Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Putri Emiliawati (2020310092)
2. Nadia Awwalia Putri (2020310093)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT.atas izin dan kehendak-Nya
makalah ini dapat kami selesaikan pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Biaya. Adapun yang kami bahas dalam makalah ini mengenai “Metode Harga
Pokok Pesanan (Full Costing)”. Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai
hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal yang
berkenaan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kami berterima
kasih kepada dosen pengampu, yakni Ibu Husnurrosyidah, S.Pd., S.Ak., M.E.Sy., Ak., yang
telah memberikan limpahan ilmu yang berguna kepada kami.
Kami menyadari kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami
berusaha untuk dapat menyusunnya dengan baik. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran
dan juga kritik untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap makalah ini bisa menjadi referensi yang berguna bagi kami dan juga
siapa pun pembacanya.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Siklus Akuntansi................................................................................................6
2.2 Pengerian Metode Harga Pokok Pesanan........................................................7
2.3 Karakteristik Harga Pokok Pesanan..................................................................8
2.4 Karakteristik Usaha Perusahaan Yang Produksinya Berdasarkan Pesanan....9
2.5 Penentuan Harga Jual.....................................................................................10
2.6 Rekening Pembantu Sebagai Alat Kontrol......................................................11
2.7 Metode Harga Pokok Pesanan........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana siklus kuntansi biaya yang terjadi dalam perusahaan
manufaktur
2. Untuk mengetahui apa pengertian metode harga pokok pesanan (full costing)
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik metode harga pokok pesanan
4. Untuk mengetahui apa saja karakteristik usaha perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan harga jual pada produk pesanan
6. Untuk mengetahui apa itu rekening pembantu
7. Untuk mengetahui bagaimana metode harga pokok pesanan (full costing)
BAB II
PEMBAHASAN
5
barang dagangan kemudian tanpa melalui pengolahan lebih lanjut dan diakhiri dengan
penjualan kembali barang dagangan tersebut. Dalam perusahaan dagang siklus akuntansi
biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok barang dagangan yang dibeli dan berakhir
dengan penyajian harga pokok barang dagangan yang dijual. Tujuan akuntansi biaya dalam
perusahaan dagang adalah untuk menyajikan informasi harga pokok barang dagangan yang
dijual, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Pada perusahaan jasa siklus kegiatan dimulai dengan persiapan penyerahan jasa dan
berakhir dengan penyerahan jasa kepada pemakainya. Dalam perusahaan jasa siklus
akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir
dengan disajikannya harga pokok jasa yang diserahkan. Akuntansi biaya dalam perusahaan
jasa bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok per satuan jasa yang diserahkan
kepada pemakai jasa.
Pada perusahaan manufaktur siklus kegiatan dimulai dengan pengolahan bahan baku
di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam
perusahaan manufaktur siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan
baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir
dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh Bagian Produksi ke
Bagian Gudang. Akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menyajikan
informasi harga pokok produksi per satuan produk jadi yang diserahkan ke Bagian Gudang.
Pada prosesnya akuntansi biaya akan tampak pada siklus di perusahaan manufaktur.
Oleh karena itu pembahasan metode harga pokok pesanan akan menitik beratkan pada proses
di perusahaan manufaktur saja. Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur
digunakan untuk mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari dimasukkannya bahan baku
ke dalam proses produksi sampai dengan dihasilkannya produk jadi dari proses produksi
tersebut.1
1
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, (Bandung: Politeknik Telkom, 2009), 4-2.
6
dalam perusahaan semacam ini disebut Metode Harga Pokok Pesanan ( Job Order Cost
Method). Contoh perusahaan yang menerapkan metode ini adalah : Perusahaan percetakan,
kontraktor, industri galangan kapal dan lain-lain.2 Dilihat dari definisinya, metode harga
pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga
pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Sedangkan
full costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh
komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di
dalam metode full costing, biaya overhead pabrik bersifat variabel maupun tetap dibebankan
kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas
normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead
pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan
baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut
tidak dijual.
Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga
pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan
maupun untuk per satuan. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk
pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi untuk pesanan dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan.3 Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya yang dikumpulkan
untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan
identitasnya.
Metode full costing juga dapat diartikan sebagai metode penentuan harga pokok
produksi dimana semua biaya produksi diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi.
Sehingga tidak membedakan antara biaya produksi variabel dan biaya produksi tetap.
Dikarenakan seluruh biaya produksi tetap dan variabel dimasukkan ke dalam harga pokok
produksi, maka akan ada biaya tetap yang masih melekat pada produk yang belum laku
terjual. Sehingga biaya tetap yang masih melekat pada produk yang belum laku terjual tidak
dibebankan pada periode yang seharusnya.
Dikarenakan memperhitungkan semua biaya produksi, maka dalam metode full
costing format perhitungan harga pokok produksi adalah sebagai berikut:4
2
Heri Enjang Syahputra, Modul Akuntansi Biaya, (Medan: Universitas Sari Mutiara Indonesia, 2019), 18.
3
Emy Iryanie dan Monika Handayani, Akuntansi Biaya, Cet. 1, (Banjarmasin: Poliban Press, 2019), 10.
4
Emy Iryanie dan Monika Handayani, Akuntansi Biaya, Cet. 1, 11.
7
Biaya bahan baku Rp. xxx. xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx. xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx. xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx. xxx
Harga Pokok Produksi Rp. xxx. xxx
5
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-5.
8
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.6
9
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-7.
10
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-8.
10
2.6 Rekening Pembantu Sebagai Alat Kontrol
Akuntansi biaya menggunakan banyak rekening pembantu untuk merinci biaya-biaya
produksi. Rekening-rekening pembantu (subsidiary accounts) ini dikontrol ketelitiannya
dengan menggunakan rekening kontrol (controlling account) di dalam buku besar. Rekening
kontrol menampung data yang bersumber dari jurnal, sedangkan rekening pembantu
digunakan untuk menampung data yang bersumber dari dokumen sumber.11
Pada umumnya langkah selanjutnya adalah pencatatan biaya dan sebagai alat
kontrolnya adalah rekening pembantu sebagai berikut :
Karena transaksi terjadinya biaya yang dicatat dalam buku besar bersumber dari
jurnal, maka dalam melaksanakan identifikasi transaksi yang terjadi, harus ditunjuk nama
rekening yang harus didebit dan dikredit dalam buku besar. Oleh karena itu penggolongan
transaksi pada waktu membuat jurnal selalu menyebut nama rekening yang bersangkutan
dalam buku besar. Karena akuntansi biaya menggunakan berbagai rekening kontrol maka
setiap melakukan penjualan harus mengacu pada nama rekening kontrol yang bersangkutan
dalam buku besar.12
Pada pencatatan biaya produksi dalam buku besar dibentuk rekening kontrol barang
dalam proses. Rekening ini dapat digolongkan berdasarkan unsur biaya produksi sebagai
berikut :
11
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-9.
12
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-10.
11
1. Barang Dalam Proses Biaya Bahan Baku
2. Barang Dalam Proses Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik
Untuk mencatat biaya non produksi maka akan dibentuk rekening kontrol biaya
administrasi dan umum serta biaya pemasaran. Rekening biaya pemasaran digunakan untuk
menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan rekening biaya
administrasi dan umum digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi di fungsi
administrasi dan umum.
Kartu harga pokok (Job Order Cost Sheet) merupakan catatan yang penting dalam
metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu,
yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi
untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan
yang bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap
pesanan tertentu dan biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan
tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu
harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.
Gambar 1. Kartu Harga Pokok
13
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-11.
12
Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi
adalah full costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan
setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang
bersangkutan.14
1. Pencatatan biaya bahan baku (BBB)
Dibagi menjadi dua prosedur, yaitu:
a. Prosedur pembelian bahan baku
Jurnalnya:
Persediaan bahan baku xxx
Utang dagang/kas xxx
b. Prosedur pencatatan pemakaian bahan baku
Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan
dilakukan dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan mengkredit
rekening Persediaan Bahan Baku atas dasar dokumen bukti permintaan dan
pengeluaran barang gudang. Pendebitan rekening Barang Dalam Proses ini
diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang dipakai dalam kartu harga
pokok pesanan yang bersangkutan.15
Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya
produksi langsung dari biaya produksi tidak langsung, maka bahan penolong
yang merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dicatat pemakaiannya
dengan mendebit rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Rekening Barang Dalam Proses hanya didebit untuk mencatat pembebanan
biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Jurnalnya:
Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung (BTKL)
Dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara upah tenaga kerja
langsung dengan upah tenaga kerja tidak langsung. Upah tenaga kerja langsung
dicatat dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses, dan dicatat pula dalam kartu
14
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-12.
15
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-14.
13
harga pokok pesanan yang bersangkutan. Upah tenaga kerja tidak langsung dicatat
dengan mendebit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.16
Perusahaan harus menyelenggarakan kartu hadir masing-masing karyawan, untuk
mengumpulkan informasi jam kerja total selama periode kerja tertentu, untuk
pembuatan Daftar Upah. Disamping itu, perusahaan harus mencatat penggunaan jam
kerja masing2 karyawan untuk mengerjakan pesanan. (Masing2 karyawan dibuatkan
Kartu Jam Kerja / Job TimeTicket).
Dalam pencatatan BTKL diperlukan juga pengumpulan dua macam kerja, yaitu:
Jam kerja total selama periode tertentu
Jam kerja yang digunakan untuk mengerjakan setiap pesanan
Jurnal untuk pembagian upah:
Biaya dalam proses-BTKL xxx
Gaji dan upah xxx
3. Pencatatan biaya overhead pabrik (BOP)
BOP dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu:
Biaya reparasi dan pemeliharaan, berupa pemakaian persediaan spareparts dan
persediaan suppliespabrik
Biaya tenaga kerja taklangsung
Biaya Bahan Penolong
Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (contoh:
biaya penyusutan aktiva tetap)
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (contoh: terpakainya
asuransi dibayar dimuka)
Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran
tunai (contoh: biaya reparasi mesain pabrik, biaya listrik).17
Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua: pencatatan biaya overhead
pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka
dan pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Di dalam metode
harga pokok pesanan, produk dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan
tarif yang ditentukan di muka. Tarif biaya overhead pabrik ini dihitung pada awal
tahun anggaran, berdasarkan angka anggaran biaya overhead pabrik. Pembebanan
16
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-17.
17
Heri Enjang Syahputra, Modul Akuntansi Biaya, 26.
14
produk dengan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif ini dicatat dengan mendebit
rekening Barang Dalam Proses dan mengkredit rekening Biaya Overhead Pabrik yang
Dibebankan.
Jurnalnya:
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xxx
Biaya overhead pabrik dibebankan xxx
Secara periodik (misalnya setiap akhir bulan), biaya overhead pabrik yang dibebankan
kepada produk berdasarkan tarif dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi dibandingkan, dan dihitung selisihnya. Pembandingan ini dilakukan dengan
menutup rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ke dalam rekening Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya.18
Pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya:
a. Pemakaian bahan penolong. Jurnalnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Persediaan BahanPenolong xxx
b. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Taklangsung. Jurnalnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Gaji dan Upah xxx
4. Pencatatan harga pokok produk jadi
Pesanan yang telah selesai diproduksi ditransfer ke Bagian Gudang oleh Bagian
Produksi. Harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi ini dapat dihitung dari
informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan.19 Jurnalnya:
Persediaan produk jadi xxx
Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung xxx
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xxx
5. Pencatatan harga pokok produk dalam proses
Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi.
Biaya yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga
pokok pesanan yang bersangkutan. Kemudian dibuat jurnal untuk mencatat
18
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-19.
19
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-21.
15
persediaan produk dalam proses dengan mendebit rekening Persediaan Produk Dalam
Proses dan mengkredit rekening Barang Dalam Proses.20 Jurnalnya:
Persediaan produk dalam proses xxx
Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung xxx
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xxx
6. Pencatatan harga produk yang dijual
Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dalam rekening Harga
Pokok Penjualan dan rekening Persediaan Produk Jadi. Jurnalnya:
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi xxx
7. Pencatatan pendapatan penjualan produk
Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk kepada pemesan dicatat dengan
mendebit rekening Piutang Dagang dan mengkredit rekening Hasil Penjualan. 21
Jurnalnya:
Piutang dagang xxx
Hasil penjualan xxx
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam perusahaan manufaktur siklus akuntansi biaya dimulai dengan
pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi,
dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga
pokok produk jadi yang diserahkan oleh Bagian Produksi ke Bagian Gudang.
20
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-22.
21
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, 4-23.
16
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya
produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan
produk atas dasar pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan
adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok
secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan.
Karakteristik harga pokok pesanan yaitu (1) perusahaan memproduksi
berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk
perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual, (2) biaya produksi harus
digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut
ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung, (3) biaya produksi
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan
biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik, (4) biaya
produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu
berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik
diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di
muka, (5) harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk
pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan.
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan yaitu
(1) proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus, (2) produk dihasilkan
sesuai dengan kriteria atau keinginan pemesan, (3) Produksi dibuat untuk memenuhi
pesanan bukan untuk memenuhi stok barang di gudang.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya
berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya
produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain,
tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu harga
jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya
produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.
Akuntansi biaya menggunakan banyak rekening pembantu untuk merinci
biaya-biaya produksi. Rekening-rekening pembantu (subsidiary accounts) ini
dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan rekening kontrol (controlling account)
di dalam buku besar. Rekening kontrol menampung data yang bersumber dari jurnal,
sedangkan rekening pembantu digunakan untuk menampung data yang bersumber
dari dokumen sumber.
3.2 Saran
Dalam makalah kami ini, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan
dikoreksi, materi-materi yang disajikan pun masih belum lengkap. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kontribusi positif untuk kemajuan kita bersama, karena kami
tidak menunggu sempurna untuk melakukan sesuatu, tapi kami melakukan sesuatu
untuk menuju kesempurnaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, Sampurno, dan Yani Meilani. Akuntansi Biaya. Bandung: Politeknik Telkom, 2009.
Enjang, Heri Syahputra. Modul Akuntansi Biaya. Medan: Universitas Sari Mutiara Indonesia,
2019.
Iryanie, Emy, dan Monika Handayani. Akuntansi Biaya. Cet. 1. Banjarmasin: Poliban Press,
2019.
18
19