Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKUNTANSI BIAYA

SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER

DOSEN PEMBIMBING : M. Reza Ardiyanto, SP,.MM

Disusun oleh kelompok 4 :

1. MAULINDA PUTRI RIYADI (210211100099)


2. HARTINI SHAFA ARDILA (210211100108)
3. SHOFIRA MARDIATIS AHADA (210211100117)
4. TASLIMUL MAARIF (210211100125)
5. ANIDYA ILMI FEBRIYANTI (210211100133)
6. IMROATUS SHOLIHAH (210211100141)

MANAJEMEN C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Sistem Kos Pekerjaan - Order” dengan baik dan tepat waktu. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pemahaman sistem kos pekerjaan order bagi kami
dan juga para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Reza Ardiyanto, SP,.MM selaku dosen
pengampu pada mata kuliah akuntansi biaya ini. Rasa syukur dan bangga kami rasakan karena
tugas makalah ini dapat kami selesaikan secara berkelompok dengan baik. Dengan adanya
makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami materi mengenai sistem kos pekerjaan
order lebih mendalam.

Perlu kami akui bahwa, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik sangat kami butuhkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini dan membenahi
kekurangan dari makalah yang kami buat. Namun disamping kekurangan yang dimiliki oleh
makalah ini, kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat umum.

Bangkalan, 9 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Sistem Kos Pekerjaan Order ........................................................................................... 3
B. Karakteristik Sistem Kos Pekerjaan Order ....................................................................................... 4
C. Dokumen dalam Sistem Kos Pekerjaan Order .................................................................................. 4
1. Permintaan bahan .......................................................................................................................... 5
2. Kartu jam pekerjaan ...................................................................................................................... 5
3. Kartu kos pekerjaan ...................................................................................................................... 5
D. Unsur perhitungan harga pokok produksi ......................................................................................... 5
Cara Menghitung Harga Pokok Produksi. ............................................................................................ 6
E. Elemen kos produksi dalam sistem kos pekerjaan order .................................................................. 6
1. Bahan ............................................................................................................................................ 6
2. Tenaga kerja .................................................................................................................................. 7
3. Overhead Pabrik............................................................................................................................ 7
F. Akuntansi produk rusak, cacat, bahan sisa, dan bahan sisa buangan ................................................ 8
BAB III ....................................................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem akuntansi kos memiliki tujuan mengukur dan mendekatkan kos sehingga kos per unit dari
suatu produk atau jasa dapat ditentukan. Kos per unit adalah bagian penting informasi bagi
perusahaan pemanufkaturan. Contohnya adalah hal yang tidak mungkin untuk melakukan
penawaran yang berarti tanpa mengetahui kos per unit produk yang dihasilkan. Keputusan
mengenai desain produk dan pengenalan produk dipengaruhi oleh perkiraan kos per unit.
Keputusan membuat dan membeli suatu produk atau jasa, menerima atau menolak suatu pesanan
khusus memerlukan informasi kos per unit.

Definisi kos produk tersebut digunakan untuk tujuan pelaporan keuangan bagi pihak eksternal.
Pengukuran kos (cost measurement) meliputi penentuan jumlah rupiah (kos) dari bahan baku
langsung, dan overhead yang digunakan pada produksi. Jumlah kosnya dapat berupa kos aktual
yang dibebankan pada input produksi. Jumlah kosnya dapat berupa kos aktual yang dibebankan
pada input produksi, atau dapat pula berupa angka taksiran.

Proses menghubungkan kos, setelah diukur dengan unit yang diproduksi disebut dengan
pelekatan kos (cost assigment). Dalam praktiknya, manajemen memerlukan alat bantu untuk
memperoleh informasi kos produksi yang tepat yaitu: metode akumulasi kos. Penetapatan
prodsedur yang bersangkutan tergantung dari karakteristik proses produksi di perusahaan
tersebut. Proses produksi dibedakan menjadi 3 golongan yaitu: proses produksi berdasarkan
order, proses produksi secara massal, dan proses produksi campuran.

Dengan sistem kos pekerjaan – order, manajemen memperoleh informasi kos produk dan laba
pekerjaan atas order. Manajemen juga dapat menentukan taksiran kos produk untuk penentuan
harga jual tiap order yang masuk ke bagian pemasaran, mnegevaluasi ketepatan kos taksiran
dengan kos yang sesungguhnya terjadi, membandingkan pekerjaan yang sedang berjalan dengan
pekerjaan serupa yang pernah dikerjakan untuk evaluasi kinerja pegawai, dan efisiensi dan untuk
menganalisi waktu penyelesaian produk untuk penentuan taksiran tanggal selesainya pekerjaan
tiap kali ada order serta untuk tujuan perencanaan dan penjualan produksi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem kos pekerjaan order?


2. Jelaskan karakteristik sistem kos pekerjaan order!
3. Jelaskan dokumen yang digunakan dalam sistem kos pekerjaan order!
4. Apa saja unsur-unsur perhitungan harga pokok produksi?
5. Jelaskan elemen kos produksi dalam sistem kos pekerjaan order!
6. Apa itu akuntansi produk rusak, cacat, bahan sisa, dan bahan sisa buangan?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tentang sistem kos pekerjaan order


2. Mengetahui dan memahami karakteristik sistem kos pekerjaan order
3. Mengetahui dan memahami dokumen yang digunakan dalan sistem kos pekerjaan order
4. Mengetahui dan memahami apa saja unsur perhitungan harga pokok produksi
5. Mengetahui dan memahami elemen kos produksi dalam sistem kos pekerjaan order
6. Mengetahui dan memahami pemahaman tentang akuntansi produk rusak, cacat, bahan
sisa dan bahan sisa buangan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Kos Pekerjaan Order

Sistem kos pekerjaan order (Job order costing) adalah sistem yang terjadi ketika pelanggan
memesan sejumlah kecil produk yang unik. Sistem ini menentukan harga setiap produk
individu dan memastikan bahwa biaya untuk setiap produk cukup masuk akal bagi pelangan
untuk membelinya namun tetap menghasilkan keuntungan. Sistem penetapan biaya pesanan
dapat memperoleh dan melacaknya menggunakan lembar biaya pekerjaan serta
menggunakan database pesanan pekerjaan untuk melacak setiap produk menggunakan
nomuor identifikasi khusus untuk setiap produk.

Hansen dan Mowen mendefinisikan sistem kos pekerjaan order (job order costing) sebagai
sistem perhitungan biaya yang memungkinkan biaya dikumpulkan dan dibebankan ke unit
produksi untuk setiap pekerjaan. Mulyadi mendefinisikan sistem kos pekerjaan order
sebagai metode pengumpulan kos produk / jasa yang memperlakukan setiap pesanan
sebagai suatu unit keluaran yang unik dan membebankan activity costs ke setiap pesanan
pada saat pesanan yang bersangkutan mengkonsumsi aktivitas. Job order costing sebagai
suatu metode perhitungan biaya di mana biaya diakumulasikan untuk setiap pesanan, setiap
lot atau setiap pesanan pelanggan.

Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap
pesanan yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi
pesanan pelanggan tertentu untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Hal ini berbeda
dengan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, di mana biaya diakumulasikan untuk
suatu operasi dari suatu perusahaan, seperti departemen. Dua bentuk penetapan biaya
produk yang saling berlawanan adalah penetapan biaya pesanan (job order costing) dan
penetapan biaya proses (process costing) perbedaan pokok terletak pada jenis produk yang
menjadi penelitian biaya.

Dalam kalkulasi biaya produksi pesanan, biaya produksi pesanan diakumulasi menurut
pekerjaan ( pesanan tertentu), dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tiap job merupakan satu unit akuntansi untuk bahan, upah, sehingga harga pokok
produksi selama tahun berjalan dikumpulkan masing-masing job yang dikerjakan
dalam periode yang bersangkutan.
2. Semua biaya produksi yang terjadi dicatat adalah kartu biaya yang berfungsi sebagai
perkiraan pembantu.

Hal ini sesuai dengan ciri-ciri job order costing menurut Hansen dan Mowen, sebagai
berikut :

3
1. Metode ini dipakai pada perusahaan yang bekerja atas dasar order
2. Biaya diakumulasikan secara terpisah pada masing-masing job dan begitu pula
dengan perhitungan biaya per unit.
3. Metode ini hanya dapat dipakai bila produk yang dihasilkan dapat diidentifikasi
secara jelas antara satu job dengan job lain.

B. Karakteristik Sistem Kos Pekerjaan Order

Sistem kos pekerjaan umumnya diterapkan pada perusahaan yang proses produksinya akan
berjalan karena adanya order dari pelanggan. Produk-produk yang diproduksi memiliki
spesifikasi yang berbeda-beda sesuai dengan spesifikasi yang telah ditemtukan oleh
pelanggan sehingga membutuhkan bahan baku dan proses produksi yang berbeda juga.
Berikut merupakan karakteristik sistem kos pekerjaan-order:

1. Penjualan / produksi : penjualan dilakukan sebelum produksi dimulai, produksi


dilakukan untuk memenuhi pesanan tertentu.
2. Sediaan bahan baku : jumlah material yang dibutuhkan seringkali sulit
diestimasi, bagian gudang menyiapkan sediaan dalam
jumlah minimal.
3. Sediaan produk jadi : jumlah sediaan produk jadi relatif sedikit karena setelah
produk selesai diproduksi sesegera mungkin diserahkan
pada pelanggan.
4. Waktu produk : jangka pendek umumnya tidak berjalan kontinu karena
menunggu pesanan, jumlah unit yang diproduksi tergantung
pada order spesifik yang diterima.
5. Sistem kos : kos unit ditentukan secara perpetual (saat pekerjaan
selesai), kos diakumulasi berdasarkan pekerjaan.
6. Varietas jenis produk : varietas jenis produksi tinggi karena disesuaikan dengan
spesifikasi dari pelanggan.

Sebagai konsekuensi karena setiap produksi merupakan order dari pelangan yang beragam
maka produk secara fisik dan juga kos produksi dari setiap pesanan harus dapat ditentukan
dan diidentifikasi. Kartu kos pekerjaan merupakan alat yang digunakan untuk
mengakumulasi seluruh kos produksi setiap pesanan.

C. Dokumen dalam Sistem Kos Pekerjaan Order

Setiap penggunaan bahan baku dan konversi harus dicatat pada dokumen yang sesuai dan
diakumulasikan dalam kartu kos pekerjaan maka dapat dihitung kos unit setiap order.
Berdasarkan kartu kos pekerjaan maka dapat dihitung kos unit setiap order. Kos per unit

4
dihitung dengan membagi kos produksi dengan jumlah unit yang diproduksi pada setiap
order. Berikut ini beberapa dokumen yang digunakan dalam sistem kos pekerjaan-order:

1. Permintaan bahan (Material Requsition)


Merupakan dokumen yang digunakan oleh bagiann produksi untuk meminta bahan
baku pada bagian gudang.
2. Kartu jam pekerjaan (Labor Job Ticket)
Merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat jam kerja langsung setiap
pekerja yang digunakan untuk mengkonversi order tertentu.
3. Kartu kos pekerjaan (Job Order Cost Sheet)
Merupakan dokumen yang digunakan untuk mengakumulasi seluruh kos tenaga
kerja dan konversi yang digunakan untuk memproduksi produk sesuai dengan
pesanan pelanggan. Kartu ini digunakan sebagai informasi menentukan kos unit dan
laba yang diperoleh perusahaan yang berasal dari order tersebut.

D. Unsur perhitungan harga pokok produksi

Unsur-unsur yang harus diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produk ada tiga.
Yaitu, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan yang terakhir adalah
biaya overhead pabrik atau perusahaan. Ini dia penjelasan tentang ketiganya:

1. Biaya Bahan Baku Langsung.


Empat angka sangat penting untuk perhitungan harga pokok produk dan mereka
mengandalkan sistem manajemen bahan baku untuk memiliki titik awal yang akurat. Ini
adalah:
-menghitung bahan baku,
-biaya bahan baku yang dibeli,
-total bahan baku yang ada di akhir periode, dan
-mengakhiri persediaan bahan baku.

2. Biaya Tenaga Kerja.


Ini mungkin yang paling mudah dilacak. Praktik akuntansi standar dan catatan penggajian
memastikan bahwa ini adalah penghitungan yang mudah diperoleh. Namun, ini harus
mencakup tidak hanya upah langsung yang dibayarkan tetapi biaya manfaat yang terkait
dengan tenaga kerja yang terlibat dalam produksi.

3. Biaya Tidak Langsung / Overhead Manufaktur.


Ini bisa menjadi informasi yang paling menantang untuk dikumpulkan. Biaya paralel
dengan biaya langsung meliputi:
-Bahan tidak langsung:

5
Dari perlengkapan kantor hingga bagian perbaikan untuk peralatan pabrik.
-Tenaga kerja tidak langsung:
Sumber daya manusia, akuntansi, pembelian, personil pemeliharaan fasilitas,
manajemen.
Biaya overhead lainnya termasuk:
-Depresiasi bangunan pabrik
-Depresiasi peralatan pabrik
-Asuransi dan pajak pada setiap bangunan pabrik.

Cara Menghitung Harga Pokok Produksi.

Harga pokok produksi harus ditentukan dengan detail dan teliti. Ada beberapa Langkah
dalam penghitungannya. Sedangkan rumus menghitung harga pokok produksi adalah
diawali dengan menghitung bahan baku, biaya produksi serta persediaan barang, dan harga
pokok pejualan.

Langkah 1: Menghitung bahan baku yang digunakan (Bahan baku yang digunakan = saldo
awal bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir bahan baku)

Langkah 2: Menghitung biaya produksi (Total biaya produksi = bahan baku yang digunakan
+ biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead produk)

Langkah 3: Menghitung harga pokok produksi (Harga pokok produksi = total biaya
produksi + saldo awal persediaan barang dalam proses produksi – saldo akhir persediaan
barang dalam proses produksi)

Langkah 4: Menghitung harga pokok produksi (Harga pokok produksi = total biaya
produksi + saldo awal persediaan barang dalam proses produksi – saldo akhir persediaan
barang dalam proses produksi)

E. Elemen kos produksi dalam sistem kos pekerjaan order

Dalam sistem akuntansi kos pekerjaan, tiga elemen kos produksi harus dicatat dengan
prosedur tertentu sehingga seluruh kos tersebut dapat diakumulasi pada order atau pekerjaan
yang menggunakannya. Berikut ini merupakan prosedur akuntansi untuk mencatat dan
mengakumulasi elemen-elemen kos produksi dalam sistem kos pekerjaan - order :

1. Bahan

Bahan baku, bahan penolong, dan bahan habis pakai (supplies) yang digunakan dalam
proses produksi dipesan oleh departemen pembelian. Bahan ini disimpan dalam gudang
dengan pengawasan oleh pegawai yang ditugaskan dan bahan hanya dikeluarkan jika
terdapat dokumen atau formulir permintaan bahan yang disetujui atau diotorisasi oleh

6
pegawai yang berwenang. Jika bahan yang diminta tersedia dan mencukupi jumlahnya di
gudang maka bahan tersebut akan langsung dikirim ke departemen produksi. Akan tetapi,
apabila bahan tidak tersedia atau jumlahnya tidak mencukupi maka bagian gudang terlebih
dahulu menerbitkan dokumen permintaan pembelian yang ditujukan ke departemen
pembelian dengan tujuan agar departemen pembelian melakukan order atau pembelian atas
bahan yang dimaksud.
Berikut ini merupakan contoh pembelian bahan pada tanggal 21 Juli 20XX yang dilakukan
oleh departemen pembelian. Pembelian dilakukan secara kredit dan jatuh tempo pada 30
hari ke depan.
Bahan yang diminta terdiri dari bahan baku dan bahan penolong, akuntansi untuk bahan
baku dan bahan penolong berbeda. Bahan baku akan dicatat pada akun Barang Dalam
Proses (dengan penambahan nomor pekerjaan atau order yang menggunakannya),
sedangkan bahan penolong akan dicatat pada akun Overhead Pabrik-Departemen Produksi
sehingga permintaan dan penggunaan bahan tersebut untuk pekerjaan nomor 212.

2. Tenaga kerja

Dokumen yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mencatat kos tenaga kerja adalah
kartu jam pekerjaan, kartu ini berisi informasi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai
dan berapa lama pekerjaan tersebut dilakukan. Tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja
langsung dan tenaga kerja tak langsung. Secara akutansi, tenaga kerja langsung akan dicatat
pada akun produk dalam proses, sedangkan tenaga kerja tak langsung dicatat pada akun
overhead pabrik-departemen produksi.
Berikut ini adalah informasi tenaga kerja yang digunakan untuk memproses pekerjaan
nomor 212:
a) 10 pekerja bekerja selama 40 jam untuk pekerjaan nomor 212. Tarif upah per jam
pekerja tersebut adalah Rp8.000 per jam sehingga total kos tenaga kerja adalah 10 x 40 x
Rp8.000 = Rp3.200.000.
b) Gaji untuk pengawas dan pegawai bagian perawatan pabrik berjumlah Rp1.600.000.

3. Overhead Pabrik

Dokumen yang digunakan untuk mencatat overhead pabrik dalam sistem kos pekerjaan -
order adalah Kartu Kos Overhead Pabrik, yang akan digunakan oleh setiap departemen yang
ada dalam pabrik. Kartu ini merupakan akun pembantu untuk akun Overhead Pabrik
Kendali. Secara periodik jumlah total akun pembantu dan akun Overhead Pabrik Kendali
harus direkonsiliasi untuk memeriksa ketepatan pencatatan. Jika terdapat selisih maka
merupakan indikasi adanya kesalahan. Berikut ini merupakan kos overhead yang digunakan
untuk memproduksi produk pekerjaan nomor 212

7
Jurnal 4 digunakan untuk mencatat overhead yang terjadi di departemen produksi. Selain
metode ini overhead pabrik juga diakumulasi pada level pabrik secara total dan kemudian
didistribusikan ke masing-masing departemen produksi untuk dibebankan pada setiap
pekerjaan atau order yang dilaksanakan dalam departemen tersebut.

F. Akuntansi produk rusak, cacat, bahan sisa, dan bahan sisa buangan

a. Produk rusak
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi dan dijual sesuai nilai
sisanya atau dibuang.

b. Produk cacat
Produk yang tidak memenuhi standar produksi, tetapi masih bisa diperbaiki dengan
tambahan proses produksi tertentu dan kemudian menjadi produk yang baik lagi dan
dijual dengan harga reguler.

c. Bahan sisa
Bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi, yang tidak dapat digunakan lagi
dalam proses produksi untuk tujuan yang sama.

d. Bahan sisa buangan


Bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi yang tidak dapat digunakan lagi
dan tidak memiliki harga jual.

e. Akuntansi produk rusak


Sistem akuntansi untuk produk rusak harus dikembangkan dan diaplikasikan dalam
sistem akuntansi kos. Tujuannya dari sistem ini adalah agar manajemen dapat
memperoleh informasi atas produk rusak yang terjadi, sebab terjadinya dan juga nilai dari
produk rusak tersebut.

f. Produk rusak normal


Produk rusak normal dapat diperlakukan berdasarkan dua metode berikut yaitu :
1. Dialokasi pada seluruh pekerjaan/order : pada metode ini, estimasi kos dari produk
rusak(kos produk rusak, yaitu seluruh kos yang telah digunakan atau diserap oleh produk
rusak tersebut, dikurangi nilai sisanya)dibebankan pada overhead pabrik kendali dan
overhead ini dibebankan pada seluruh pekerjaan atau order.
2. Dialokasi pada pekerjaan/order tertentu : pada metode ini, kos dari produk yang rusak
tidak dibebankan pada overhead pabrik, tetapi tetap tersimpan dalam akun produk dalam
proses.

8
g. Produk rusak abnormal
Produk rusak abnormal merupakan jumlah produk rusak yang melebihi batas toleransi
yang ditetapkan.

h. Akuntansi produk cacat


Peberdaan antara produk rusak dan produk cacat adalah produk cacat masih mungkin
dilakukan perbaikan pada produk tersebut sehingga masih ada harapan akan menjadi
produk normal. Untuk memperbaiki produk rusak tersebut digunakan bahan dan konversi
berupa tenaga kerja dan overhead pabrik.

i. Produk cacat normal


1. Dibebankan pada seluruh pekerjaan atau order : estimasi kos untuk memperbaiki
produk cacat akan dibebankan pada overhead pabrik yang nantinya akan didistribusikan
pada seluruh pekerjaan yang ada.
2. Dibebankan pada pekerjaan tertentu : pada metode ini, kos perbaikan tidak dibebankan
pada overhead pabrik kendali, tetapi langsung didebit pada akun produk dalam proses.

j. Produk cacat abnormal


Jumlah produk cacat yang melebihi batas toleransi.

k. Akuntansi bahan sisa


Bahan sisa merupakan bahan sisa yang digunakan dalam proses produksi yang tidak
dapat digunakan lagi untuk tujuan semula, tetapi masih dapat digunakan untuk tujuan lain
atau dijual ke pihal lain.
1. Dibebankan ke seluruh pekerjaan : pada metode ini, bahan sisa akan mengurangi saldo
akun overhead pabrik kendali.
2. Dibebankan pada pekerjaan tertentu : pada metode ini, nilai penjualan bahan sisa akan
mengurangi secara langsung saldo pada akun produk dalam proses.

l. Akuntansi bahan sisa buangan


Bahan sisa buangan adalah bahan sisa yang berasal dari proses produksi dan tidak dapat
digunakan lagi maupun dijual.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Beberapa perusahaan manufaktur memiliki karakteristik khusus, yaitu proses


produksi akan berjalan ketika terdapat pekerjaan atau order dari pelanggan. Pekerjaan
atau order dari setiap pelanggan memiliki spesifikasi yang berbeda atas produk yang
dipesannya. Sebagai konsekuensi, setiap produk membutuhkan bahan konversi (tenaga
kerja dan overhead) yang berbeda-beda. Sistem akuntansi yang paling tepat ditetapkan
pada perusahaan-perusahaan berkarakteristik seperti ini adalah sistem kos pekerjaan-
order. Dalam beberapa literatur akuntansi kos berbahasa Indonesia, sistem ini disebut
juga sistem kos pesanan.
Sistem kos pekerjaan-order memungkinkan kos produksi setiap pekerjaan
teridentifikasi secara individual melalui pengakumulasian dalam kartu kos pekerjaan.
Agar kos dapat diakumulasi dalam kartu ini, dibutuhkan beberapa dokumen sebagai
sumber data pencatatan. Dokumen tersebut, antara lain formulir permintaan bahan dan
kartu jam pekerjaan.
Sistem kos pekerjaan - oder harus dapat mengidentifikasi produk secara fisik dan juga
memberikan informasi pada manajemen mengenai kos produksi yang digunakan untuk
setiap pekerjaan atau order. Semua kos yang digunakan untuk memproduksi produk atau
order tertentu akan diakumulasi dalam kartu kos pekerjaan. Berdasarkan kartu ini maka
manajemen dapat mengetahui berapa kos total order tertentu, berapa kos unit, dan
beberapa profit yang dihasilkan dari order tersebut.

B. Saran

Sebaiknya setiap unsur unsur yang mendukung harga pokok dibuatkan daftar sendiri
mengenai anggaran/ taksiran, baik dalam kaitannya dengan biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung ataupun biaya overheadnya. Hal dimaksudkan untuk
mempermudah perhitungan harga pokok sebagai alat pengendali produksi.
Penerapan metode job order costing secara umum sudah baik, perusahaan harus dapat
mempertahankan metode tersebut secara konsisten dalam menghadapi persaingan bisnis
yang semakin ketat dan teknologi yang semakin maju yang menuntut perusahaan untuk
dapat menyajikan perhitungan harga pokok yang handal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mukhtar AK, S. M. (2014, desember). Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Job Order
Costing dan pengaruhnya terhadap laba usaha. jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis (EMBis),
2, 345-355.

Nasution, D. (2011). Akuntansi biaya. biaya produksi, perhitungan.

11

Anda mungkin juga menyukai