Pendahuluan
Perusahaan bukan hanya sebagai organisasi bisnis, melainkan juga berfungsi sebagai organisasi sosial.
Perusahaan yang hanya berorientasi bisnis (mencari laba-profit) akan menghadapi tantangan, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Perusahaan didirikan dengan harapan untuk dapat bertumbuh secara berkelanjutan (sustainable
growth). Agar terus bertumbuh, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk hidup. Kemampuan ini
dapat dilihat dari kemampuan sosial perusahaan, seperti kemampuan perusahaan untuk mengendalikan
dampak lingkungan, menggunakan tenaga kerja dan lingkungan di sekitar lokasi pabrik, aktif melakukan
kegiatan sosial, memberikan perhatian pada peningkatan kepuasan konsumen dan memberikan
pertumbuhan laba yang layak bagi investor ( Potter, 2006).
Pada intinya, ruang lingkup tanggung jawab perusahaan mencakup pasar (marketplace), tempat kerja
(workplace), masyarakat (community), dan lingkungan hidup ( environment). Tanggung jawab
perusahaan ke pasar memberikan dampak pada analisis keuangan, pelanggan, dan pemegang saham,
sedangkan tanggung jawab perusahaan tempat kerja berdampak pada serikat pekerja. Adapun tanggung
jawab, yaitu tanggung jawab kepada masyarakat lokal, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
R.W. griffin (2004) memberikan defini tanggung jawab sosial sebagai berikut.
“Tanggung Jawab Sosial adalah usaha bisni syang menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok
dan individu dalam lingkungannya yang meliputi konsumen, bisnis lain, karyawan dan investor.”
“Tanggung Jawab Sosial adalah pengakuan dari perusahaan bahwa keputusan bisnis dapat
memengaruhi masyarakat.”
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Tanggung Jawab Sosial merupakan suatu
keputusan bisnis seseorang manajer yang memberikan perhatian seimbang kepada para stakeholder-
nya, terutama kepada karyawan dan lingkungannya.
1. Pelanggan :
2. Karyawan memiliki :
a. Jaminan kaseahtan;
d. Bantuan perumahan;
e. Mengannggap sebagai bagian dari tim atau menjamin kesempatan kerja yang sama;
f. Pelecehan seksual;
3. Investor
4. Masyarakat :
a. Kesehatan masyaarkat;
b. Pengembangan budaya;
c. Pengembangan pendidikan.
5. Lingkungan sekitarnya :
c. Penghijauan
Gambar 32.1
Walton mengemukakan enam model dasar tanggung jawab sosial, yaitu sebagai berikut.
1. Model tradisional (the austere model) : manajer hanya berupaya memaksimumkan kekayaan
pemegang saham.
2. Model rumah tangga (the household model) : perusahaan adalah tim, keluarga, organisasi sosial.
Model ini menganggap pentingnya kehormatan, pertumbuhan, kepuasan, dan kemampuan karyawan.
Pandangan ini mengakui tanggung jawab kepemimpinan pada para pegawai.
3. Model penjual (the vendormodel) : model ini memusatkan perhatian pada pelanggan dan
memenuhi kepentingan mereka.
4. Model investasi (the invesment model) : berfokus pada keuntungan jangka panjang dan
kemampuan perusahaan bertahan.
5. Model civic (the civic model) : menaydari tanggung jawab terahdap masyarakat dan berusaha
membantu masyarakat untuk mencapai tujuannya.
6. Model artistik (the artistic model) : mengakui adanya kenyataan yang erat dengan masyarakat
yang lebih manusiawi dengan kebutuhan kreatif kehidupan perusahaan.
Kreimer (1992) menyatakan empat strategi tanggung jawab sosial, yaitu sebagai berikut.
1. Strategi reaktif, cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial.
2. Strategi akomodatif, melaksanakan atau memberikan tanggung jawab sosial, seperti kesehatan,
kebersihan, dan lain-lain. Akan tetapi, perusahaan yang melakukan memberikan tanggung jawab sosial
ini bukan karena kesadaran perusahaan, melainkan karena adanya tuntuntan dari masyarakat
sekitarnya.
3. Strategi defentif, perusahaan bertahan untuk tidak memberikan tanggung jawab sosialnya dengan
menggunakan berbagai cara, misalnya menggunakan pengacara dalam masalah pembangunan limbah.
4. Strategi proaktif, perusaahan menganggap bahwa tanggung jawab sosial merupakan upaya
memberikan kepuasan kepada stakeholder.
Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa model implementasi CSR perusahan di Indonesia
mencakup hal-hal berikut.
1. Bantuan sosial, meliputi bakti sosial, pengadaan sarana kesehatan, rumah ibadah, jalan dan
sarana umum lainnya, penanggulangan bencana alam, pengentasan kemiskinan, dan pembinaan
masyarakat.
2. Pendidikan dan pengembangan, meliputi pengadaan sarana pendidikan dan pelatihan,
melaksanakan pelatihan, dan memberikan program beasiswa kepada anak-anak usia sekolah.
3. Ekonomi, meliputi mengadakan program kemitraan, memberikan dana atau pinjaman lunak untuk
pengembangan usaha dan memberdayakan masyarakat sekitar.
5. Konsumen, meliputi perbaikan produk secara berkesinambungan, pelayanan bebas pulsa dan
menjamin ketersediaan produk.
CSR pun tidak didominasi oleh perusahaan besar saja, tetapi juga perusahaan mikro, kecil, dan
menengah tranpa disadari oleh pengusahanya telah melakukan program CSR. Hasil penelitian Septian
dan Widyarini (2007) menunjukkan bahwa perusahaan mikro, kecil, dan menengah pun telah
menerapkan CSR sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 32.1
No.
Pengusaha
Pakaian (kerudung)
Perikanan (lele)
Tetangga yang tidak mampu setiap awal bulan diberi gratis 2 kg, penjaga kolam direkrut dari anak putus
sekolah yang tinggal di sekitar kolam.
Montir direkrut dari sekitar dan keluarga karyawan, dilatih bertahap sampai ahli, bantuan biaya sekolah
untuk anak karyawan.
4
Warung internet
Sumber: Manajemen strategi pemasaran oleh Dr. H. Nana Hardiana Abdurrahman, S.E., Ak.,