Anda di halaman 1dari 8

REVIEW CHAPTER 4 INCOME STATEMENT AND RELATED INFORMATION (LAPORAN LABA RUGI DAN INFORMASI YANG BERKAITAN) Laporan

laba-rugi (income statement), yang juga sering disebut statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan laba-rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan krditor untuk membantu mereka memprediksikan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. 1.1 Kegunaan Laporan Laba-Rugi Laporan laba-rugi membantu pemakai laporan keuangan memprediksikan arus kas masa depan dengan berbagai cara. Para kreditor dan investor dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba-rugi untuk: a. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan . Dengan mengkaji pendapatan dan beban, Kita bisa mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan para pesaing. b. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan. Informasi mengenai kinerja masa lalu dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan penting yang, jika berlanjut, menyediakan informasi tentang kinerja masa depan. c. Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan. Informasi tentang berbagai komponen laba (pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian) memperlihatkan hubungan di antara komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai resiko kegagalan perusahaan meraih tingkat arus kas tertentu di masa depan. 1.2 Keterbatasan Laporan Laba-Rugi Laba bersih merupakan suatu estimasi dan mencerminkan sejumlah asumsi, para pemakai laporan laba-rugi perlu menyadari keterbatasan tertentu dari informasi yang terdapat dalam laporan laba-rugi. Beberapa di antaranya adalah: a. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan laba-rugi. Praktek yang berlangsung saat ini melarang pengakuan pos-pos tertentu ketika menentukan laba, meskipun pengaruh dari pos-pos ini cukup untuk mempengaruhi kinerja perusahaan. b. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin memilih untuk menyusutkan aktiva pabriknya atas dasar dipercepat, sementara perusahaan lainnya memilih penyusutan garis-lurus. Dengan mengasumsikan semua faktor lainnya adalah sama, laba dari perusahaan pertama akan lebih rendah dibanding laba perusahaan kedua. c. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan . Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin mengestimasi umur manfaat suatu aktiva selama 20 tahun sementara perusahaan lainnya memilih umur manfaat 15 tahun untuk jenis aktiva yang sama. Demikian juga, sejumlah perusahaan mungkin membuat estimasi yang terlalu

optimis untuk biaya garansi masa depan dan penghapusan piutang tak tertagih, sehingga menciptakan beban yang lebih rendah dan laba yang lebih tinggi.

1.3

Kualitas Laba Kualitas laba merupakan pengurangan jika hasil pendapatan manajemen pada informasi yang disajikan lebih sedikit berguna untuk memprediksikan pendapatan di masa yang akan datang dan arus kasnya.

2.

FORMAT LAPORAN LABA-RUGI 2.1 Unsur-unsur Laporan Laba-Rugi Laba bersih berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Transaksi-transaksi ini di ikhtisarkan dalam laporan laba-rugi. Metode pengukuran laba ini adalah Pendekatan Transaksi (transaction approach) karena berfokus pada aktivitas yang berhubungan dengan laba yang telah terjadi selama periode akuntansi. Definisi yang lebih formal unutk pos-pos yang berhubungan dengan laba, yang dikenal sebagai unsur utama laporan laba-rugi, adalah: a. PENDAPATAN. Arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan. b. BEBAN. Arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan. c. KEUNTUNGAN. Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. d. KERUGIAN. Penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik. 2.2 Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung Dalam melaporkan pendapatan, keuntungan, beban dan kerugian, format yang dikenal dengan laporan laba-rugi bentuk langsung (single-step income statement) sering digunakan. Dalam bentuk ini, hanya ada dua pengelompokan: yaitu Pendapatan dan Beban. Pendapatan dikurangkan dengan beban untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih. Perusahaan menggunakan laporan laba-rugi bentuk langsung dalam pelaporan keuangan karena bentuknya yang sederhana, meskipun beberapa tahun terakhir, laporan laba-rugi bertahap semakin populer. Keunggulan utama format langsung terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau

beban lebih diprioritaskan dari yang lainnya. Dengan demikian, format langsung menghilangkan masalah klasifikasi yang bisa muncul. 2.3 Laporan Laba-Rugi Bertahap Beberapa pihak berpendapat bahwa pencantuman data pendapatan dan beban penting lainnya membuat laporan laba-rugi menjadi lebih bermanfaat. Klasifikasi lanjutan ini meliputi: a. Pemisahan aktivitas operasi dan nonoperasi perusahaan. b. Klasifikasi beban menurut fungsi, seperti barang dagang atau manufaktur (harga pokok penjualan), dan administrasi. Laporan laba-rugi bertahap (multiple-step income statement) digunakan unutk mengakui hubungan tambahan ini. Laporan ini memisahkan transaksi operasi dari transaksi nonoperasi, serta menandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan. Format bertahap menampilkan berbagai komponen laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan kepada pemakai eksternal tidak serinci laporan manajemen internal. Laporan internal cenderung memiliki lebih banyak kategori beban. Rincian ini memungkinkan manajemen puncak unutk menilai kinerja para stafnya. Transaksi tidak biasa seperti operasi yang dihentikan dan pos-pos luar biasa dilaporkan secara terpisah, setelah laba dari operasi berlanjut. Ketika menyajikan laporan laba bersih, tiga sub-total yang disajikan dalam laporan ini: a. Pendapatan penjulan bersih. Pengungkapan penjualan bersih berguna karena pendapatan reguler dilaporkan sebagai pos terpisah. Pendapatan tidak biasa diungkapkan dalam bagian laporan labarugi lainnya. Sehingga, kecenderungan pendapatan dari operasi berlanjut (continuing operations) lebih mudah dipahami dan dianalisis. b. Laba kotor atas penjualan. Pelaporan laba kotor meyediakan angka yang berguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan menilai laba masa depan. Kecenderungan laba kotor dapat memperlihatkan seberapa sukses perusahaan memanfaatkan sumber daya, juga dapat menjadi dasar unutk memahami bagaimana marjin laba telah berubah akibat tekanan persaingan. c. Laba operasi. Pengungkapan laba operasi akan memperlihatkan perbedaan antara akitivitas biasa dengan aktivitas tidak biasa. Pengungkapan ini membantu pemakai menyadari bahwa aktivitas tidak biasa kecil kemungkinannya akan terus berlanjut pada tingkat yang sama. Selain itu, pengungkapan laba operasi dapat membantu pemakai unutk membandingkan perusahaan yang berbeda dan menilai efisiensi operasi. 2.4 Laporan Laba-Rugi Ringkas Dalam beberapa kasus, tidak mungkin untuk menyajikan semua rincian beban yang diinginkan dalam satu laporan laba rugi yang biasa. Masalah ini dapat dipecahkan dengan hanya mencantumkan total kelompok beban dalam laporan laba-rugi dan dan menyusun skedul beban tambahan untuk mendukung total-total tersebut. Dengan format ini, laporan laba rugi itu sendiri dapat

dikurangi menjadi beberapa baris dalam satu lembar kertas. Karena alasan ini, para pemakai yang ingin mempelajari semua data yang dilaporkan tentang operasi harus memperhatikan skedul pendukung itu.

3.

PELAPORAN POS-POS BIASA Pelaporan pos-pos biasa dalam laporan laba-rugi merupakan hal yang substansial. Kita membutuhkan pelaporan laba yang konsisten dan dapat dibandingkan untuk menghindari informasi promosional yang dilaporkan perusahaan. Jadi sangat penting mengembangkan kerangka kerja unutk melaporkan pos-pos tidak biasa guna memastikan informasi laba yang dapat diandalkan Profesi akuntansi telah mengadopsi konsep mencakup-semua yang dimodifikasi (modified all-inclusive concept) dan mewajibkan aplikasi pendekatan ini dalam praktek. Pendekatan ini menunjukan bahwa perusahaan mencatat hampir semua pos, termasuk pos-pos tidak biasa, sebagai bagian dari laba bersih. Selain itu, perusahaan juga diharuskan menampilkan pos-pos tidak biasa (irregular items) dalam laporan keuangan sehingga para pemakai dapat menentukan dengan lebih baik kemampuan menghasilkan laba jangka panjang dari perusahaan bersangkutan. 3.1 Operasi yang Dihentikan Salah satu jenis paling umum dari pos-pos tidak biasa adalah operasi yang dihentikan (discontinued operations). Operasi yang dihentikan terjadi apabila: a. Perusahaan mengeliminasi hasil opersi dan arus kas komponen dari operasi yang sedang berjalan b. Tidak ada lagi aktivitas yang dilakukn komponen itu setelah transaksi pelepasan. Perusahaan melaporkan operasi yang dihentikan (dalam laporan laba-rugi yang terpisah) untuk keuntungan atau kerugian dari pelepasan komponen bisnis. Selain itu, hasil operasi dari suatu komponen yang telah atau akan dilepas juga harus dilaporkan terpisah dari operasi berlanjut ( continuing operations). Pengaruh dari operasi yang dihentikan diperlihatkan setelah pajak sebagai kategori terpisah, yaitu setelah operasi berlanjut tetapi sebelum pos-pos luar biasa. 3.2 Pos-pos Luar Biasa Pos-pos luar biasa (extraordinary items) didefinisikan sebagai pos-pos material yang jarang muncul yang secara signifikan berbeda dengan aktivitas bisnis utama perusahaan. Kriteria untuk pos-pos luar biasa adalah: a. Bersifat Tidak Biasa (unusual nature). Kejadian atau transaksi yang mendasari harus memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan merupakan jenis yang secara jelas tidak berhubungan dengan, atau hanya bersifat insidentil berkaitan dengan, aktivitas normal dan umum perusahaan, dengan memperhitungkan lingkungan di mana perusahaan beroperasi. b. Kejarangan Terjadinya (infrequency of occurence ). Kejadian atau transaksi yang mendasari harus merupakan jenis yang tidak

diharapkan akan terjadi kembali di masa mendatang ( foreseeable future), dengan memperhitungkan lingkungan di mana perusahaan beroperasi. 3.3 Keuntungan dan kerugian Tidak Biasa Karena kriteria yang ketat atas pos-pos luar biasa, maka para pemakai laporan keuangan harus memperhatikan secara seksama pos-pos laporan keuangan yang tidak biasa atau jarang terjadi tetapi tidak keduanya. Perusahaan cenderung melaporkan pos-pos tidak biasa dalam bagian terpisah tepat di atas Laba dari operasi sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa, khususnya jika terdapat lebih dari satu pos tidak biasa. FASB secara spesifik melarang perlakuan bersih sesudah pajak atas pos-pos seperti itu untuk menjamin bahwa pemakai laporan keuangan dapat dengan mudah membedakan pos-pos luar biasa (yang dilaporkan bersih sesudah pajak) dari pos-pos material, dengan yang tidak biasa atau jarang terjadi, tetapi tidak keduanya. 3.4 Perubahan Prinsip Akuntansi Salah satu jenis perubahan akuntansi terjadi ketika suatu prinsip akuntansi yang digunakan perusahaan berbeda dengan yang digunakan sebelumnya. Sebuah perusahaan mengakui perubahan prinsip akuntansi dengan melakukan penyesuaian retrospektif terhadap laporan keuangan. Penyesuian tersebut membuat laporan keuangan tahun lalu konsisten dengan prinsip yang baru diadopsi. Perusahaan mencatat pengaruh kumulatif dari perubahan periode lalu sebagai penyesuaian terhadap laba ditahan pada awal tahun yang disajikan. Berdasarkan pendekatan retrospektif, perusahaan memasukan kembali angka laba tahun lalu menurut metode yang baru diadopsi. Pendekatan ini mempertahankan komparabilitas antartahun.

3.5

Perubahan Estimasi Estimasi selalu melekat dalam proses akuntasi. Perubahan akuntansi (changes in estimates) disajikan dalam periode terjadinya perubahan jika hanya mempengaruhi periode bersangkutan, atau dalam periode terjadinya perubahan serta periode di masa depan jika perubahan itu mempengaruhi keduanya. Perubahan estimasi tidak ditangani secara retrospektif , tetapi dikompensasi ke belakang unutk menyesuaikan tahun sebelumnya. Perubahan estimasi tidak dipandang sebagai kesalahan atau pos-pos luar biasa . 3.6 Koreksi Kesalahan Kesalahan dapat terjadi akibat kesalahan matematis, kesalahan dalam mengaplikasikan prinsip akuntansi, atau salah menggunakan fakta-fakta yang ada pada waktu laporan keuangan disusun. Perusahaan harus mengoreksi kesalahan dengan membuat ayat jurnal yang tepat pada akun terkait dan melaporkan koreksi tersebut dalam laporan keuangan. Koreksi kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian periode sebelumnya (prior period adjustments), yang serupa dengan perubahan prinsip akuntansi. Perusahaan mencatat koreksi kesalahan pada tahun di mana kesalahan tersebut ditemukan. Perusahaan itu juga melaporkan kesalahan

dalam laporan keuangan sebagai penyesuaian atas saldo awal laba ditahan. Jika perusahaan membuat laporan keuangan komparatif, perusahaan harus menyatakan kembali laporan sebelumnya untuk mengetahui pengaruh kesalahan itu.

4.

MASALAH PELAPORAN KHUSUS 4.1 Alokasi Pajak Intraperiode Perusahaan melaporkan pos-pos tidak biasa pada laporan laba-rugi atau laporan laba ditahan bersih setelah pajak. Prosedur ini disebut alokasi pajak intraperiode (intraperiode tax allocation), yaitu alokasi dalam satu periode. Alokasi ini mengaitkan beban pajak penghasilan (terkadang disebut provisi pajak penghasilan) dari periode fiskal dengan pos-pos khusus yang meningkatkan jumlah provisi pajak. Alokasi pajak intraperiode membantu para pengguna laporan keuangan memahami dengan lebih baik dampak pajak penghasilan terhadap berbagai komponen laba bersih. Selain itu, alokasi pajak intraperiode juga mencegah pembaca laporan menggunakan ukuran kinerja sebelum pajak ketika mengevaluasi hasil keuangan, dan karenanya mengakui bahwa beban pajak penghasilan adalah biaya riil. Alokasi pajak intraperiode dalam laporan laba-rugi digunakan untuk pospos, laba dari operasi berlanjut, operasi yang dihentikan, dan pos-pos luar biasa. Konsep umumnya adalah biarkan pajak mengikuti laba 4.2 Laba per Saham Hasil operasi perusahaan biasanya diikhtisarkan dalam satu angka penting: laba bersih. Namun, karena pengikhtisaran ini seolah-olah belum cukup sebagai penyederhanaan, dunia keuangan telah menerima secara luas sebuah angka yang lebih padat lagi sebagai indikator bisnis yang paling signifikan yaitu laba per saham (earnings per share).

Laba Bersih - Deviden Saham Preferen =Laba per Saham Rata-rata Tertimbang Saham Biasa yang Beredar
Laba per saham adalah rasio yang umumnya digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham. Karena begitu penting, laba per saham harus diungkapkan pada bagian muka laporan laba-rugi. Kesederhanaan dan ketersediaan angka laba per saham dapat membuat angka ini digunakan secara luas. Karena begitu penting bagi publik, maka angka laba per saham harus disajikan seberarti mungkin. 4.3 Laporan Laba Ditahan Laba bersih akan menaikkan laba ditahan dan rugi bersih akan menurunkan laba ditahan. Sementara itu, baik deviden tunai maupun deviden saham akan menurunkan laba ditahan. Perubahan prinsip akuntansi dan penyesuaian periode bisa menaikkan atau menurunkan laba ditahan. Penyesuaian periode sebelumnya (setelah pajak) harus dibebankan atau dikredit ke saldo awal laba ditahan, sehingga tidak dimasukkan dalam penentuan laba bersih periode berjalan.

Informasi yang berhubungan dengan laba ditahan bisa ditunjukan dengan beberapa cara. Seperti, rekonsiliasi antara saldo awal dan saldo akhir laba ditahan yang menyediakan informasi tentang mengapa aktiva bersih meningkat atau menurun selama tahun berjalan. Pada umumnya perusahaan mengungkapkan jumlah laba ditahan yang dibatasi dalam jumlah catatan atas laporan keuangan. Dalam beberapa kasus, perusahaan memindahkan jumlah laba ditahan yang dibatasi ke akun yang berjudul Laba Ditahan yang Diapropriasi (Appropriated Retained Earning). Karena itu, bagian laba ditahan dapat melaporkan dua jumlah yang terpisah, yaitu (a) laba ditahan yang bebas (tidak dibatasi) dan (2) laba ditahan yang diapropriasi (dibatasi). Total dari kedua jumlah ini adalah sama dengan total laba ditahan. 4.4 Laba Komprehensif Laba komprehensif (comprehensive income) meliputi semua perubahan ekuitas selama satu periode kecuali perubahan akibat investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Karena itu, laba komprehensif meliputi semua pendapatan, dan keuntungan, beban dan kerugian, yang dilaporkan dalam laba bersih, dan selain itu juga mencakup keuntungan dan kerugian yang tidak dimasukan dalam laba bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham. Pos-pos yang melewati laporan laba-rugi disebut sebagai laba komprehensif lainnya (other comprehensive income). FASB memutuskan bahwa komponen laba komprehensif lainnya harus disajikan dengan salah satu dari tiga cara berikut

a.

Laporan laba-rugi kedua. Pelaporan laba komprehensif dalam laporan terpisah mengindikasikan bahwa keuntungan dan kerugian yang diidentifikasi sebagai laba komprehensif lainnya memiliki status yang sama dengan keuntungan dan kerugian tradisional. Di samping itu, hubungan antara laporan laba-rugi tradisional dengan laporan laba-rugi komprehensif terlihat jelas karena laba bersih merupakan titik awal dalam laporan laba-rugi komprehensif. Laporan laba-rugi dan laba komprehensif gabungan . Pendekatan kedua untuk melaporkan laba komprehensif lainnya adalah membuat laporan gabungan laba komprehensif (combined statement of comprehensive income). Komprehensif ditunjukan sebagai total akhir. Laporan gabungan ini memiliki keunggulan karena tidak perlu membuat laporan keuangan baru. Akan tetapi, menyembunyikan laba bersih sebagai subtotal dalam laporan merupakan salah satu kelemahannya. Bagian dari laporan ekuitas pemegang saham . Pendekatan ketiga adalah melaporkan pos-pos laba komprehensif lainnya dalam laporan ekuitas pemegang saham (statement of stockholders equity). Laporan ini melaporkan perubahan dalam setiap akun ekuitas pemegang saham dan total sekuitas pemegang saham selama tahun berjalan. Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam format berkolom untuk setiap akun dan total ekuitas pemegang saham. Sebagian besar perusahaan menggunakan pendekatan laporan ekuitas pemegang saham untuk menyajikan informasi yang berhubungan dengan komponen laba komprehensif lainnya. Banyak perusahaan telah

b.

c.

membuat laporan ekuitas pemegang saham, mereka menambahkan kolom-kolom baru untuk menampilkan informasi yang berkaitan dengan laba komprehensif tanpa biaya.

Anda mungkin juga menyukai