Anda di halaman 1dari 29

Kalkulasi Harga Pokok Pesanan

Oleh :
Kelompok 4
Ni Kadek Cahya Dwi Utami (1315644007)
A.A Indah Indraswari (1315644063)
Putu Desy Ariyani (1315644079)

JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah akuntansi biaya yang diberikan oleh dosen
kami NI Luh Nym Ayu Suda Susilawati, SE.,MM. mengenai masalah Metode Harga Pokok
Pesanan
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi khalayak umum, dan khususnya
bagi mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah akuntansi biaya ini, semoga bermanfaat di
masa depan.

Penyusun,
Kelompok IV

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harga Pokok Pesanan.............................................................................3
2.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan............................................................3
2.3 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan...........................................5
2.4 Prosedur Akuntansi Biaya Harga Pokok Pesanan.....................................................9
2.5 Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet)................................................20
2.6 Metode Harga Pokok Pesanan..................................................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi
tujuan utama dari perusahaan tersebut adalah menncari laba. Agar perusahaan dapat
berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan berusaha untuk
mendapatkan laba optimal dari setiap unit usaha yang dikerjakannya. Besar kecilnya laba
yang dihasilkan merupakan ukuran kesuksesan perusahaan dalam mengelola sumber daya
alam yang ada diperusahaan. Untuk memenuhi laba yang diharapkan oleh perusahaan tentu
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi pendapatan dan laba
diantarannya adalah biaya produksi, jumlah atau kuantitas penjualan dan harga jual produk.
Dari faktor tersebut, yang paling penting dalam hal ini adalah biaya produksi.
Pengendalian atas biaya produksi adalah pengendalian biaya yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenagan kerja, serta biaya overhead pabrik yang dihitung dengan
cara membandingkan biaya yang telah diterapkan dengan biaya sebenarnya. Perhitungan
harga pokok produksi merupakan salah satu faktor yang tidak dapat ditinggalkan, sebab
apabila pimpinan kurang tepat didalam menentukan harga pokok produksi mengakibatkan
konsumen dapat beralih keperusahaan yang lain, sehingga memungkinkan pesanan akan
berkurang. Untuk mempertahankan usahanya perusahaan perlu menetapkan harga jual yang
sangat sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan, serta sesuai dengan harga jual produk
lain yang sejenis yang diproduksi oleh perusahaan lain.
Dengan menentukan harga pokok produksi pesanan maka perusahaan dapat
mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan. Maka perusahaan dalam menentukan
harga jual dari suatu pesanan harus sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan

untuk memproduksi pesanan tersebut dalam mendapatkan laba yang diinginkan oleh
perusahaan dapat optimal, karena harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan
oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari metode harga pokok pesanan ?
1.2.2 Bagaimana karakteristik metode harga pokok pesanan ?
1.2.3 Apa manfaat informasi harga pokok produksi per pesanan ?
1.2.4 Bagaimana prosedur akuntansi biaya harga pokok pesanan ?
1.2.5 Bagaimana Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet) ?
1.2.6 Bagaimana metode harga pokok pesanan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6

Untuk mengetahui pengertian dari metode harga pokok pesanan


Untuk mengetahui karakteristik metode harga pokok pesanan
Untuk mengetahui manfaat informasi harga pokok produksi per pesanan
Untuk mengetahui prosedur akuntansi biaya harga pokok pesanan
Untuk mengetahui Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet)
Untuk mengetahui metode harga pokok pesanan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Harga Pokok Pesanan


Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi
untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar
pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga
pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan
maupun

untuk

per

satuan.

Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan
harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada
pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya yang dikumpulkan untuk setiap
pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. Atau
dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang
menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang
spesifik.
2.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh
karakteristik kegiatan produksi perusahaan tersebut. Oleh karena itu, sebelum dibahas
metode harga pokok pesanan, perlu diuraikan terlebih dahulu karakteristik kegiatan usaha
perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan yang berpengaruh terhadap metode
pengumpulan biaya produksi.

2.2.1 Karakteristik Usaha Perusahaan yang Produksinya Berdasarkan Pesanan


Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi
produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha
perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai
dikerjakan, proses produksi dihentikan, dan mulai dengan pesanan berikutnya.
2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan
demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di
gudang.

2.2.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan


Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan tersebut di
atas berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya
produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan
setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua
kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu
berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik
diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara
membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah
unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

2.3 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan


Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok
produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya
berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi
pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada
spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan
kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan
untuk memproduksi pesanan tertentu. Formula untuk menentukan harga jual yang akan
dibebankan kepada pemesan adalah sebagai berikut :
Taksiran biaya produksi untuk pesanan
Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pesanan
Taksiran total biaya pesanan
Laba yang diinginkan
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan

Rpxx
xx
Rpxx
xx
Rpxx

Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi yang akan
dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai
salah satu dasar untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. Untuk
menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi pesanan tertentu perlu
dihitung unsur-unsur biaya berikut ini :
Taksiran biaya bahan baku

Rpxx

Taksiran biaya tenaga kerja langsung

xx

Taksiran biaya overhead pabrik

xx

Taksiran biaya produksi

Rpxx

2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan


Adakalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di
pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau
menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan keputusan tersebut, manajemen
memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima tersebut. Informasi total
harga pokok pesanan memberikan dasar perlindungan bagi manajemen agar di dalam
menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian. Tanpa memiliki informasi total
harga pokok pesanan, manajemen tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh
pemesan dapat mendatangkan laba bagi perusahaan.
Total harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya berikut ini :
Biaya produksi pesanan :
Taksiran biaya bahan baku

Rpxx

Taksiran biaya tenaga kerja

xx

Taksiran biaya overhead pabrik

xx

Taksiran total biaya produksi

Rpxx

Biaya nonproduksi :
Taksiran biaya administrasi & umum
Taksiran biaya pemasaran

Rpxx
xx

Taksiran biaya nonproduksi

xx

Taksiran total harga pokok pesanan

Rpxx

3. Memantau realisasi biaya produksi


Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu dasar untuk menetapkan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
Informasi taksiran biaya produksi juga bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk
mempertimbangkan diterima tidaknya suatu pesanan. Jika pesanan telah diputuskan untuk
diterima, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan
didalam memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk memantau apakah
proses produksi untuk memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total biaya produksi pesanan
sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi per pesanan
tersebut dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok pesanan.
Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan
dengan formula berikut ini :
Bahan baku yang sesungguhnya
Biaya tenaga kerja sesungguhnya

Rpxx
xx

Taksiran biaya overhead pabrik


Total biaya produksi sesungguhnya

xx
Rpxx

4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan


Untuk mengetahui apakah pesanan tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau
mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan
diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya nonproduksi dan
menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan oleh
manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan
untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan. Laba atau
rugi bruto tiap pesanan dihitung sebagai berikut :
Harga jual yang dibebankan kepada pemesan

Rpxx

Biaya produksi pesanan tertentu :


Biaya bahan baku sesungguhnya

Rpxx

Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya

xx

Taksiran biaya overhead pabrik

xx

Total biaya produksi pesanan


Laba bruto

(xx)
Rpxx

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan
dalam neraca
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi-

laba. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan
harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujua tersebut,
manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan. Berdasarkan
catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi
yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca belum
diserahkan kepada pemesan. Disamping itu, berdasarkan catatan tersebut, manajemen dapat
pula menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang pada tanggal neraca masih
dalam proses pengerjaan. Biaya yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi
namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan disajikan dalam neraca
sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya yang melekat pada pesanan yang belum
selesai pada tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk
dalam proses.
2.4 Prosedur Akuntansi Biaya Harga Pokok Pesanan
1. Akuntansi Biaya Bahan dan Suplies

Persediaan bahan baku

Rpxx

Persediaan bahan penolong

Rpxx

Persediaan suplies

Rpxx

Hutang dagang

Rpxx

(Pembelian bahan dan suplies)

PDP Biaya bahan baku


Rpxx
BOP sesungguhnya
Rpxx
Persediaan bahan baku
Rpxx
Persediaan bahan penolong
Rpxx
Persediaan suplies
Rpxx
(Pemakaian bahan baku, bahan penolong, dan suplies)

2. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja

Biaya gaji dan upah


Rpxx
Hutang gaji dan upah
(Penentuan besarnya gaji dan upah)
PDP Biaya tenaga kerja langsung Rpxx
BOP Sesungguhnya
Rpxx
Biaya gaji dan upah
(Distribusi gaji dan upah)

Rpxx

Rpxx

Hutang gaji dan upah


Rpxx
Kas
(Pembayaran gaji dan upah)
3. Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
a. Pembebanan BOP
BOP ditentukan dimuka dengan menggunakan tarif

PDP BOP
Rpxx
BOP dibebankan
(Pembebanan BOP ke produk)
b. Pengumpulan BOP sesungguhnya

BOP Sesungguhnya
Rpxx
Persediaan Bahan Penolong

Rpxx

Rpxx

Rpxx

(Pemakaian bahan penolong)

BOP Sesungguhnya

Rpxx

Biaya Gaji dan Upah

Rp xx

(Biaya tenaga kerja tak langsung)

BOP sesungguhnya
Rpxx
Akm. Penyusutan mesin
Rpxx
Akm. Penyusutan bangunan
Rpxx
Akm. Penyusutan Peralatan
Rpxx
Amortisasi Hak Paten
Rpxx
(Biaya penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik)

BOP sesungguhnya
Persediaan suku cadang

Rpxx
Rpxx

Kas/Hutang biaya
Rpxx
(Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik)

BOP sesungguhnya
Kas/Hutang biaya
(Biaya listrik dan air untuk pabrik)

Rpxx
Rpxx

BOP sesungguhnya
Rpxx
Persekot asuransi
Rpxx
(Biaya asuransi pabrik)
c. Akuntansi Perhitungan dan Perlakuan Selisih BOP
- Akuntansi Perhitungan Selisih BOP :

BOP dibebankan
Selisih BOP (under applied)
Rpxx
BOP sesungguhnya
Rpxx
(Menutup BOP dibebankan ke BOP sesungguhnya)
BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP dibebankan

selisih

tidak

menguntungkan atau unfavorable.

BOP dibebankan
BOP sesungguhnya
Rpxx
Selisih BOP (over applied)
Rpxx
(Menutup BOP dibebankan ke BOP sesungguhnya)
BOP sesungguhnya lebih kecil dari BOP dibebankan selisih meguntungkan atau
favorable.

- Akuntansi Selisih BOP


Selisih BOP ditutup ke rekening laba rugi.

Selisih tidak menguntungkan/unfavorable (under applied)


Laba rugi
Rpxx
Selisih BOP (under applied)
Rpxx

Selisih menguntungkan/favorable (over applied)


Selisih BOP (Over applied)
Rpxx
Laba rugi
Rpxx
4. Akuntansi Produk Jadi dan Produk Dalam Proses Akhir Periode

Persediaan produk jadi


Rpxx
PDP Biaya bahan baku
Rpxx
PDP Biaya tenaga kerja langsung
Rpxx
PDP BOP
Rpxx
(Pencatatan produk jadi)

Persediaan PDP
Rpxx
PDP Biaya bahan baku
PDP Biaya tenaga kerja langsung
PDP BOP
(Pencatatan produk dalam proses akhir periode)
5. Akuntansi Penjualan atau Penyerahan Produk Kepada Pemesan

Piutang dagang/kas
Rpxx
Penjualan
(mencatat penjualan)

Rpxx
Rpxx
Rpxx

Rpxx

Harga Pokok Penjualan


Rpxx
Persediaan produk jadi
Rpxx
(mencatat harga pokok penjualan)
6. Perlakuan sisa bahan, produk rusak, dan produk cacat dalam metode harga pokok pesanan
A. Sisa Bahan
a. Sisa Bahan Laku Dijual
Ada2 kemungkinan perlakuan hasil penjualan sisa bahan laku dijual:
Sisa penjualan diperlakukan sebagai pengurang BOP sesungguhnya, dengan jurnal:
Kas

xxx
BOP sesungguhnya

xxx

Hasil penjualan diperlakukan sebagai pengurang BBB pada pesanan yang bahannya
tersisa dengan jurnal:
Kas

xxx
PDP-BBB

xxx

b. Sisa Bahan Tidak Laku Dijual


Apabila sisa bahan tidak laku dijual, maka kemungkinan akan timbul biaya pemusnahan
sisa bahan tersebut. Bila tidak memerlukan biaya dalam pemusnahannya, maka tidak
menimbulkan kegiatan akuntansi. Namun jika timbul biaya, maka perlakuannya adalah:
Bila sisa bahan bisa ditelusuri asal muasalnya maka biaya pemusnahan akan dibebankan
pada pesanan yang menimbulkan sisa bahan dengan jurnal:

PDP-BBB

xxx

Kas

xxx

Bila sisa bahan tidak bisa ditelusuri asal sisa bahan tersebut, biaya pemusnahannya akan
dibebankan pada BOP sesungguhnya, dengan jurnal:
BOP sesungguhnya

xxx

Kas

xxx

B. Produk Rusak
a. Produk Rusak tidak laku dijual
Jika tidak laku dijual maka akan timbul masalah karena adanya HP yang melekat pada
produk
Timbul Akibat sulitnya pengerjaan
Contoh:
PT.XXX menerima pesanan 50 unit barang yang diperkirakan harga pokok per unitnya
adalah Rp1.000.000. Karena sulitnya pengerjaan perusahaan akan membuat 60 unit,
dimana 10 unit merupakan produk yang rusak dan tidak laku dijual. Dengan demikian
harga pokok per unitnya tidak Rp1.000.000 melainkan Rp1.200.000 dengan rincian sbb:
HPP produk selesai 50@Rp1.000.000 = Rp50.000.000
HPP produk rusak 10@Rp1.000.000 = Rp10.000.000
HPP produk selesai 50@Rp1.200.000 = Rp60.000.000
Timbul akibat kegiatan normal
Bila produk timbul akibat kegiatan normal, HPP rusak akan dibebankan sebagai BOP
sesungguhnya.
Contoh:

Dari soal diatas misalnya komposisi BBB, BTKL, BOP adalah 5:3:2 maka pencatatan
jurnalnya adalah sbb:
BOP sesungguhnya

Rp10.000.000

PDP-BBB

Rp5.000.000

PDP-BTKL

Rp3.000.000

PDP-BOP

Rp2.000.000

Timbul karena kesalahan


HPP rusak diperlakukan sebagai kerugian dan dimasukkan ke dalam rekening rugi
produk rusak, jurnalnya adalah sbb:
Rugi produk rusak

Rp10.000.000

PDP-BBB

Rp5.000.000

PDP-BTKL

Rp3.000.000

PDP-BOP

Rp2.000.000

b. Produk Rusak Laku Dijual


Perlakuan hasil produk rusak laku dijual tergantung dari penyebab produk rusak.
Timbul Akibat sulitnya pengerjaan
Produk rusak yang diakibatkan sulitnya pengerjaan akan diperlakukan sebagai pengurang
biaya produksi
Contoh: Dari soal sebelumnya, komposisi BBB, BTKL, BOP adalah 5:3:2 dan hasil
penjualannya Rp2.000.000, maka pencatatan jurnalnya adalah sbb:
Kas

Rp2.000.000
PDP-BBB

Rp1.000.000

PDP-BTKL

Rp600.000

PDP-BOP

Rp400.000

Timbul akibat kegiatan normal


Bila produk rusak timbul akibat kegiatan normal, maka hasil penjualan akan diperlakukan
sebagai pengurang BOP.
Contoh: Dari soal diatas,HPP rusak Rp10.000.000 diperlakukan sebagai BOP
sesungguhnya,

dan hasil

penjualannya

diperlakukan

sebagai

pengurang

BOP

sesungguhnya. Sehingga:
Harga Pokok Produk Rusak Rp10.000.000
Hasil Penjualan Produk rusak (Rp2.000.000)
BOP sesungguhnya

Rp8.000.000

Pencatatan jurnalnya:
Kas

Rp2.000.000

BOP sesungguhnya

Rp8.000.000

PDP-BBB

Rp5.000.000

PDP-BTKL

Rp3.000.000

PDP-BOP

Rp2.000.000

Timbul karena kesalahan pengerjaan


HPP rusak karena kesalahan pengerjaan, hasil penjualan produk rusak diperlakukan
sebagai pengurang rugi produk rusak.
Harga Pokok Produk Rusak

Rp10.000.000

Hasil Penjualan Produk Rusak

(Rp2.000.000)

Rugi Produk Rusak

Rp8.000.000

Jurnalnya adalah sbb:

Kas

Rp2.000.000

Rugi produk rusak

Rp8.000.000

PDP-BBB

Rp5.000.000

PDP-BTKL

Rp3.000.000

PDP-BOP

Rp2.000.000

C. Produk Cacat
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, tetapi
secara ekonomis masih bisa diperbaiki. Artinya biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
lebih rendah dibandingkan dengan harga jualnya.
Permasalahan pada produk cacat adalah menyangkut biaya tambahan untuk memperbaiki
produk cacat tersebut. Perlakuan pada produk cacat juga tergantung dari penyebab cacatnya
produk tersebut.
Contoh:
PT. ABC menerima pesanan sebanyak 750 unit dengan harga pokok per unitnya Rp200.000
yang terdiri dari bahan baku Rp90.000, biaya tenaga kerja Rp60.000 dan BOP Rp50.000.
Perusahaan memproduksi 750 unit, tetapi dalam proses produksinya ada cacat sebanyak 50
unit. Untuk memperbaiki cacat tersebut, dikeluarkan biaya per unitnya sbb:
Bahan Baku

Rp45.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Rp30.000

Biaya Overhead Pabrik

Rp25.000

Bagaimana perlakuannya perlu dilihat penyebab terjadinya produk cacat tersebut


Karena sulitnya pengerjaan

Produk cacat yang diakibatkan sulitnya pengerjaan akan menimbulkan biaya tambahan dan
biaya tambahan tersebut diperlakukan sebagai penambah biaya produksi.
Jurnalnya yang diperlukan adalah:
PDP-BBB

Rp2.250.000

PDP-BTKL

Rp1.500.000

PDP-BOP

Rp1.250.000

Persediaan Bahan Baku

Rp2.250.000

Gaji dan Upah

Rp1.500.000

Berbagai rek di kredit

Rp1.250.000

Karena kegiatan normal


Bila produk cacat timbul akibat kegiatan normal, maka biaya untuk memperbaiki akan
dibebankan sebagai BOP sesungguhnya.
Jurnalnya:
BOP sesungguhnya

Rp5.000.000

Persediaan Bahan Baku

Rp2.250.000

Gaji dan Upah

Rp1.500.000

Berbagai rek di kredit

Rp1.250.000

Karena kesalahan
Bila produk cacat timbul karena kesalahan proses, maka tambahan biaya diperlakukan
sebagai kerugian dan dimasukkan ke dalam rekening rugi produk cacat, jurnalnya adalah
sbb:
Rugi produk cacat
Persediaan Bahan Baku

Rp5.000.000
Rp2.250.000

Gaji dan Upah

Rp1.500.000

Berbagai rek dikredit

Rp1.250.000

2.5 Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet)


Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok
pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan
pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan
biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi
langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu
tarif tertentu.
2.6 Metode Harga Pokok Pesanan
Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan, berikut ini
disajikan contoh pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok
pesanan dengan pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi.
Contoh Kasus 1 :
Perusahaan mebel ANTIK berproduksi atas dasar pesanan. Biaya-biaya dikumpulkan
atas dasar pesanan. Pada tanggal 17 Juli 2014, perusahaan ANTIK mendapat pesanan untuk
membuat meja dari HOTEL GARUDA dengan biaya atau kontrak sebesar Rp12.000.000,00.
Pesanan harus sudah selesai paling lambat tanggal 12 Agustus 2014. Atas pesanan tersebut
perusahaan ANTIK memberi kode job nomor 58.

Transaksi yang terjadi sehubungan dengan pesanan job nomor 58 tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pembelian bahan-bahan yang dilakukan:
- 20 keping kayu mahoni
@ Rp500.000,00
- 100 liter politur
@ Rp5.000,00
- 15 peti lem
@ Rp20.000,00
- 5 peti paku
@ Rp40.000,00
b. Permintaan bahan-bahan untuk memproduksi job nomor 58 :
- 5 keping kayu mahoni
- 10 liter politur
- 1 peti lem
- 1 peti paku
c. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk mengerjakan pesanan:
- Tenaga kerja langsung
Rp3.500.000,00
- Tenaga kerja tidak langsung
Rp1.000.000,00
d. Biaya overhead pabrik sesungguhnya selain yang terjadi di atas adalah sebesar
Rp2.000.000,00.
e. Biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar tarif yaitu 75% dari biaya tenaga kerja
langsung.
f. Pesanan tersebut dapat diselesaikan dan diserahkan kepada pemesannya sedangkan
pembayarannya diterima 20 hari kemudian.
Diminta :
1. Jurnal-jurnal yang diperlukan.
2. Kartu biaya atas pesanan tersebut.
Jawab :
Jurnal jurnal yang diperlukan
a. Mencatat pembelian bahan bahan
Persediaan bahan
11.000.000
Utang dagang
b. Mencatat pemakaian bahan baku dan bahan pembantu
PDP bahan baku (job 58)
2.500.000
BOP sesungguhnya
110.000
Persediaan bahan
c. Mencatat biaya tenaga kerja
1. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
Biaya gaji & upah
4.500.000
Utang gaji & upah
2. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
PDP BTKL (job 58)
3.500.000
BOP sesungguhnya
1.000.000
Biaya gaji & upah

11.000.000

2.610.000

4.500.000

4.500.000

3. Pencatatan pembayaran gaji dan upah


Utang gaji & upah
4.500.000
Kas
4.500.000
d. Mencatat BOP sesungguhnya yang lain
BOP sesungguhnya
2.000.000
Macam macam kredit
2.000.000
e. Mencatat BOP-dibebankan pada Job 58, sebesar 75% x Rp3.500.000
PDP BOP (job 58)
2.625.000
BOP dibebankan
2.625.000
f. Untuk mengetahui apakah BOP yang dibebankan berdasar tarif menyimpang dari BOP
Sesungguhnya, saldo rekening BOP yang dibebankan ditutup ke rekening BOP
sesungguhnya sehingga muncul selisih BOP
BOP dibebankan
2.625.000
Selisih BOP
485.000
BOP sesungguhnya
g. Perlakuan selisih BOP yaitu masuk ke rekening rugi-laba
Rugi-Laba

485.000

Selisih BOP
h. Mencatat produk jadi (job 58)
Persediaan produk jadi
PDP bahan baku (job 58)
PDP BTKL (job 58)
PDP BOP (job 58)
i. Mencatat penjualan (job 58)
Piutang dagang
Penjualan
j. Mencatat harga pokok penjualan
Harga Pokok Penjualan
Persediaan produk jadi
Kartu Biaya Atas Pesanan

3.110.000

485.000
8.625.000
2.500.000
3.500.000
2.625.000
12.000.000
12.000.000
8.625.000
8.625.000

Contoh Kasus 2 :
Perusahaan mebel ANTIK mempunyai 2 departemen produksi A dan departemen
produksi B. Pada bulan Januari 2015 mendapat pesanan sebagai berikut:
- Dari UNY 200 buah kursi kuliah @ Rp60.000,00.
- Dari UGM 50 buah meja kerja @ Rp70.000,00.
Catatan:
Pesanan tersebut diberi kode masing-masing K-1 dan M-3. Pesanan K-1 dan M-3 dapat
diselesaikan, namun baru K-1 yang diserahkan.
Transaksi yang terjadi untuk memenuhi pesanan K-1 dan M-3 adalah sebagai berikut:
Pemakaian bahan baku :
Pesanan

Dept. A

Dept. B

Jumlah

K-1

Rp4.000.000,00

Rp1.000.000,00

Rp5.000.000,00

M-3

Rp1.500.000,00

Rp250.000,00

Rp1.750.000,00

Rp5.500.000,00

Rp1.250.000,00

Rp6.750.000,00

Biaya tenaga kerja langsung :


Pesanan

Dept. A

Dept. B

Jumlah

K-1

Rp1.600.000,00

Rp800.000,00

Rp2.400.000,00

M-3

Rp500.000,00

Rp200.000,00

Rp700.000,00

Rp2.100.000,00

Rp1.000.000,00

Rp3.100.000,00

Biaya Overhead Pabrik :


Departemen

BOP-Dibebankan

BOPSesungguhnya

50% biaya bahan baku

Rp2.700.000,00

80% biaya tenaga kerja langsung

Rp950.000,00

Dari data tersebut diminta untuk membuat jurnal-jurnal yang diperlukan dan job order cost sheet
masing-masing pesanan.
Jawab :
Jurnal Jurnal yang diperlukan :
a. Mencatat pemakaian bahan baku
PDP Bahan Baku dept.A
5.500.000
PDP Bahan Baku dept.B
1.250.000
Persediaan bahan baku
b. Mencatat pembebanan gaji dan upah ke masing-masing pesanan
PDP BTKL dept.A
2.100.000
PDP BTKL dept.B
1.000.000
Biaya Gaji & Upah
c. Mencatat BOP yang dibebankan
PDP BOP dept.A
2.750.000
PDP BOP dept. B
800.000
BOP dibebankan dept.A
BOP dibebankan dept. B

6.750.000

3.100.000

2.750.000
800.000

d. Mencatat BOP yang sesungguhnya


BOP sesungguhnya dept.A
2.700.000
BOP sesungguhnya dept.B
950.000
Macam-macam kredit
3.650.000
e. Mencatat pemindahan produk jadi dari dept.A ke dept.B
PDP HPP dept.A dept.B
10.350.000
PDP Bahan baku dept.A
5.500.000
PDP BTKL dept.A
2.100.000
PDP BOP dept.A
2.750.000
f. Mencatat pemindahan dari dept.B ke produk jadi dan persediaan PDP
Persediaan produk jadi
10.040.000
Persediaan PDP
3.360.000
PDP HPP dept.A dept.B
10.350.000
PDP Bahan baku dept.B
1.250.000
PDP BTKL dept.B
1.000.000
PDP BOP dept.B
800.000
g. Mencatat penjualan
Piutang dagang
12.000.000
Penjualan
12.000.000
h. Mencatat harga pokok penjualan
Harga Pokok Penjualan
10.040.000
Persediaan produk jadi
10.040.000

Kartu Biaya Atas Pesanan

Catatan:
Hal yang sama dapat dibuat untuk job order cost sheet atas pesanan dari UGM

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi
untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar

pesanan. Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang
digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik yaitu
perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap
jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual, biaya produksi harus
digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk, biaya produksi langsung terdiri dari
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung
disebut dengan istilah biaya overhead pabrik, biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai
harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka, harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi.
Manfaat metode harga pokok pesanan yaitu menentukan harga jual yang akan dibebankan
kepada pemesan, mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan, memantau realisasi
biaya produksi, menghitung laba atau rugi tiap pesanan, menentukan harga pokok persediaan
produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Kartu harga pokok
merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini
berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap
pesanan produk
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/bycmd/metode-hargapokokpesananfullcosting
Mulyadi, Drs. Msc Ak., : Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian
Biaya, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
Supriyono R.A., Drs. S.U.Akuntan: Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok Buku 1, BPFE, Yogyakarta.

Suastiningsih, Dra. M.Si, Zulkifi, S.E., MM.:AKUNTANSI BIAYA dilengkapi dengan Isu
Isu Kontemporer, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai