Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, PROPORSI DEWAN


KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT TERHADAP
MANAJEMEN LABA

“Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Teori Akuntansi”

Disusunoleh :
Nama : Pipit Octavianingrum
NIM : 170302050

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas proposal penelitian ini dengan judul “Analisis Pengaruh Asimetri Informasi,
Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit terhadap Manajemen
Laba” yakni untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Teori Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Gresik.

Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dan kesalahan sehingga dalam
menyelesaikan proposal penelitian penulis memperoleh bantuan dari beberapa pihak.
Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang terkait.

Penulis juga menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya, dan semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua
tidak hanya bagi penulis melainkan juga bagi para pembaca.

Gresik, 27 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................ii

Daftar Gambar.............................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................4
1.5 Kontribusi Penelitian.............................................................................................4

BAB II Tinjauan Pustaka..............................................................................................6

2.1 Penelitian Sebelumnya...........................................................................................6


2.2 Landasan Teoridan Hipotesis.................................................................................7
2.2.1 Teori Keagenan ...........................................................................................7
2.2.2 Manajemen Laba..........................................................................................8
2.2.3 Asimetri Informasi.......................................................................................9
2.2.4 Proporsi Dewan Komisaris Independen.....................................................10
2.2.5 Komite Audit..............................................................................................11
2.3 Kerangka Konseptual...........................................................................................13

BAB III Metodologi Penelitian...................................................................................14

3.1 Pendekatan Penelitian..........................................................................................14


3.2 Lokasi Penelitian..................................................................................................14
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................................14
3.3.1 Populasi.......................................................................................................14
3.3.2 Sampel........................................................................................................14
3.4 Jenis dan Sumber Data.........................................................................................15

ii
3.4.1 Jenis Data....................................................................................................15
3.4.2 Sumber Data...............................................................................................15
3.5 Teknik Pengumpulan Data...................................................................................15
3.6 Devinisi Operasional Variabel.............................................................................15
3.6.1 Variabel Dependen.....................................................................................15
3.6.2 Variabel Independen...................................................................................17
3.6.2.1 Asimetri Informasi.........................................................................17
3.6.2.2 Proporsi Dewan Komisaris Independen.........................................18
3.6.2.3 Komite Audit..................................................................................18
3.7 Teknik Analisis Data...........................................................................................18
3.7.1 Uji Statistik Deskriptif................................................................................19
3.7.2 Uji Statistik F..............................................................................................19
3.7.3 Koefisien Determinan (R2)..........................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.........................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Laporan keuangan merupakan suatu media informasi yang sangat penting bagi
perusahaan dan beberapa pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan
baik investor ataupun kreditor. Dengan adanya laporan keuangan, investor maupun
kreditor dapat mengambil keputusan atas investasi mereka pada perusahaan dengan
adanya informasi dari laporan keuangan. Selain itu, laporan keuangan juga
merupakan suatu bentuk tanggung jawab dari manajemen (agent) sebagai pengelola
perusahaan kepada pemilik perusahaan (principal).
Laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi yang sangat penting
bagi pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan. Informasi laba menjadi
hal yang sangat penting dalam informasi keuangan karena informasi laba tersebut
menjadi titik pusat dan dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak terkait,
salah satu contoh sebagai penilaian kinerja pada perusahaan. Informasi laba ini
sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk
memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau
investor (Wiryadi & Sebrina, 2013).
Untuk menunjukkan profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang,
manajemen perusahaan berkeinginan dalam menciptakan informasi laba yang
terlihat baik di dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, informasi laba menjadi
target dalam melakukan manipulasi untuk tujuan oportunistik manajemen.
Manipulasi yang dilakukan oleh manajemen kebanyakan berbentuk penerapan
kebijakan kebijakan akuntansi secara berbeda sehingga mereka dapat menaikkan
atau menurunkan laba perusahaan sesuai dengan keinginan mereka (Afri Yuyetta,
2015). Tindakan manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi inilah yang
disebut dengan manajemen laba (earning management). Pemilihan kebijakan
akuntansi tersebut mengakibatkan berkurangnya kredibilitas laporan keuangan serta
menurunnya kualitas laba perusahaan. Manajemen dapat menaikkan ataupun
menurunkan laba perusahaan dalam kondisi tertentu sesuai kebutuhan, sehingga

1
dapat berpengaruh pada investor maupun kreditur dan pengguna laporan keuangan
yang lain dalam mengambil suatu keputusan yang salah.
Manajemen cenderung memilih menggunakan dasar akrual dalam membuat
laporan keuangan. Menurut Ni Ketut Muliati (2011) manajemen memilih dasar
akrual dalam penyusunan laporan keuangan karena dianggap lebih rasional dan
adildalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Akuntansi
berbasis akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan
pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan
indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan daripada informasi yang
dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas terkini (FASB, 1978).
Namun, akuntansi akrual juga dapat memberikan keleluasaan kepada pihak
manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi selama tidak menyimpang dari
aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku (Ni Ketut Muliati, 2011).
Selain itu menurut Daljonon (2013) terdapat beberapa faktor yang menjadi
penyebab terjadinya rekayasa manajerial dalam pengelolaan perusahaan yang
membudaya, pertama adalah aturan dan standar akuntansi yang berlaku,
transparansi dan auditing yang masih lemah. Kedua adalah sistem pengawasan dan
pengendalian sebuah perusahaan yang belum optimal. Dan yang ketiga adalah
moral hazard pengelola perusahaan yang memangcenderung mendahulukan dan
mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan pribadi dankelompoknya
(Sulistyanto, 2008).
Asimetri informasi merupakan suatu akses dimana manajer lebih banyak
mengetahui informasi perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham.
Rahmawati (2006) menyatakan bahwa asimetri informasi dapat memicu timbulnya
manajemen laba.Di dalam teori keagenan terjadinya asimetri informasi karena
manajemen (sebagai agen) lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan
daripada pemegang saham (principal). Menurut Mahawyahrti & Budiasih (2017)
kondisi tersebut memberikan kesempatan kepada pihak manajemen untuk
menggunakan informasi yang di ketahui untuk memanipulasi keuangan perusahaan
guna memaksimalkan kemakmurannya. Semakin banyak informasi yang diketahui
oleh manajemen daripada pemegang saham maka, semakin cenderung manajemen
melakukan manajemen laba.

2
Ada berbagai cara dalam mencegah terjadinya manajemen laba salah satunya
adalah dengan Corporate governance. Beberapa hal terkait dengan Corporate
governance atau tata kelola perusahaan salah satunya adalah peran dari dewan
komisaris (proporsi dewan komisaris yang independen).
Penelitian yang dilakukan oleh Restuningdiah, (2011) menyatakan bahwa
keberadaankomisaris independen tidak mempengaruhi tindakan manajemen
melakukan manajemen laba. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mahadewi & Krisnadewi (2017) yang menunjukkan bahwa proporsi dewan
komisaris independen berpengaruh negatif signifikan pada manajemen laba.
Selain itu, peran dari komite audit juga berhubungan dengan kualitas dari
laporan keuangan perusahaan. Dengan adanya komite audit dapat membantu dewan
komisaris dalam mengawasi manajemen dalam melakukan pelaporan keuangan
perusahaan. Ikatan Komite Audit Indonesia(IKAI),(2010) menjelaskan bahwa
keberadaan komite audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pengawasaninternal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks
andbalances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan
yangoptimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti praktik terjadinya
manajemen laba dan faktor yang mempengaruhinya di perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diberi judul “ANALISIS PENGARUH
ASIMETRI INFORMASI, PROPORSI DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah :
1. Apakah Asimetri Informasi berpengaruh positif terhaap Manajemen Laba?
2. Apakah Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap
Manajemen Laba?
3. Apakah Komite Audit berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba?

3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji apakah Asimetri Informasi berpengaruh positif terhaap
Manajemen Laba
2. Untuk menguji apakah Proporsi Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap
Manajemen Laba
3. Untuk menguji apakah Komite Audit berpengaruh positif terhadap Manajemen
Laba

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Investor dan Kreditor, sebagai referensi yang dapat memberikan informasi terkait
laba perusahaan sehingga dapat membantu dalam pedoman untuk melakukan
investasi.
2. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik, sebagai salah satu sumber
pengetahuan dan penambahan wawasan ilmu tentang faktor yang mempengaruhi
praktik manajemen laba dalam perusahaan.
3. Peneliti lain, sebagai tambahan pengetahuan dan referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya.

1.5 Kontribusi Penelitian


Penelitian Wiryadi & Sebrina (2013) menggunakan Asimetri Informasi (X1)
Kualitas Audit (X2) dan Struktur Kepemilikan (X3) sebagai variabel independen dan
Manajemen laba (Y) sebagai variabel dependen. Peneliti tersebut menggunakan
regresi linier berganda sebagai teknik analisis datanya.
Sedangkan Restuningdiah (2011) dalam penelitiannya menggunakan variabel
independen Komisaris Independen (X1), Komite Audit (X2), Internal Audit (X3) dan
Risk Management Committee (X4) sedangkan variabel dependen Manajemen Laba
(Y). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah dengan teknik
analisis regresi logistik.
Peneliti Mahawyahrti & Budiasih(2017) menggunakan variabel Asimetri
Informasi (X1), Leverage (X2), dan UkuranPerusahaan (X3) sebagai variabel

4
independen sedangkan variabel dependennya adalah Manajemen Laba (Y) dan
penelitian tersebut menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.
Penelitian ini mengacu pada penelitian diatas, dan menggabungkan dari
beberapa variabel sehingga dalam penelitian inivariabel independen yang
digunakan adalah Asimetri Informasi (X1), Proporsi Dewan Komisaris (X2) dan
Komite Audit (X3) sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
manajemen laba (Y).Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis regresi linier berganda.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya


Penelitian yang berjudul Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Audit, dan
Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba (Wiryadi & Sebrina, 2013). Hasil
dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Asimetri Informasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manaufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Sedangkan peneliti yang dilakukan oleh Restuningdiah (2011) yang berjudul
Komisaris Independen, Komite Audit, Internal Audit Dan Risk Management
Committee Terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba.
Efektifitas komite audit (diukur berdasarkan banyaknya jumlah pertemuan yang
dilakukan selama setahun) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Fungsi
internal audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Keberadaan RMC yang
terpisah dari komite lainnya tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Selanjutnya penelitian lain yang dilakukan oleh Mahadewi & Krisnadewi
(2017) yang berjudul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Institusional Dan Proporsi
Dewan Komisaris Independen Pada Manajemen Laba. Hasil dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada manajemen
laba. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada manajemen laba serta
proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif pada manajemen laba.

6
2.2 Landasan Teori dan Hipotesis
2.1.1 Teori Keagenan

Jensen & Meckling (1976) menyebutkan hubungan keagenan sebagai kontrak di


antara principal (pemegang saham) danagen (manajer) dimana principal
mendelegasikan pengambilan keputusan kepadaagen. Konflik kepentingan antara
pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai
dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).
Menurut Palestin et al., (2010) Agency cost merupakan pengorbanan yang timbul
dari hubungan keagenan apapun, termasuk hubungan di dalam kontrak kerja antara
pemegang saham (sebagai prinsipal) dan corporate management (sebagai agen).
Sedangkan masalah keagenan timbul dari adanya masalah asimetri informasi (Fama
& Jensen, 1983).

Selain itu menurut Muliati(2011) masalah keagenan muncul karena adanya


perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan
kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Manajer
memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat
memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari
principal.

Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata


termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan
kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang
selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh
investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi (Muliati, 2011).

Jensen & Meckling (1976) mengidentifikasi kos keagenan menjadi tiga


kelompok, yaitu: 1) the monitoring expenditure by the principal adalah kos
pengawasan yang harus dikeluarkan oleh pemilik; 2) the bonding cost adalah kos
yang harus dikeluarkan akibat pemonitoran yang harus dikeluarkan prinsipal kepada

7
agen; 3) the residual loss adalah pengorbanan akibat berkurangnya kemakmuran
prinsipal karena perbedaan keputusan antara prinsipal dan agen.

2.1.2 Manajemen Laba

Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Menurut Scott (1997) dalam
(Palestin et al., 2010) manajemen laba adalah tindakan manajer untuk melaporkan
laba yang dapat memaksimalkan kepentingan pribadi atau perusahaan dengan
menggunakan kebijakan metode akuntansi.

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi


kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bisa dalam laporan
keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai
angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati &
Na’im, 2000).

Menurut teori akuntansi positif, manajemen laba dilakukan dengan beberapa


motivasi antara lain: (1) memaksimalkan bonus; (2) memenuhi persyaratan tertentu
dalam kontrak hutang, dan; (3) politik (Watts dan Zimmerman 1986) dalam
(Dwiharyadi, 2017). Selain itu, manajemen laba juga dimotivasi untuk memengaruhi
kinerja saham dan penghindaran pajak (Scott 2003) dalam (Dwiharyadi, 2017).

Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba merupakan upaya manajer untuk


mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui
stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba
(earning management) dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen
akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah
untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan
transaksi dan menyusun laporan keuangan. Alasannya, komponen akrual merupakan
komponen yang tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya
mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas
yang diterima atau dikeluarkan perusahaan (Sulistyanto, 2008).

8
2.1.3 Asimetri Informasi

Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu
orangatau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agent tersebut (Jensen & Meckling, 1976).

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi


internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akantetapi
informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan sebenarnya.

Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal


dan prospek perusahaan di masa datang dibandingkan pemegang saham dan
stakeholder lainnya. Ketika timbul asimetri informasi, keputusan pengungkapan yang
dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi
antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang kurang terinformasi
menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam
pasar untuk saham-saham (Wiryadi & Sebrina 2013).

Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana manajer memiliki akses


informasi yang lebih banyak mengenai prospek perusahaan secara keseluruhan yang
tidak dimiliki oleh pihak eksternal. Di dalam asimetri dinyatakan bahwa jika kedua
belah pihak (agent danprincipal) adalah orang-orang yang berupaya untuk
memaksimalkan utilitasnya,maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa
agent tidak akan selalu bertindak untuk memaksimalkan keuntungan principal.
Principal dapat membatasi perilaku agent tersebut dengan menetapkan insentif/
bonus yang sesuai dengan kinerja agent serta melakukan pengawasan untuk
meminimalkan perilaku agent yang menyimpang (Desmiyawati et al, 2009).

Asimetri informasi diukur dengan menggunakan Relative Bid-ask Spread.


Dimana asimetri informasi dilihat dari selisih harga saat ask dengan harga bid saham
perusahaan atau selisih harga jual dan harga beli saham perusahaan selama satu

9
tahun. Relative bid-ask spread bisa menggambarkan terjadinya perbedaan informasi
yang tinggi antara principal dan agent, dengan melihat perbedaan harga antara bid
dan ask maka bisa menggambarkan manajemen laba yang terjadi dalam perusahaan.
Jika spread yang terjadi dalam perusahaan tinggi maka kemungkinan manajemen
laba yang terjadi dalam tubuh perusahaan semakin tinggi. Namun jika spread yang
terjadi rendah maka bisa menggambarkan manajemen laba yang terjadi dalam
perusahaan rendah (Wiryadi dan Sebrina, 2013).

Adanya asimetri informasi sangat rentan dalam terjadinya manajemen laba


yang dilakukan oleh pihak manajemen. Penelitian Desmiyawati et al, (2009)
mengatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini didukung oleh Wiryadi & Sebrina (2013), mengemukakan
bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

H1 = Asimetri Informasi berpengaruh positif terhaap Manajemen Laba

2.1.4 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang


Perseroan Terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada direksi. Komisaris bersifat independen, mereka tidak
terlibat dalam pengelolaan perusahaan dan diharapkan mampu melaksanakan
tugasnya secara objektif, semata-mata untuk kepentingan perusahaan, terlepas dari
pengaruh berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan dengan
kepentingan pihak lainnya.

Ratnasari dan Prastiwi (2010) berpendapat bahwa keberadaan komisaris


independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat
oleh direksi. Keberadaan dewan komisaris independen tidak terpengaruh oleh
manajemen, oleh karena itu mereka cenderung mendorong perusahaan untuk
mengungkapkan informasi yang lebih luas kepada para stakeholdernya. Dengan
demikian, semakin besar proporsi dewan komisaris dalam perusahaan dapat
mendorong pengungkapan informasi sosial dan lingkungan yang lebih luas.

10
Secara umum, dewan komisaris independen memiliki pengawasan yang lebih
baik terhadap manajer sehingga mampu mempengaruhi kemungkinan penyimpangan
yang dilakukan manajer. Hal ini sesuai dengan pendapat Jensen & Meckling (1976)
yang menyebutkan bahwa teori agensi mendukung pernyataan bahwa untuk
meningkatkan independensi dewan, maka dewan harus didominasi oleh pihak yang
berasal dari luar perusahaan (outsider). Beberapa pendapat menyatakan bahwa
direktur non-eksekutif diperlukan untuk mengontrol dan mengawasi perilaku
manajemen yang bertindak opportunistic.

Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan


pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara
independen. Menurut Peraturan Pencatatan nomor IA tentang Ketentuan Umum
Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris independen
minimum 30%. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik
(good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris
independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris
independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah seluruh
anggota komisaris. (Kusumaning (2004) dalam (Palestin et al., 2010).

Berkaitan dengan independensi, dewan komisaris eksternal yang merupakan


bagian dari komisaris perseroan secara umum mempunyai pengawasan yang
lebihbaik terhadap manajemen. Hal ini akan mengurangi kemungkinan kecurangan
dalam menyajikan laporan keuangan yang mungkin dilakukan manajemen, karena
pengawasan yang dilakukan oleh anggota komisaris lebih baik dan bebas dari
berbagai kepentingan intern dalam perusahaan (Chtourou et al.,2001) dalam (Palestin
et al., 2010). Demikian juga independensi dewan komisaris yang memiliki hubungan
negatif dengan level earning management tersebut, atau dengan kata lain semakin
independen dewan komisaris, akan semakin mengurangi kemungkinan kecurangan
dalam pelaporan keuangan (Palestin et al., 2010).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwiharyadi (2017) menyatakan


bahwa dewan proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahadewi &

11
Krisnadewi (2017) bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif
pada manajemen laba.

H2 = Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif


terhadap Manajemen Laba

2.1.5 Komite Audit

Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam konsep Good
Corporate Governance yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam
level penerapannya. Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks
and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang
optimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya ((IKAI), 2010).

Keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan dipandang akan memberikan


manfaat bagi perusahaan (Beasley et al. 2000; Peasnell et al. 2001; Klein 2002;
Farber 2005). Hal ini disebabkan karena komite audit memiliki peran pengawasan
yang merupakan refleksi dari prinsip teori keagenan bahwa perusahaan
membutuhkan suatu mekanisme pengawasan terhadap perilaku oportunistik manajer
(Beasley et al. 2009; Fama dan Jensen 1983).

Seorang komite audit memainkan peran yang penting dalam mengawasi proses
pelaporan laporan keuangan perusahaan. Komite audit melakukan pertemuan rutin
dengan auditor eksternal dan manajer keuangan internal untuk me-review laporan
keuangan, proses audit dan kontrol akuntansi internal perusahaan Klein (2002) dalam
(Zuhri & Wibowo, 2011).

Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses


pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan. Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansiyang
diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem
pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan(Prastiti & Meiranto, 2013).

12
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Restuningdiah(2011) yang
menyebutkan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.

H3 = Komite Audit berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba

13
2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual mengenai penelitian yang akan dilakukan dijelaskan dalam


gambar 1 berikut ini :

Asimetri Informasi (X1)

Proporsi Dewan Komisaris Independn (X2) Manajemen


Laba (Y)

Komite Audit (X3)

Gambar 1 : kerangka konseptual teoritis

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif


merupakan penelitian yang menggunakan analisis dari data-data yang berupa angka-
angka. Penelitian ini dibantu dengan sebuah alat, yaitu aplikasi software SPSS
(Statistical Product and Service Solution) atau program yang dapat digunakan untuk
menganalisis data statistika.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2016 sampai dengan 2018.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2016 sampai dengan 2018.

3.3.2 Sampel

Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016 sampai dengan 2018. Penelitian ini
menggunakan metode penyampelan non-probability secara purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut :

(i) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,


(ii) Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2016 sampai dengan 2018,
(iii) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya dengan menggunakan mata
uang Rupiah,
(iv) Perusahaan yang menyajikan data secara lengkap mengenai variabel tersebut,

15
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data dokumen, yaitu data yang diperoleh dari
dokumen laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah dipublikasikan di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016 sampai dengan 2018 dan juga laporan
pengauditan yang diperoleh dari website perusahaan.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, karena menggunakan
data berupa dokumen laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016 sampai dengan 2018.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yang
dikumpulkan dalam bentuk dokumen-dokumen atau catatan laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2016 sampai dengan 2018.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variable dependen (variable bebas) dan
variable independen (varaibel terikat).

3.6.1 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen atau variabel bebas. Variable dependen dalam penelitian ini adalah
manajemen laba atau earning management. Pengukuran manajemen laba dalam
penelitian ini adalah menggunakan diskresi akrual atau discretionary accrual untuk
menilai praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan selain itu,
discretionary accrual juga sudah digunakan secara luas untuk menguji hipotesis..

Berdasarkan perpektif manajerial, accruals menunjukkan instrument yang mendukung


adanya manajemen laba, sedangkan accruals secara teoritislebih menarik sebab accruals

16
merupakan kumpulan sejumlah dampak bersihatas kebijakan akuntansi yang merupakan
penentu pendapatan (Zuhri & Wibowo, 2011).

Menurut Mahawyahrti & Budiasih(2017)Discretionary accruals


merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan
kebijakan (discretion) manajerial misalnya pada akhir tahun buku perusahaaan
mengetahui bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih, perusahaan dapat
melakukan pencatatan kapan piutang tersebut dihapuskan, pada periode buku
sekarang atau pada tahun buku berikutnya. Perubahan biaya kerugian piutang
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh
manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan contoh
discretionary accruals. Sementara non discretionary accruals merupakan
komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai kebijakan
manajer perusahaan, misalnya peningkatan penjualan secara kredit seiring
dengan pertumbuhan perusahaan (tanpa perubahan kebijakan) dapat merupakan
contoh non discretionary accruals.

Model penghitungannya adalah sebagai berikut:

TACit = NIit – CFOit............................................................(1)

Kemudian menghitung nilai total accrual (TAC) yang diestimasi dengan persamaan
regresi berikut:

TACit/TAit-1= αi(1/TAit-1) + β1i(ΔREVit/TAit-1) + β2i(PPEit/TAit-1) ε….(2)

Dengan menggunakan koefisien regresi di atas maka dapat dihitung nilai


nondiscretionary accrual (NDTA) dengan rumus:

NDTACit=αi(1/TAit-1)+β1i(ΔREVit-ΔRECit)/TAit-1)+β2i(PPEit/TAit-1)+ε..(3)

Discretionary accrual (DTA) merupakan residual yang diperoleh dari estimasi total
accrual yang dihitung sebagai berikut:

DTAC = ( TACit/TAit-1) – NDTACit.......................................(4)

Keterangan:

17
DTACit = Discretionary accrual perusahaan i pada periode t

NDTACit = Non Discretionaryaccrual perusahaan i pada periode t

NIit = Net income perusahaan i pada periode t

TACit = Total accrual perusahaan i pada periode t

CFOit = Aliran arus kas operasi perusahaan i pada periode t

TAit-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode t

ΔREVit = Perubahan penjualan perusahaan i pada periode t

PPEit = Aktiva tetap perusahaan i pada periode t

ΔRECit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t

3.6.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variable bebas adalah variable yang mempengaruhi variable
dependen atau variable terikat. Variable independen dalam penelitian ini ada tiga, yang
pertama asimetri informasi, kedua proporsi dewan komisaris independen, dan yang
ketiga komite audit.

3.6.2.1 Asimetri Informasi

Asimetri informasi diukur dengan menggunakan Relative Bid-ask Spread. Dimana


asimetri informasi dilihat dari selisih harga saat ask dengan harga bid saham perusahaan
atau selisihharga jual dan harga beli saham perusahaan selamasatu tahun(Healy &
Wahlen, 1999 dalam Mahawyahrti & Budiasih, 2017).

ask price−bid price


Spread= x 100 %
( ask price+bid price ) /2

Keterangan :

Spread = Selisih harga ask (jual) dengan hargabid (beli) saham perusahaan

Ask price = harga ask (jual) tertinggi sahamperusahaan

18
Bid price = harga bid (beli) terendah saham perusahaan

3.6.2.2 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga


memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat
bertindak secara independen.Proporsi dewan komisaris independen diukur
dengan menggunakan persentase dewan komisaris eksternal terhadap total
jumlah dewan komisaris.

3.6.2.3 Komite Audit

Komite audit dalam penelitian ini adalah efektifitas komite audit, yang
diukur berdasarkan banyaknya jumlah pertemuan yang dilakukan selama
setahun Davidson, Goodwin-Stewart, &Kent (2005) dalam Restuningdiah
(2011).

3.7 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis, teknik analisis data penelitian ini menggunakan regresi linier
berganda (multiplelinier regression). Regresi linier berganda digunakan karena dalam
penelitian ini terdapat variable bebas lebih dari satu variable. Persamaan analisis regresi
linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :

ML = α + B1X1 + B2X2 + B3X3 + e

Keterangan:

ML = Manajemen Laba..

α = Konstanta (intercept)

B1, B2, B3 = Koefisien regresi variabel independen

X1 = Asimetri Informasi

X2 = Proporsi Dewan Komisaris Independen

19
X3 = Komite Audit

e = Error

20
3.7.1 Uji Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai statistic variabel-


variabel yang digunakan dalam penelitian. Dengan statistik deskriptif dapat diketahui
nilai rata-rata, minimun, maksimum, dan standar deviasi darivariabel-variabel yang
diteliti.

3.7.2 Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variable independen


yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel dependen(Ghozali, 2006). Uji F bertujuan untuk menguji
apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model penelitin mempunyai
pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan
keputusannya adalah jika Fhitung < F-tabel, maka model regresi tidak fit (hipotesis
ditolak). Jika F-hitung >F-tabel, maka model regresi fit (hipotesis diterima). Selain itu,
untuk melakukan uji F dapat juga dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil
regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi α = 5%. Jika nilai signifikansi
lebih besar dari α maka hipotesis ditolak. Jika nilai signifikan lebih kecil dari α maka
hipotesis diterima.

3.7.3 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Koefisien determinasi (R2) mempunyai tujuan
untuk mengukur kemampuan yang dimiliki oleh variabel independen dalam
menjelaskan variasi-variasivariabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu.Nilai R2 yang berukuran kecil berarti kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati nilai satu
berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yangdibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen(Ghozali, 2011).

Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam


menerangkan variabel dependen. Tetapi karena R2 mengandung kelemahan mendasar,

19
yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model, maka penelitian ini menggunakan adjusted R2berkisar antara nol dan satu. Jika
nilai adjusted R2 semakin mendekati satu maka makin baik kemampuan model tersebut
dalam menjelaskan variabel dependen.

20
DAFTAR PUSTAKA

(IKAI), I. K. A. I. (2010). Komite Audit.


Afri Yuyetta, E. N. (2015). ANALISIS PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN,
KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA
SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS. Diponegoro Journal of Accounting.
Akuntansi, J., Ekonomika, F., & Diponegoro, U. (2013). Pengaruh Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit, Dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen
Laba. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Dan
Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba, 2(1997), 99–108.
Daljono, A. N. (2013). PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP
MANAJEMEN LABA. PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP
MANAJEMEN LABA.
Davidson, R., Goodwin-Stewart, J., & Kent, P. (2005). Internal governance structures
and earnings management. Accounting and Finance.
https://doi.org/10.1111/j.1467-629x.2004.00132.x
Dwiharyadi, A. (2017). PENGARUH KEAHLIAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
KOMITE AUDIT DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN
LABA. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia.
https://doi.org/10.21002/jaki.2017.05
Fama, E. F., & Jensen, M. C. (1983). Separation of Ownership and Control. The
Journal of Law and Economics. https://doi.org/10.1086/467037
Ghozali, I. (2006). Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan
Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. In Analisis Multivariate
dengan Program SPSS.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan menggunakan SPSS. In
Gramedia.
Healy, P. M., & Wahlen, J. M. (1999). A review of the earnings management literature
and its implications for standard setting. Accounting Horizons.
https://doi.org/10.2308/acch.1999.13.4.365
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics.
https://doi.org/10.1016/0304-405X(76)90026-X
Mahadewi, A. A. I. S., & Krisnadewi, K. A. (2017a). Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Institusional dan Proporsi Dewan Komisaris Independen pada
Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(1), 443–470.
Mahawyahrti, T., & Budiasih, G. N. (2017). Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran

21
Perusahaan pada Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 11(2),
100. https://doi.org/10.24843/jiab.2016.v11.i02.p05
Muliati, N. K. (2011). Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap
Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Ni Ketut Muliati. (2011). Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Thesis.
Palestin, H. S., Laba, T. M., Sefiana, E., Widyastuti, T. R. I., Bergstresser, D.,
Philippon, T., … Agustia, D. (2010). Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi
Dewan Komisaris Independen,Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi
Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi.
https://doi.org/10.9744/jak.15.1.27-42
Prastiti, A., & Meiranto, W. (2013). Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Journal of Accounting.
Rahmawati, Y. S. & N. Q. (2006). Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktek
Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Restuningdiah, N. (2011). Komisaris Independen, Komite Audit, Internal Audit Dan
Risk Management Committee Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Keuangan Dan
Perbankan, 15(3), 351–362.
Setiawati, L., & Na’im, A. (2000). Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Indonesia.
Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo.
Wiryadi, A., & Sebrina, N. (2013). Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Audit, dan
Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Wahana Riset Akuntansi.
Zuhri, A. B., & Wibowo, T. J. W. P. (2011). Pengaruh Arus Kas Bebas Dan Komite
Audit Terhadap Manajemen Laba. Undip.

22

Anda mungkin juga menyukai