TUGAS 1
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional, bahwa prinsip bank syariah yang diatur dalam fatwa MUI seperti di
dalamnya prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba,
zalim, dan obyek yang haram.
Dalam perbedaan bank syariah dan bank konvensional ini, sistem perbankan syariah
dan perbankan konvensional bersinergi untuk mendukung mobilisasi dana
masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional.
Secara umum, perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada bentuk
usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang menerima simpanan berupa giro dan
ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran.
4. Keynes berpendapat bahwa ada tiga motif permintaan uang, yaitu untuk transaksi,
berjaga-jaga, dan spekulasi. Berikut masing-masing penjelasannya.
1. Motif Transaksi (Transaction Motive)
Menurut Keynes, motif transaksi adalah dorongan orang memegang uang untuk
kebutuhan transaksi atau pembayaran, baik yang dilakukan oleh rumah tangga
konsumen ataupun rumah tangga perusahaan.
Bagi konsumen motif transaksi berkaitan dengan pembayaran listrik, telepon, dan
uang belanja harian. Sementara itu, rumah tangga perusahaan berhubungan dengan
pengeluaran upah atau gaji karyawan dan lainnya.
2. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Keynes menganalisis teori permintaan uang klasik lebih jauh dari sekadar untuk
transaksi. Permintaan uang tersebut adalah untuk berjaga-jaga memberikan rasa
aman menghadapi rekening yang tidak terduga (unexpected bill), seperti untuk biaya
pengobatan dan perbaikan secara tiba-tiba.
Menurut Keynes, masyarakat memerlukan uang kas untuk transaksi dan berjaga-
jaga, karena beberapa alasan, di antaranya:
Transaksi pengeluaran sering kali terjadi lebih dahulu daripada penerimaan
atau pendapatannya.
Pengeluaran sering kali tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Penerimaan yang diharapkan tidak jadi diterima.
Pengeluaran yang terjadi sangat penting dan menguntungkan untuk
dilakukan lebih dahulu.
3. Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Keynes mempunyai ide yang bertujuan agar seseorang memegang uang untuk
spekulasi ini, sesuai dengan fungsi uang sebagai alat penyimpanan nilai dan
kekayaan atau sebagai aset.
Motif spekulasi pada suatu sistem ekonomi modern di mana lembaga keuangan
sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya
untuk menggunakan uang untuk kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan
untuk membeli surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham, dan instrumen
lainnya.
Faktor yang menentukan besarnya permintaan uang untuk motif spekulasi ini adalah
besarnya suku bunga, dividen, dan surat-surat berharga. Sementara beberapa faktor
lainnya meliputi:Jumlah uang yang beredar ditetapkan oleh pemerintah atau otoritas
moneter.
Keseimbangan di pasar uang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional dan
tingkat bunga.
5. Dalam teori klasik, V (velocity) dianggap sebagai konstan karena diasumsikan bahwa
jumlah uang yang beredar di dalam suatu perekonomian dan jumlah transaksi yang
terjadi di dalam perekonomian saling berkaitan secara proporsional. Dengan kata
lain, kenaikan jumlah uang yang beredar secara proporsional akan menyebabkan
kenaikan jumlah transaksi yang terjadi secara proporsional pula, tanpa
mempengaruhi kecepatan perputaran uang.
Dalam teori klasik, asumsi ini didasarkan pada konsep "keseimbangan nilai uang"
yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah uang yang beredar akan menyebabkan
kenaikan harga secara proporsional pula sehingga nilai uang (purchasing power)
tidak akan berubah. Oleh karena itu, dalam teori klasik, V diasumsikan sebagai
konstan dan tidak berubah karena perputaran uang hanya bergantung pada jumlah
transaksi dan ketersediaan barang di dalam perekonomian.