Anda di halaman 1dari 7

PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN (RESPONSIBILITY CENTER)

A Pengertian Pusat-Pusat Pertanggungjawaban (Responsibility Center)


Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) adalah suatu unit yang dipimpin seorang
Manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan dalam unit yang
dikelolanya. Yang bertujuan untuk mengukur dan mendorong kinerja unit organisasi dan
manajer unit yang bersangkutan. Contoh :
a. Direktur Utama perusahaan holding atau anak perusahaannya atau Direktur Utama anak
perusahaan dari suatu holding.
b. Direktur/Kepala Divisi perusahaan holding, atau Kepala Bagian/Kepala Distrik pada anak
perusahaan.
c. Kepala unit-unit di dalam suatu perusahaan.

B Manfaat Adanya Pusat Pertanggungjawaban


Manfaat adanya pusat peranggungjawwaban adalah sebagai berikut:
a. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilai kinerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya.
b. Untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi.
c. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.
d. Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga
mengurangi beban tugas manajer pusat.
e. Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan.
f. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.
g. Sebagai alat pengendalian anggaran.

C Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban


a. Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur
berdasarkan output (pendapatan) yang diukur secara moneter, akan tetapi tidak
dihubungkan dengan input-nya (beban).
Contoh: departemen pemasaran (penjualan). Departemen pemasaran tidak berwenang
untuk menentukan harga pokok ataupun harga jual produk yang dihasilkan. Akan tetapi,
ukuran utama kinerjanya adalah pendapatan yang diperoleh dari pemasaran produk
tersebut.
b. Pusat Beban
Pusat beban adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur
berdasarkan input yang diukur secara moneter, akan tetapi outputnya tidak diukur.
Pusat Beban dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1) Pusat Beban Teknik
Pusat beban teknik merupakan pusat pertanggungjawaban yang jumlah input
(beban)-nya secara tepat dan memadai dapat diestimasikan dengan wajar.
Contoh: Departemen pemanufakturan (produksi); Bagian penggajian.
Dalam pusat beban teknik, efisiensi lebih ditekankan, sehingga output akan
dibandingkan dengan beban standar. Disamping itu pusat beban teknik juga
mempunyai tugas penting, yaitu menjaga mutu dan volume produksi, serta
melakukan pelatihan, pengembangan dan penilaian untuk karyawan.
2) Pusat Beban Kebijakan
Pusat beban kebijakan merupakan pusat pertanggungjawaban yang jumlah input
(beban)-nya yang diestimasikan tidak tersedia. Oleh karena itu, beban-beban yang
dikeluarkan tergantung pada penilaian manajemen, atas jumlah yang memadai
untuk suatu kondisi.
Contoh: Unit-unit administratif dan pendukung, seperti bagian akuntansi, hubungan
masyarakat (humas), legal (hukum), bagian sumber daya manusia, serta penelitian
dan pengembangan (R & D).
c. Pusat Laba
Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja finansialnya diukur
dalam ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Laba
merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen
senior dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif dibandingkan harus
menggunakan beberapa indikator. Keberadaan suatu pusat laba akan relevan ketika
perencanaan dan pengendalian laba mengaku kepada pengukuran unit masukan dan
keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
d. Pusat Investasi
Bentuk pusat pertanggungjawaban yang paling lengkap adalah pusat investasi. Pusat
investasi memiliki semua hak keputusan pusat biaya dan pusat laba serta hak keputusan
atah jumlah modal yang akan diinvestasikan. Pengertian pusat investasi menurut
Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa”
menerangkan bahwa: “Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur
prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban
tersebut dengan investasi yang bersangkutan” (20014;27)
Sebuah pusat investasi merupakan pengembangan utama dari ide pusat
pertanggungjawaban karena pusat ini mencakup semua elemen yang terdapat dalam
tujuan perusahaan untuk memperoleh kembalian investasi yang memuaskan. Laporan
kinerja suatu pusat investasi tidak hanya terbatas pada laba yang diperoleh tapi juga
jumlah asset yang digunakan dalam memperoleh laba.

D Kaitan Pusat Pertanggungjawaban dengan Sistem Pengendalian Manajemen


Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang baik.
Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggungjawaban
(Responsibility centers). Pengendalian manajemen berfokus pada pusat
pertanggungjawaban, karena pusat pertanggungjawaban merupakan alat untuk
melaksanakan strategi dan program-program yang telah diseleksi melalui proses
perencanaan strategi.
Pusat-pusat pertanggungjawaban organisasi mempunyai peran yang sangat penting dalam
melakukan perencanaan dan pengendalian anggaran. Melalui pusat pertanggungjawaban
tersebut anggaran dibuat, dan jika telah disahkan anggaran dikomunikasikan kepada
manajer level menengah dan bawahan untuk dilaksanakan. Idealnya, struktur pusat
pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran sejalan dengan program atau
struktur aktivitas organisasi. Dengan perkataan lain, tiap-tiap pusat pertanggungjawaban
bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu, dan penggabungan program-
program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tersebut seharusnya mendukung program
pusat pertanggungjawaban pada level yang lebih tinggi, sehingga pada akhirnya tujuan
umum organisasi dapat tercapai.

TRANSFER PRICING
A. Definisi Transfer Pricing
Transfer Pricing atau Harga Transfer adalah satuan nilai produk atau jasa yang dibebankan
oleh satu divisi ke divisi yang lainnya pada sebuah organisasi yang sama. Harga transfer
adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit unit bisnis yang berbeda didalam
suatu perusahaan bertukar produk atau jasa. Produk tersebut mungkin merupakan produk
akhir yang dapat dijual pada pelanggan luar atau produk menengah yang merupakan
kommponen produk akhir (Edward J. Blocher, Kung H.Chen, dan Thomas W. lin). Misalnya PT
ABC memiliki tiga devisi A, B, dan C, masing-masing kinerjanya diukur dengan profit center,
produk divisi A bisa dijual ke pasar atau ditransfer ke divisi B, kemudian produk divis B bisa
dijual kepasar atau ditransfer ke divisi C, dan yang terakhir divisi C produknya dijual di pasar.
Satuan nilai produk atau jasa yang ditransfer dari divisi A ke divisi B, dan dari divisi B ke divisi
C disebut harga transfer.
Perusahaan besar dan berskala internasional atau multi national corporation (MNC) pada
umumnya memiliki banyak cabang. Antara anak perusahaan dan cabang sendiri sering
melakukan transaksi bisnis. Kantor perusahaan atau induk perusahaan akan mengatur
transkasi bisnis diantara anak perusahaan., tujuannya agar terjadi hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan. Yang hakikatnya secara keseluruhan untuk menguntungkan
induk perusahaan. Pengaturan bisnis antar anak perusahaan atau antar cabang itu disebut
harga transfer atau transfer pricing, yaitu sejumlah harga yang dijual dan dibeli oleh sesama
anak perusahaan atau cabang.
Pada umumnya metode yang lazim digunakan pada harga transfer adalah berdasrakan :
1. Transfer berdasar variable cost+mark up (laba)
2. Transfer berdasar total cost atau full cost + mark up (laba)
3. Transfer berdasar variable costing + mark up (laba)
4. Transfer berdasar full costing + mark up (laba)
5. Transfer berdasar harga pasar
Penyajian harga transfer adalah bahwa semua anak perusahaan atau cabang harus menyusun
struktur biaya berdasar perilaku biaya atau memiliki biaya standar.
B. TujuanTransfer Pricing
Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari harga transfer menjadi suatu perhatian yang
lebih kritis, terutama dengan adanya isu-isu pajak. tujuan internasional yang lain mencakup
meminimalkan beban - beban pajak, pengendalian devisa, dan berkenaan dengan risiko
pengambilalihan oleh pemerintah asing. Fenomena perusahaan multinasional dalam ekspansinya
cenderung mengoperasikan usahanya secara desentralisasi dan melaksanakan konsep cost revenue
profit dan corporate profit center concepts, yang dapat mengukur dan menilai kinerja dan motivasi
setiap divisi/unit yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan . Untuk mencapai
tujuan tersebut antara lain digunakan sistem harga transfer . Transfer pricing multinasional
berhubungan dengan transaksi antardivisi dalam satu unit hukum (entitas) atau antarentitas dalam
satu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai wilayah kedaulatan negara.
Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer antara lain sebagai berikut:
1. Memaksimalkan penghasilan global
2. Mengamankan posisi kompetitif anak/ cabang perusahaan dan penetrasi pasar
3. Evaluasi kinerja anak/ cabang perusahaan mancanegara
4. Menghindarkan pengendalian devisa
5. Mengatrol kreditabel asosiasi
6. Mengurang resiko moneter
7. Mengatur cash flow anak/ cabang yang memadai
8. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat
9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
10.Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah

C. Prinsip Dasar
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer harus sama dengan harga yang dipatok
seandainya produk tersebut terjual kepada konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.Ketika suatu
pusat laba pada sebuah perusahaan membeli produk, dan menjualnya kepada satu sama lain, maka
dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah :
1.Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok
luar ? Hal ini merupakan sourcing decision.
2. Jika diproduksi sendiri, pada tingkat harga berpakah produk tersebut ditransfer diantara pusat-
pusat laba ? Hal ini merupakan transfer price decsion.
Idealnya, harga transfer harus mengestimasikan harga normal pasar di luar, dengan penyesuaian
untuk biaya yang tidak terjadi di dalam perusahaan. Bahkan ketika sourcing decision mengalami
hambatan, harga pasar merupakan harga transfer yang lebih baik.
D. Sasaran Penentuan Harga Transfer
Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan jika pusat laba atau
lebih bertanggung jawab atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran saseuatu sihingga
masing-masing harus berbagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual.Harga
Transfer harus dirancang sedemikian rupa supaya mencapai beberapa sasaran sebagai berikut :
 Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan
penyesuaian yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan
 Menghasilkan keputusan yang bertujuan sama maksudnya, sistem harus dirancang agar
keputusan yang meningkatkan laba unti usaha akan meningkatkan laba perusahaan.
 Membentu pengukuran kinerja ekonomi dari tiap unit usaha.
 Sistem harus mudah dimengerti dan dikelola.

E. Karakteristik Harga Transfer


1. Harga Transfer timbul jika divisi terkait diukur kinerjanya berdasarkan laba
2. Harga Transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh produk yang
dibeli mengandung unsur laba
3. Harga Transfer selalu mengandung unsur laba
4. Harga Transfer sebagai alat untuk mempertegas diverifikasi san integrasi divisi yang dibentuk.

F. Harga Transfer dan Sistem Desentralisasi


Harga Transfer berhubungan erat dengan konsep desentralisasi. Desentralisasi adalah
pendelegasian atau pelimpahan wewenang untuk mengambil keputusan dalam mengelola suatu
organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi pemerintahan. Konsep desentralisasi ini
berlawanan dengan konsep sentralisasi. Pada konsep sentralisasi terjadi kendala yang maksimum
dan kebebasan yang minimum pada level manajer madya dan manajer pertama.
Sedangkan pada konsep desentralisasi terjadi kendala yang minimum dan kebebasan yang
maksimum pada level manajer madya dan manajer pertama. Di samping itu pada sentralisasi,
manajer dan karyawan diperlakukan sebagai alat pelaksana keputusan manajer puncak, tetapi pada
desentralisai, manajer dan karyawan diperlakukan sebagai manusia kreatid yang membantu manajer
puncak dalam metuskan strategi, kebijakan, dan program kerja suatu oragnisai.
Desentralisasi pada umumnya digunakan oleh organisasi pencari keuntungan(ptrofit seeking
organization), dimana pendapatan dan biaya lebih mudah diukur. Tetapi ssistem desentralisasi
dengan pengecualian (Decentralization by Exception) seyogyanya diterapkan, karena pada manajer
tingkat bawah dapat merancang, melaksanakan, dan mengembangkan sub-unit organisasinya.
Dalam sistem desentralisasi, manajer tingkat bawah mempunyai kebebasan bergerak yang
cukup besar dalam membuat koreksi atas perencanaan dan pelaksanaan program kerja. Jika terjadi
kesalahan dalam perencanaan, pelaksaan, dan pengendalian, manajer tingkat bawah cepat
mengadakan perbaikan dan cepat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Di samping itu
manajer tingkat bawah mempunyai kebebasan dalam penyusunan anggaran jangka panjang dan
jangka pendek; alokasi sumber-sumber daya mudah dilakukan baik dalam penyusunan anggaran
maupun dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pemikiran desentralisasi pada awalnya didasarkan pada biaya manfaat (benefit cost ratio). Kemudian
berkembang menjadi pusat-pusat pertanggung jawaban ini, manajer divisi mempunyai wewenang
dan tanggung jawab untuk mengelola divisnya. Kantor pusat hanya bertindak sebagai pengawas saja.

G. Metode Penentuan Harga Transafer


Beberapa metode harga transfer yang sering digunakan oleh perusahaan- perusahaan
multinasional dan divisionalisasi/ departementasi dalam melakukan aktifitas keuangannya adalah:
1. Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)
Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya menetapkan harga transfer
atas biaya variabel dan tetap yang bisa dibagi dalam tiga pemilihan bentuk, yaitu biaya penuh (full
cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup), dan gabungan antara biaya variabel
dan tetap (variable cost plus fixed fee).
2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar harga pasar inilah
merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya yang independen. Namun keterbatasan
informasi pasar terkadang menjadi kendala dalam mengunakan transfer pricing yang berdasarkan
harga pasar.
3. Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam perusahaan
yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan.
Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat
pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan
bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan.
4. Penentuan Harga Berdasarkan Arbitrase
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi kedua divisi dan pada
tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya pemaksaan oleh salah
satu divisi mengenai keputusan akhir. Pendekatan ini mengesampingkan tujuan konsep pusat
pertanggungjawaban laba.

H. Markup Laba
Dalam mengitung markup laba, juga terdapat dua keputusan :
1. Apa basis markup laba tersebut,Basis yang paling mudah digunakan adalah presentase biaya.Basis
yang secara konsep lebih baik adalah presentase investasi, tetapi menghitung investasi untuk
diaplikasikan kepada setiap produk yang dihasilkan dapat menyebabkan permasalahan teknis.
2. Tingkat laba yang diperoleh.Problem yang kedua penyisihan laba adalah besarnya jumlah
laba.Presepsi manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh
laba yang ditunjukannya. Konsekuensi, kemungkinan penyisihan laba harus dapat memperkirakan
tingkat pengembalian (rate of retrun) yang akan dihasilkan seandainya unit usaha tersebut
merupakan perusahaan independent yang menjual produknya kepada konsumen luar.

Anda mungkin juga menyukai