Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : ANA MIKHLATI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044121357

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4227/EKONOMI MONETER

Kode/Nama UPBJJ : 41/UPBJJ UT PURWOKERTO

Masa Ujian : 2022/23.2 (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Berikut adalah contoh dari motif transaksi:
 Membeli makanan.
 Membeli bensin.
 Membeli minuman.
 Membeli beras.
 Membayar uang sekolah.
Berikut adalah contoh dari motif berjaga-jaga:
 Berjaga-jaga apabila ban bocor.
 Membayar asuransi kesehatan.
 Menabung untuk hari tua.
 Membayar premi asuransi hari tua.
 Menyimpan uang untuk biaya rumah sakit ketika sakit nanti.
Berikut adalah contoh dari motif spekulasi:
 Membeli saham untuk investasi.
 Membeli reksa dana.
 Membeli tanah dengan harapan investasi.
 Menjadi investor pada perusahaan.
 Menabung di bank.
2. Ada dua pandangan yang berbeda dalam hal pencetakan uang beredar yaitu:
 Pandangan Pertama berpendapat bahwa uang beredar sepenuhnya
ditentukan oleh otoritas moneter dan Bank Sentral.Jumlah uang beredar
(JUB) sepenuhnya ditentukan oleh otoritas moneter.Hal ini berarti bahwa
jumlah uang beredar bersifat otonom, dalam arti bahwa jumlah uang
beredar tersebut tidak dipengaruhi oleh tingkat bunga pasar uang,jumlah
uang beredar menurut pandangan ini ditunjukan oleh jumlah uang primer.
Walaupun besarnya jumlah uang primer ini tidak dipengaruhi oleh tingkat
bunga pasar uang, akan tetapi jumlah uang primer tersebut dipengaruhi oleh
kebijakan otoritas moneter dalam menentukan instrumen-instrumen Bank
Indonesia/BI Rate.Karena besarnya jumlah uang beredar ditentukan secara
otonom oleh otoritas moneter .
 Pandangan Kedua berpendapat bahwa selain otoritas moneter, lembaga lain
seperti bank umum dan perilaku masyarakat ikut menentukan besarnya
jumlah uang beredar.Jumlah uang beredar bukan hanya ditentukan oleh
otoritas moneter melainkan juga oleh kebijakan bank-bank umum.Dengan
demikian, yang mempengaruhi jumlah uang beredar selain dipengaruhi oleh
instrumen-instrumen yang bersifat otonom yang dilakukan otoritas moneter,
juga oleh kebijakan bank umum dalam menentukan tingkat bunga pasar
uang.Di Indonesia, jumlah uang beredar yang dipengaruhi oleh bankumum
tersebut ditunjukan oleh jumlah uang giral dan uang kuasi.Jumlah uang giral
maupun uang kuasi dipengaruhi oleh tingkatbunga.Perilaku tingkat bunga
dipasar ini juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam menyimpan atau
meminjam uang di pasar uang.Oleh karena itu, jumlah uang beredar menurut
pandangan kedua ini kurva penawaran berbentuk miring dari kiri bawah ke
kanan atas atau mempunyai kemiringan positif.
3. Tidak hanya bagi muslim, bahkan bagi nonmuslim. Hal tersebut karena sistem
perbankan syariah didasarkan pada prinsip-prinsip universal seperti keadilan,
kejujuran, transparansi,dll. Hal inilah yang menyebabkan industri perbankan syariah
dan industri keuangan syariah lainnya seperti asuransi dan reasuransi syariah, gadai
syariah, hingga pasar modal syariah terus tumbuh agresif di berbagai Negara non-
muslim.Sistem keuangan syariah begitu inklusif dan menguntungkan bagi siapapun
yang mengimplementasikannya. Dalam aspek pembiayaan, tidak ada bunga, tidak
ada pula penalti bagi nasabah yang membayar lebih awal, hal inilah yang membuat
pembiayaan di Bank Syariah begitu diminati oleh kalangan non-muslim sekalipun.
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional adalah:
Perbankan syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Dengan demikian, setiap aktivitas yang dilakukan pada bank
syariah, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dana
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah, yakni jual beli dan
bagi hasil.

Sedangkan, bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatannya secara


konvensional, mengacu pada kesepakatan nasional maupun internasional, serta
berlandaskan hukum formil negara.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional, bahwa prinsip bank syariah yang diatur dalam fatwa MUI seperti di
dalamnya prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba,
zalim, dan obyek yang haram.

UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan, berdasarkan perbedaan bank syariah


dan bank konvensional tadi, untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan
fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).

Dalam perbedaan bank syariah dan bank konvensional ini, sistem perbankan syariah
dan perbankan konvensional bersinergi untuk mendukung mobilisasi dana
masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional.

Secara umum, perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada bentuk
usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang menerima simpanan berupa giro dan
ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran.
4. Keynes berpendapat bahwa ada tiga motif permintaan uang, yaitu untuk transaksi,
berjaga-jaga, dan spekulasi. Berikut masing-masing penjelasannya.
1. Motif Transaksi (Transaction Motive)

Menurut Keynes, motif transaksi adalah dorongan orang memegang uang untuk
kebutuhan transaksi atau pembayaran, baik yang dilakukan oleh rumah tangga
konsumen ataupun rumah tangga perusahaan.
Bagi konsumen motif transaksi berkaitan dengan pembayaran listrik, telepon, dan
uang belanja harian. Sementara itu, rumah tangga perusahaan berhubungan dengan
pengeluaran upah atau gaji karyawan dan lainnya.
2. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)

Keynes menganalisis teori permintaan uang klasik lebih jauh dari sekadar untuk
transaksi. Permintaan uang tersebut adalah untuk berjaga-jaga memberikan rasa
aman menghadapi rekening yang tidak terduga (unexpected bill), seperti untuk biaya
pengobatan dan perbaikan secara tiba-tiba.

Menurut Keynes, masyarakat memerlukan uang kas untuk transaksi dan berjaga-
jaga, karena beberapa alasan, di antaranya:
 Transaksi pengeluaran sering kali terjadi lebih dahulu daripada penerimaan
atau pendapatannya.
 Pengeluaran sering kali tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
 Penerimaan yang diharapkan tidak jadi diterima.
 Pengeluaran yang terjadi sangat penting dan menguntungkan untuk
dilakukan lebih dahulu.
3. Motif Spekulasi (Speculative Motive)

Keynes mempunyai ide yang bertujuan agar seseorang memegang uang untuk
spekulasi ini, sesuai dengan fungsi uang sebagai alat penyimpanan nilai dan
kekayaan atau sebagai aset.

Motif spekulasi pada suatu sistem ekonomi modern di mana lembaga keuangan
sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya
untuk menggunakan uang untuk kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan
untuk membeli surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham, dan instrumen
lainnya.
Faktor yang menentukan besarnya permintaan uang untuk motif spekulasi ini adalah
besarnya suku bunga, dividen, dan surat-surat berharga. Sementara beberapa faktor
lainnya meliputi:Jumlah uang yang beredar ditetapkan oleh pemerintah atau otoritas
moneter.
Keseimbangan di pasar uang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional dan
tingkat bunga.
5. Dalam teori klasik, V (velocity) dianggap sebagai konstan karena diasumsikan bahwa
jumlah uang yang beredar di dalam suatu perekonomian dan jumlah transaksi yang
terjadi di dalam perekonomian saling berkaitan secara proporsional. Dengan kata
lain, kenaikan jumlah uang yang beredar secara proporsional akan menyebabkan
kenaikan jumlah transaksi yang terjadi secara proporsional pula, tanpa
mempengaruhi kecepatan perputaran uang.

Dalam teori klasik, asumsi ini didasarkan pada konsep "keseimbangan nilai uang"
yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah uang yang beredar akan menyebabkan
kenaikan harga secara proporsional pula sehingga nilai uang (purchasing power)
tidak akan berubah. Oleh karena itu, dalam teori klasik, V diasumsikan sebagai
konstan dan tidak berubah karena perputaran uang hanya bergantung pada jumlah
transaksi dan ketersediaan barang di dalam perekonomian.

Namun, dalam persamaan Friedman, nilai V tidak diasumsikan sebagai konstan.


Friedman mengemukakan bahwa perubahan V dapat terjadi sebagai akibat dari
perubahan perilaku atau preferensi individu, perkembangan teknologi, atau faktor-
faktor lainnya. Oleh karena itu, dalam persamaan Friedman, nilai V dapat bervariasi
seiring dengan perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Anda mungkin juga menyukai