Anda di halaman 1dari 21

“METODE HARGA POKOK PROSES”

DOSEN PENGAMPU

MARYANTO S.E,M.S.AK

DISUSUN OLEH:

MELIYA MELISA

221062201025

SEKOLAH TINGGI IILMU EKONOMI SAKTI

ALAM KERINCI (STIE SAK)

TAHUN 2023/2024
A. PENGERTIAN METODE HARGA POKOK PROSES
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa.

B. KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK PROSES


Karakter produksinya sbb:
1. Produk yg dihasilkan merupakan produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3. Kegiatan produksi dimulai dengan
diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk
jangka waktu tertentu

C. PERBEDAAN METODE HARGA POKOK PROSES DENGAN METODE HARGA


POKOK PESANAN
1. pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan
metode harga pokok proses mengumpulka biaya produksi per departemen produksi per
periode akuntansi
2. perhitungan harga pokok produksi per satuan
metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat
pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok
produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama
periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang
bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi ( biasanya akhir
bulan)
3. penggolongan biaya produksi
dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan
kepada produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka. Didalam
metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak
langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu
macam produk ( seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu masak). Karena harga pokok
persatuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
4. unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka. Di dalam metode harga
pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan
bahan penolong dan biaya tenaga kerja ( baik yang langsung maupun yang tidak langsung).
Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang
sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.
D. MANFAAT INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI

1. Menentukan harga jual produk


2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodic
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca

E. METODE HARGA POKOK PROSES- TANPA MEMPERHITUNGKAN


PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL
VARIASI CONTOH PENGGUNAAN METODE HARGA POKOK PROSES YANG
DIURAIKAN DALAM BAB INI MENCAKUP:
1. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya dioleh
hanya melalui satu departemen produksi
2. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah
melalui lebih dari satu departemen produksi
3. pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam
proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan:
 produk hilang pada awal proses
 proiduk hilang pada akhir proses

1. METODE HARGA POKOK PROSES – PRODUK DIOLAH MELALUI SATU


DEPARTEMEN PRODUKSI

Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 19x1 disajikan dalam gambar 3.1
Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya Rp
overhead pabrik Rp
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000
Total biaya produksi Rp 39.875.000
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah : 2.000 kg 500 kg
Produk jadi
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: Biaya bahan baku : 100 %;biaya
bahan penolong 100
%, biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %.

Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 19x1


Masuk ke dalam proses: 2.500 kg
Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg
Perhitungan harga pokok produksi per satuan
Unsure biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi satuan
(1) (2) (3) (2);(3)
Bahan baku Bahan Rp 2.500 Rp 2.000
penolong Tenaga Rp 2.500 3.000
kerja Overhead Rp 11.250.000 Rp 2.250 5.000
pabrik 16.125.000 2.150 7.500
39.875.000 17.500

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses

Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000 Biaya
bahan penolong 100 % x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000
Biaya tenaga kerja 50 % x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000 Rp 4.875.000
Biaya overhead pabrik 30 % x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000
Jumlah biaya produksi bulan januari 19x1 Rp 39.875.000

Jurnal pencatatan biaya produksi


jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 5.000.000 Persediaan bahan baku Rp
5.000.000

Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong


Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 7.500.000 Persediaan bahan penolong
Rp 7.500.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Gaji dan upah Rp 11.250.000

JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 16.125.000 Berbagai rekening yang
dikredit Rp 16.125.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 35.000.000 Barang dalam proses- biaya bahan
baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000

Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh pada
akhir bulan januari 19 x1

Persediaan produk dalam proses Rp 4.875.000 Barang dalam proses – biaya bahan
baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000 Barang dalam proses- Biaya
tenaga kerja Rp 1.250.000 Barang dalam proses – biaya
overhead pabrik Rp 1.125.000

2. METODE HARGA POKOK PROSES –PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI


SATU DEPARTEMEN PRODUKSI
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi
dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi
sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama terdiri dari:
a. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
b. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Contoh2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen A Departemen B

Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg


Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 30.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1 Biaya bahan
baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Rp 155.000 Rp 270.000
Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhir
Biaya bahan baku 100%
Biaya konversi 20% 50%
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A
Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi kg
Bahan baku Tenaga Rp 70.000 35.000 Rp 2
kerja 155.000 31.000 5
Overbead pabrik 248.000 31.000 8
Total Rp 173.000 Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A

Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000 Biaya
tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000 Biaya overhead
pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
Rp 23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A


Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000 Persediaan bahan baku
Rp 70.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen ARp 155.000
Gaji dan upah Rp 155.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000 Berbagai rekening
yang di kredit Rp 248.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke
departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000 Barang dalam
proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000 Barang dalam proses-biaya tenaga
kerja departemen A Rp 150.000 Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah
dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000 Barang dalam proses- biaya


bahan baku departemen A Rp 10.000 Barang dalam proses-biaya tenaga
kerja departemen A Rp 5.000 Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen A Rp 8.000
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B
Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi kg
Tenaga kerja 270.000 27.000 10
Overbead pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp 675.000 Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B

Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke


gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15 Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25 600.000
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 960.000
24.000 x Rp 40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir Harga
pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 Biaya yang 90.000
ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000 Biaya
overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000 Rp 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen 165.000
B
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari Rp 1.125.000
19x1

jurnal pencatatan biaya produksi departemen B

Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :


Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000 Barang dalam
proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000 Barang dalam proses-biaya tenaga
kerja departemen A Rp 150.000 Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp 270.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000 Berbagai rekening
yang di kredit Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000 Barang dalam proses-
biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000 Barang dalam proses-biaya overhead
pabrik departemen B Rp 360.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah
dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000 Barang dalam proses- biaya
bahan baku departemen B Rp 90.000 Barang dalam proses-biaya tenaga
kerja departemen B Rp 30.000 Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen B Rp 45.000

3. PENGARUH TERJADINYA PRODUK


YANG HILANG DALAM PROSES
TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan

Contoh3:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen A Departemen B

Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg


Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 200 kg 100 kg
% Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1


Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan Biaya produksi Biaya per kg
oleh departemn A ( unit Departemen A produk yang
ekuivalensi) dihasilkan oleh
departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg 26.100 29
penolong
Biaya tenaga 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45
kerja
Biaya overhead 700 + 40%x200kg=780kg 46.800 60
pabrik
Rp 130.500 Rp 159
Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 111.300


Rp 159
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25
= 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800 Rp 19.200
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45=
3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 159,00
departemen A
Rp 111.300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 222.60
departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di
Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal Rp 63.60
dari Departemen A

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang Jumlah biaya produksi Biaya per kg
dihasilkan oleh yang ditambahkan di yang
departemen B ( unit departemen B ditambahkan
ekuivalensi) Departemen B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x Rp 16.100 Rp 35
penolong 100 kg = 460 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 %x 100 Rp 22.500 Rp 50
kg = 450 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 %x 100 Rp 24.750 Rp 55
pabrik kg = 450 kg
Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 145.040
Rp 362.60
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100
kg): Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp
22.260 Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500 Biaya Rp 29.610
overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750
Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan

Contoh:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen A Departemen B

Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg


Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 200 kg 100 kg
% Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1


Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang
Departemen dihasilkan oleh
A departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= Rp 22.500 Rp 22.5
1000
kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 26.100 26.10
penolong 1000
kg
Biaya tenaga 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89
kerja
Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18
pabrik
Rp 130.500 Rp141.67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 99.169


Rp 141.67
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk 14.167,00
yang hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 113.334,40
disesuaikan : 700 x Rp 161,91
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp
22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220 Rp 17.165.60
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp
39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah


departemen produksi pertama

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan Jumlah biaya Biaya per kg
oleh departemen B ( unit produksi yang
ekuivalensi) yang ditambahkan di
ditambahkan Departemen B
di
departemen B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg Rp 16.100 Rp 24.39
penolong =
660 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg Rp 22.500 Rp 34.62
=
650 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg Rp 24.750 Rp 38.08
pabrik =
650 kg
Rp 63.350 Rp 97.09

Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 64.764,00


Rp 161.91
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 51.800,00
161.91+Rp 97.09
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 155.400,00
disesuaikan : 400 x Rp 388.5
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp Rp 21.289.40
34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904
Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 176.689.40

Anda mungkin juga menyukai