Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN

A. Definisi Biaya Bersama

Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang
harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara
massa.

Biaya produk bersama (joint overhead cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-
mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan
identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik.

Biaya bergabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang
terpisah (tidak dioalah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Biaya
bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk yang
dapat berupa produk bersama (joint products), produk sampingan (by-prouct) dan produk
sekutu (co-product).

Biaya gabungan (joint cost) dapat didefinisikan sebagai biaya yang muncul dari produksi yang
simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Biaya produk terpisah (separable
product cost) adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan produk individual, dan pada
umumnya tidak memerlukan alokasi.

Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan
serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per
satuan) masing-masing produk bersama ini relatif sama, sehingga tidak ada di antara
produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama atau produk
sampingan.

Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif rendah, yang
diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi. Pada umumnya
pembedaan antara produk sama dengan produk sampingan didasarkan pada nilai jual
relatifnya. Jika nilai jual produk-produk yang dihasilkan relatif sama atau setidak-tidaknya
material jumlahnya bila dibandingkan dengan seluruh pendapatan (revenues) perusahaan,
maka produk-produk tersebut merupakan produk bersama. Sebaliknya jika nilai jual salah
satu produk relatif kecil bila dibandingkan dengan total pendapatan perusahaan, maka
produk tersebut merupakan produk sampingan.

Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu yang bersamaan,
tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak berasal dari bahan baku yang
sama.

1
B. Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan Produk Sekutu

Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b. Harga jual produk bersama atau prouk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan dengan
produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c. Dalam pengolahan produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindarkan diri
untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya salah
satu diantara produk bersama tersebut.

Contohnya dalam perusahaan daging kalengan misalnya, setiap kali penyembelihan sapi,
akan diperoleh daging, kulit, dan lemak. Jadi kalau produsen hanya ingin mengolah daging
saja, tidak bisa tidak ia harus memanfaatkan kulitnya (dibuat makanan atau dijual dalam
bentuk kulit).

Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual
pada saat terpisah dari produk utama (main product).

a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah
dari produk utama.

Contoh produk sampingan yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah
terpisah dari produk utamanya terdapat dalam proses penggilingan gabah. Produk
sampingan berupa menir, katul, dedak, dapat langsung dijual setelah terpisah dari beras.

C. Akuntansi Produk Sampingan

Produk Sampingan ( by product) adalah produk yang dihasilkan dari proses bersama dan
memiliki nilai jual yang rendah. Disebut sampingan karena perusahaan tidak menghasilkan
produk tersebut, tetapi produk tersbut tidak dapat dihindarkan. Contohnya, tanduk sapi
merupakan produk sapi karena tujuan perusahaan untuk menyembelih sapinya agar dapat
menghasilkan dagingnya bukan tanduknya. Titik tempat suatu produk dapat diidentifikasi ke
masing-masing unitnya disebut titik pisah (split-off point). Contohnya, di perusahaan
penyembelihan sapi, titik pisahnya adalah titik tempat produk daging, tulang, jeroan, dan
lainnya dapat diidentifikasi.

Besarnya biaya produksi (joint productions cost) yang dibebankan ke produk bersama (joint
products) atau produk utama (main product) tergantung metode akuntansi untuk produk
sampingan.

2
Ada dua metode untuk produk sampingan:

1. Nilai pasar bersih (Net Market Value) atau Nilai Realisasi Bersih (Net Realizable Value)
Diperlakukan sebagai Persediaan Produk Sampingan
Berdasarkan metode ini, harga produk sampingan dihitung dengan menggunakan
taksiran Nilai Pasar Bersih (NPB) atau nilai realisasi bersih. Besarnya biaya produksi bersama
yang dibebankan ke produk bersama atau produk utama diperoleh dari total biaya produksi
bersama dikurangi nilai pasar bersih produk sampingan.
Keuntungan atau kerugian penjualan produk sampingan dilaporkan dalam laporan
laba rugi bagian pendapatan lain-lain (other income) atau beban lain-lain (other expense).
Ayat Jurnal untuk mencatat penjualan produk sampingan berbeda dengan ayat jurnal untuk
mencatat penjualan produk bersama atau produk utama. Karena usaha utamanya adalah
menjual produk bersama atau produk utama.
Metode ini dapat diterapkan jika nilai pasar produk sampingan signifikan sehingga
memengaruhi persediaan atau laba. Metode ini mengidentifikasi produk sampingan pada
saat selesai produksi, bukan pada saat dijual. Dengan dialokasikannya biaya bersama ke
produk sampingan, harga pokok produk sampingan akan lebih rendah.
Nilai pasar bersih produk sampingan dhitung sebagai berikut:
-Taksiran nilai pasar bruto produk sampingan xxx
-Separable Cost:
-Taksiran biaya produksi lebih lanjut xxx
-Taksiran biaya pemasaran xxx
-Taksiran beban adm. Dan umum xxx
-Total Separable Cost (xxx)
-Nilai pasar bersih produk sampingan xxx

Ayat jurnal untuk mencatat pembebanan biaya produksi bersama:


Persediaan barang dalam proses xxx
Berbagai akun dikredit xxx
(Persediaan bahan baku langsung, Biaya gaji dan upah, dan BOP)

Ayat jurnal untuk mencatat nilai pasar bersih produk sampingan:


Persediaan produk sampingan xxx
Persediaan barang dalam proses xxx

Alokasi biaya bersama ke produk bersama atau produk utama dihitung sebagai berikut:
-Biaya produksi bersama xxx
-Nilai pasar bersih produk sampingan (xxx)
-Alokasi biaya bersama ke produk bersama atau produk utama xxx

2. Nilai Pasar Bersih Diperlakukan sebagai Pendapatan lain-lain


Pada saat produk sampinga dihasilkan, tidak ada ayat jurnal yang dibuat. Semua
biaya produksi bersama dibebankan ke produk bersama atau produk utama. Pada saat
dihasilkan produk sampingan, pencatatan dibuat hanya dalam bentuk “memo” yang berisi
kuantitas produk sampingan yang dihasilkan. Dengan adanya pencatatan kuantitas produk

3
yang dihasilkan, produk sampingan dapat dikontrol untuk menghindari penyalahgunaan
produk sampingan. Ketika produk sampingan dijual, semua nilai pasar bersih produk
sampingan sebagai pendapatan lain-lain.
Metode ini diterapkan jika nilai bersih produk sampingan tidak signifikan. Justifikasi
nilai pasar bersih diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain karena tujuan perusahaan
adalah menghasilkan produk bersama atau produk utama, bukan produk sampingan.
Namun, untuk menghasilkan produk bersama atau produk utama, produk sampingan tidak
dapat dihindarkan. Oleh karena itu, semua biaya bersama hanya dibebankana ke produk
bersama atau produk utama.
Ayat jurnal saat menjual produk sampingan:
Kas/Piutang dagang xxx
Pendapatan Lain-Lain xxx
(Penjualan Produk Sampingan)

D. Akuntansi Produk Bersama

Ayat jurnal untuk mencatat pembebanan biaya bahan baku langsung ke produj

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk A xxx

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk B xxx

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk C xxx

Persediaan Bahan Baku Langsung xxx

Ayat jurnal untuk mencatat pembebanan biaya tenaga kerja langsung ke produk:

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk A xxx

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk B xxx

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk C xxx

Biaya gaji dan upah xxx

Ayat jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik ke produk:

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk A xxx

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk B xxx

4
Persediaan Barang Dalam Proses-Produk C xxx

Biaya Overhead Pabrik xxx

Ayat jurnal untuk mencatat barang jadi:

Persediaan Produk A xxx

Persediaan Produk B xxx

Persediaan Produk C xxx

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk A xxx

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk B xxx

Persediaan Barang Dalam Proses-Produk C xxx

E. Biaya Bersama dan Keputusan Manajemen

Setelah diuraikan di muka berbagai metode alokasi biaya bersama kepada berbagai macam
produk bersama, jelas tampak bahwa dasar yang dipakai untuk alokasi tidak
menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke dalam tiap-tiap jenis produk. Oleh karena
itu sekali lagi perlu diperhatikan bahwa tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk
perhitungan laba, agar dapat diketahui berapa kontribusi masing-masing produk bersama
terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan. Harga pokok tiap-tiap produk bersama
yang di dapat dari proses alokasi tidak bermanffat bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan, bahkan seringkali menyesatkan.

Metode alokasi biaya gabungan mengindikasikan bahwa jumlah biaya yang akan dibebankan
ke berbagai produk yang dihasilkan pada titik pisah batas adalah sulit ditentukan untuk
tujuan apa pun. Penerimaan atas suatu metode alokasi untuk membebankan biaya
gabungan tidak memecahkan masalah. Gagasan yang lebih maju mengatakan bahwa
penentuan biaya individual atas produk gabungan sampai pada titik pisah batas tidak
diperlukan, karena lebih penting untuk menghitung margin laba secara keseluruhan. Biaya
yang terjadi setelah titik pisah batas memberikan kepada manajemen informasi yang
diperlukan untuk memutuskan apakah akan melakukan pemrosesan lebih lanjut.

Dalam pemrosesan lebih lanjut, faktor – faktor non kuantitatif juga perlu dipertimbangkan,
seperti dampak terhadap stabilitas lapangan kerja, jika pemrosesan lebih lanjut tidak
dilakukan. Dalam banyak kasus, biaya gabungan yang dialokasikan tidak relavan bagi
pengembalian keputusan untuk menentukan apakah akan memproses lebih lanjut.

5
Biaya gabungan dapat terjadi atas produk – produk yang sampai batas tertentu dapat saling
mengganti. Peningkatan output dari suatu produk gabungan akan memerlukan tambahan
bahan baku dan sekaligus meningkatkan output dari produk gabungan yang lain. Dalam
semua situasi tersebut, pengambilan keputusan didasarkan pada hubungan analisis biaya –
volume – laba dan biaya diferensial. Oleh karena banyaknya kombinasi alternatif kombinasi
output memakan waktu yang cukup lama untuk dihitung, evaluasi sering kali dilakukan
menggunakan komputer dengan teknik simulasi yang rumit. Pengembangan dalam riset
operasi telah sangat membantu dalam memecahkan masalah – masalah tersebut.

Untuk perencanaan laba, manajemen sebaiknya mempertimbangkan margin kontribusi


(contribution margin) dari seluruh produk gabungan setelah biaya yang dapat dipisahkan
(biaya yang terjadi setelah titik pisah – batas) dikurangkan dari penjualan. Margin kontribusi
ini memungkinkan manajemen untuk memprediksikan kontribusi masing – masing segmen
atau lini produk laba perusahaan. Margin bukanlah angka laba bersih produk. Margin
tersebut hanya mengindikasikan profitabilitas relatif dalam perbandingan dengan produk
lain. Laba bersih yang ditentukan dengan mengalokasikan biaya pemasaran ke produk dan
pelanggan dengan melakukan studi waktu atas aktivitas karyawan penjualan, maupun usaha
– usaha untuk mengalokasikan biaya produk gabungan, sering kali memberikan hasil yang
tidak dapat diandalkan untuk menilai profitabilitas suatu segmen.

Untuk jelasnya disajikan contoh berikut :

Contoh :

Perusahaan A memproduksi dua jenis produk : A dan B, dari satu proses produksi. Biaya
bersama sebesar Rp 375.000 telah dialokasikan kepada produk A dan B dengan metode rata-
rata baiay per satuan, dan tampak dalam gambar

Produk Jumlah Satuan Biaya Rata-rata Per Kg Alokasi Biaya Bersama


A 15.000 kg Rp.15 Rp225.000
B 10.000 kg Rp.15 Rp150.000
Jumlah 25.000 kg Rp 375.000

Jika semua produk yang dihasilkan tersebut terjual habis dengan harga : produk A Rp.16,50
per kg dan produk B Rp 14,50 per kg, maka perhitungan laba rugi tampak pada gambar:

Perhitungan Laba Produk Bersama

Produk A Produk B Jumlah


Hasil Penjualan Rp 247.500 Rp 145.000 Rp 392.500
Hasil Pokok Rp 225.000 Rp 150.000 Rp 375.000
Penjualan
Laba ( Rugi ) Rp 22500 (Rp 5.000) Rp 17.500

Apabila manajemen melihat perhitungan tersebut dan salah dalam melakukan analisis, maka
ia akan beranggapan bahwa produk B berhubung mengakibatkan kerugian Rp 5.000 tidak

6
usah dilanjutkan produksinya. Padahal dalam pengolahan produk bersama, pada umumnya
slah satu jenis produk tidak dapat dihindari produksinya. Jadi misalnya karrena produk B
menghasilkan rugi Rp 5.000, dan kemudian tidak usah dijual, maka kerugian perusahaan
tersebut menjadi sebesar Rp 27.500 ( Rp 247.500 - Rp375.000), karena proses produksi tetap
menghasilkan jenis produk B. seharusnya dalam hal ini manajemen melihat berapa
kontribusi produk B dalam menghasilkan laba perusahaan. Produk B memberikan kontribusi
Rp 145.000 kepada laba perusahaan sehingga total biaya bersama Rp 375.000 dapat ditutup
dan menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan sebesar Rp 17.500

Harga pokok per satuan produk bersama juga tidak dapat dipakai sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam memutuskan apakah salaha satu produk bersama tersebut perlu diolah
lebih lanjut atau tidak. Misalnya dari contoh diatas produk B dapat diolah lebih lanjut
menjadi produk C dengan biaya tambahan sebesar Rp 3 per Kg dan dapat laku dijual dengan
harga Rp 17,75 Per Kg. dalam pengambilan keputusan semacam ini informasi yang relevan
hanyalah tambahanpenghasilan dan tambahan biaya saja ( differential revenues dan
defferential cost). Jika manajemen membandingkan harga jual dan biaya per kg, mka akan
diperoleh rugi sebesar Rp 0,25 per Kg dari pengolahan lebih lanjut produk B tersebut ( yaitu
Rp 17,75 – Rp 18). Hal ini keliru karena sebenarnya informasi yang relevan dalam hal inin
adalah tambahan penghasilan dan tambahan biaya akibat pengolahan lebih lanjut produk B
tersebut. Ternyata tambahan pendapatan lebih besar Rp 0,25 ( Rp 3,25 – Rp 3) bila
dibandingkan dengan tambahan biaya. Menurut perhitungan terakhir ini maka produk B
dapat diolah lebih lanjut menjadi produk C. tentu saja hal ini hanya merupakan salah satu
pertimbangan. Keputusan apakah suatu produk diolah lebih lanjut atau tidak ditentukn juga
oleh pertimbangan-pertimbangan lain ( misalnya perusahaan tidak ingin memperluas
usahanya kearah pengolahan lebih lanjut produknya karena tidak tersedianya tenaga kerja
atau karena sulitnya memperoleh bahan baku tambahan).

7
Daftar Pustaka

Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Drs. Mulyadi, M.Sc. 2017. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah

Tiggi Ilmu Manajemen YKPN.

Krista S.E.,Ak.(Penerjemah). 2006. Akuntansi Biaya Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.

Riwayadi. 2016. Akuntansi Biaya: Pendekatan Tradisional dan Kontemporer Edisi 2, Jakarta: Salemba

empat.

Siregrar, Baldric. 2013. Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai