Anda di halaman 1dari 13

01: Persediaan Produk Dalam Proses Awal

A: Proses Produksi Awal

Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada
akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal
periode berikutnya.

Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per
satuan yang berasal dari periode sebelumnya.

Harga pokok produksi ini kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok
produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang.

Dengan demikian, jika dalam periode sekarang dihasilkan produk jadi yang
ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya, maka, harga pokok yang
melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan
masalah dalam penentuan harga pokok produk jadi tersebut.

B: Proses Produksi Departemen Lanjutan

Dalam proses pembuatan produk, umumnya bahan baku hanya dimasukkan


dalam proses di departemen produksi pertama. Departemen produksi
berikutnya hanya menambahkan biaya konversi saja, tapi ada kalanya di
departemen setelah departemen produksi pertama, ditambahkan juga bahan
baku ke dalam proses produksi.

Tambahan bahan baku ini kemungkinan akan menambah jumlah produk yang
dihasilkan oleh departemen yang menambah bahan baku tersebut, tetapi
terkadang tambahan baku tersebut tidak menambah jumlah satuan produk
yang dihasilkan. Tambahan bahan baku ini akan berpengaruh dalam
penentuan harga pokok produk.
C: Contoh Penentuan Harga Pokok

Untuk memberikan gambaran tentang pengaruh adanya persediaan produk


dalam proses awal periode terhadap penentuan harga pokok produk dalam
metode harga pokok proses lanjutan.

Berikut ini disajikan contoh mengenai penentuan harga pokok bahan baku
yang dipakai dalam produksi (material costing). Permasalahan yang timbul
hampir sama dengan persoalan perhitungan pengaruh harga pokok
persediaan produk dalam proses awal dalam metode harga pokok proses.

Perhatikan contoh soal dan jawaban berikut ini:

Pada awak periode terdapat persediaan bahan baku sebanyak 100 kg, dengan
harga pokok Rp 1.000 per kg. Pada periode tersebut terjadi pembelian bahan
baku sebanyak 400 kg dengan harga Rp 1.200 per kg.

Setelah dilakukan perhitungan secara seksama diketahui jumlah bahan baku


yang dipakai sebanyak 250 kg. Timbul masalah harga pokok yang akan
digunakan untuk menghargai bahan baku yang dipakai tersebut.

Untuk menentukan harga pokok mana yang akan digunakan untuk menilai
bahan baku yang dipakai tersebut, akuntansi biaya menggunakan berbagai
anggapan tentang aliran biaya.

Adanya berbagai anggapan ini, menimbulkan berbagai metode penentuan


harga pokok bahan baku yang dipakai. Contohnya adalah metode harga
pokok rata-rata tertimbang, metode masuk pertama keluar pertama, dan
metode masuk terakhir keluar pertama.

***
Jika dalam contoh pemakaian bahan baku tersebut digunakan metode masuk
pertama, keluar pertama, maka perhitungan harga pokok bahan baku yang
dipakai dalam periode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Persediaan bahan baku awal: 100 kg x Rp 100 = Rp 100.000


2. Pembelian bahan baku selama periode: 400 kg x Rp 1.200 = 480.00
3. Jumlah bahan baku yang tersedia untuk dipakai:
= (1) + (2)
= Rp 100.000 + Rp 480.000 = Rp 580.000
4. Harga pokok bahan baku yang dipakai selama periode yang ditentukan
atas dasar metode masuk pertama, keluar pertama:
= 100 kg x Rp 1.000 = Rp 100.000
= 150 kg x Rp 1.200 = Rp 180.000
Total = Rp 100.000 + Rp 180.000 = Rp 280.000
5. Persediaan bahan baku pada akhir periode:
= (3) – (4)
= Rp 580.000 – Rp 280.000 = Rp 300.000
Jika contoh tersebut diterapkan dalam metode harga pokok proses, di mana
pada awal periode terdapat persediaan produk dalam proses, maka pengaruh
adanya persediaan produk dalam proses awal tersebut terhadap penentuan
harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang tidak berbeda dengan contoh penentuan biaya bahan baku tersebut
di atas.

Perhatikan contoh soal dan jawaban berikut ini:

Misalnya, pada awal periode terdapat persediaan produk dalam proses


sebanyak 200 kg dengan harga pokok yang dibawa dari periode sebelumnya
sebesar Rp 800.000. Misalnya, dalam periode sekarang produk yang dihasilkan
sebanyak 3.200 kg, sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan dalam
periode sekarang berjumlah Rp 9.600.000.
Biaya tersebut untuk menyelesaikan persediaan produk dalam proses awal
maupun untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode
sekarang.

Jika produk jadi yang dihasilkan dalam periode tersebut berjumlah 2.800 kg,
harga pokok produksi per kg manakah yang akan digunakan untuk
menghargai produk jadi tersebut?

Pembahasan perhitungan harga pokok:

Permasalahan tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

Tabel: Contoh Ringkasan Biaya Produksi


Persoalannya adalah penentuan harga pokok produk jadi yang dihasilkan
dalam periode sekarang, karena ada dua jenis harga pokok produksi per kg
yang berbeda, yaitu:

1: Harga pokok per kg persediaan produk dalam proses awal:

= Rp 800.000 : 200 kg
= Rp 4.000

2: Harga pokok per kg produksi periode sekarang:


= Rp 9.600.000 : 3.200 kg
= Rp 3.000

***

Harga pokok produksi per kg manakah yang akan digunakan untuk


menentukan harga pokok 2.800 kg produk jadi tersebut?

Seperti halnya dengan contoh pemakaian bahan baku dalam contoh tersebut,
maka dalam metode harga pokok proses juga digunakan anggapan aliran
biaya produksi, sehingga, untuk menentukan harga pokok produk jadi dalam
contoh ini, terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu:

 Metode harga pokok rata-rata tertimbang


 Metode harga pokok masuk pertama, keluar pertama.
Jika digunakan metode masuk pertama, keluar pertama, maka harga pokok
produk jadi sebanyak 2.800 kg tersebut dihitung sebagai berikut:

 Harga pokok persediaan produk dalam proses awal:


= 200 kg @ Rp 4.000
= Rp 800.000
 Harga pokok produksi sekarang:
= 2.000 kg @ Rp 3.000
= Rp 7.800.000
 Harga pokok produk jadi 2.800 kg: (a) + (b)
= Rp 800.000 + Rp 7.800.000
= Rp 8.600.000

02: Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang (Weighted


Average Cost Method)
Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal
ditambahkan pada biaya produksi sekarang. Kemudian jumlahnya dibagi
dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata
tertimbang.

Harga pokok rata-rata tertimbang ini selanjutnya digunakan untuk


menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen
berikutnya atau ke gudang, dengan cara mengalikan jumlah kuantitasnya.

A: Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang – Departemen Pertama

Proses Produksi

Di departemen produksi pertama, biaya yang harus diperhitungkan dalam


menentukan harga pokok produk adalah biaya yang melekat pada persediaan
produk dalam proses awal dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam
periode sekarang.

Biaya yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal adalah biaya
yang berasal dari periode sebelumnya.
Pada metode harga pokok rata-rata tertimbang, biaya yang berasal dari
periode sebelumnya, ditambah dengan biaya dari periode sekarang kemudian
dihitung rata-ratanya.

Cara perhitungannya adalah dengan cara membagi jumlah tersebut dengan


unit ekuivalensi unsur biaya yang bersangkutan.

Harga rata-rata per unit ini, kemudian dikalikan dengan jumlah unit produk
selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya. Tujuanya adalah untuk
meghitung total harga pokok produk selesai tersebut.

Harga pokok rata-rata per unit ini digunakan untuk menghitung harga pokok
persediaan produk dalam proses pada akhir periode.

Cara Menghitung Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang

Rumus perhitungan harga pokok rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut:

1: Biaya Bahan Baku Per Unit:

1. Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam proses awal
2. Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang
3. Unit ekuivalensi biaya bahan baku
4. Raw Material cost atau biaya bahan baku per unit: [(1) + (2)] : (3)
2: Direct Labor Cost atau Biaya tenaga kerja per unit:

1. Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal
2. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam periode sekarang
3. Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja
4. Direct Labor Cost atau biaya tenaga kerja per unit: [(1) + (2)] : (3)
3: Biaya overhead pabrik per unit:

1. Biaya overhead pabrik yang melekat pada produk dalam proses awal
2. Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam periode sekarang
3. Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik
4. Overhead Cost ata biaya overhead pabrik per unit: [(1) + (2)] : (3)

B: Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang – Departemen Lanjutan

Bagaimana cara menghitung harga pokok produk dengan metode harga


pokok rata-rata tertimbang di departemen setelah departemen pertama?

Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen produksi setelah


departemen produksi yang pertama adalah harga pokok kumulatif, yaitu
penjumlahan harga pokok dari departemen sebelumnya dengan biaya
produks yang ditambahkan dalam departemen yang berangkutan.

Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang, untuk menghitung harga


pokok per satuan kumulatif produk yang dihasilkan departemen lanjutan
adalah:

Setelah departemen produksi pertama, perlu dihitung rata-rata harga pokok


per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya. Dan harga
pokok rata-rata yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama bersangkutan.

Rumus perhitungan harga pokok produk per unit produk departemen lanjutan
dengan menggunakan metode harga pokok rata-rata tertimbang adalah
sebagai berikut:

1: Harga Pokok Produk per satuan yang dibawa dari departemen


sebelumnya.

1. Harga pokok produk dalam proses awal yang berasal dari departemen
sebelumnya.
2. Harga pokok produk yang ditransfer dari departemen debelumnya
dalam periode sekarang.
3. Produk dalam proses proses awal.
4. Produk yang ditrasfer dari departemen sebelumnya dalam periode
sekarang.
5. Harga pokok produk per unit yang dibawa dari departemen sebelumny:
= [(1) + (2)] : [(3) + (4)]

2: Harga Pokok Produk per unit yang ditambahkan dalam departemen


lanjutan, setelah departemen pertama.

Biaya bahan baku per unit:

1. Raw Material Cost/Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam
prosuk awal.
2. Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang.
3. Unit ekuivalensi biaya bahan baku.
4. Raw Material Cost atau Biaya bahan baku per unit:
= (1 + 2) : (3)

Direct Labor Cost/Biaya tenaga kerja per unit:

1. Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal.
2. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam periode sekarang.
3. Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja.
4. Direct Labor Cost atau Biaya tenaga kerja per unit:
= (1 + 2) : (3)

Overhead Cost/Biaya overhead pabrik per unit:

1. Biaya overhead pabrik yang melekat pada produk dalam proses awal.
2. Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam periode sekarang.
3. Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik.
4. Overhead Cost Biaya overhead pabrik per unit:
= (1 + 2) : (3)
Total harga pokok produksi per satuan: #1 + #2
03: Metode Masuk Pertama Keluar Pertama

A: Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama Departemen Produksi


Pertama

Metode masuk pertama, keluar pertama (MPKP) menganggap bahwa produksi


periode sekarang.

Pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode
masih dalam proses.

Baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan


dalam proses periode sekarang.

Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian


persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.

B: Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama – Departemen Produksi


Lanjutan

Dalam departemen produksi lanjutan setelah departemen produksi pertama,


produk telah membawa harga pokok dari departemen sebelumnya.

Produk dalam proses yang membawa harga pokok dari periode sebelumnya
digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang
ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
04: Tambahan Bahan Baku Departemen Produksi Lanjutan

Tambahan Bahan Baku Proses Produksi

Umumnya bahan baku diolah pertama kali dalam departemen


pertama. Departemen produksi berikutnya hanya mengolah lebih lanjut
produk hasil departemen pertama dengan mengeluarkan biaya tenaga kerja
dan biaya overhead pabrik. Namun, seringkali dalam proses produksi, bahan
baku ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen produksi
pertama.

Tambahan bahan baku ini mempunyai dua kemungkinan, yaitu:

Kemungkinan #1:

Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi


yang mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut.

Jika tambahan bahan baku tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan,
maka tambahan ini tidak berpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan.

Dan sebagai akibatnya tidak mempengaruhi perhitungan harga pokok


produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya.

Kemungkinan #2:

Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang


mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut.

Jika terjadi tambahan produk yang dihasilkan dengan adanya tambahan


bahan baku dalam departemen lanjutan setelah departemen produksi
pertama.
Maka, hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian harga pokok produksi
per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.

Penyesuaian ini dilakukan karena total harga pokok produk yang berasal dari
departemen sebelumnya.

Yang semula dipikul oleh jumlah tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah
produk yang lebih banyak, sebagai akibat tambahan bahan baku tersebut.

Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari departemen
sebelumnya menjadi lebih kecil.

05: Video Pembelajaran Tentang Metode Rata-rata

Dan untuk memperkaya pemahaman, berikut disajikan video yang membahas


soal perhitungan persediaan:

06: Kesimpulan Tentang Perhitungan Harga Pokok


Produksi

Dalam akuntansi biaya, harga pokok persediaan pokok dalam proses awal
menimbulkan masalah penentuan harga pokok produk jadi yang ditransfer
dari suatu departemen ke departemen produksi berikutnya atau ke gudang.

Untuk mengatasi masalah terebut ada dua metode penentuan harga pokok,
yaitu:

 Metode harga pokok rata-rata tertimbang.


 Metode masuk pertama, keluar pertama.
Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang, untuk menghitung harga
pokok rata-rata tertimbang.
Tiap unsur harga pokok produksi yang melekat pada persediaan produk
dalam proses dijumlahkan dengan unsur biaya produksi yang dikeluarkan
dalam periode sekarang.

Selanjutnya harga pokok rata-rata tertimbang ini dikalikan dengan kuantitas


produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang untuk
menentukan harga pokok produk tersebut.

Dalam metode masuk pertama, keluar pertama, harga pokok persediaan


produk dalam proses awal adalah harga pokok pertama yang membentuk
harga pokok produk. Produk tersebut selanjutnya ditransfer ke departemen
berikutnya atau ke gudang

Tambahan bahan baku di departemen lanjutan, mempunyai dua kemungkinan


menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang
bersangkutan.

Jika tambahan bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang
dihasilkan dalam departemen yang bersangkutan maka tambahan biaya
bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per satuan dalam
departemen tersebut.

Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh
departemen yang bersangkutan, maka tambahan bahan baku tersebut akan
brakibat terhadap penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal
dari departemen sebelumnya, dan tambahan biaya bahan baku per satuan
dalam departemen lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai