Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia bisnis dan perdagangan banyak pelaku usaha yang gencar dalam
mencari modal tambahan guna mengembangkan usaha yang dijalankannya. Salah
satunya adalah dengan menarik minat investor dengan memaparkan kinerja
perusahaannya di dalam laporan keuangan, karena laporan keuangan kerap
dijadikan tolok ukur oleh para investor dalam menilai dan memilih perusahaan
yang akan didanainya. Salah satu unsur laporan keuangan yang dapat
menggambarkan informasi mengenai potensi suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama satu periode tertentu adalah laporan laba rugi
komprehensif.

Selama berjalannya aktivitas suatu perusahaan, Maka setiap transaksi tentunya


akan berpengaruh terhadap pendapatan usaha kita. Modal yang dikeluarkan pada
saat memulai aktivitas suatu perusahaan, akan mengalami perubahan selama satu
periode akuntansi. Biasanya, suatu perusahaan membutuhkan informasi yang
dapat memaparkan Arus jalannya modal yang kita setorkan untuk usaha tersebut.
Informasi mengenai perubahan modal pada suatu perusahaan dapat diketahui
melalui laporan keuangan yang berupa Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Laba
Rugi Komprehensif akan memengaruhi Laporan Perubahaan Ekuitas, dimana
ketika suatu perusahaan mendapat keuntungan, maka peusahaan tersebut akan
mengalami penambahan modal setelah dikurangi dividen atau prive (untuk
perusahaan non PT). Sebaliknya, perusahaan akan mengalami penurunan Ekuitas
apabila perusahaan mengalami kerugian. Maka kedua laporan itu sangat berkaitan
satu sama lainnya.

Bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai Laporan Laba Rugi Komprehensif
dan Laporan Perubahan Ekuitas.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pengertian dari Laporan Laba Rugi Komprehensif?


1.2.2 Apa saja kegunaan dan keterbatasn Laporan Laba Rugi
Komprehensif?
1.2.3 Apa saja elemen dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif?
1.2.4 Bagaimana format Laporan Laba Rugi Komprehensif?
1.2.5 Seperti apa pengungkapan dalam Laporan Laba Rugi
Komprehensif?
1.2.6 Bagaimana penyajian operasi yang dihentikan dalam Laporan Laba
Rugi Komprehensif?
1.2.7 Apakah pengertian Laporan Perubahan Ekuitas?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Laporan Laba Rugi


Komprehensif.
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja kegunaan dan keterbatasan dari
Laporan Laba Rugi Komprehensif.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja elemen dalam Laporan Laba Rugi
Komprehensif.
1.3.4 Untuk mengetahui format Laporan Laba Rugi Komprehensif.
1.3.5 Untuk mengetahui pengungkapan dalam Laporan Laba Rugi
Komprehensif.
1.3.6 Untuk mengetahui penyajian operasi yang dihentikan dalam
Laporan Laba Rugi Komprehensif.
1.3.7 Untuk mengetahui Laporan Perubahan Ekuitas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengukur keberhasilan


kinerja perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan
digunakan untuk menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidakpastian
arus kas masa depan.

2.2 Kegunaan Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif sering digunakan oleh beberapa pengguna


laporan keuangan berikut ini.
1. Investor
Investor menggunakan informasi mengenai penghasilan perusahaan di
masa lalu sebagai input penting dalam memprediksi harga saham dan
dividen perusahaan di masa depan.

2. Kreditor
Dengan menggunakan informasi laba rugi masa lalu, kreditor dapat
memahami kemampuan calon debitur dalam menghasilkan arus kas masa
depan yang diperlukan untuk membayar beban bunga dan membayar
pokok pinjaman. Walaupun untuk pinjaman yang menggunakan jaminan,
informasi pada neraca juga diperhatikan, namun kreditur juga tetap
menjadikan informasi pada laporan laba rugi komprehensif sebagai yang
utama. Pencairan asset jaminan bukan hal yang paling diinginkan dan
menghasilkan arus kas dari operasi.
3. Manajemen
Laporan laba rugi komprehensif dipandang penting bagi investor dan
kreditur, maka sudah sepatutnya manajemen juga berkepentingan terhadap
laporan laba rugi komprehensif. Selain itu, di banyak perusahaan, bonus
yang diberikan kepada manajer ditentukan berdasarkan keberhasilannya
dalam mencapai target laba.

2.3 Keterbatasan Laporan Laba Rugi Komprehensif

Selain memiliki kegunaan yang sangat berpengaruh terhadap pengguna informasi


dalam suatu perusahaan, pengguna laporan laba rugi komprehensif juga harus
memperhatikan bahwa laporan ini disusun berdasarkan asumsi dan kebijakan
tertentu. Beberapa keterbatasan laporan laba rugi komprehensif di antaranya
sebagai berikut.
1. Penghasilan atau beban yang tidak dapat di ukur dengan andal, tidak
dimasukkan ke dalam laporan laba rugi komprehensif.
SAK mensyaratkan bahwa penghasilan atau beban dapat diakui ketika
dapat diukur dengan andal. Transaksi yang memengaruhi laporan laba rugi
komprehensif namun tidak dapat diukur pengaruhnya secara andal, tidak
dapat dimasukkan ke dalam laporan laba rugi komprehensif.
2. Laba yang dilaporkan dipengaruhi metode akuntansi yang digunakan.
Perusahaan yang diperkenankan oleh SAK untuk memilih dasar alokasi
atau metoe untuk meyusutkan asset tetap. Jika suatu perusahaan memilih
menggunakan metode garis lurus, sementara perusahaan lain memilih
metode penyusutan saldo menurun, dan jika hal lain dianggap sama, maka
laba kedua perusahaan lain akan berbeda.
3. Pengukuran penghasilan dan beban melibatkan pertimbangan (judgment)
manajemen.
Beberapa hal yang melibatkan pertimbangan manajemen misalnya, ada
sebuah perusahaan yang menyusutkan asset tetap gedung selama 20 tahun,
namun ada juga yang menyusutkan selama 15 tahun untuk asset sejenis.
Begitu juga dengan pertimbangan dalam mengestimasi kewajiban atas
klaim garansi dan pengakuan penghapusan piutang tak tertagih, ada yang
melakukannya dengan optimis, sehingga menyebabkan beban yang rendah
dan laba yang lebih tinggi.

2.4 Elemen Laporan Laba Rugi Komprehensif

Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang
dihasilkandari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan
dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

Konsep laba berkaitan langsung dengan unsur penghasilan dan beban. Pengakuan
dan pengukuran penghasilan dan beban untuk menghasilkan laba, sebenarnya
bergantung pada konsep pemeliharaan modal yang digunakan. Sebagian besar
perusahaan menggunakan konsep pemeliharaan modal keuangan dalam
penyusunan laporan keuangan. Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh apabila
jumlah finansial (uang) dari aset neto pada akhir periode (di luar dari distribusi
dan kontribusi pemilik perusahaan) melebihi aset neto pada awal periode.

Penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut.


1. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi, yang menyebabkan kenaikan aset neto (ekuitas), dalam bentuk
penambahan atau pemasukan aset atau penurunan liabilitas, yang tidak
berasal dari kontribusi pemilik modal.
2. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi, yang menyebabkan penurunan aset neto (ekuitas), dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aset atau bertambahnya liabilitas, yang
bukan termasuk distribusi kepada pemilik.

Total laba rugi komprehensif dibagi menjadi berikut ini.


1. Komponen “laba rugi”
Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, yang tidak termasuk
dalam komponen pendapatan komprehensif lain.
2. Komponen “pendapatan komprehensif lain”
Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban yang
tidak diakui dalam laba rugi, sebagaimana disyaratkan oleh SAK lainnya.

Penyajian penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi komprehensif dapat
dilakukan perusahaan dengan beberapa cara untuk memberikan informasi yang
relevan bagi pengguna laporan keuangan. Perusahaan dapat melakukan perubahan
istilah yang dipakai dan perubahan urutan dari pos-pos jika hal ini diperlukan
untuk menjelaskan kinerja keuangan. Misalnya mengelompokkan berdasarkan pos
yang terkait dengan kegiatan operasi utama perusahaan dengan yang berasal dari
kegiatan tidak berulang. Hal ini diperlukan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus di mana masa depan
secara berbeda antara unsur yang berasal dari kegiatan biasa yang lazim dilakukan
perusahaan sehari-hari sebagai aktivitas operasi utama, dengan unsur yang berasal
dari kegiatan yang tidak terjadi secara reguler.

Perlu diingat bahwa salah satu pos yang merupakan penghasilan atau beban dari
kegiatan operasi di suatu perusahaan mungkin menjadi pos yang tidak reguler di
perusahaan lain. Namun, perusahaan dilarang menyajikan pos penghasilan dan
beban sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif atau catatan
atas laporan keuangan. Pos yang bersifat tidak biasa karena jarang terjadi dapat
disajikan sebagai keuntungan atau kerugian non-operasi.
Penghasilan bisa dikelompokkan menjadi dua unsur, yaitu pendapatan (revenue)
dan keuntungan (gain). Pendapatan merupakan penghasilan yang berasal dari
aktivitas operasi utama perusahaan, misalnya aktivitas penjualan barang bagi
perusahaan dagang atau peruahaan manufaktur dan aktivitas penyediaan jasa bagi
perusahaan jasa. Sedangkan keuntungan merupakan kenaikan aset neto yang
berasal dari transaksi insidental di luar transaksi perusahaan yang menghasilkan
pendapatan. Misalnya sebuah perusahaan dagang memperoleh penghasilan dari
penjualan barang dagangannya akan mengakui sebagai pendapatan, namun jika
suatu ketika perusahaan ini menjual kendaraan angkut barangnya pada harga jual
di atas nilai buku kendaraan tersebut, maka akan diakui sebagai keuntungan.

Beban juga bisa dikelompokkan lagi menjadi dua unsur, yaitu beban (expense)
dan kerugian (loss). Beban merupakan beban yang berasal dari aktivitas operasi
utama perusahaan, misalnya aktivitas penjualan barang dagang bagi perusahaan
dagang. Sementara kerugian merupakan beban yang berasal dari transaksi
insidental.
Komponen pendapatan komprehensif lain, antara lain sebagai berikut.
1. Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan aset tak berwujud.
Surplus revaluasi adalah selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat
aset tetap dan aset tak berwujud yang diukur menggunakan model
revaluasi.
2. Keuntungan dan kerugian akturial atas program manfaat pasti yang diakui.
Terdiri atas:
 Penyesuaian akibat perbedaan antara asumsi akturial dan kenyataan,
 Dampak perubahan asumsi akturial.
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan
dari entitas asing.
4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang
dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual.
Keuntungan dan kerugian ini berasal dari keuntungan dan kerugian belum
terealisasi berupa selisih antara nilai tercatat aset keuangan tersedia untuk
dijual dengan nilai wajarnya pada tanggal pelaporan keuangan.
5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai
dalam rangka lindung nilai arus kas.

Terkadang sulit bagi kita untuk menduga pos mana yang seharusnya masuk ke
dalam komponen laba rugi, dan pos mana yang seharusnya masuk ke dalam
komponen pendapatan komprehensif lain. PSAK tidak memberikan ketentuan
spesifik mengenai kriteria suatu pos dapat masuk ke laba rugi atau pendapatan
komprehensif lain. PSAK hanya menyatakan bahwa pos ini masuk ke laba rugi
dan pos tertentu yang lain masuk ke pendapatan komprehensif lain, tanpa
membahas kriteria yang membedakannya.

2.5 Format Laporan Laba Rugi Komprehensif

Perusahaan dapat memilih menyajikan laporan laba rugi komprehensif dalam satu
periode dalam bentuk satu laporan (bentuk tunggal), yaitu laporan laba rugi
komprehensif atau dalam bentuk dua laporan (bentuk ganda), yang terdiri atas
laba rugi terpisah dan laporan laba rugi komprehensif yang dimulai dengan laba
rugi periode berjalan.

2.5.1 Laporan laba rugi komprehensif bentuk tunggal


Dalam PSAK 1 (Revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan diatur mengenai pos
minimum yang harus disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif bentuk
tunggal, yaitu:
1. Pendapatan (revenue);
2. Biaya keuangan;
3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi atau ventura yang dicatat
menggunakan metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Jumlah laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan
keuntungan kerugian setelah pajak dari pelepasan aset dalam rangka
operasi yang dihentikan;
6. Laba rugi;
7. Komponen pendapatan komprohensif lain yang diklasifikasikan menurut
sifat;
8. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura
yang dicatat dengan metode ekuitas;
9. Total laba rugi komprehensif.

Pada laporan laba rugi komprehensif bentuk tunggal, maka penyajian laba rugi
periode berjalan dan pendapatan komprehensif lain periode berjalan disajikan
dalam satu laporan laba rugi komprehensif, seperti contoh dibawah ini.
PT Transparan
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2010
(dalam ribuan rupiah)
2010
pendapatan 468.000
beban pokok penjualan (294.000)
laba bruto 174.000
66.920
biaya distribusi (10.800)
beban administrasi (24.000)
beban lain-lain (2.520)
beban pendanaan (9.600) 20.000
laba sebelum pajak 194.000
beban pajak penghasilan (48.500)
laba tahun berjalan 145.500

pendapatan komprehensif lain setelah pajak


kerugian aset keuangan tersedia untuk dijual (17.400)
surplus revaluasi aset tetap 600
pendapatan komprehensif lain tahun berjalan, setelah pajak (16.800)
total pendapatan komprehensif tahun berjalan 128.700

laba yang dapat diatribusikan kepada:


pemilik entitas induk 116.400
kepentingan nonpengendali 25.740
128.700

laba per saham:


dasar dan dilusian 0.23

2.5.1 Laporan laba rugi komprehensif bentuk tunggal

Penjelasan masing-masing bagian pada laporan laba rugi komprehensif di atas


adalah sebagai berikut.
1. Pendapatan adalah jumlah pendapatan neto, yang terdiri atas penjualan,
setelah dikurangi dengan diskon dan retur penjualan selama periode
laporan.
2. Beban pokok penjualan menunjukkan beban pokok penjualan yang
berkaitan langsung untuk menghasilkan penjualan selama periode laporan.
3. Laba bruto berasal dari pendapatan dikurangi dengan beban pokok
penjualan.
Pembedaan antara gabungan pos pendapatan dan gabungan pos beban
dengan cara berbeda mungkin saja diperlukan untuk menyajikan ukuran
kinerja perusahaan dengan derajat cakupan yang berbeda. Misalnya,
laporan laba-rugi komprehensif dapat menyajikan laba bruto, neto laba
sebelum pajak, dan laba neto setelah pajak.
4. Biaya distribusi berisi informasi beban umum administrasi selama periode
laporan.
5. Beban administrasi berisi informasi beban umum administrasi selama
periode laporan.
6. Beban lain-lain mencakup transaksi selama periode laporan yang tidak
dapat dikelompokkan ke dalam pendapatan dan beban. Keuntungan dan
kerugian dari penjualan aset tetap dan penurunan nilai aset dilaporkan di
bagian ini. Selain itu, pendapatan lain seperti pendapatan sewa,
pendapatan dividen, dan pendapatan bunga juga dilaporkan disini.
7. Beban pendanaan merupakan pos terpisah untuk menampung informasi
biaya pendanaan perusahaan, yaitu beban bunga selama periode laporan.
8. Laba sebelum pajak merupakan total laba sebelum pajak penghasilan.
9. Beban pajak penghasilan merupakan beban pajak penghasilan yang
dikenakan terhadap laba sebelum pajak penghasilan
10. Laba tahun berjalan merupakan hasil neto laba perusahaan selama satu
periode.
11. Kepentingan nonpengendali menyajikan alokasi laba tahun berjalan dan
laba komprehensif kepada hak minoritas atau kepentingan nonpengendali.
Alokasi laba periode berjalan dan laba komprehensif dibagi ke dalam dua
kelompok: i) kepemilikan mayoritas yang mencerminkan kelopmpok
pengendali perusahaan (pemilik perusahaan induk), dan ii) kepemilikan
minoritas atau nonpengendali.
12. Laba per saham merupakan jumlah laba periode berjalan per lembar
saham yang beredar.
Tampilan 2.5.1 menggambarkan penyajian beban yang diakui dalam laba rugi
berdasarkan fungsinya. SAK mengatur bahwa perusahaan dapat menyajikan
beban yang diakui pada laba rugi dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan
sifat atau fungsinya. Pemilihan harus didasarkan pada pertimbangan mana yang
lebih dapat menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan.

Contoh penyajian beban berdasarkan sifat adalah sebagai berikut.


pendapatan xxxx
perubahan atas persediaan barang jadi dan barang dalam proses xxx
bahan baku yang digunakan xxx
beban imbalan kerja xxx
beban penyusutan dan amortisasi xxx
beban lain xxx
total beban (xxxx)
laba sebelum pajak xxx

Perusahaan juga dapat menggabungkan dua metode tersebut yaitu berdasarkan


sifat dan fungsinya, seperti contoh berikut ini.
pendapatan xxxx
beban penjualan (xxxx)
Laba bruto xxx

pendapatan lainnya xxx


beban distribusi:
beban imbalan kerja xxx
beban penyusutan toko xxx
beban iklan dan promosi xxx xxx
beban administratif:
beban imbalan kerja xxx
beban penyusutan kantor xxx xxx
beban lain xx
Laba sebelum pajak xxx

Dari kedua metode tersebut, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk menyajikan
beban berdasarkan sifatnya, karena tidak memerlukan alokasi beban antara
beberapa area fungsional. Namun, penyajian berdasarkan fungsi akan lebih
relevan bagi pengguna laporan keuangan, karena lebih mudah mengetahui sumber
daya yang dikonsumsi masing-masing fungsi. Ketika perusahaan menggunakan
penyajian beban berdasarkan fungsi, maka SAK meminta perusahaan untuk
memberi pengungkapan tambahan atas informasi beban berdasarkan sifatnya,
dalam catatan atas laporan keuangan.

Perusahaan juga harus mengungkapkan alokasi laba rugi periode berjalan dan
total laba rugi komprehensif masing-masing kepada kepentingan nonpengendali
dan kepada pemilik entitas induk. Perusahaan dapat menambahkan judul bagian,
subtotal, atau baris yang dapat meningkatkan pemahaman pembaca laporan
keuangan.

2.5.2 Laporan laba rugi komprehensif bentuk ganda


Jika perusahaan memilih untuk menggunakan format laporan bentuk ganda, maka
perusahaan menyiapkan dua laporan. Laporan pertama yaitu laporan laba rugi
periode berjalan dan laporan kedua yaitu laba rugi komprehensif yang berisi laba
rugi periode berjalan dan pendapatan komprehensif lain. Laporan kedua dimulai
dengan angka rugi periode berjalan.

Pos minimum yang harus disajikan dalam laporan laba rugi terpisah ketika
menggunakan format bentuk ganda, yaitu:
1. Pendapatan;
2. Biaya pendanaan;
3. Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura yang menggunakan
metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Jumlah laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan
keuntungan kerugian setelah pajak dari pelepasan aset dalam rangka
operasi dihentikan;
6. Laba rugi.

Pos yang tidak disajikan pada laporan laba rugi terpisah, kemudian disajikan
dalam laporan kedua, yaitu laporan laba rugi komprehensif (dapat dilihat pada
tampilan 2.5.2 ).
PT Transparan
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2010
(dalam ribuan rupiah)

2010
pendapatan 468.000
beban pokok penjualan (294.000)
laba bruto 174.000
66.920
biaya distribusi (10.800)
beban administrasi (24.000)
beban lain-lain (2.520)
beban pendanaan (9.600) 20.000
laba sebelum pajak 194.000
beban pajak penghasilan (48.500)
laba tahun berjalan 145.500

laba yang dapat diatribusikan kepada:


pemilik entitas induk 116.400
kepentingan nonpengendali 29.100
145.500

PT Transparan
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2010
(dalam ribuan rupiah)

2010

Laba tahun berjalan 145.500

Pendapatan komprehensif lain setelah pajak:


kerugian aset keuangan tersedia untuk dijual (17.400)
surplus revaluasi aset tetap 600

Total pendapatan komprehensif tahun berjalan 128.700

Jumlah laba rugi yang dapat diatribusikan kepada:


pemilik entitas induk 102.960
kepentingan nonpengendali 25.740
128.700

Laba per saham:


dasar dan dilusian 0.23

Tampilan 2.5.2 Laporan Laba Rugi Komprehensif Bentuk Ganda


Pada laporan laba rugi komprehensif bentuk ganda, informasi alokasi laba rugi
periode berjalan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali
disajikan di laporan laba rugi terpisah, sedangkan alokasi total laba komprehensif
disajikan pada laporan laba rugi komprehensif.

Pendapatan komprehensif lain disajikan per masing-masing komponen di atas.


Seperti pada tampilan 2.5.2, dalam menyajikan pendapatan komprehensif lain,
perusahaan dapat menyajikan secara neto dari dampak pajak terkait, atau dalam
jumlah bruto sebelum pajak disertai dengan total pajak penghaasilan yang terkait
dengan seluruh komponen tersebut.

Berlaku bagi semua perusahaan apakah menyajikan secara neto setelah pajak atau
secara bruto sebelum pajak, maka pajak penghasilan terkait setiap komponen
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Penyajian neto setelah pajak.


2010
(Rp)
Pendapatan komprehensif lain:
keuntungan dari pengukuran kembali aset keuangan 18.000.000
yang dikategorikan sebagai 'tersedia untuk dijual'
keuntungan revaluasi aset tetap 270.000.000

Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak 288.000.000

Penyajian bruto sebelum pajak.


2010
(Rp)
Pendapatan komprehensif lain:
keuntungan dari pengukuran kembali aset keuangan
yang dikategorikan sebagai 'tersedia untuk dijual' 20.000.000
keuntungan revaluasi aset tetap 300.000.000
Pajak penghasilan yang terkait (32.000.000)

Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak 288.000.000


Tampilan 2.5.3 penyajian neto setelah pajak dan penyajian bruto sebelum pajak
Jika terdapat penyesuaian reklasifikasi dari komponen pendapatan komprehensif
lain ke bagian laba rugi pada periode berjalan, maka penyesuaian tersebut juga
disajikan. Mengenai kapan suatu komponen yang sebelumnya diakui di
pendapatan komprehensif lain akan direklasifikasi ke laba rugi, diatur pada PSAK
lain yang terkait dengan masing-masing komponen. Jadi, penyesuaian
reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke laba rugi di periode berjalan
yang sebelumnya diakui di pendapatan komprehensif lain pada periode berjalan
atau periode sebelumnya.

Tidak semua komponen pendapatan komprehensif lain akan memerlukan


penyesuaian reklasifikasi ke laba rugi periode berjalan. Penyesuaian reklasifikasi
mungkin akan diperlukan ketika penjualan aset keuangan kategori tersedia untuk
dijual, atau ketika terjadi pelepasan unit operasi luar negeri. Sementara itu,
penyesuaian reklasifikasi tidak diperlukan ketika adanya perubahan nilai surplus
revaluasi aset tetap atau dari keuntungan dan kerugian aktuarial program imbalan
pascakerja manfaat pasti yang diakui sesuai PSAK 24. Kedua komponen ini akan
diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan tidak akan direklasifikasi ke laba
rugi periode selanjutnya. Perubahan surplus revaluasi aset tetap akan ditransfer ke
saldo pada periode selanjutnya ketika aset tersebut digunakan atau ketika aset
tersebut dilepas.

Contoh penyesuaian reklasifikasi komponen pendapatan komprehensif lain


PT Akuntal membeli investasi saham sebanyak 1000 lembar pada tanggal 31
Desember 2008 dengan harga Rp. 1.500 per lembar, dan mengklasifikasikannya
sebagai investasi tersedia untuk dijual. Nilai wajar aset investasi tersebut pada
tanggal 31 Desember 2009 adalah Rp. 1.800, dan pada 31 Desember 2010 nilai
wajarnya menjadi Rp 2.500. seluruh saham tersebut dijual pada 31 Desember
2010. Sepanjang tahun 2008 sampai 2010 tidak ada pembagian dividen dan tarif
pajak yang dikenakan sebesar 30%.

Keuntungan yang diperoleh pada saat aset tersebut dijual pada tanggal 31
Desember 2010 merupakan keuntungan yang direalisasi dan dimasukkan ke laba
rugi periode berjalan. Sebelum aset tersebut dijual, sudah terdapat keuntungan
yang belum direalisasi pada periode berjalan dan periode sebelumnya.
Keuntungan tersebut berasal dari penyesuaian terhadap nilai wajar aset di tanggal
neraca dan sudah diakui pada pendapatan komprehensif lain periode 2010 dan
2009. Pada periode tahun 2010, ketika keuntungan telah direalisasi di laba rugi,
maka keuntungan yang belum direalisasi tersebut dikurangkan dari pendapatan
komprehensif lain tahun 2010.

Perhitungan keuntungan adalah sebagai berikut.


Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Neto Setelah Pajak
(ribuan rupiah) (ribuan rupiah) (ribuan rupiah)
Keuntungan yang diakui:
Periode 2009 300.000 (90.000) 210.000
Periode 2010 450.000 (135.000) 315.000
Total keuntungan 750.000 (225.000) 525.000

Jumlah yang disajikan pada laporan laba rugi komprehensif dalam tahun 2010 dan
2009, sebagai berikut.
2010 2009
(ribuan rupiah) (ribuan rupiah)
Laba Rugi:
Keuntungan penjualan investasi saham 750.000
Beban pajak penghasilan (225.000)
Keuntungan neto yang diakui dalam laba rugi 525.000

Pendapatan Komprehensif Lain:


Keuntungan perubahan nilai wajar aset investasi
'tersedia untuk dijual' (neto) 315.000 210.000
Penyesuaian Reklasifikasi, neto (525.000) 0
Keuntungan (kerugian) neto yang diakui pada
pendapatan komprehensif lain (210.000) 210.000
Keuntungan neto yang diakui pada laporan laba
rugi Komprehensif 315.000 210.000
2.6 Pengungkapan

Selain pos minimum yang harus disajikan di laporan laba rugi komprehensif yang
telah dibahas tadi, jika nilai-nilai pos pada pendapatan dan beban memiliki jumlah
yang material, maka perusahaan harus menyajikan jumlah dan pengungkapan
sifatnya secara terpisah.

Terdapat beberapa kondisi pengungkapan terpisah dalam laporan laba rugi


komprehensif atau dalam catatan atas laporan keuangan terkait dengan penyajian
laba rugi komprehensif, yaitu ketika:
1. Pos penghasilan dan beban berjumlah material, maka sifat dan jumlah
harus diungkapkan;
2. Terjadi penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto;
3. Terjadi penurunan nilai aset tetap;
4. Pelepasan aset tetap;
5. Pelepasan investasi;
6. Operasi yang dihentikan;
7. Penyelesaian tuntutan hukum;
8. Pembalikan provisi.

2.7 Penyajian Operasi Dihentikan pada Laporan Laba Rugi Komprehensif

Operasi dihentikan diatur dalam PSAK 58 (revisi 2009) Aset Tidak Lancar
Dimiliki Untuk Dijual dan Operasi Dihentikan. Operasi Dihentikan adalah
komponen dalam perusahaan yang dilepas atau dimiliki untuk dijual, yang
biasanya merupakan:
1. Lini bisnis terpisah yang mewakili lini usaha atau area geografis operasi
utama yang terpisah;
2. Bagian dari rencana tunggal terkoordinasi untuk melepaskan lini usaha
atau area geografis operasi utama yang terpisah;
3. Akuisisi untuk dijual kembali, yaitu entitas anak yang diperoleh secara
khusus dengan tujuan dijual kembali.

Ketika perusahaan mempunyai pos yang memenuhi kriteria dilaporkan sebagai


operasi dihentikan, maka perusahaan menggunakan istilah “laba dari operasi yang
dilanjutkan” pada laporan laba rugi komprehensif-nya, seperti ilustrasi berikut ini.

Laba sebelum pajak 194.000


Beban pajak penghasilan (48.500)
Laba dari operasi yang dilanjutkan 145.500
Operasi yang dihentikan:
Keuntungan operasi dihentikan (setelah pajak) 15.000
Laba tahun berjalan 160.500

Pada laporan laba rugi komprehensif, perusahaan menyajikan satu jumlah yang
terdiri atas jumlah:
1. Laba atau rugi operasi setelah pajak dari komponen operasi dihentikan;
dan
2. Laporan rugi yang diakui dari pelepasan operasi dihentikan atau
penyesuaian karena pengukuran ke nilai wajar neto sebelum pelepasan.

Pada bagian catatan laporan keuangan atau laba rugi, perusahaan harus
menyajikan atau mengungkapan perincian atau analisis terhadap nilai tunggal
tersebut di atas ke dalam hal berikut.
1. Pendapatan, beban, dan laba rugi sebelum pajak dari operasi dihentikan
dan beban pajak terkait.
2. Keuntungan atau kerugian yang diakui dari pelepasan operasi dihentikan
atau penyesuaian karena pengukuran ke nilai wajar neto sebelum
pelepasan dan beban pajak terkait.
2.8 Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas merupakan salah satu unsur laporan keuangan lengkap
yang harus disajikan oleh perusahaan. Laporan perubahan ekuitas menyajikan
informasi tentang perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode
pelaporan yang mencerminkan naik turunnya aset neto perusahaan selama
periode, baik yang berasal dari setoran atau distribusi kepada pemilik atau yang
berasal dari hasil atau kinerja perusahaan selama periode berjalan. Perubahan
ekuitas yang berasal dari kinerja perusahaan menggambarkan jumlah total
penghasilan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan
oleh aktivitas perusahaan selama periode tersebut.

Menurut PSAK 1 (Revisi 2009) penyajian laporan keuangan, laporan perubahan


ekuitas untuk suatu periode tertentu berisi informasi sebagai berikut.
1. Total laba rugi komprehensif, dengan penyajian terpisah untuk jumlah
yang dialokasikan untuk pemilik induk perusahaan dan alokasi untuk
kepentingan nonpengendali.
2. Dampak setiap pengaruh penerapan retrospek atau penyajian kembali
untuk setiap komponen ekuitas. Biasanya ditunjukkan dengan penyesuaian
terhadap saldo laba (retained earnings) awal periode. Pengaruh penerapan
retrospektif ini disajikan sesuai ketentuan dalam PSAK 25 (revisi 2009)
Kebijakan Akuntansi, perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
Contoh dari kebijakan akuntansi yang memerlukan penerapan retrospektif
adalah perubahan kebijakan asumsi arus biaya persediaan dari metode
masuk pertama keluar pertama ( first in first out – FIFO) menjadi metode
rata-rata tertimbang.
3. Rekonsiliasi atas perubahan selama periode berjalan untuk setiap
komponen ekuitas yang dihasilkan dari laba atau rugi setiap pos dari
pendapatan komprehensif lain, serta transaksi dengan pemilik, seperti
tambahan modal dan penarikan.
4. Dividen yang diakui dan jumlah dividen per saham. Pos ini dapat juga
disajikan pada catatan atas laporan keuangan.
Penyajian Laporan Perubahan Ekuitas pada contoh PT Transparan.

PT Transparan
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2010
(dalam ribuan rupiah)

Modal Saldo Aset Surplus Total Kepentingan Total


Saham Laba Keuangan Revaluasi Diatribusikan Nonpengendali Ekuitas
Tersedia untuk Pemilik
Dijual Perusahaan induk
Saldo per 1 Januari 2010 720.000 194.040 21.120 1.920 937.080 58.320 995.400
Perubahan kebijakan 480 120 120
Akuntansi
Saldo yang disajikan 720.000 194.520 21.120 1.920 937.080 58.440 995.520
Kembali
Penerbitan modal saham 60.000 60.000 60.000
Dividen (18.000) (18.000) (18.000)
Total laba rugi 116.400 (13.920) 480 102.960 25.740 128.700
Komprehensif tahun 2010
Saldo per 31 780.000 292.920 7.200 2.400 1.082.520 84.180 1.166.700
Desember 2010

Tampilan 2.8.1 Laporan Perubahan Ekuitas PT Transparan

Anda mungkin juga menyukai