Perbedaan Metode Harga Pokok Proses Dengan Metode Harga Pokok Pesanan
1. Pengumpulan biaya produksi.
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan harga pokok produksi menurut Pesanan,
sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per Departemen
produksi per perioe akuntansi.
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi persatuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam pesanna yang bersangkutan.
3. Penggolongan Biaya Produksi
Metode Harga Pokok Pesanan Biaya Produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan
kepada produk berdasar biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi
tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
4. Unsur Yang Digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik
Metode Harga pokok pesanan biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lain, selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung.
❖ Metode Harga Pokok Proses Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk Dalam Proses
Awal
Contoh penggunaan metode harga pokok di bagi dalam 3 tahap yaitu :
Biaya produksi
Unsur Biaya Produksi Total Biaya Unit Ekuivalensi persatuan
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.500 Rp 2.000.
Bahan penolong 7.500.000 2.500 3.000
Tenaga kerja 11.250.000 2.250 5.000
Overhead pabrik 16.125.000 2.150 7.500
Total Rp.39.875.000 Rp. 17.500
Setelah biaya produksi per satuan hilang,harga produkn jadi,yang di transfer ke gudang dan
harga pokok persediaan produk dalam proses sebagai berikut
6) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah pada akhir bulan Januari
Persediaan Produk Dalam Proses Rp4.875.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Rp1.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Penolong 1.500.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja 1.250.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik 1.125.000
❖ Metode Harga Pokok Proses-Produk Diaolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen
Produksi
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen poduksi, perhitungan biaya
produksi biaya per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama produksi
pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh 1 diatas.
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena
departemen yang dihasilkan oleh departemen departemen pertama telah merupakan produk
jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksidari departemen sebelumnya
tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen
pertama terdiri dari:
1) Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2) Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh 2
PT Tiara Permata memiliki dua departemen produksi: departemen A dan depatemen B
untuk menghasilkan produknya. Data produk dan biaya kedua departemen tersebut dalam
bulan Februari 2013
Data Produksi dan Biaya Departemen A dan Biaya Departemen B
Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produksi selesai yang ditransfer ke Dep. B 30.000
Produksi selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Februari :
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses
akhir:
Biaya bahan baku
Biaya konversi 100% -
20% 50%
1) Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Februari tersebut
dapat menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk dalam
proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan baku sebesar 100%. Hal ini berarti
bahwa biaya bahan baku sebesar Rp70.000 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebanyak 30.000 kg dan 5.000 kg (5.000 kg x 100%)
persediaan dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah
35.000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 30.000 + (100% x 5.000)= 35.000 kg.
2) Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang
dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Februari sebesar Rp155.000 tersebut dapat
menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan dalam proses dengan
tingkat penyelesain biaya konversinya sebesar 20%. Hal ini berarti biaya konversinya
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 30.000 kg dan
1.000 kg (5.000 x 20%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalensi biaya konversi adalah 31.000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 30.000 +
(20% x 5.000)= 31.000 kg.
Perhitungan biaya produki per kilogram produk yang diproduksi oleh departemen A dalam
bulan Februari dilakukan dengan membagi tiap unsure biaya produksi (biaya bahan baku,
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) yang dikeluarkan oleg
departemen A
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Departemen A
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer
oleh departemen A ke departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam proses di
departemen A pada akhir bulan Februari dapat dihitung sebagai berikut:
Catatan:
BBB = Biaya Bahan Baku
BOP = Biaya Overhead Pabrik
BTK = Biaya Tenaga Kerja
PT Tiara Permata
Loparan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Februari
Data Poduksi
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
30.000 kg @ Rp15 Rp450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku Rp10.000
Biaya tenaga kerja 5.000
Biaya overhead pabrik 8.000
23.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Departemen A bulan Februari Rp473.000
4) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen oleh
A ke departemen B:
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. B Rp450.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp 60.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 150.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 240.000
Ket :
30.000 kg x Rp2
30.000 kg x Rp5
30.000 kg x Rp8
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam Dep. A pada akhir bulan Februari
Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. A Rp23.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp10.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 5.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 8.000
Untuk menghitung harga pokok produk jadi departemen B yang ditransfer gudang dan
harga pokok persediaan produk dalam proses di departemen B pada akhir bulan Februari, perlu
dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh departemen B dalam bulan
yang bersangkutan. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai
yang ditransfer oleh departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi biya yang
ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari departemen A. Untuk menghitung
harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B pada akhir periode, harga pokok
produk yang berasal dari departemen A harus ditambahkan dengan biaya produksi persatuan
yang ditambahkan departemen B dkalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses
tersebut, dengan menghitung tingkat penyelesaiannya.
Untuk menhitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh departemen B,
perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh departemen B
dalam Februari, dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga krjja dan biaya overhead pabrik, yang
ditambahkan oleh departemen B dlam bulan Februari untuk memproses 30.000 kg produk yang
terima dari departemen sebesar Rp155.000 tersebut dapat menghasilkan 24.000 kg produk jadi
dan 6.000 kg persediaan produk dalam proses yang tingkat penyelesaian biaya konversinya
sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaya konversi tersebut telah digunakan untuk
menyelesaiakan produk selesai sebanyak 24.000 kg dan 3.000 kg(6.000 x 50%) persediaan
produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah 27.000 kg, yang
dihitung sebagai berikut: 24.000 + (50% x 6.000)= 27.000 kg.
Perhitungan biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh deparemen B dalam bulan
Februari dilakukan dengan membagi tiap unsure biaya produksi (biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik) yang dikeluarkan oleh departemen B
Perhitungan Biaya Produksi Per Satuan yang Ditambahkan Dalam Departemen B
Setelah biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh departemen B dihitung, harga
pokok produk selesai yang ditransfer oleh departemen B pada akhir bulan Februari dapat
dihitung dalam gambar 3.10
Gambar 3.10
Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dalam Proses Departemen B
Data Poduksi
Total Per Kg
Harga pokok dari Dep. A (30.000 kg) Rp450.000 Rp15
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
24.000 kg @ Rp40 Rp960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep. A Rp15 x 6.000 Rp90.000
Biaya tenaga kerja 30.000
Biaya overhead pabrik 45.000
165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif yang dibebankan Dep.B bulan Februari Rp1.125.000
4) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Dep. B ke gudang:
Persediaan Produk Jadi Rp960.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. B Rp360.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. B 240.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. B 360.000
KET:
24.000 kg x Rp15
24.000 kg x Rp10
24.000 kg x Rp15
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam Dep. B pada akhir bulan Februari:
Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. B Rp165.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp90.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 30.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 45.000
3) Pengaruh Terjadi Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk Per Satuan
Ditinjau dari saat terjadinya dapat hilang awal dari proses, sepanjang proses, atau pada
akhir proses. Untuk kepentigan perhitungan harga pokok per satuan, produk yang hilang
sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian berpa produk yang hilang
tersebut terjadi. Atau untuk menyederhanakan perhitungan harga pokok produksi per satuan,
produk yang hilang sepanjang proses diperlukan sebagai yang hilang pada aawal atau akhir
proses.
Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk per Satuan
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai
akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen setelah departemen
produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai dua akibat : (1) menaikkan
harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya
dan (2) menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen
produksi setelah departemen produksi yang pertama tersebut.
Contoh:
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya: departemen
A dan departemen B.
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 46.800 24.750
Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350
Rp 130.500 Rp 159
Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut tidak ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1. Oleh
karena itu produk yang hilang tersebut tidak diikut sertakan dalam perhitungan unit ekivalensi
produk yang dihasilkan oleh departemen A. akibatnya biaya produksi per kg produk yang
dihasilkan oleh departemen A menjadi lebih tinggi. Seandainya produk tersebut tidak hilang
dalam proses dan menjadi prosuk yang baik, maka unit ekuivalensi biaya bahan baku menjadi
1.000 kg ( 700 + 100% x 200 kg + 100 kg) dan biaya bahan bakunya per kg adalah sebesar Rp
22,50 ( Rp 22.500 : 1.000 kg).
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang pada Awal Proses
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 Kg
Produk selesai yang ditranfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 100%;
biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada proses awal 100
1.000 Kg
Produk yang Hilang pada Awal Proses di Departemen setelah Departemen Pertama
Karena harga pokok produksi di departemen setelah departemen pertama dihitung
secara kumulatif, maka terjadinya produk yang hilang di departemen B sebanyak 200 kg
tersebut, mengakibatkan kenaikan harga pokok per satuan produk yang berasal ari departemen
A. harga pokok produk selesai yang berasal dari departeman A sebesar Rp 111.300 yang semula
dipikul oleh 700 kg produk, dengana danya produk yang hilang pad awal proses di departemen
B sebanyak 200 kg, harga pokok produksi tersebut hanya dipikul oleh jumlah produk yang lebih
sedikit.
Perhitungan Biaya Produksi Per Unit dari Departemen B Bulan Januari 20X1
Jumlah Produksi yang Dihasilkan Jumlah Biaya Biaya per kg
oleh Departemen B ( unit Produksi yang Produk yang
ekuivalensi) DItambahkan Ditambahkan
di Departemen Departemen A
B
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan penolong 400 kg + 60% x 100 kg = 460kg Rp 16.100 Rp 35
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50% x 100 kg = 450kg 22.500 50
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50% x 100 kg = 450kg 24.750 55
Rp 63.350 Rp 140
Harga pokok persediaan prosuk dalam proses akhir bulam (100 kg) :
Harga pokok Departemen A : 100 kg x Rp 222,60 Rp 22.260
Biaya bahan baku 100 kg x 60% x Rp 35 2.100
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50% x Rp 50 2.500
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50% x Rp 55 2.750
29.610
Jumlah biaya komulatif dalam Departemen B Rp 174.650
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1 Produk Hilang pada Awal Proses
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Deaprtemen A 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditranfer ke gudang 400 kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 60%; biaya
konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada proses awal 200
700 kg
Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari departemen A Rp 111.300 Rp 159,00
Penyesuaian harga pokok produk per satuan karena adanya
produk yang hilang dalam proses 63,60
Rp 111.300 Rp 222,60
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Biaya bahan penolong Rp 16.100 Rp 35,00
Biaya tenaga kerja 22.500 50,00
Biaya overhead pabrik 24.750 55,00
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam departemen B Rp 63.350 Rp 140,00
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B Rp 174.650 Rp 362,60
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk yang selesai ditransfer ke gudang : 400 kg x Rp 362,60 Rp 145.040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg) :
Harga pokok produk dari departemen A : 100 kg x Rp Rp 22.260
222,60
Harga pokok yang ditambahkan dalam departemen B:
Biaya bahan penolong 2.100
Biaya tenaga kerja 2.500
Biaya overhead pabrik 2.750
29.610
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B Rp 174.650
PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG PADA PROSES TERHADAP PERHITUNGAN
HARGA POKOK PRODUKSI PER SATUAN PRODUK
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan
dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit
ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Contoh:
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya: departemen
A dan departemen B.
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 46.800 24.750
Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350
Rp 130.500 Rp 142,67
17.1165,60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 Kg
Produk selesai yang ditranfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 100%;
biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada proses awal 100
1.000 Kg
17.1165,60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk yang Hilang Pada Akhir
Proses dalam Departemen Setelah Departemen Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Deaprtemen A 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditranfer ke gudang 400 kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 60%;
biaya konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada proses awal 200
700 kg
Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari departemen A Rp 111.334,40 Rp161,91