Anda di halaman 1dari 21

METODE HARGA POKOK PROSES-PENGANTAR

Karakteristik Metode Harga Pokok Proses


1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Salah satu contohnya seperti perusahaan yang berproduksi masa adalah produksi
Semen. Produksi semen menghasilkan satu macam produk berupa semen portland yang
diukur dengan satuan sak yang berat standarnya 50 Kg. Produk yang dihasilkan dari
bulan kebulan adalah sama. Perencanaan produksi dilakukan dengan diterbitkannya
perintah produksi setiap awal bulan yang berlaku untuk bulan tertentu.

Perbedaan Metode Harga Pokok Proses Dengan Metode Harga Pokok Pesanan
1. Pengumpulan biaya produksi.
 Metode harga pokok pesanan mengumpulkan harga pokok produksi menurut Pesanan,
sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per Departemen
produksi per perioe akuntansi.
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Satuan
 Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi persatuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam pesanna yang bersangkutan.
3. Penggolongan Biaya Produksi
 Metode Harga Pokok Pesanan Biaya Produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan
kepada produk berdasar biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi
tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
4. Unsur Yang Digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik
 Metode Harga pokok pesanan biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lain, selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung.

Manfaat Informasi Harga Produksi


1. Menentukan harga jual produk.
 Perusahaan yang berproduksi masa memproses produknya untuk memenuhi persediaan
digudang dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk
menghasilkan informasi biaya produksi satuan produk.dalam penetapan harga jual
produk,biaya produksi perunit,merupakan salah satu informasi,yang dipertimbangkan
disamping,informasi biaya lainnya serta informasi non biaya.
2. Memantau biaya realisasi biaya produksi.
 Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produsi yang
dikeluarkan,dalam jangka waktu tertentuuntuk memantau apakah proses
mengkomsumsitotal biaya produksi,sesui dengan yang diperhitungkan sebelumNya.
3. Menghitung laba atau Rugi bruto periode tertentu.
 Informasi laba atau rugi bruto peridik,diperlukan untuk mengetahui,kontribusi produk
dalam menutup biaya nonproduksi,dan menghasilkan laba atau rugi.
Oleh karena itu,metode harga pokok proses digunakanoleh manejemen untuk
mengumpulkan informasi biaya produksiyang sesungguhnya dikeluarkan untuk
periode,tertentu guna menghasilkan informasi laba aytau rugi bruto tiap periode.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan
dalam neraca.
 Pada saat manejemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik,manejemenharus laporan keuangan berupa neraca dan laporan la rugi,.di dalam
neraca,manejemn menyajikan harga harga pokok persediaan produk jadi dan harga
pokok produk yang pada tanggal neraca dalam proses.untuk tujuan tersebut,manejemen
perlu menyelenggarakan, catatan biaya produksi tiap periode.berdasarkan catatan biaya
produksi tiap periode tersebut manejemen dapat menetukan, biaya produksi yang
melekat pada produk jadi,yang belom laku dijual pada tanggal neraca.di sampin
itu,berdasar catatan tersebut,manejemen dapat pula menentukan biaya produksi yang
melekat pada periodik yang pada tanggal neraca masi dalam proses pengerjaan.biaya
produksi yang melekat,pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca
disajikan dalam neraca sebagai harga poko persediaan produk jadi.biaya produksi yang
melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan
dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.

❖ Metode Harga Pokok Proses Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk Dalam Proses
Awal
Contoh penggunaan metode harga pokok di bagi dalam 3 tahap yaitu :

1. Metode harga pokok proses-produk diolah melalui satu departemen produksi.


Misalkan PT Risa mengolah produknya secara melalui satu departemen produksi.jumlah biaya
yg dikeluarkan selam bulan januari disajikan seperti Dibawah ini.
Biaya bahan baku Rp.5.000.000
Biaya bahan penolong 7.500.000
Biaya tenaga kerja 11.250.000
Biaya overhead pabrik 16.125.000
Total biaya produksi Rp.39.875.000

Jumlah produk yang di hasilkan selama bulan tersebut adalah


Produk jadi 2.000 kg
Produk dalam proses dalam akhir bulan,dengan tingkat penyelesaian sbb:
Biaya bahan baku:100%; biaya bahan prnolong 100%
Biaya tenaga kerja:50%;biaya overhead pabrik 30% 500 kg
Perhitungan harga pokok produksi persatuan
Bulan Januari
Masuk kedalam proses:2500 kg
....................................................................................................................................................
Produk jadi: 2.000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg
Untuk menghitung biaya persatuan yang dikeluarkan oleh perusaahan tersebut,perlu
dihitung unit ekuvalensi bulan januari sbb:
▪ Ekuivalensi untuk biaya Bahan baku 2.000 + (100% x 500) = 2.500 kg
▪ Ekuivalensi untuk biaya bahan penolong 2.000 + (100% x500) = 2.500 kg
▪ Ekuivalensi Untuk biaya Tenaga kerja 2.000 + (50% x 500) = 2.250 kg
▪ Ekuivalensi untuk biaya overhead pabrik 2.000 + (30% x 500) = 2.150 kg

Perhitungan harga pokok produksi persatuan.

Biaya produksi
Unsur Biaya Produksi Total Biaya Unit Ekuivalensi persatuan
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.500 Rp 2.000.
Bahan penolong 7.500.000 2.500 3.000
Tenaga kerja 11.250.000 2.250 5.000
Overhead pabrik 16.125.000 2.150 7.500
Total Rp.39.875.000 Rp. 17.500

Setelah biaya produksi per satuan hilang,harga produkn jadi,yang di transfer ke gudang dan
harga pokok persediaan produk dalam proses sebagai berikut

Perhitungan Harga PokokProduk Jadi dan Persediaan Produk dalam Proses

Harga pokok produk jadi :2.000 x Rp.17.500 Rp 35.000.000


Harga pokok persediaan dalam proses
BBB : 100% x 500 x 2.000 = Rp.1000.000
BBP : 100% x 500 x 3.000 = 1.500.000
BTK : 50% x 500 x 5.000 = 1.250.000
BOP : 30% x 500 x 7.500 = 1.125.000
4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan Januari Rp 39.875.000
Catatan :
BBB : Biaya Bahan Baku
BBP : Biaya Bahan Penolong
BTK : Biaya Tenaga Kerja
BOP : Biaya Overhead Pabrik
Laporan Biaya Produksi Bulan Januari
PT Risa
Loparan Biaya Produksi Bulan Januari
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 2.500 kg
Produk jadi yg ditransfer ke gudang 2.000 kg
Produk dalam proses akhir 500
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500 kg

Biaya yang Dibebankan dalam Bulan Januari


Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.000
Biaya bahan penolong 7.500.000 3.000
Biaya tenaga kerja 11.250.000 5.000
Biaya biaya overhead pabrik 16.125.000 7.000
Jumlah Rp 39.875.000 Rp 17.500
Perhitungan Biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
2.000 kg @ Rp17.500 Rp 35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong 1.500.000
Biaya tenaga kerja 1.250.000
Biaya biaya overhead pabrik 1.125.000
4.875.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam bulan
Januari Rp 39.875.000

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi


Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang
terjadi dalam bula Januari , dicatat dengan jurna berikut ini.
1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp5.000.000
Pesediaan Bahan Baku Rp5.000.000

2) Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:


Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Penolong Rp7.500.000
Pesediaan Bahan Penolong Rp7.500.000

3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:


Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Rp11.250.000
Gaji dan Upah Rp11.250.000
4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Rp16.125.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp16.125.000

5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produkjadi yang ditransfer ke gudang:


Persediaan Produk Jadi Rp35.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Rp4.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Penolong 6.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja 10.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik 15.000.000

6) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah pada akhir bulan Januari
Persediaan Produk Dalam Proses Rp4.875.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Rp1.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Penolong 1.500.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja 1.250.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik 1.125.000

❖ Metode Harga Pokok Proses-Produk Diaolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen
Produksi
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen poduksi, perhitungan biaya
produksi biaya per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama produksi
pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh 1 diatas.
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena
departemen yang dihasilkan oleh departemen departemen pertama telah merupakan produk
jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksidari departemen sebelumnya
tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen
pertama terdiri dari:
1) Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2) Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Contoh 2
PT Tiara Permata memiliki dua departemen produksi: departemen A dan depatemen B
untuk menghasilkan produknya. Data produk dan biaya kedua departemen tersebut dalam
bulan Februari 2013
Data Produksi dan Biaya Departemen A dan Biaya Departemen B
Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produksi selesai yang ditransfer ke Dep. B 30.000
Produksi selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Februari :
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses
akhir:
Biaya bahan baku
Biaya konversi 100% -
20% 50%

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK DI DEPARTEMEN A


Untuk menghitung biaya produksi persatuan yang dikeluarkan oleh departemen A
tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi departemen A dalam bulan
Februari dengan cara perhitungan sebagai berikut:

1) Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Februari tersebut
dapat menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk dalam
proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan baku sebesar 100%. Hal ini berarti
bahwa biaya bahan baku sebesar Rp70.000 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebanyak 30.000 kg dan 5.000 kg (5.000 kg x 100%)
persediaan dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah
35.000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 30.000 + (100% x 5.000)= 35.000 kg.
2) Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang
dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Februari sebesar Rp155.000 tersebut dapat
menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan dalam proses dengan
tingkat penyelesain biaya konversinya sebesar 20%. Hal ini berarti biaya konversinya
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 30.000 kg dan
1.000 kg (5.000 x 20%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalensi biaya konversi adalah 31.000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 30.000 +
(20% x 5.000)= 31.000 kg.

Perhitungan biaya produki per kilogram produk yang diproduksi oleh departemen A dalam
bulan Februari dilakukan dengan membagi tiap unsure biaya produksi (biaya bahan baku,
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) yang dikeluarkan oleg
departemen A
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Departemen A

Unsur Unit Biaya Produksi


Biaya Produksi Total Biaya Ekuivalensi per kg
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan Baku Rp 70.000 35.000 Rp 2

Tenaga Kerja 155.000 31.000 5


Overhead Pabrik 248.000 31.000 8
Total Rp473.000 Rp15

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer
oleh departemen A ke departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam proses di
departemen A pada akhir bulan Februari dapat dihitung sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B:


30.000 x Rp15 Rp450.000
Harga pokok persediaan prodk dalam proses akhir:

BBB:100% x 5.000 x Rp2 = Rp10.000


BTK: 20% x 5.000 x Rp5 = 5.000
BOP: 20% x 5.000 x Rp8 = 8.000
23.000
Jumlah biaya produk depatemen A bulan Februari Rp473.000

Catatan:
BBB = Biaya Bahan Baku
BOP = Biaya Overhead Pabrik
BTK = Biaya Tenaga Kerja

Laporan Biaya Produk A Bulan Februari

PT Tiara Permata
Loparan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Februari

Data Poduksi

Dimasukkan dalam proses 35.000 kg

Produuk jadi yang ditransfer ke gudang 30.000 kg


Produk dalam proses akhir 5.000
Jumlah produk yang dihasulkan 35.000 kg
Biaya yang Dibebankan Departemen A Dalam Bulan Februari Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 2
Biaya tenaga kerja 155.000 5
Biaya overhead pabrik 248.000 8
Jumlah Rp473.000 Rp15

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
30.000 kg @ Rp15 Rp450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku Rp10.000
Biaya tenaga kerja 5.000
Biaya overhead pabrik 8.000
23.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Departemen A bulan Februari Rp473.000

Jurnal Pencatatan Biaya Prduksi Departemen A


Berdasarkan informasi dalam laporan biaya produksi departemen A tersebut, biaya
produksi yang terjadi dalam departemen A dalam bulan Februari dicatat dengan jurnal berikut:

1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:


Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp70.000
Persediaan Bahan Baku Rp70.000

2) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:


Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A Rp155.000
Gaji dan Upah Rp 155.000

3) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:


Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A Rp248.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp248.000

4) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen oleh
A ke departemen B:
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. B Rp450.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp 60.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 150.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 240.000
Ket :
30.000 kg x Rp2
30.000 kg x Rp5
30.000 kg x Rp8
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam Dep. A pada akhir bulan Februari
Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. A Rp23.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp10.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 5.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 8.000

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen B


Untuk mengolah produk yang diterima dari departemen A tersebut, departemen B
mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dalam bulan Februari berturut-
turut sebesar Rp 270.000 dan Rp405.000. Dari 30.000 kg produk yang diolah departemen B
tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfekan ke gudang sebanyak 24.000 kg dan
persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan tingakat
penyelesaian 50% untuk biaya konversi.

Untuk menghitung harga pokok produk jadi departemen B yang ditransfer gudang dan
harga pokok persediaan produk dalam proses di departemen B pada akhir bulan Februari, perlu
dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh departemen B dalam bulan
yang bersangkutan. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai
yang ditransfer oleh departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi biya yang
ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari departemen A. Untuk menghitung
harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B pada akhir periode, harga pokok
produk yang berasal dari departemen A harus ditambahkan dengan biaya produksi persatuan
yang ditambahkan departemen B dkalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses
tersebut, dengan menghitung tingkat penyelesaiannya.

Untuk menhitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh departemen B,
perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh departemen B
dalam Februari, dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga krjja dan biaya overhead pabrik, yang
ditambahkan oleh departemen B dlam bulan Februari untuk memproses 30.000 kg produk yang
terima dari departemen sebesar Rp155.000 tersebut dapat menghasilkan 24.000 kg produk jadi
dan 6.000 kg persediaan produk dalam proses yang tingkat penyelesaian biaya konversinya
sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaya konversi tersebut telah digunakan untuk
menyelesaiakan produk selesai sebanyak 24.000 kg dan 3.000 kg(6.000 x 50%) persediaan
produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah 27.000 kg, yang
dihitung sebagai berikut: 24.000 + (50% x 6.000)= 27.000 kg.

Perhitungan biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh deparemen B dalam bulan
Februari dilakukan dengan membagi tiap unsure biaya produksi (biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik) yang dikeluarkan oleh departemen B
Perhitungan Biaya Produksi Per Satuan yang Ditambahkan Dalam Departemen B

Unsur Unit Biaya Produksi


Biaya Produksi Total Biaya Ekuivalensi per kg
(1) (2) (3) (2) : (3)
Tenaga Kerja Rp270.000 27.000 Rp10
Overhead Pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp675.000 Rp25

Setelah biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh departemen B dihitung, harga
pokok produk selesai yang ditransfer oleh departemen B pada akhir bulan Februari dapat
dihitung dalam gambar 3.10

Gambar 3.10
Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dalam Proses Departemen B

Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang:


Harga pokok dari Dep. A: 24.000 x Rp15 Rp360.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep. B: 24.000 x Rp25 600.000

Total harga pokok produk jadi yang transfer


Departemen B ke gudang: 24.000 x Rp40 Rp960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep. A: 6.000 x Rp15 Rp90.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep B:
Biaya Tenaga Kerja: 50% x 6.000 x Rp10 = Rp30.000
Biaya Overhead Pabrik 50% x 6.000 x Rp15 = Rp45.000 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dep. B 165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Dep. B bulan Februari Rp1.125.000
PT Tiara Permata
Loparan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Februari

Data Poduksi

Diterima dari Departemen A 30.000 kg


Produk jadi yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir 6.000
Jumlah produk yang dihasilkan 30.000 kg

Biaya kumulatif yang dibebankan Departemen B dalam Bulan Februari

Total Per Kg
Harga pokok dari Dep. A (30.000 kg) Rp450.000 Rp15

Biaya yang ditambahkan Dep. B


Biaya tenaga kerja Rp270.000 Rp10
Biaya overhead pabrik 405.000 15
Jumlah biaya yang ditambahkan Dep. B Rp675.000 Rp25
Total biaya kumulatif di Dep B Rp1.125.000 Rp40

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
24.000 kg @ Rp40 Rp960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep. A Rp15 x 6.000 Rp90.000
Biaya tenaga kerja 30.000
Biaya overhead pabrik 45.000
165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif yang dibebankan Dep.B bulan Februari Rp1.125.000

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen B


Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi departemen B
tersebut, biaya produksi yang terjadi dalam departemen B dalam bulan Februari dicatat dengan
jurnal berikut:

1) Jurnal untuk mencatat peneriamaan dari departemen A:


Barang Dalam Proses-Biaya Bahan. Baku Dep. B Rp450.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp 60.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 150.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 240.000
2) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. B Rp270.000
Gaji dan Upah Rp 270.000

3) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:


Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A Rp405.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp405.000

4) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Dep. B ke gudang:
Persediaan Produk Jadi Rp960.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. B Rp360.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. B 240.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. B 360.000
KET:
24.000 kg x Rp15
24.000 kg x Rp10
24.000 kg x Rp15
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam Dep. B pada akhir bulan Februari:
Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. B Rp165.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp90.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 30.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 45.000

3) Pengaruh Terjadi Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk Per Satuan

Ditinjau dari saat terjadinya dapat hilang awal dari proses, sepanjang proses, atau pada
akhir proses. Untuk kepentigan perhitungan harga pokok per satuan, produk yang hilang
sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian berpa produk yang hilang
tersebut terjadi. Atau untuk menyederhanakan perhitungan harga pokok produksi per satuan,
produk yang hilang sepanjang proses diperlukan sebagai yang hilang pada aawal atau akhir
proses.

Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk per Satuan
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai
akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen setelah departemen
produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai dua akibat : (1) menaikkan
harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya
dan (2) menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen
produksi setelah departemen produksi yang pertama tersebut.
Contoh:
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya: departemen
A dan departemen B.

Data Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1


Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke 700 kg -
Departemen B 400 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir bulan, dengan
tingkat penyelesaian sebagai berikut : 200 kg -
Biaya bahan baku & penolong 100% biaya
konversi 40% - 100 kg
Biaya bahan penolong 60%, biaya 100 kg 200 kg
konversi 50%
Produk yang hilang pada awal proses

Biaya Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 46.800 24.750
Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350

Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A


Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan Januari 20X1
Jumlah Produksi yang Dihasilkan Biaya Produksi Biaya per kg
oleh Departemen A ( unit Departemen A Produk yang
ekuivalensi) Dihasilkan oleh
Departemen A
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan baku 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan penolong 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg 26.100 29
Biaya tenaga kerja 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 35.100 45
Biaya overhead pabrik 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 46.800 60

Rp 130.500 Rp 159
Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut tidak ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1. Oleh
karena itu produk yang hilang tersebut tidak diikut sertakan dalam perhitungan unit ekivalensi
produk yang dihasilkan oleh departemen A. akibatnya biaya produksi per kg produk yang
dihasilkan oleh departemen A menjadi lebih tinggi. Seandainya produk tersebut tidak hilang
dalam proses dan menjadi prosuk yang baik, maka unit ekuivalensi biaya bahan baku menjadi
1.000 kg ( 700 + 100% x 200 kg + 100 kg) dan biaya bahan bakunya per kg adalah sebesar Rp
22,50 ( Rp 22.500 : 1.000 kg).

Perhitungan Pokok Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B:
700 x Rp 159 Rp 111.300
Harga pokok persediaan prosuk dalam proses akhir bulam (200 kg) :
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp 25 = Rp 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp 45 = 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp 60 = 4.800
19.200
Rp 130.500

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang pada Awal Proses

PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 Kg
Produk selesai yang ditranfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 100%;
biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada proses awal 100
1.000 Kg

Biaya yang Dibebankan dalam Departemen A :


Total Per kg
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan penolong 26.100 29
Biaya tenaga kerja 35.100 45
Biaya overhead pabrik 46.800 60
Jumlah Biaya produksi Departemen A Rp 130.500 Rp 159
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159 Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan (200 kg) :
Biaya bahan baku Rp 5.000
Biaya bahan penolong 5.800
Biaya tenaga kerja 3.600
Biaya overhead pabrik 4.800
19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang Hilang pada Awal Proses di Departemen setelah Departemen Pertama
Karena harga pokok produksi di departemen setelah departemen pertama dihitung
secara kumulatif, maka terjadinya produk yang hilang di departemen B sebanyak 200 kg
tersebut, mengakibatkan kenaikan harga pokok per satuan produk yang berasal ari departemen
A. harga pokok produk selesai yang berasal dari departeman A sebesar Rp 111.300 yang semula
dipikul oleh 700 kg produk, dengana danya produk yang hilang pad awal proses di departemen
B sebanyak 200 kg, harga pokok produksi tersebut hanya dipikul oleh jumlah produk yang lebih
sedikit.

Perhitungan Penyesuaian Harga Pokok Per Unit dari Departemen A


Harga pokok produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A Rp 111.300 : Rp 159,00
700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A stelah
adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah
Rp 111.300 : (700 – 200) 222,60
Penyesuaian harga produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A Rp 63,60

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit dari Departemen B Bulan Januari 20X1
Jumlah Produksi yang Dihasilkan Jumlah Biaya Biaya per kg
oleh Departemen B ( unit Produksi yang Produk yang
ekuivalensi) DItambahkan Ditambahkan
di Departemen Departemen A
B
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan penolong 400 kg + 60% x 100 kg = 460kg Rp 16.100 Rp 35
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50% x 100 kg = 450kg 22.500 50
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50% x 100 kg = 450kg 24.750 55
Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan Biaya Produksi Departen B Bulan Januari 20X1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 362,60 Rp 145.040

Harga pokok persediaan prosuk dalam proses akhir bulam (100 kg) :
Harga pokok Departemen A : 100 kg x Rp 222,60 Rp 22.260
Biaya bahan baku 100 kg x 60% x Rp 35 2.100
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50% x Rp 50 2.500
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50% x Rp 55 2.750
29.610
Jumlah biaya komulatif dalam Departemen B Rp 174.650

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1 Produk Hilang pada Awal Proses

PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Deaprtemen A 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditranfer ke gudang 400 kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 60%; biaya
konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada proses awal 200
700 kg
Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari departemen A Rp 111.300 Rp 159,00
Penyesuaian harga pokok produk per satuan karena adanya
produk yang hilang dalam proses 63,60
Rp 111.300 Rp 222,60
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Biaya bahan penolong Rp 16.100 Rp 35,00
Biaya tenaga kerja 22.500 50,00
Biaya overhead pabrik 24.750 55,00
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam departemen B Rp 63.350 Rp 140,00
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B Rp 174.650 Rp 362,60
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk yang selesai ditransfer ke gudang : 400 kg x Rp 362,60 Rp 145.040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg) :
Harga pokok produk dari departemen A : 100 kg x Rp Rp 22.260
222,60
Harga pokok yang ditambahkan dalam departemen B:
Biaya bahan penolong 2.100
Biaya tenaga kerja 2.500
Biaya overhead pabrik 2.750
29.610
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B Rp 174.650
PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG PADA PROSES TERHADAP PERHITUNGAN
HARGA POKOK PRODUKSI PER SATUAN PRODUK

Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan
dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit
ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Contoh:
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya: departemen
A dan departemen B.

Data Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1


Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg -
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100% biaya 200 kg -
konversi 40%
Biaya bahan penolong 60%, biaya konversi 50% - 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Biaya Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 46.800 24.750
Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350

Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A


Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan Januari 20X1
Jumlah Produksi yang Dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
Departemen A ( unit ekuivalensi) Produksi Produk yang
Departemen Dihasilkan oleh
A Departemen A
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan baku 700 kg + 100% x 200 kg + 100 kg Rp 22.500 Rp 22,50
Biaya bahan penolong =1000 kg 26.100 26,10
Biaya tenaga kerja 700 kg + 100% x 200 kg + 100 kg 35.100 39,89
Biaya overhead pabrik =1000 kg 46.800 53,18
700 kg + 40% x 200 kg + 100 kg =880
kg
700 kg + 40% x 200 kg + 100 kg =880
kg

Rp 130.500 Rp 142,67

Perhitungan Biaya Produksi Departen A Bulan Januari 20X1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B : 700 x
Rp141,67 Rp 99.169,00
Penyesuaian harga pokok produsi selesai karena adanya produk yang hilang
pada akhir proses : 100 x Rp 141,67 14.167,00
Harga pokok produk selesai ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan :
700 X Rp 161,91 Rp 113.334,40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg) :
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp 22,50 = Rp 4.500,00
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp 26,10 = 5.220,00
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp 39,89 = 3.191,20
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp 53,18 = 4.254,40

17.1165,60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Produkyang Hilang pada Akhir Proses di Departemen Produksi setelah Departemen


Produk Pertama
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang pada Akhir Proses
dalam Departemen Produksi Pertama

PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 Kg
Produk selesai yang ditranfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 100%;
biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada proses awal 100
1.000 Kg

Biaya yang Dibebankan dalam Departemen A :


Total Per kg
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp 22,50
Biaya bahan penolong 26.100 26,10
Biaya tenaga kerja 35.100 39,89
Biaya overhead pabrik 46.800 53,18
Jumlah Biaya produksi Departemen A Rp 130.500 Rp 142,67
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B : 700 x Rp141,67 Rp 99.169,00
Penyesuaian harga pokok produsi selesai karena adanya produk yang hilang pada
akhir proses : 100 x Rp 141,67 14.167,00
Harga pokok produk selesai ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 700
X Rp 161,91 Rp 113.334,40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg) :
Biaya bahan baku Rp 4.500,00
Biaya bahan penolong 5.220,00
Biaya tenaga kerja 3.191,20
Biaya overhead pabrik 4.254,40

17.1165,60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan Januari 20X1


Jumlah Produksi yang Dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
Departemen B ( unit ekuivalensi) Produksi Produk yang
yang ditambahkan
ditambahkan Departemen B
Departemen
B
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan penolong 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg =660 Rp 16.100 Rp 24,39
Biaya tenaga kerja kg 22.500 34,62
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50% x 100 kg + 200 kg =650 24.750 38,08
kg
400 kg + 50% x 100 kg + 200 kg =650
kg
Rp 63.350 Rp 97,09

Perhitungan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 20X1


Harga pokok poduk selesai ditransfer ke gudang :
Harga pokok dari Departemen A : 400 kg x Rp 161,91 Rp 64.764,00
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B : 400 kg x Rp 97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161,91 + Rp 51.800,00
97,09)
Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke gudang : 400 kg x (Rp 1554.00 : Rp 155.400,00
400kg)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100
kg) : Rp 16.191,00
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp 161,91 1.219,50
Biaya bahan baku : 100 kg x 50% x Rp 24,39 1.731,00
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 34,62 1.904,00
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 % x Rp 38,08
21.045,50
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp 176.445,50

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk yang Hilang Pada Akhir
Proses dalam Departemen Setelah Departemen Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Deaprtemen A 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditranfer ke gudang 400 kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 60%;
biaya konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada proses awal 200
700 kg
Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari departemen A Rp 111.334,40 Rp161,91

Biaya yang ditambahkan dalam departemen B


Biaya bahan penolong Rp 16.100 Rp 24,39
Biaya tenaga kerja 22.500 34,62
Biaya overhead pabrik 24.750 38,08
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam departemen B Rp 63.350 Rp 97,09
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B Rp 176.445,50 Rp 259,00
Perhitungan Biaya
Harga pokok poduk selesai ditransfer ke gudang :
Harga pokok dari Departemen A : 400 kg x Rp 161,91 Rp 64.764,00
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B : 400 kg x Rp 97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161,91 + Rp
97,09) 51.800,00
Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke gudang : 400 kg x (Rp 1554.00 : Rp 155.638,00
400kg)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100
kg) : Rp 16.191,00
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp 161,91
Harga pokok yang ditambahkan dari Departemen B : 1.219,50
Biaya bahan baku 1.731,00
Biaya tenaga kerja 1.904,00
Biaya overhead pabrik
21.045,50
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp 176..684,40

Anda mungkin juga menyukai