Anda di halaman 1dari 30

AKUNTANSI BIAYA

METODE HARGA POKOK PESANAN

OLEH:
KELOMPOK 4

Firda Mayang Aldira (1715644048)


Ni Kadek Dewi Rahayu (1715644096)
Ni Wayan First Honey Octaviani (1715644132)
Kadek Tiwi Maharani (1715644150)

KELAS 2F
D4 AKUNTANSI MANAJERIAL
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas pada mata kuliah Akuntansi Biaya yang berjudul “Metode
Harga Pokok pesanan (Job Order Costing)” tepat pada waktunya. Adapaun tujuan
dari penulisan laporan ini adalah sebagai bahan pembelajaran mata kuliah
Akuntansi Biaya pada Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali.
Dalam menyusun laporan ini penulis menyadari bahwa tersusunnya laporan
ini banyak memperoleh bantuan dari beberapa pihak yang bisa dijadikan pedoman
dan pegangan sehingga terselesaikannya penulisan laporan ini. Oleh karena itu pada
kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bantuan baik moral maupun materiil kepada:
1. Dosen Pengampu Mata kuliah Akuntansi Biaya Ni Luh Nyoman Ayu Suda
Susilawati, S.E., M.M.
2. Anggota kelompok 4 kelas 2F.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat serta mampu memberikan tambahan pengetahuan kepada
para pembaca.

Jimbaran, April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Karakteristik dari Metode Harga Pokok Pesanan ..................................... 3

2.2 Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur Dan Aliran Harga Pokok ........ 4

2.3 Prosedur Akuntansi Biaya Harga Pokok Pesanan .................................... 6

2.4 Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk Cacat pada Metode Harga Pokok
Pesanan ................................................................................................................ 9

2.5 Kartu Harga Pokok Pesanan ................................................................... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 26

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya
produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan. Atau Full Costing adalah metode
penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya
produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di
dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun
tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di
muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok
persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya
(elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa
FOH Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi
dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut.
Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk
menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara
keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk persatuan. Dalam metode ini
biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok
produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya yang dikumpulkan untuk
setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan
identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok pesanan
adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau
pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik. Dalam pembahasan kali

1
ini diuraikan lebih mendalam metode harga pokok pesanan dalam perusahaan yang
menggunakan full costing dalam penentuan harga produksinya. Uraian akan diawali
dengan siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur, kemudian dilanjutkan
dengan karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan,
serta karakteristik metode harga pokok pesanan. Dan diakhiri dengan pembahasan
metode harga pokok pesanan.

1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana Karakteristik dari Metode Harga Pokok Pesanan?
b. Bagaimana aliran kegiatan perusahaan manufaktur dan aliran harga pokok
produk?
c. Bagaimana prosedur akuntansi biaya harga pokok pesanan?
d. Bagaimana perlakuan sisa bahan, produk rusak, produk cacat pada metode
harga pokok pesanan?
e. Apa itu kartu harga pokok pesanan?

1.3.Tujuan
a. Untuk mengetahui Karakteristikk dari Metode Harga Pokok Pesanan.
b. Untuk mengetahui aliran kegiatan perusahaan manufaktur dan aliran harga
pokok produk.
c. Untuk mengetahui prosedur akuntansi biaya harga pokok pesanan.
d. Untuk mengetahui perlakuan sisa bahan, produk rusak, produk cacat pada
metode harga pokok pesanan.
e. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kartu harga pokok pesanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik dari Metode Harga Pokok Pesanan


Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan
biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam
perusahaan yang produksinya berdasarakan pesanan memiliki karakteristik sebagai
berikut :

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi


pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya
secara individual.

2. Biaya produksi digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk


menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi
tidak langsung.

3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah
biaya overhead pabrik.

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi


pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan
berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka.

5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi
dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan
tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan.

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku


menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan.

3
Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus – putus. Jika pesanan yang
satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan, dan mulai dengan
pesanan berikutnya.

2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.


Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang
lain.

3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi


persediaan digudang.

Manfaat Harga Pokok Produksi per Pesanan

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok


produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.

3. Memantau realisasi biaya produksi.

4. Menghitung laba atau rugi pesanan.

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.

2.2 Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur Dan Aliran Harga Pokok


Produk
Aliran harga pokok produk (flow of cost) menunjukkan aliran biaya produksi
dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang
selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran harga pokok produk akan dipengaruhi atau
tergantung aliran kegiatan (flow of activity) perusahaan manufaktur dalam
mengolah bahan baku menjadi produk selesai dan menjualnya.
1. Aliran kegiatan perusahaan manufaktur terdiri dari :

4
a. Pengadaan (Procurement)
Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan
jasa yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi yaitu :
 Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong
supplies pabrik dan barang lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan
produksi.
 Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung dan jasa
lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
b. Produksi (production)
Produksi adalah kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Pada
kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan
jasa lainnya yang dikelompokkan dalam overhead pabrik.
c. Penyimpanan produk selesai (warehousing of finish goods)
Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam
gudang produk selesai menunggu saat diual atau diserahkan kepada pemesan.
d. Penjualan produk selesai (selling of finish product)
Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai
untuk dikirim kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening
langganan atau pembeli.

2. Aliran Harga Pokok Produk :


a. Pengadaan bahan baku akan membentuk harga perolehan persediaan bahan
baku, pengadaan jasa karyawan menimbulkan biaya gaji dan upah, konsumsi
bahan penolong dan barang lain serta jasa yang dikelompokkan dalam
overhead pabrik menimbulkan biaya overhead pabrik.
b. Pengolahan produk, bahan baku yang dikonsumsi membentuk Produk Dalam
Proses - Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung yang
dikonsumsikan membentuk Produk Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja
Langsung. Biaya Overhead Pabrik yang dikonsumsi membentuk Produk
Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik.

5
c. Penyimpanan produk selesai akan membentuk harga pokok persediaan produk
selesai.
d. Penjualan produk, harga pokok persediaan produk selesai yang dijual akan
membentuk Harga Pokok Penjualan.

2.3 Prosedur Akuntansi Biaya Harga Pokok Pesanan


1. Akuntansi Biaya Bahan dan Supplies
 Persediaan Bahan Baku Rp xxx
Persediaan Bahan Penolong Rp xxx
Persediaan Suplies Rp xxx
Hutang Dagang Rp xxx
(Pembelian bahan dan supplies)
 Produk Dalam Proses Bahan Baku Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Persediaan Bahan Baku Rp xxx
Persediaan Bahan Penolong Rp xxx
Persediaan Suplies Rp xxx
(Pemakaian bahan baku, bahan penolong, dan supplies)

2. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja


 Biaya Gaji dan Upah Rp xxx
Hutang Gaji dan Upah Rp xxx
(Penentuan besarnya gaji dan upah)
 Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Biaya Gaji dan Upah Rp xxx
(Distribusi Gaji dan Upah)
 Hutang Gaji dan Upah Rp xxx
Kas Rp xxx
(Pembayaran Gaji dan Upah)

6
3. Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
a. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik ditentukan dimuka dengan menggunakan tarif
 Produk Dalam Proses – BOP Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik dibebankan Rp xxx
(Pembebanan BOP ke Produk)

b. Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya


 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp xxx
Akumulasi Penyusutan Bangunan Rp xxx
Akumulasi Penyusutan Peralatan Rp xxx
Amortisasi Hak Paten Rp xxx
(Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva tetap Pabrik)
 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Persediaan Suku Cadang Rp xxx
Kas/Hutang Biaya Rp xxx
(Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik)
 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Kas/Hutang Biaya Rp xxx
(Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik)
 Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp xxx
Persekot Asuransi Rp xxx
(Biaya Asuransi Pabrik)

c. Akuntansi Perhitungan dan Perlakuan Selisih BOP


1) Akuntansi perhitungan selisih BOP
 Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xxx
Selisih BOP (under applied) Rp xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxx
(Menutup BOP dibebankan ke BOP sesungguhnya)

7
BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP dibebankan selisih
tidak menguntungkan atau unfavorable.
 Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Selisih BOP (over applied) Rp xxx
(Menutup BOP dibebankan ke BOP Sesungguhnya)
BOP sesungguhnya lebih kecil dari BOP dibebankan, selisih
menguntungkan atau favorable.
2) Akuntansi Selisih BOP
Selisih biaya overhead pabrik ditutup ke rekening laba-rugi
 Selisih tidak menguntungkan/Unfavorable (under applied)
Laba – Rugi Rp xxx
Selisih BOP (under applied) Rp xxx
 Selisih menguntungkan/favorable (over applied)
Selisih BOP (Over applied) Rp xxx
Laba-Rugi Rp xxx

4. Akuntansi Produk Selesai dan Produk Dalam Proses Akhir Periode


 Persediaan Produk Selesai Rp xxx
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xxx
Produk Dalam Proses - Biaya tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
(Pencatatan Produk Selesai)

 Persediaan Produk Dalam Proses Rp xxx


Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xxx
Produk Dalam Proses - Biaya tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
(Pencatatan Produk Dalam Proses Akhir Periode)

8
5. Akuntansi Penjualan atau Penyerahan Produk Kepada Pemesan
 Piutang Dagang/Kas Rp xxx
Penjualan Rp xxx
(mencatat penjualan)
 Harga Pokok penjualan Rp xxx
Persediaan Produk Selesai Rp xxx
(Mencatat Harga Pokok Penjualan)

2.4 Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk Cacat pada Metode Harga Pokok
Pesanan
Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul
sisa bahan (scrap product), produk rusak (spoiled product), maupun produk cacat
(detective product). Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat menekan
timbulnya sisa bahan, produk rusak, maupun produk cacat serendah mungkin.
Sedangkan dari segi akuntansi biaya timbul masalah untuk memperlakukan biaya
maupun penghasilan yang timbul dari sisa bahan, produk rusak maupun produk
cacat tersebut, dan bagaimana cara mengendalikannya. Di bawah ini akan dibahas
masalah tersebut.
1. Sisa Bahan
Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan
produk, yang disebut sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak
di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan
kembali dalam peusahaan. Penyebab timbulnya sisa bahan dapat karena sifat bahan
baku yang dip roses atau karena sifat pengolahan produk atau karena bahan baku
tersebut lama disimpan. Misalnya, pada perusahaan konfeksi timbul sisa bahan
berupa sisa potongan tekstil yang tidak dapat dipakai, dalam perusahaan pembuatan
meubel dapat timbul sisa bahan berupa potongan papan yang tidak dapat dipakai.
Ditinjau dari dapat dijual atau tidaknya sisa bahan, maka sisa bahan dapat
dikelompokkan menjadi dua :
a. Sisa bahan yang tidak laku dijual

9
Sisa bahan yang tidak laku dijual timbul masalah akuntansi apabila untuk
membuang atau memusnahkan sisa bahan diperlukan biaya, misalnya supaya
tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup, perlakuan dari biaya
tersebut tergantung dari penyebab timbulnya sisa bahan.
1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan tertentu, biaya
pembuangan atau pemusnahan sisa bahan dapat untuk menambah elemen
biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan.
2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan biaya
tersebut dapat diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Maka pada penyusunan budget biaya pembuangan atau
pemusnahan sisa bahan.
b. Sisa bahan yang laku dijual
Sisa bahan yang laku dijual menimbulkan masalah akuntansi atau perlakuan
hasil penjualan sisa bahan, dalam hal ini dapat digunakan tiga cara perlakuan
penghasilan penjualan sisa bahan yang dipengaruhi penyebab timbulnya sisa
bahan sebagai berikut :
1) Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena bhan pengolahan pesanan
tertentu, hasil sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau
pengurang keseluruhan biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
2) Apabila timbulnya sisa bahan sifatnya normal di dalam suatu perusahaan,
perlakuan hasil penjualan dapat digunakan cara sebagai berikut :
a) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya. Apabila metode ini digunakan maka pada awal
periode harus ditentukan besarnya budget penghasilan sisa bahan yang akan
mengurangi budget biaya overhead pabrik, sehingga tariff biaya overhead
pabrik yang dihitung sudah memperhitungkan hasil sisa bahan.
b) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain.

Contoh 1 : sisa bahan tidak laku dijual, perlu biaya untuk memusnahkan
PT Adhi pada bulan agustus 1981 mengolah 2 macam pesanan yaitu
pesanan A-1 sebanyak 200 satuan produk dan pesanan A-2 sebanyak 100 satuan

10
produk, biaya overhead pabrik dibebankan kepada pesanan berdasarkan tariff
sebesar 50% dari biaya tenaga kerja lngsung. Biaya untuk setiap pesanan sebagai
berikut :
Pesanan A-1 Pesanan A-2
Elemen Biaya Jumlah
(200 satuan) (100 satuan)
Bahan baku Rp. 80.000,00 Rp. 40.000,00 Rp. 120.000,00
Tenaga Kerja 60.000,00 40.000,00 100.000,00
Langsung
Overhead Pabrik
= 50% dari BTKL 30.000,00 20.000,00 50.000,00
Rp. 170.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 270.000,00
Dari pengolahan produk ternyata timbul sisa bahan sebanyak 50 kilogram yang
tidak laku dijual, untuk memusnahkan sisa bahan tersebut diperlakuakan biaya Rp
2.000,00 yang dibayar tunai.
Diminta membuat jurnal dan perhitungan harga pokok pesanan baik total
maupunsatuan apabila semua pesanan sudah selesai dan penyebab sisa bahan
sebagai berikut :
a. Sisa bahan disebabkan pengolahan Pesana A-2
b. Sisa bahan terjadi secara normal dalam perusahaan
Penyelesaian :
a. Sisa bahan disebabkan pesanan A-2
1) Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku 120.000,00
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung 100.000,00
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 50.00,00
Persediaan Bahan Baku
120.000,00
Biaya Gaji dan Upah 100.000,00
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan 50.000,00
(mencatat pembebanan biaya pada pesanan yang diolah)

2) Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 2.000,00

11
Kas 2.000,00
(mencatat biaya pemusnahan sisa bahan dibebankan pada Pesanan A-2)

3) Persediaan Produk Selesai 272.000,00


Barang Dalam Proses –Biaya Bahan Baku 122.000,00
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung
100.000,00
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
50.000,00
(mencatat harga pokok pesanan yang selesai)

Harga Pokok Satuan = Jumlah harga pokok pesanan tertentu


Jumlah produk pesanan yang bersangkutan

A-1 = 80.000,00 + 60.000,00 + 30.000,00 = 170.000,00 = 850,00 per satuan

200 satuan 200

A-2 = (40.000,00 + 2.000,00) + 40.000,00 + 20.000,00 = 102.000,00 =


1.020,00 per satuan

100 satuan 100

b. Sisa bahan sifatnya normal dalam perusahaan

1) Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku 120.000,00


Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung 100.000,00
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 50.00,00
Persediaan Bahan Baku
120.000,00
Biaya Gaji dan Upah 100.000,00
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan 50.000,00
(mencatat pembebanan biaya pada pesanan yang diolah)
2) Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 2.000,00
Kas 2.000,00

12
(mencatat biaya pemusnahan sisa bahan dibebankan pada Pesanan A-2)
3) Persediaan Produk Selesai 272.000,00
Barang Dalam Proses –Biaya Bahan Baku 122.000,00
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung
100.000,00
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
50.000,00
(mencatat harga pokok pesanan yang selesai)
Harga Pokok Satuan :
A-1 = 80.000,00 + 60.000,00 + 30.000,00 = 170.000,00 = 850,00 per satuan

200 satuan 200

A-2 = 40.000,00 + 40.000,00 + 120.000,00 = 2.000,00 per satuan

100 satuan

Contoh 2 : Sisa bahan dapat laku dijual


Misalnya sisa bahan yang timbul pada PT Adhi seperti pada contoh 1,
sebanyak 50 kg dapat dijual semuanya dengan harga sebesar RP 4.000,00 diterima
kas. Diminta membuat jurnal atas hasil penjualan sisa bahan dan jurnal penentuan
harga pokok untuk kedua macam pesanan yang sudah selesai tersebut, serta
menghitung harga pokok satuan apabila :
a. Penyebab timbulnya sisa bahan Pesanan A-2
b. Sisa bahan normal terjadi di dalam perusahaan dan diperlakukan sebagai :
1) Pengurangan BOP sesungguhnya
2) Penghasilan lain-lain
Penyelesaian :
a. Penyebab timbulnya sisa bahan Pesanan A-2
a.1. Hasil penjualan sisa bahan sebagai pengurang bahan baku pesanan A-2
1) Kas 4.000,00
BDP-BBB 4.000,00

13
(mencatat hasil penjualan sisa bahan sebagai pengurang biaya bahan baku
Pesanan A-2)
2) Persediaan Produk Selesai 266.000,00
BDP-BBB 116.000,00
BDP-BTKL 100.000,00
BDP-BOP 50.000,00
(mencatat harga pokok pesanan yang selesai)

Harga Pokok Satuan :


A-1 = 80.000,00 + 60.000,00 + 30.000,00 = 170.000,00 = 850,00 per satuan

200 satuan 200

A-2 = (40.000,00 - 4.000,00) + 40.000,00 + 20.000,00 = 96.000,00 = 960,00 per


satuan

100 satuan 100

a.2. Hasil penjualan sisa sebagai pengurang biaya produksi pesanan A-2 secara
keseluruhan :
1) Kas 4.000,00
BDP-BBB 1.600,00
BDP-BTKL 1.600,00
BDP-BOP 800,00
(mencatat alokasi hasil penjualan sisa bahan pada Pesanan A-2), perincian
:

Elemen Biaya Jumlah Biaya % Alokasi Hasil Penjualan Sisa


Bahan
BBB 40.000,00 40 40% x 4.000,00 = 1.600,00
BTKL 40.000,00 40 40% x 4.000,00 = 1.600,00
BOP 20.000,00 20 20% x 4.000,00 = 800,00
100.000,00 100 4.000,00

14
2) Persediaan Produk Selesai 266.000,00
BDP-BBB 118.400,00
BDP-BTKL 98.400,00
BDP-BOP 49.200,00
(mencatat harga pokok pesanan yang selesai), harga pokok satuan sebagai
berikut :
A-1 = 80.000,00 + 60.000,00 + 30.000,00 = 170.000,00 = 850,00 per satuan

200 satuan 200

A-2 = (40.000,00 – 1.600,00) + (40.000,00 – 1.600,00) + (20.000,00 – 800,00) =


96.000,00 = 960,00 per satuan

100 satuan 100

b. Sisa bahan terjadinya bersifat normal


b.1 Hasil penjualan sebagai pengurang BOP Sesungguhnya
1) Kas 4.000,00
BOP sesungguhnya 4.000,00
(mencatat hasil penjualan sisa bahan)
2) Persediaan Produk Selesai 270.000,00
BDP-BBB 120.000,00
BDP- BTKL 100.000,00
BDP-BOP 50.000,00
(mencatat harga pokok produk selesai)
Harga pokok satuan sebagai berikut :
A-1 = 80.000,00 + 60.000,00 + 30.000,00 = 170.000,00 = 850,00 per satuan

200 satuan 200

A-2 = 40.000,00 + 40.000,00 + 20.000,00 = 100.000,00 = 1.000,00 per satuan

100 satuan 100

15
Pada uraian perlakuan hasil penjualan sisa bahan di muka, hasil penjualan
sisa bahan baru dicatat pada saat sisa bahan laku dijual, akibatnya perusahaan tidak
mengetahui jumlah persediaan sisa bahan yang belum terjual pada akhir periode.
Untuk mengatasi masalah tersebut apabila nilai sisa bahan relative tinggi dapat
diselenggarakan pencatatan terhadap persediaan sisa bahan dengan menggunakan
salah satu dari dua metode sebagai berikut :
1) Perusahaan pada kartu persediaan sisa bahan cukup jumlah phisik persediaan.
Sedangkan apabila sisa bahan di jual dalam jurnal didebit kas atau piutang
dagang dan di kredit rekening BDP atau BOP Sesungguhnya atau penghasilan
lain-lain, sesuai penyebab timbulnya. Mutasi phisik sisa bahan dimasukkan ke
dalam kartu persediaan sisa bahan.
Pada akhir periode dari saldo persediaan phisik sisa bahan yang ada pada kartu
sisa bahan, ditaksir besarnya nilai persediaan dan dicatat dengan mendebit
rekening Persediaan Sisa Bahan dan mengkredit rekening BDP atau BOP
Sesungguhnya atau Penghasilan lain-lain.
2) Diselenggarakan rekening Persediaan Sisa Bahan dan rekening Penghasilan
Ditangguhkan dalam pencatatan perusahaan, yang dapat diselenggarakan
dengan cara sebagai berikut :
a. Pada saat dipindahkan sisa bahan dari pabrik ke gudang, didebit rekening
Persediaan Sisa Bahan dan di kredit rekening BDP atau BOP sesungguhnya
atau penghasilan lain-lain sesuai penyebab timbulnya, sebesar kuantitas sisa
bahan dikalikan harga jual satuan dari sisa bahan.
b. Pada saat sisa bahan dijual, rekening Kas atau Piutang Dagang didebit dan
rekening Persediaan Sisa Bahan yang sesungguhnya tidak sama dengan
yang ditaksir, selisihnya akan mendebit atau mengkredit rekening BDP atau
rekening BOP sesungguhnya atau rekening Penghasilan lain-lain.

2.5 Kartu Harga Pokok Pesanan


Kartu biaya pesanan adalah dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan
yang mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap pesanan. Untuk mengumpulkan

16
biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost Sheet), yang
merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang Dalam Proses.
Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan. Kartu ini
berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk mengumpulkan biaya
produksi tiap pesanan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung
yaitu biaya yang langsung dalam proses produksi dan biaya overhead pabrik (BOP).
Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu biaya pesanan yang bersangkutan
secara langsung baik bahan bakunya maupun biaya tenaga kerja langsungnya,
sedangkan biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik dicatat dalam
kartu biaya pesanan berdasarkan suatu tarif tertentu yang ditentukan dimuka.
Syarat penggunaan Metode Harga Pokok Pesanan:

 Masing-masing pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan identitasnya


secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara
individual.

 Biaya produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu: biaya langsung
(BBB & BTKL) dan biaya tak langsung (selain BBB & BTKL).

 BBB dan BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan


yang bersangkutan, sedangkan BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar
tarif yang ditentukan di muka.

 Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.

 Harga pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya
produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk
dalam pesanan yang bersangkutan.

17
Contoh kartu harga pokok pesanan

Rekap Harga Pokok Produksi :


Biaya Bahan Baku :
Biaya Tenaga Kerja Langsung:
Biaya Overhead Pabrik :
Harga Pokok Produksi :
Harga Pokok Per Satuan :

Contoh kasus
PT Eliona berusaha dalam bidan percetakan. Semua pesanan diproduksi
berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut
pesanan yang diterima. Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam menentukan
harga pokok produksi adalah Full Costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi,
tiap pesanan diberi nomor dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung
diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan November 2017,
PT Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak Rp 1.500 lembar
dari PT Rimendi, harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp 3.000
perlembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk
mencetak pamflet iklan sebanyak Rp 20.000 lembar dari Pt Oki dengan harga
dibebankan kepada pemesan sebesar Rp 1.000 perlembar. Pesanan dari PT Rimendi
diberi no 101 dan pesanan dari PT OKI diberi nomor 102. Berikut ini kegiatan
produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.

18
1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong
Pada tanggal 3 november perusahaan membeli bahan baku dan bahan
penolong berikut ini:

Bahan Baku:

Kertas jenis X 85 rem @Rp 10.000 Rp 850.000


Kertas jenis Y 10 roll @Rp 350.000 Rp 3.500.000
Tinta jenis A 5 Kg @Rp100.000 Rp 500.000
Tinta jenis B 25 Kg @Rp 25.000 Rp 625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5.475.000
Bahan Penolong :
Bahan penolong P 17 kg @Rp 10.000 Rp 170.000
Bahan penolong Q 60 Liter @ Rp 5.000 Rp 300.000
Jumbah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000
Jumlah total Rp 5.945.000

Perusahaan menggunakan dua rekening control untuk mencatat persediaan bahan


yaitu persediaan bahan baku dan persediaan bahan penolong. Pembelian bahan
baku dan pembelian bahan penolong dijurnal sebagai berikut:
Jurnal 1
Persediaan bahan baku Rp 5.475.000
Hutang dagang Rp 5.475.000
(pembelian bahan baku)
Jurnal 2
Persediaan bahan penolong Rp 470.000
Hutang dagang Rp 470.000
(pembelian bahan penolong)

2. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam produksi

Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam pesanan perusahaan
menggunakan dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang
gudang. Dokumen ini ditulis oleh bagian produksi dan diserahkan oleh bagian

19
gudang untuk meminta bahan yang diperlukan oleh bagian produksi. Bagian
gudang akan mengisi jumlah bahan yang diserahkan kepada bagian produksi pada
dokumen tersebut dan kemudian dokumen ini dipakai sebagai dokumen sumber
sebagai dasar pencatatan pemakaian bahan.

Bahan baku untuk pesanan 101

Kertas jenis X 85 rem @Rp 10.000 Rp 850.000


Tinta jenis A 5 Kg @Rp100.000 Rp 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 101 Rp 1.350.000

Bahan baku untuk pesanan 102

Kertas jenis Y 10 roll @Rp 350.000 Rp 3.500.000


Tinta jenis B 25 Kg @Rp 25.000 Rp 625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 102 Rp 4.125.000

Total bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000

Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunkan bahan


penolong sebagai berikut:

Bahan penolong P 10 kg @Rp 10.000 Rp 100.000


Bahan penolong Q 40 Liter @ Rp 5.000 Rp 200.000
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp 300.000

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong

Barang dalam proses biaya bahan baku Rp 5.475.000

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 300.000

Persediaan bahan baku Rp 5.475.000

Persediaan bahan penolong Rp 300.000

20
(Pemakaian bahan baku dan bahan penolong)

3. Pencatatan biaya tenaga kerja

Dari contoh diatas biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam department
produksi sbb:

Upah langsung untuk pesanan 101 225 jam @4000 Rp 900.000

Upah langsung untuk pesanan 101 225 jam @4000 Rp 5.000.000

Upah tak langsung Rp 3.000.000

Jumlah upah Rp 8.900.000

Gaji karyawan administrasi dan umum Rp 4.000.000

Biaya gaji karyawan bagian pemasaran Rp 7.500.000

Jumlah gaji Rp 11.500.000

Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000

Dari data diatas jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

 Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan


Gaji dan upah Rp 20.400.000
Utang gaji dan upah Rp 20.400.000
(pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang)
 Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
BDP- BTKL Rp 5.900.000
BOP Sesungguhnya Rp 3.000.000
Biaya ADM & Umum Rp 4.000.000
Biaya Pemasaran Rp 7.500.000
Gaji dan upah Rp 20.400.000
(distribusi biaya tenaga kerja )
 Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Utang gaji dan upah Rp 20.400.000

21
Kas Rp 20.400.000
(Pencatatan pembayaran gaji dan upah)

4. Pencatatan biaya overhead pabrik


Dari contoh diatas misalnya biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada
produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan
demikian biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung
sbb:
Pesanan 101 150% x Rp 900.000 = Rp 1.350.000
Pesanan 102 150% x Rp 5.000.000 = Rp 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan = Rp 8.850.000

Misalnya biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, selain biaya bahan
penolong dan biaya tenaga kerja tak langsung, adalah sebagai berikut:
Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp 700.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung Rp 500.000
Jumlah Rp 5.700.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya


Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 5.700.000
Akum depresiasi mesin Rp 1.500.000
Akum depresiasi gedung pabrik Rp 2.000.000
Persekot asuransi Rp 700.000
Persediaan suku cadang Rp 1.000.000
Perseddiaan bahan bangunan Rp 500.000
(pencatatan BOP sesungguhnya)

22
Untuk mengetahui BOP yang dibebankan berdasarkan tariff menyimpang dari
BOP yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening BOP yang dibebankan ditutup ke
rekening BOP yang sesungguhnya
Jurnal penutup sbb:
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 8.850.000
(menutup rekening BOP yang dibebankan)

Selisih BOP yang dibebankan kepada produk dengan BOP yang sesungguhnya
terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo
rekening BOP yang sesungguhnya.
Debet :
Pemakaian bahan penolong Rp 300.000
Distribusi biaya tenaga kerja Rp 3.000.000
BOP yang sesungguhnya terjadi Rp 5.700.000
Jumlah debet Rp 9.000.000
Kredit:
Jurnal penutup Rp 8.850.000
Jumlah kredit (Rp 8.850.000)
Selisih pembebanan Rp 150.000
Selisih BOP pada akhirnya dipindahkan ke rekening selisih BOP. Jika terjadi
selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal:
Biaya overhead pabrik Rp 150.000
BOP sesungguhnya Rp 150.000
(selisih BOP)

5. Pencatatan harga pokok jadi


Pesananan yang telah selesai diproduksi ditransfer ke bagian oleh bagian produksi.
Harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi dapat dihitung dari informasi
biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Harga pokok pesanan 101

23
Biaya bahan baku Rp 1.350.000
Biaya tenaga kerja Rp 900.000
Biaya overhead pabrik Rp 1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan 101 Rp 3.600.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalan sbb:
Persediaan produk jadi Rp 3.600.000
Barang dalam proses biaya bahan baku Rp 1.350.000
Barang dalam proses biaya tenaga kerja Rp 900.000
Barang dalam proses biaya overhead pabrik Rp 1.350.000
(harga pokok barang jadi)

6. Pencatatan harga pokok dalam proses

Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai


diproduksi. Biaya yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat
dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Kemudian dibuatkan
jurnalnya untuk mencatat persediaan produk dalam proses dan mengkredit
rekening barang dalam proses.

Persediaan produk dalam proses Rp 16.625.000

BDP- Biaya bahan baku Rp 4.125.000

BDP- Biaya tenaga kerja langsung Rp 5.000.000

BDP- Biaya overhead pabrik Rp 7.500.000

(pencatatan produk dalam proses)

7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual


Harga produk yang diserkan kepada pemesan dicatat dalam rekening harga
pokok penjualan dan rekening persediaan produk jadi

Harga pokok penjualan Rp 3.600.000

24
Persediaan produk jadi Rp 3.600.000

(mencatat harga pokok penjualan)

8. Pencatatan penjualan produk

Pada contoh diatas telah disebutkan bahwa pesanan 101 berupa pesanan 1.500
lembar undangan dengan harga jual Rp 3.000 perlembar atau total harga Rp
4.500.000. maka jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang kepada pemesan sbb:

Piutang dagang/kas Rp 4.500.000

Penjualan Rp 4.500.000

(mencatat penjualan)

9. Kartu Harga Pokok Pesanan

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Karakteristik sistem penentuan harga pokok pesanan antara lain:
a. Kegiatan produksi dilakukan atas dasar pesanan,
b. Produk tergantung spesifikasi pesanan (bersifat homogen),
c. Produksi terputus-putus,
d. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dan pengumpulan biaya
produksi dilakukan dengan membuat kartu harga pokok pesanan (job order
cost sheet), dan
e. Perhitungan harga pokok per unit produk dilakukan setelah produk pesanan
yang bersangkutan selesai dikerjakan dengan cara membagi harga pokok
produk pesanan dengan jumlah unit produk yang diselesaikan.
Yang perlu diperhatikan pada proses produksi lebih dari satu departemen yaitu
biaya produksi dan laporan harga pokok disajikan per departemen, tarif biaya
overhead pabrik per departemen. Pengelompokan rekening biaya produksi juga
didasarkan per departemen dan umumnya dibagi menjadi departemen biaya bahan
baku atau departemen lainnya.
Prosedur Akuntansi Biaya Harga Pokok Pesanan dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
Akuntansi Biaya Bahan dan Suplies, Akutansi Biaya Tenaga Kerja, Akuntansi
Biaya Overhead pabrik, Akuntansi Produk Selesai dan Produk Dalam Proses Akhir
Periode, dan Akuntansi Penjualan atau Penyerahan Produk Kepada Pemesan.

26
DAFTAR PUSTAKA

S. N. L. N. A. S. Susilawati and dkk, "Buku Ajar Akuntansi Biaya,"


Politeknik Negeri Bali, Badung, 2016.

http://irmajhe.blogspot.co.id/2016/12/mengelola-kartu-biaya-produksi.html

http://repository.uin-suska.ac.id/1737/1/2013_2013113MEN.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai