Akuntansi Biaya
METODEHARGAPOKOKPROSES (Lanjutan)
Dalam suatu proses produksi produk yang belum selesai diproses pada akhir
periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode
berikutnya. Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi
per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan
berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh
departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan
demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke
gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada
persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam
penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Sehingga dalam prosesnya akan dibahas dua metode penentuan harga pokok
produk dalam metode harga pokok proses yaitu : metode harga pokok rata-rata
tertimbang dan metode FIFO atau masuk pertama keluar pertama
2
harga pokok yang mana yang akan digunakan untuk menghargai bahan baku yang
dipakai tersebut.
Untuk menentukan harga pokok mana yang akan digunakan untuk menilai
bahan baku yang dipakai tersebut, akuntansi menggunakan berbagai
anggapan mengenai aliran biaya. Adanya berbagai anggapan ini menimbulkan
berbagai metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai. Seperti metode
harga pokok rata- rata tertimbang (weighted average cost method); metode
masuk pertama keluar pertama (first in first out) dan metode masuk terakhir
keluar pertama (last in first out).
Pengertian
Metode average adalah metode pencatatan persediaan rata-rata tertimbang.
Dimana konsepnya perusahaan membagi biaya barang dengan jumlah unit barang
yang tersedia, akibatnya persediaan produk terakhir dan beban pokok
penjualan harus dikalkulasikan dalam bentuk rata-rata.
Dalam menyediakan stok produk memang menjadi salah satu fokus utama
dalam bisnis bagi perusahaan dagang serta perusahaan jenis lainnya.Ketika
kegiatan Anda dalam mengelola stok produk tidak dilakukan secara profesional,
usaha yang Anda kembangkan saat ini bisa saja berakhir dengan kebangkrutan.
A. Di departemen Pertama :
B. Di departemen Lanjutan :
3
Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen
sebelumnya.Harga pokok tersebut terdiri dari : Harga pokok persediaan
awal danharga pokok yang diterima pada periode yang bersangkutan.
Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang ditambahkan
dalamdepartemen yang bersangkutan.
Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang
bersangkutan dengan cara :
Harga pokok rata-rata dari departemen yangmendahului ditambah harga
pokok rata-rata di departemen yang bersangkutan.
PT RISA RIMENDI
Dep 1 Dep2
Data produksi
4
Produk jadi yang ditransfer ke gudang - 38.000 kg
5
Produk dalam proses akhir;
Biaya produksi
Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen pertama dengan
menggunakan metode harga pokok rata-rata tertimbang
6
Biaya produk yang + Biaya overhead pabrik yang
melekat pada produk dikeluarkan dalam periode
Biaya
dalam proses sekarang
overhead =
awal
Perhitungan biayaproduksipersatuandepartemen1bulanJanuari19x1
Perhitunganhargapokokprodukselesaidanpersediaanpro
dukdalampr
oses
departemen
1
7
Harga pokok persediaan produk dalam proses
akhir:
Rp
8
Biaya bahan baku = 100 % x 9.000 units x Rp 500 4.500.000
Metodehargapokokrata-ratatertimbang–
departemensetelahdepartemen
pertama
(2)
9
Biaya tenaga kerja + Biaya tenaga kerja yang
yang melekat pada dikeluarkan dalam
Biaya tenaga =
produk dalam proses periode sekarang
awal
10
kerja
(4)
Perhitunganhargapokokkumulatifpersatuanprodukdepartemen2dengan
menggunakanmetodehargapokokrata-ratatertimbang
Biaya yang
ditambahkan
dalam dep 2.
1.152.000 37.068.000 38.220.000 39.200 975
Biaya tenaga kerja
4.140.000 44.340.000 48.480.000 40.400 1.200
Biaya overhead
pabrik
11
Perhitunganhargapokokprodukselesaidanpersediaanproduk
dalamproses
departemen2
13
kg
PerhitunganbiayapersatuandenganmenggunakanmetodeMPKP
87.290.000 2.195
Perhitunganhargapokokprodukselesaidanpersediaanproduk
dalamproses
departemen1
14
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen 2:
15
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal 4.920.000
8.976.000
Perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan departemen
2
16
periode
17
sekarang: 37.068.000 38.000 975
Jumlah Rp Rp 4.381
158.427.000
proses departemen 2
24.014.000
32.000 kg x Rp 4.381 =
140.192.000
18
Harga pokok dari departemen 1 = 3.000 x Rp 2.201 =
6.603.000
PT oki sasangka
Dep2
Data produksi
19
Produk jadi yang ditransfer ke 38.000 kg
96.408.000
Perhitungan biaya produksi per satuan dengan metode MPKP jika tambahan
bahan baku menambah produk yang dihasilkan di departemen 2
20
21
Harga pokok produk yang diterima Rp 1.975
dari departemen 1 setelah
disesuiakan
Biaya produksi yang ditambahkan dalam
departemen 2:
190.819.000 4.405
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses
departemen 2 dengan metode MPKP
Total biaya
22
23
departemen 2 0
Produk yang hilang dalam proses didalam laporan harga pokok produksi harus
disertakan sebagai pertanggungjawaban (kapan hilangnya).
Untuk mempermudah penyusunan laporan harga pokok produksi, ada 2 asumsi yang
dipakai:
Untuk produk hilang pada awal proses, maka dalam penyusunan laporan Harga
Pokok Produksi:
24
Unit produk yang hilang tidak dibebani harga pokok karena belum
menikmati biaya produksi.
Tidak diperhitungkan dalam perhitungan unit ekuivalen
Untuk yang hilang di departemen berikutnya, maka harus ada penyesuaian
biaya per unit pada departemen berikutnya tersebut.
Contoh:
PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II.
Kegiatan selama bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II
TK 70% 40%
Dept. II Jawab:
25
Jml Rp.5.295.000 Rp. 4.000
2. Perhitungan harga pokok barang jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II &
barang dalam proses Dept. I
PT. ABC
Data Produksi
1.500 unit
26
- BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.000
Perhitungan Biaya
DEPT. II
1. Penyesuaian perhitungan H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
Penysn H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I Rp. 166,67
27
- BOP Rp. 1.044.000 1.100 + (100 x 60%) = 1.160 Rp. 900
3. Perhitungan H.P barang jadi dari Dept. II yang ditransfer ke gudang & H.P
barang dalam proses akhir periode Dept. II
PT. ABC
Data Produksi
1.250 unit
28
Biaya Jumlah Per Unit
- Penyusn. H.P/unit
hilang pada
Perhitungan Biaya
29
2. Produk Hilang Akhir Proses( dina)
30
Asumsi : a. Dianggap sudah menikmati biaya produksi
Dept. I Dept. II
TK 70% 40%
Dept. II Jawab :
Jumlah(Rp HP/Uni
Biaya Ekuivalen Unit
) t
31
1.470 2
2. Perkiraan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. II dan BDP
=Rp. 5.295.0
3.
PT. ABC
Data Produksi
32
33
Biaya Yang Dibebankan di Dept. II
Perhitungan Biaya
(1.250 x 4.023,95)
= BTK Rp.125.714,4
34
1. Perhitungan H.P per unit Dept. II
Jumlah(Rp
Biaya Ekuivalen Unit HP/Unit
)
Jumla 3.096.000 Rp
h 2.587,18
2. Perhitungan H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang dan BDP akhir
35
BOP : 100 x 60% x Rp. 862,81 = Rp. 51.768,6= Rp. 523.138,6
3. PT. ABC
Data Produksi
1.250 unit
Perhitungan Biaya
36
H.P BDP akhir :
Produk rusak (spoilage) merupakan unit yang tidak dapat diterima sehingga
harus dibuang atau dijual dengan nilai yang lebih rendah.Produk cacat (rework)
adalah unit yang perlu diperbaiki secara ekonomi, sehingga produk tersebut dapat
dijual melalui saluran reguler.Sisa Bahan (Scrap) merupakan bagian dari produk yang
tidak memiliki nilai atau jika memiliki, nilainya sangat kecil.
ProdukRusak
Ada dua jenis produk rusak :
normal.
Produk rusak normal terjadi dalam kondisi operasi yang efisien dan tidak
dapat dikendalikan dalam jangka pendek dan diperhitungkan sebagai bagian dari
biaya produk.Sedangkan produk rusak tidak normal menyebabkan kerugian
melebihi atau di atas perkiraan dalam kondisi operasi yang efisien dan dibebankan
sebagai kerugian dalam periode berjalan.
37
PerlakuanAkuntansiProdukRusakTerhadapHargaPokokProd
uksiProduk
Cacat
menurut (supriyono, 1083 :199). Produk cacat adalah produk yang dihasilkan
tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan
biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara
ekonomis dapat disempunakan
lagi menjadi produk jadi yang baik (Mulyadi, 2014 : 306).Masalah akuntansi yang
timbul adalah bagaimana memperlakukan biaya perbaikan produk cacat yang
dapat memakan
biaya bahan, biaya tenaga kerja maupun biaya overhead pabrik. Dalam hal ini
perlakuan biaya produk cacat tergatung penyebab timbulnya
dari perusahaan Apabila produk cacat bersifat normal, semua biaya perbaikan
produk cacat
departemen dimana produk cacat digabungkan dengan setiap elemen biaya yang
ada.
sebagai elemen rugi produk cacat. Sebagaimana diketahui, produk cacat adalah
produk yang tidak sesuai standar dan masih dapat diperbaiki. Maka membutuhkan
biaya perbaikan., dapat berupa biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik. Persoalannya adalah perlakuan atas biaya perbaikan tersebut.
Produk cacat dapat bersifat normal ataupun tidak normal. Perlakuan atas
biaya tambahan adalah sebagai berikut :
38
Jika cacat normal : biaya perbaikan akan menambah biaya produksi.
Jika cacat tidak normal : biaya perbaikan diperlakukan sebagai rugi produk
cacat. Biaya produksi tidak bertambah.Produk cacat masuk dalam
perhitungan unit ekuivalen.
40
tingkat efisiensi operasi.
41
Harga pokok atau biaya produksi yang melekat pada produk rusak bersifat
abnormal, karena pada dasarnya dihindarkan diperlakukan sebagai suatu kerugian
dalam periode terjadinya produk rusak.
42
rusak tersebut laku dijual atau tidak laku dijual”. Uraian dari perlakuan harga
pokok produk rusak
43
tersebut di atas disajikan berikut ini:
1. Apabila penyebab terjadinya produk rusak bersifat normal, maka harga pokok
produk rusak yang tidak laku dijual ini, akan dibebankan kepada produk selesai,
yang mengakibatkan harga pokok produk selesai akan dibebankan kepada produk
selesai, sehingga harga pokok produk selesai per unit akan menjadi lebih besar.
Jadi, perlakuannya sama dengan produk akhir proses.
Jurnal yang dibuat adalah :
2. Terjadinya produk rusak karena kesalahan dan produk rusak tidak laku dijual,
maka harga pokok produk rusak tersebut tidak boleh diperhitungkan kedalam
harga pokok produk selesai, tetapi harus dianggap sebagai kerugian, sehingga akan
diperlakukan sebagai rugi produk rusak.
Jurnal yang dibuat adalah :
1. Bila penyebab produk rusak karena kegiatan normal perusahaan, dan produk
rusak tersebut laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak tersebut dapat
diperlakukan sebagai:
a. Pengurangan harga pokok selesai
44
Harga pokok produk rusak dibebankan ke produk selesai, sehingga apabila produk
rusak tersebut laku dijual, maka sudah sewajarnya hasil penjualan tersebut
45
digunakan sebagai pengurangan harga pokok produk selesai.
Jurnal yang dibuat adalah :
Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Persediaan Produk Selesai Rp XXX
Dengan perlakuan ini memerlukan alokasi yang adil pada setiap elemen biaya
produksi pada departemen dimana terdapat produk rusak, salah satu metode dapat
digunakan alokasi berdasarkan perbandingan setiap elemen biaya.
Jurnal yang dibuat adalah :
Perlakuan ini sangat mudah, tetapi perlu diperhitungkan bahwa apabila hasil
penjualan produk rusak cukup besar sedang jumlah biaya overhead pabrik kecil,
dimungkinkan biaya overhead akan minus.
Jurnal yang dibuat adalah :
d. Penghasilan lain-lain
Perlakuan ini paling mudah digunakan, sehingga pada laporan harga pokok
produksi nantinya sama dengan apabila ada produk hilang pada akhir proses tapi
tidak sesuai dengan perlakuan harga pokok produk selesai.
Jurnal yang dibuat adalah :
46
Kas/Piutang Dagang Rp XXX
47
Penghasilan lain-lain Rp XXX
2. Produk rusak yang laku dijual dan penyebab produk rusak karena kesalahan
atau disebut juga produk rusak abnormal, maka hasil penjualan produk rusak
tersebut akan diperlakukan sebagai pengurang rugi produk rusak, hal ini sesuai
karena harga pokok produk rusak nantinya akan dimasukkan kedalam laporan
rugi-laba sebagai elemen biaya lain.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat hasil penjualan produk rusak yang diperlakukan
sebagai pengurang rugi produk rusak adalah:
Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Rugi Produk Rusak Rp XXX
Menurut Sutrisno (2001:133) bahwa “harga pokok produk rusak diperlakukan
sebagai kerugian dan dimasukkan kedalam rekening rugi produk rusak yang pada
akhir periode akan masuk pada laporan rugi-laba sebagai elemen biaya lain-lain”.
48
49