periode tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Persediaan bahan baku awal: 100 kg x Rp 100 = Rp 100.000

b. Pembelian bahan baku selama periode: 400 kg x Rp 1.200 = 480.00

c. Jumlah bahan baku yang tersedia untuk dipakai:

= (1) + (2)

= Rp 100.000 + Rp 480.000 = Rp 580.000

d. Harga pokok bahan baku yang dipakai selama periode yang ditentukan atas dasar
metode masuk pertama, keluar pertama:

= 100 kg x Rp 1.000 = Rp 100.000

= 150 kg x Rp 1.200 = Rp 180.000

Total = Rp 100.000 + Rp 180.000 = Rp 280.000

e. Persediaan bahan baku pada akhir periode:

= (3) – (4)

= Rp 580.000 – Rp 280.000 = Rp 300.000


4
Jika contoh tersebut diterapkan dalam metode harga pokok proses, di mana pada awal
periode terdapat persediaan produk dalam proses.

Maka pengaruh adanya persediaan produk dalam proses awal tersebut terhadap
penentuan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya.

Atau ke gudang tidak berbeda dengan contoh penentuan biaya bahan baku tersebut di
atas.

Perhatikan contoh berikut ini:

Misalnya, pada awal periode terdapat persediaan produk dalam proses sebanyak 200 kg
dengan harga pokok yang dibawa dari periode sebelumnya sebesar Rp 800.000.
Misalnya, dalam periode sekarang produk yang dihasilkan sebanyak 3.200 kg. Sedangkan
biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang berjumlah Rp 9.600.000. Biaya
tersebut untuk menyelesaikan persediaan produk dalam proses awal maupun untuk
mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode  sekarang. Jika produk jadi
yang dihasilkan dalam periode tersebut berjumlah 2.800 kg. Harga pokok produksi per kg
manakah yang akan digunakan untuk menghargai produk jadi tersebut?

Pembahasan perhitungan harga pokok:

Permasalahan tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

Persoalannya adalah penentuan harga pokok produk jadi yang dihasilkan dalam periode
sekarang.

Karena ada dua jenis harga pokok produksi per kg yang berbeda, yaitu:

5
1. Harga pokok per kg persediaan produk dalam proses awal:
= Rp 800.000 : 200 kg
= Rp 4.000
2. Harga pokok per kg produksi periode sekarang:
= Rp 9.600.000 : 3.200 kg
= Rp 3.000
Harga pokok produksi per kg manakah yang akan digunakan untuk menentukan
harga pokok 2.800 kg produk jadi tersebut?
Seperti halnya dengan contoh pemakaian bahan baku dalam contoh tersebut, maka
dalam metode harga pokok proses juga digunakan anggapan aliran biaya produksi.
Sehingga, untuk menentukan harga pokok produk jadi dalam contoh ini, terdapat dua
metode yang dapat digunakan, yaitu:

 Metode harga pokok rata-rata tertimbang

 Metode harga pokok masuk pertama, keluar pertama.

Jika digunakan metode masuk pertama, keluar pertama, maka harga pokok produk jadi
sebanyak 2.800 kg tersebut dihitung sebagai berikut:

 Harga pokok persediaan produk dalam proses awal:

= 200 kg @ Rp 4.000

= Rp 800.000

 Harga pokok produksi sekarang:

= 2.000 kg @ Rp 3.000

= Rp 7.800.000

 Harga pokok produk jadi 2.800 kg:

= (a) + (b)

= Rp 800.000 + Rp 7.800.000

6
= Rp 8.600.000

3. Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method)

Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan pada
biaya produksi sekarang. Kemudian jumlahnya dibagi dengan unit ekuivalensi produk
untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang
ini selanjutnya digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer
ke departemen berikutnya. Atau ke gudang, dengan cara mengalikan jumlah
kuantitasnya.

4. Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang – Departemen Pertama


Di departemen produksi pertama, biaya yang harus diperhitungkan dalam menentukan
harga pokok produk adalah biaya yang melekat pada persediaan produk dalam proses
awal. Dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang. Biaya yang melekat
pada persediaan produk dalam proses awal adalah biaya yang berasal dari periode
sebelumnya. Pada metode harga pokok rata-rata tertimbang, biaya yang berasal dari
periode sebelumnya, ditambah dengan biaya dari periode sekarang kemudian dihitung
rata-ratanya. Cara perhitungannya adalah dengan cara membagi jumlah tersebut dengan
unit ekuivalensi unsur biaya yang bersangkutan. Harga rata-rata per unit ini, kemudian
dikalikan dengan jumlah unit produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya.
Tujuanya adalah untuk meghitung total harga pokok produk selesai tersebut. Harga
pokok rata-rata per unit ini digunakan untuk menghitung harga pokok persediaan produk
dalam proses pada akhir periode.
Rumus perhitungan harga pokok rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut:
a. Biaya Bahan Baku Per Unit:

1) Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam proses awal

2) Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang

3) Unit ekuivalensi biaya bahan baku

4) Biaya bahan baku per unit: [(1) + (2)] : (3)

7
b. Biaya tenaga kerja per unit:

1) Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal

2) Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam periode sekarang

3) Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja

4) Biaya tenaga kerja per unit: [(1) + (2)] : (3)

c. Biaya overhead pabrik per unit:

1) Biaya overhead pabrik yang melekat pada produk dalam proses awal

2) Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam periode sekarang

3) Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik

4) Biaya overhead pabrik per unit: [(1) + (2)] : (3)

5. Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang – Departemen Lanjutan


Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen produksi setelah departemen
produksi yang pertama adalah harga pokok kumulatif. Yaitu penjumlahan harga pokok
dari departemen sebelumnya dengan biaya produks yang ditambahkan dalam departemen
yang berangkutan. Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang, untuk menghitung
harga pokok per satuan kumulatif produk yang dihasilkan departemen lanjutan adalah:
Setelah departemen produksi pertama, perlu dihitung rata-rata harga pokok per satuan
produk yang berasal dari departemen sebelumnya. Dan harga pokok rata-rata yang
ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama bersangkutan. Rumus
perhitungan harga pokok produk per unit produk departemen lanjutan dengan
menggunakan metode harga pokok rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut:
a. Harga Pokok Produk per satuan yang dibawa dari departemen sebelumnya.

1) Harga pokok produk dalam proses awal yang berasal dari departemen
sebelumnya.

8
2) Harga pokok produk yang ditransfer dari departemen debelumnya dalam periode
sekarang.

3) Produk dalam proses proses awal.

4) Produk yang ditrasfer dari departemen sebelumnya dalam periode sekarang.

5) Harga pokok produk per unit yang dibawa dari departemen sebelumny:
= [(1) + (2)] : [(3) + (4)]

b. Harga Pokok Produk per unit yang ditambahkan dalam departemen lanjutan,
setelah departemen pertama.
Biaya bahan baku per unit:

1) Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam prosuk awal.

2) Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang.

3) Unit ekuivalensi biaya bahan baku.

4) Biaya bahan baku per unit:

= (1 + 2) : (3)

Biaya tenaga kerja per unit:

1) Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal.

2) Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam periode sekarang.

3) Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja.

4) Biaya tenaga kerja per unit:

= (1 + 2) : (3)

Biaya overhead pabrik per unit:

1) Biaya overhead pabrik yang melekat pada produk dalam proses awal.

2) Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam periode sekarang.

3) Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik.

9
4) Biaya overhead pabrik per unit:

= (1 + 2) : (3)

6. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama Departemen Produksi Pertama


Metode masuk pertama, keluar pertama (MPKP) menganggap bahwa produksi periode
sekarang. Pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode
masih dalam proses. Baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang
dimasukkan dalam proses periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit
ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus
diperhitungkan.
7. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama – Departemen Produksi Lanjutan
Dalam departemen produksi lanjutan setelah departemen produksi pertama, produk telah
membawa harga pokok dari departemen sebelumnya. Produk dalam proses yang
membawa harga pokok dari periode sebelumnya. Digunakan pertama kali untuk
menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang.
8. Tambahan Bahan Baku Departemen Produksi Lanjutan
Umumnya bahan baku diolah pertama kali dalam departemen pertama. Departemen
produksi berikutnya hanya mengolah lebih lanjut produk hasil departemen pertama
dengan mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Namun, seringkali
dalam proses produksi, bahan baku ditambahkan dalam departemen produksi setelah
departemen produksi pertama. Tambahan bahan baku ini mempunyai dua kemungkinan,
yaitu:
Kemungkinan 1:
Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku tidak
menambah jumlah produk yang dihasilkan. Maka tambahan ini tidak berpengaruh
terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan. Dan sebagai akibatnya
tidak mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima
dari departemen produksi sebelumnya.
Kemungkinan 2:

10
Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang
dihasilkan dengan adanya tambahan bahan baku dalam departemen lanjutan setelah
departemen produksi pertama. Maka, hal ini akan berakibat
diadakannya penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya. Penyesuaian ini dilakukan karena total harga pokok
produk yang berasal dari departemen sebelumnya. Yang semula dipikul oleh jumlah
tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah produk yang lebih banyak, sebagai akibat
tambahan bahan baku tersebut. Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari
departemen sebelumnya menjadi lebih kecil. Dan untuk memperkaya pemahaman,
berikut disajikan video yang membahas soal perhitungan persediaan.

B. Produk Hilang Dalam Proses Produksi

Selama proses produksi berlangsung, ada kemungkinan terjadi produk hilang yaitu
apabila jumlah unit yang dimasukkan dalam proses tidak sesuai dengan yang dihasilkan.
Misalnya: Masuk proses 1000 unit, jadi 900 unit dan masih dalam proses 50 unit. Maka ada yang
hilang 50 unit.

Produk yang hilang dalam proses didalam laporan harga pokok produksi harus disertakan
sebagai pertanggungjawaban (kapan hilangnya).

Untuk mempermudah penyusunan laporan harga pokok produksi, ada 2 asumsi yang dipakai:

1. Produk hilang pada awal proses


2. Produk hilang pada akhir proses

1. Produk Hilang pada Awal Proses

Untuk produk hilang pada awal proses, maka dalam penyusunan laporan Harga Pokok
Produksi:

 Unit produk yang hilang tidak dibebani harga pokok karena belum menikmati biaya
produksi.

11
 Tidak diperhitungkan dalam perhitungan unit ekuivalen
 Untuk yang hilang di departemen berikutnya, maka harus ada penyesuaian biaya per unit
pada departemen berikutnya tersebut.
Contoh:

PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan selama
bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:

Dept. I Dept. II
Masuk proses: 1.500 unit 1.250 unit
 Selesai 1.250 unit 1.100 unit
 Dalam proses 100 unit 100 unit
 Hilang awal proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP  BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II

Jawab:

1. Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. I

Biaya Jumlah Ekuivalen Unit HP per Unit


BBB Rp.1.485.000 1.250 +(100 x 100%) = 1.350 Rp. 1.100
BTKL Rp.2.640.000 1.250 +(100 x 70%) = 1.320 Rp. 2.000
BOP Rp.1.170.000 1.250 +(100 x 50%) = 1.300 Rp. 900
Jml Rp.5.295.000 Rp. 4.000
2. Perhitungan harga pokok barang jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II & barang dalam
proses Dept. I

HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II

12
1.250 x Rp. 4.000 Rp.5.000.000

H.P Barang dalam proses Dept. I

- BBB = 100 x 100% x Rp. 1.100 = Rp.110.000

- BTKL = 100 x 70% x Rp. 2.000 = Rp.140.000

- BOP = 100 x 50% x Rp. 900 = Rp. 45.000 Rp. 295.000

Jumlah biaya produksi bulan Februari Rp. 5.295.000

3. Laporan H.P Produksi Dept. I

PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. I
Bln Februari th 2.000

Data Produksi
- Masuk proses 1.500 unit
- Barang jadi ditransfer ke Dept. II 1.250 unit
- Barang dalam proses 100 unit
- Hilang (awal proses) 150 unit
1.500 unit
Pembebanan Biaya Dept. I
Biaya Jumlah Per Unit
- BBB Rp. 1.485.000 Rp. 1.100
- BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.000
- BOP Rp. 1.170.000 Rp. 900
Jumlah Rp. 5.295.000 Rp. 4.000

Perhitungan Biaya

13
HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II

1.250 x Rp. 4.000 Rp. 5.000.000

H.P Barang dalam proses Dept. I

- BBB = 100 x 100% x Rp. 1.100= Rp. 110.000

- BTKL = 100 x 70% x Rp. 2.000 = Rp. 140.000

- BOP = 100 x 50% x Rp. 900 = Rp. 45.000 Rp. 295.000

Jumlah biaya produksi Dept. I Rp. 5.295.000

DEPT. II

1. Penyesuaian perhitungan H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I

H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I

Rp. 5.000.000 : 1.250 Rp. 4.000


H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
Setelah adanya produk yang berasal dari Dept. I
Sebanyak 50 unit adalah Rp. 5.000.000: (1.250 – 50) Rp. 4.166,67
Penysn H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I Rp. 166,67
2. Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. II (yang ditambah)

Jenis bi Jumlah Ek. Unit H.P per unit


- BTKL Rp. 2.052.000 1.100 + (100 x 40%) = 1.140 Rp. 1.800
- BOP Rp. 1.044.000 1.100 + (100 x 60%) = 1.160 Rp. 900
Jumlah Rp. 3.096.000 Rp.2.700
3. Perhitungan H.P barang jadi dari Dept. II yang ditransfer ke gudang & H.P barang dalam
proses akhir periode Dept. II
Harga barang jadi yang ditransfer ke gudang

- H.P dari Dept. I : Rp. 4.166,67 x 1.100 Rp. 4.583.337

14
- Ditambah H.P di Dept. II : Rp. 2700 x 1.100 Rp. 2.970.000
H.P barang jadi Rp. 7.553.337
H.P barang dalam proses Dept. II

- H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67 = Rp. 416.667


- Ditambah biaya di Dept. II
BTKL = 100 x 40% x Rp. 1.800 = Rp. 72.000
BOP = 100 x 60% x Rp. 900 = Rp. 54.000 Rp. 542.667
Jml biaya komulatif Dept. II Rp. 8.096.004

4. Laporan H.P Produksi Dept. II

PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II

Data Produksi

- Menerima dari Dept. I 1.250 unit

- Ditransfer ke gudang 1.100 unit

- BDP akhir 100 unit

- Hilang (awal proses) 50 unit

1.250 unit

Biaya Yang Dibebankan di Dept. II

Biaya Jumlah Per Unit

- H.P dari Dept. I (1250) Rp. 5.000.000 Rp. 4.000

- Penyusn. H.P/unit karena

adanya prod. hilang pada

awal proses Rp. 166,67

15
Rp. 5.000.000 Rp.4.166,67

Biaya yang ditambah di Dept. II

- BTKL Rp. 2.052.000 Rp. 1.800

- BOP Rp. 1.044.000 Rp. 900

Jumlah Rp. 8.096.000 Rp. 6.866,67

Perhitungan Biaya

- H.P barang jadi yang ditransfer ke gudang

Rp. 6.866,67 x 1.100 Rp. 7.553.337

- H.P barang dalam proses akhir

H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67 =Rp 416.667

- Biaya tambahan di Dept. II

BTKL = 100 x 40% x Rp. 1800 = Rp 72.000

BOP = 100 x 60% x Rp. 900 = Rp 54.000 Rp. 542.667

Jumlah biaya komulatif di Dept. II Rp. 8.096.004

2. Produk Hilang Akhir Proses

Asumsi : a. Dianggap sudah menikmati biaya produksi

b. Diperhitungkan sebagai bagian dari unit ekuivalen


c. Unit yang hilang akan menjadi beban produk jadi
d. Tidak diperlukan adjustment
Contoh : PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan
selama bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:

Dept. I Dept. II
Masuk proses 1.500 unit 1.250 unit

16
Selesai 1.250 unit 1.100 unit
Dalam proses 100 unit 100 unit
Hilang akhir proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP  BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%

Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II

Jawab :

1. Perhitungan harga pokok produksi per unit

Biaya Jumlah(Rp) Ekuivalen Unit HP/Unit


BBB 1.485.000 1.250 + (100x100%) + 150 = 1.500 990
BTKL 2.640.000 1.250 + (100x70%) + 150 = 1.470 1.795,92
BOP 1.170.000 1.250 + (100x50%) + 150 = 1.450 900,90
Jumlah 5.295.000 3.592,82
2. Perkiraan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. II dan BDP
H.P barang jadi yang ditransfer ke Dept. II
1.250 x Rp. 3.592,82 = Rp. 4.491.025
Penyesuaian harga pokok produk hilang akhir proses
150 x Rp. 3.592,82 = Rp. 538.923
H.P produk selesai setelah disesuaikan :
1250 x Rp. 4.023,95 = Rp. 5.029.948
H.P BDP akhir periode :
- BBB : 100 x 100% x Rp. 990 = Rp. 99.000
- BTKL: 100 x 70% x Rp. 1.795,92 = Rp. 125.714,4

17
- BOP : 100 x 50% x Rp. 806,90 = Rp. 40.345 = Rp. 265.059,4
=Rp. 5.295.007,4

3.
PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II

Data Produksi
Masuk proses 1.500 unit
Produk jadi yang ditransfer ke Dep. II 1.250 unit
BDP akhir bulan 100 unit
Produk hilang akhir proses 150 unit
Jadi produk yang dihasilkan Dept. I 1.500 unit

Biaya Yang Dibebankan di Dept. II

Jenis Biaya Jumlah Per Unit


- BBB Rp. 1.485.000 Rp. 990
- BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 1.795,92
- BOP Rp. 1.170.000 Rp. 806,90
Jumlah Rp. 5.295.000 Rp. 3.592,82

Perhitungan Biaya

H.P produk selesai yang ditransfer ke Dept. II

1.250 x Rp. 3.592,82 = Rp. 4.491.025

Penyesuaian H.P produk hilang akhir produk

150 x Rp. 3.592,82 = Rp. 538.923

18
H.P produk selesai yang ditransfer ke Dept. II = Rp. 5.029.948

(1.250 x 4.023,95)

H.P produk BDP akhir = BBB Rp. 99.000

= BTK Rp.125.714,4

= BOP Rp. 40.345 Rp. 265.054,4

Jumlah produksi Dept. I Rp. 5.295.007,4

1. Perhitungan H.P per unit Dept. II

Jumlah(Rp
Biaya Ekuivalen Unit HP/Unit
)
BBB 2.052.000 1.100 + (100 x 40%) + 50 = 1.190 Rp 1.724,37
BOP 1.044.000 1.100 + (100 x 60%) + 50 = 1.210 Rp 862,81
Jumlah 3.096.000 Rp 2.587,18
2. Perhitungan H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang dan BDP akhir

H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang

H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 1.100 Rp. 4.426.345

H.P yang ditambah di Dept. II : Rp. 2.587,18 x 1.100 Rp. 2.845.898

H.P produk hilang akhir proses

50 x (Rp. 4.023,95 + Rp. 2.587,18) Rp. 330.556,5

H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang Rp. 7.602.799,5

H.P persediaan BDP akhir

H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.023,95 = Rp. 402.395

Biaya tambahan Dept. II

19
BTKL : 100 x 40% x Rp. 1.724,37 = Rp. 68.975

BOP : 100 x 60% x Rp. 862,81 = Rp. 51.768,6= Rp. 523.138,6

Jumlah biaya produksi di Dept. II =Rp. 8.125.938,1

3. PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II

Data Produksi

Diterima dari Dept. II 1.250 unit

Produk jadi yang ditransfer ke gudang 1.100 unit

BDP akhir 100 unit

Produk hilang akhir proses 50 unit

1.250 unit

Biaya Yang Dibebankan di Dept. II

Keterangan Jumlah Per Unit

H.P dari Dept. I (1.250) Rp. 5.029.948 Rp. 4.023,95

Biaya tambah di Dept. II

- BTKL Rp. 2.052.000 Rp. 1.724,37

- BOP Rp. 1.044.000 Rp. 862,81

Jumlah Rp. 8.125.948 Rp. 6.611,13

Perhitungan Biaya

H.P barang jadi yang ditransfer ke gudang

1.100 x Rp. 6.611,13 = Rp. 7.272.243

20
H.P produk hilang 50 x Rp. 6.611,13 = Rp. 330.556,5

H.P BDP akhir :

- H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 100 = Rp. 402.395

- Biaya tambah di Dept. II

BTKL = Rp. 68.975

BOP = Rp. 51.768,6= Rp. 523.138,6

Jumlah biaya produksi di Dept. II = Rp. 8.125.938,1

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

21
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode harga pokok proses merupakan
metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah
produknya secara massa.
Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka
waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses
tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses maka
timbul masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini tiimbul karena
persediaan barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok yang berasal dari
periode sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arie, Fidya.2016.Akuntansi Biaya.Cirebon: Yayasan Insan Shodiqin Gunung Jati

22
Nurhayati. (2004). Perbandingan Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya ABC, diakses
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1456/1/industrinurhayati3.pdf pada tanggal
15 Mei 2021.

23

Anda mungkin juga menyukai