Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada
akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal
periode berikutnya.
Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per
satuan yang berasal dari periode sebelumnya.
Harga pokok produksi ini kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok
produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang.
Dengan demikian, jika dalam periode sekarang dihasilkan produk jadi yang
ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya, maka, harga pokok yang
melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan
masalah dalam penentuan harga pokok produk jadi tersebut.
Tambahan bahan baku ini kemungkinan akan menambah jumlah produk yang
dihasilkan oleh departemen yang menambah bahan baku tersebut, tetapi
terkadang tambahan baku tersebut tidak menambah jumlah satuan produk
yang dihasilkan. Tambahan bahan baku ini akan berpengaruh dalam
penentuan harga pokok produk.
C: Contoh Penentuan Harga Pokok
Berikut ini disajikan contoh mengenai penentuan harga pokok bahan baku
yang dipakai dalam produksi (material costing). Permasalahan yang timbul
hampir sama dengan persoalan perhitungan pengaruh harga pokok
persediaan produk dalam proses awal dalam metode harga pokok proses.
Pada awak periode terdapat persediaan bahan baku sebanyak 100 kg, dengan
harga pokok Rp 1.000 per kg. Pada periode tersebut terjadi pembelian bahan
baku sebanyak 400 kg dengan harga Rp 1.200 per kg.
Untuk menentukan harga pokok mana yang akan digunakan untuk menilai
bahan baku yang dipakai tersebut, akuntansi biaya menggunakan berbagai
anggapan tentang aliran biaya.
***
Jika dalam contoh pemakaian bahan baku tersebut digunakan metode masuk
pertama, keluar pertama, maka perhitungan harga pokok bahan baku yang
dipakai dalam periode tersebut adalah sebagai berikut:
Jika produk jadi yang dihasilkan dalam periode tersebut berjumlah 2.800 kg,
harga pokok produksi per kg manakah yang akan digunakan untuk
menghargai produk jadi tersebut?
= Rp 800.000 : 200 kg
= Rp 4.000
***
Seperti halnya dengan contoh pemakaian bahan baku dalam contoh tersebut,
maka dalam metode harga pokok proses juga digunakan anggapan aliran
biaya produksi, sehingga, untuk menentukan harga pokok produk jadi dalam
contoh ini, terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu:
Proses Produksi
Biaya yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal adalah biaya
yang berasal dari periode sebelumnya.
Pada metode harga pokok rata-rata tertimbang, biaya yang berasal dari
periode sebelumnya, ditambah dengan biaya dari periode sekarang kemudian
dihitung rata-ratanya.
Harga rata-rata per unit ini, kemudian dikalikan dengan jumlah unit produk
selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya. Tujuanya adalah untuk
meghitung total harga pokok produk selesai tersebut.
Harga pokok rata-rata per unit ini digunakan untuk menghitung harga pokok
persediaan produk dalam proses pada akhir periode.
1. Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam proses awal
2. Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang
3. Unit ekuivalensi biaya bahan baku
4. Raw Material cost atau biaya bahan baku per unit: [(1) + (2)] : (3)
2: Direct Labor Cost atau Biaya tenaga kerja per unit:
1. Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal
2. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam periode sekarang
3. Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja
4. Direct Labor Cost atau biaya tenaga kerja per unit: [(1) + (2)] : (3)
3: Biaya overhead pabrik per unit:
1. Biaya overhead pabrik yang melekat pada produk dalam proses awal
2. Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam periode sekarang
3. Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik
4. Overhead Cost ata biaya overhead pabrik per unit: [(1) + (2)] : (3)
Rumus perhitungan harga pokok produk per unit produk departemen lanjutan
dengan menggunakan metode harga pokok rata-rata tertimbang adalah
sebagai berikut:
1. Harga pokok produk dalam proses awal yang berasal dari departemen
sebelumnya.
2. Harga pokok produk yang ditransfer dari departemen debelumnya
dalam periode sekarang.
3. Produk dalam proses proses awal.
4. Produk yang ditrasfer dari departemen sebelumnya dalam periode
sekarang.
5. Harga pokok produk per unit yang dibawa dari departemen sebelumny:
= [(1) + (2)] : [(3) + (4)]
1. Raw Material Cost/Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam
prosuk awal.
2. Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang.
3. Unit ekuivalensi biaya bahan baku.
4. Raw Material Cost atau Biaya bahan baku per unit:
= (1 + 2) : (3)
1. Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal.
2. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam periode sekarang.
3. Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja.
4. Direct Labor Cost atau Biaya tenaga kerja per unit:
= (1 + 2) : (3)
1. Biaya overhead pabrik yang melekat pada produk dalam proses awal.
2. Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam periode sekarang.
3. Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik.
4. Overhead Cost Biaya overhead pabrik per unit:
= (1 + 2) : (3)
Total harga pokok produksi per satuan: #1 + #2
03: Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
Pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode
masih dalam proses.
Produk dalam proses yang membawa harga pokok dari periode sebelumnya
digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang
ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
04: Tambahan Bahan Baku Departemen Produksi Lanjutan
Kemungkinan #1:
Jika tambahan bahan baku tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan,
maka tambahan ini tidak berpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan.
Kemungkinan #2:
Penyesuaian ini dilakukan karena total harga pokok produk yang berasal dari
departemen sebelumnya.
Yang semula dipikul oleh jumlah tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah
produk yang lebih banyak, sebagai akibat tambahan bahan baku tersebut.
Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari departemen
sebelumnya menjadi lebih kecil.
Dalam akuntansi biaya, harga pokok persediaan pokok dalam proses awal
menimbulkan masalah penentuan harga pokok produk jadi yang ditransfer
dari suatu departemen ke departemen produksi berikutnya atau ke gudang.
Untuk mengatasi masalah terebut ada dua metode penentuan harga pokok,
yaitu:
Jika tambahan bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang
dihasilkan dalam departemen yang bersangkutan maka tambahan biaya
bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per satuan dalam
departemen tersebut.
Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh
departemen yang bersangkutan, maka tambahan bahan baku tersebut akan
brakibat terhadap penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal
dari departemen sebelumnya, dan tambahan biaya bahan baku per satuan
dalam departemen lanjutan.