MODUL 1
ASET KEUANGAN
KEGIATAN BELAJAR 1
Aset Keuangan
A. Pengertian Aset Keuangan
Aset merupakan kepemilikan atas suatu barang yang memiliki nilai tukar. Dalam
perkembangannya, aset dapat berupa aset berwujud (tangible) dan aset tak berwujud
(intangible). Ada beberapa pihak yang merupakan phak penting dalam aset keuangan. Pihak
yang telah setuju untuk melakukan pembayaran kas di masa datang disebut issuer (emiten).
Sementara pemilik atau pemegang aset keuangan disebut investor. Berikut adalah contoh-
contoh aset keuangan dan peranan dari person dalam aset keuangan tersebut.
1. Aset Kredit
Merupakan aset yang berupa tagihan terhadap pihak yang melakukan kredit.
2. Obligasi (Bonds)
Merupakan aset keuangan yang berupa suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi
kepada pemegang obligasi, di mana penerbit obligasi berjanji untuk membayar bunga
(coupon) tiap periode yang dijanjikan dan membayar kembali pokok utang, ada saat jatuh
tempo.
3. Obligasi yang Dikeluarkan Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia menerbitkan berbagai macam surat utang yang disebut Surat
Berharga Negara, salah satu di antaranya SUN (Surat Utang Negara). SUN merupakan aset
keuangan, berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing
yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai
dengan masa berlakunya.
4. Obligasi yang Dikeluarkan oleh Perusahaan (Corporate)
Apabila perusahaan menerbitkan obligasi maka perusahaan merupakan emiten yang
berjanji akan membayar kepada investor bunga obligasi (yield) secara rutin sesuai periode
yang dijanjikan dan membayar pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.
5. Obligasi Syariah atau Sukuk
Sukuk Indonesia adalah investasi obligasi Indonesia dengan prinsip syariah, di mana
obligasi syariah tidak mengenal bunga karena dalam Islam bunga atau rba adalah haram
hukumnya.
6. Saham
Merupakan penyertaan modal pada suatu perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham
berhak atas keuntungan yang diperoleh perusahaan dan berhak atas aset perusahaan bila
perushaan dilikuidasi.
B. Hubungan Antara Aset Keuangan dan Aset Berwujud
Salah satu kesamaan penting antara aset berwujud dan aset keuangan adalah adanya potensi
arus kas di masa datang bagi pemiliknya. Dalam hal tertentu, aset keuangan berhubungan erat
dengan aset berwujud. Dalam operasional bisnis kadang-kadang untuk membiayai pengadaan
aset berwujud dilakukan dengan menerbitkan aset keuangan.
C. Klaim Atas Aset Keuangan
Arus kas bagi aset keuangan sering disebut klaim atas aset keuangan. Klaim yang dimiliki oleh
pemegang aset keuangan dapat berupa klaim tetap, yaitu sejumlah pendapatan yang tetap atas
aset keuangan yang dimiliki. Jika aset keuangan memiliki klaim pendapatan tetap maka aset
keuangan ini dinamakan instrumen uang.
Bentuk klaim aset keuangan yang lain adalah klaim ekuitas atau klaim residal. Klaim ekuitas
mewajibkan emiten untuk membayarkan pada pemegang aset keuangan sejumlah pendapatam
berdasarkan laba yang diperoleh emiten (jika ada).
D. Harga dan Risiko Aset Keuangan
Secara ekonomi, prinsip dasar dari harga aset keuangan adalah nilai sekarang (present alue)
atas arus kas yang diharapkan dapat dihasilkan oleh aset keuangan tersebut walaupun arus kas
tersebut belum diketahui secara pasti. Arus kas merupakan jumlah pembayaran dalam jangka
waktu tertentu atas aset keuangan tersebut.
E. Peran Aset Keuangan
Dalam perekonomian aset keuangan memiliki dua fungsi utama yaitu, pertama adalah sebagai
media untuk intermediasi antara pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang kelebihan
dana. Kedua, sebagai media untuk membagi risiko aset.
Sebagai media untuk memindahkan dana, aset keuangan dapat mengalihkan dana dari pihak
yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Kemudian, sebagai media untuk
membagi risiko (risk sharing), aset keuangan mampu membagi risiko arus kas dari aset fisik
yang tak terhindarkan. Bagi seorang pengusha, risiko ketidakpastian pendapatan usahanya
adalah sesuatu yang pasti ada (tak terhindarkan).
KEGIATAN BELAJAR 2
Pasar Keuangan
A. Peran Pasar Keuangan
1. Fungsi Harga
Dalam interaksi ini harga yang terjadi merupakan harga hasil negosiasi untuk membentuk
kesepakatan. Secara umum, interaksi antara pembeli dan penjual aset keuangan akan
menentukan harga aset keuangan.
2. Fungsi Likuiditas
Salah satu peran dari aset keuangan adalah sebagai media untuk memindahkan dana dari
pihak yang kelebihan ke pihak yang membutuhkan. Oleh karena itu, pasar keuangan
menyediakan suatu mekanisme pengusaha untuk mendapatkan dana dengan cara menjual
aset keuangan.
3. Fungsi Meminimumkan Biaya
Proses pencairan memerlukan biaya yang disebut biaya pencairan (searching cost). Selain
itu, untuk mendapatkan partner yang tepay juga diperlukan biaya informasi (information
cost). Jika terdapat pasar keuangan yang baik maka biaya-biaya tersebut tidak perlu
sehingga pasar meminimumkan biaya transaksi.
B. Klasifikasi Pasar Keuangan
1. Klasifikasi berdasarkan sifat dari klaim :
a. Pasar utang (debit market)
b. Pasar ekuitas (equity market)
2. Klasifikasi berdasarkan jatuh tempo klaim :
a. Pasar uang (money market)
b. Pasar modal (capital market)
3. Klasifikasi berdasarkan penerbitan klaim :
a. Pasar primer (primary market)
b. Pasar sekunder (secondary market)
4. Klasifikasi berdasarkan waktu pengiriman :
a. Pasar kas (spot market)
b. Pasar berjangka (forward market)
5. Klasifikasi berdasarkan struktur organisasi :
a. Pasar lelang (auction market)
b. Pasar paralel (over-the-counter market)
c. Pasar perantara (intermediated market)
C. Pelaku Pasar Keuangan
Pihak-pihak yang dapat melakukan transaksi di pasar keungan, antara lain :
1. Rumah tangga/individu
2. Pihak bisnis
3. Pemerintah
4. BUMN
5. Bank Sentral
6. Bank Umum
7. Lembaga Keuangan
8. Koperasi
9. Badan-badan keuangan internasional
10. Perusahaan multinasional
11. Dan lain-lain
D. Pasar Keuangan Global
Faktor-faktor yang menyebabkan integrasi pasar keuangan antaranegara adalah :
1. Deregulasi
2. Kemajuan teknologi
3. Pesatnya kemajuan kelembagaan pasar keuangan
KEGIATAN BELAJAR 3
Sistem Keuangan (Financial System)
A. Pengertian Sistem Keuangan (Financial System)
Sistem keuangan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unit institusional dan pasar
berinteraksi dengan cara tertentu, untuk memobilisasi dana guna memenuhi kebutuhan
investasi, dan menyediakan fasilitas, termasuk sistem pembayaran, untuk pembiayaan aktivitas
komersial.
B. Fungsi Sistem Keuangan
1. Fungsi tabungan (saving function)
2. Fungsi kekayaan (wealth function)
3. Fungsi likuiditas (liquidity function)
4. Fungsi kredit (credit function)
5. Fungsi pembayaran (payment function)
6. Fungsi risiko (risk function)
7. Fungsi kebijakan (policy function)
C. Lembaga Keuangan (Financial Institution) dalam Sistem Keuangan (Financial System)
Kegiatan utama lembaga keuangan adalah menawarkan kredit dan menanamkan dananya
dalam bentuk aset-aset keuangan. Berdasarkan sistem operasionalnya, lembaga keuangan
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu lembaga keuangan depositori dan lembaga keuangan
nondepository.
D. Mekanisme Transfer dan Arus Dana dalam Sistem Keuangan
Pihak yang kelebihan dana dapat menawarkan dananya ke pasar keuangan. Jika mereka
menginginkan aset keuangan jangka panjang maka mereka dapat menawarkan ke pasar modal,
sementara jika mereka menginginkan aset keuangan jangka pendek mereka dapat menawarkan
di pasar uang.
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 2
Klasifikasi dan Jenis Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank
A. Klasifikasi Lembaga Keuangan
1. Lembaga Keuangan Depositery
Lembaga ini sebagian besar dananya diperoleh dengan cara menghimpun dana dari
masyarakat, yang dilakukan dengan menawarkan jasa tabungan atau simpanan. Simpanan
ini dapat berupa giro, tabungan, deposito, dan simpanan-simpanan lain. Selanjutnya, dana
ini ditawarkan pada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk lain, misalnya kredit
atau untuk membeli aset keuangan lain.
2. Lembaga Keuangan Nondepository
Adalah lembaga keuangan di mana penghimpunan dana masyarakat tidak dilakukan dengan
menawarkan produk tabungan atau simpanan, melainkan dengan cara lain. Contoh
lembaganya adakah asuransi, lembaga dana pensiun, lembaga reksa dana, dan sebagainya.
B. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Bank
Berdasarkan UU RI No. 7 Tahun 1992 menurut jenis usahanya, bank diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu :
1. Bank Umum
2. Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Kepemilikannya :
1. Bank Persero
2. Bank Umum Swasta Nasional
3. Bank Asing
4. Bank Campuran
5. Bank Pemerintah Daerah
Berdasarkan Sistem Pengnenaan Bunga :
1. Bank Konvensional
2. Bank Syariah
Menurut Transaksi Devisa :
1. Bank Devisa
2. Bank Non-Devisa
C. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Non Bank
1. Perusahaan asuransi (insurance companies)
2. Perusahaan pembiayaan (finance companies)
3. Perusahaan sekuritas (securities companies)
4. Dana pensiun (pension funds)
5. Reksa dana (mutual funds)
6. Perusahaan lindung nilai (hedge funds)
MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 2
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
A. Sejarah Bank Indonesia
Meskipun secara yuridis BI baru hadir tanggal 1 Juli 1953, namun perannya sudah ada sejak
zaman raja-raja Nusantara. Pada masa itu, wialayah yang dikuasai Belanda sirkulasi uangnya
diatur oleh DJB, sedangkan di wilayah yag dikuasai oleh RI, pada Oktober 1945 dibentuk
Jajasan Poesat BI (Yayasan Bank indonesia). Namun demikian, situasi perang kemerdekaan
dan terbatasnya pengakuan dunia sangat menghambat peran BNI sebagai bank sirkulasi.
Dalam perkembangannya, tahun 1959 muncul gagasan untuk membentuk bank tuggal yang
mana baru terbentuk pada tahun 1965. Dalam masa baknk tunggal terrsebut, bank pemerintah
yang ada meliputi :
a. Bank Indonesia (Bank Negara Indonesia Unit I)
b. Bank Koperasi Tani dan Nelayan (Bank Negara Indonesia Unit II)
c. Bank Negara Indonesia (Bank Negara Indonesia Unit III)
d. Bank Umum Negara (Bank Negara Indonesia Unit IV)
e. Bank Tabungan Negara (Bank Negara Indonesia Unit V)
f. Bank Dagang Negara
g. Bank Pembangunan Indonesia
Perubahan pada era deregulasi moneter dilakukan untuk menyesuaikan dengan perubahan
terhadap tata perbankan di Indonesia. Setelah era deregulasi Indonesia mengalami krisis
ekonomi yang diawali krisis moneter. Pada masa setelah kritis , terjadi perubshsn ysng
fenomenal terhadap status BI. Pada tanggal 117 Mei 1999, diundangkan UU No. 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut, posisi Bank Indonesia adalah independen.
B. Kelembagaan dan Operasional Bank Indonesia
1. Kedudukan Bank indonesia dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Kedudukan BI tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara DPR, BPR, dan MA. Dalam
hubungannya dengan pemerintah (presiden), BI tidak sama dengan Departemen. Stataus
dan kedudukan yang khusus ini diperlukan agar BI dapat melaksnakan peran dan fungsinya
sebagai Otoritas Moneter secara lebih efektif dan efisien. Dalam UU No. 3 Tahun 2004 dan
UU No. 6 tahun 2009 dinyatakan bahwa BI adalah badan hukum. Atas dasar itu, BI
mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan perarturan yang mengikat masyaraka luas,
sesuai kewenangannya.
2. Tujuan dan Sasaran Bank Indonesia
Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (UU No. 3
tahun 2004 dan UU No. 6 tahun 209). Dengan misi “mencapai dan memelihara estabilan
nilai rupiah melalui kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan
untuk pembangunan nasonal jangka panjang yang berkesinambungan”. Dan bisinya adalah
“menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi
yang rendah dan stabil.”
3. Tugas Pokok Bank Indonesia
a. Menetapkan dan melaksnakan kebijakan moneter;
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
c. Mengatur dan mengawasi bank
4. Pilar 1: Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
UU No. 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia, BI berwenang :
a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang
ditetapkannya;
b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara antar alain ;
- Operasi pasar terbuka di pasar baik rupiah maupun valuta asing
- Penetapan tingkat diskonto
- Penetapan cadangan wajib minimum
- Pengaturan kredit atau pembiayaan
5. Pilar 2: Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Bank Indonesia memilki kewenangan, yaitu ;
a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
tentang kegiatannya
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran
6. Pilar 3: Stabilitas Sistem Keuangan
Ketidakstabilan sistem keuangan dapat mengakibatkan timbulnya beberapa kondisi yang
tidak mengutungkan, misalnya :
a. Transmisi kebijakan moneter tidak berfungsi secara normal sehingga kebijakan moneter
menjadi tidak aktif
b. Fungsi intermediasi tidak dapat berjalan sebgaimana mestinya\
c. Ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang umumnya akan diikuti dengan
perilaku panik para investor untuk menatrik dananya sehingga mendorong terjadinya
kesulitan likuiditas
d. Sangat tinggiya biaya penyelamatan terhadap sistem keuangan apabila terjadi krisis
yang bersifat sistematik.
7. Struktur Organisasi Bank Indonesia
Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dewan Gubernur terdiri dari seorang
Gubernur, seorang Deputi Gubernur Seior, minimal 4 dan maksimal 7 Deputi Gubernur.
Dewan Gubernur tersebut, memimpin Bank Indonesia baik di pusat, daerah maupun di
kantor perwakilan Secara keseluruhan struktur organisasinya dapat dilihat pada modul
halaman 3.32.
8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memlihara kestabilan nilai rupiah yang
salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dann stabil. Untuk mencapai tujuan
itu BI menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebujakan utama untuk
memengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujua akhir pencapaian inflasi.
Perubahan BI Rate memengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku
bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.
9. Hubungan Kerja Bank Indonesia degan Pemerintah
- Bank Indonesia bertidak sebagai pemegang Kas Pemerintah
- Bank Indonesia atas nama Pemerinta dapat meenrima pnjaman luar negeri,
menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah
terhada pihak luar negeri.
- Pemerintah wajib meminta pendapat BI dan/atau mengundang Bapak Indonesia dalam
sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan, dan keuangan yang
berkaitan dengan tugas BI atau masalah lain yang termasuk kewenangan BI.
- BI memberikan pendapt dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan
APBN serta kebijakan lain yang berkaitan dengan tgas dan wewenang BI
- Dalam hal pemerintah akan menerbitkan surat-surat utang negara, Pemerintah wajib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan BI.
- Bank Indonesia dilarang membeli untuk diri sendiri surat-surat utang negara kecuali di
pasar sekunder.
- Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah.
10. Hubungan Kerja Bank Indonesia degan Lembaga Keuangan Internasional
BI menjalin kerja sama internasional meliputi bidang-bidang :
a. Intervensi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing
b. Penyelesaian transaksi lntas negara
c. Hubungan Koresponden
d. Tukar menukar informasi mengnai hal-hal yang terkait dengan tugas-tugas selaku Bank
Sentral
e. Pelatihan/penelitian di bdang moneter dan sistem pembayaran.
KEGIATAN BELAJAR 3
Otoritas Jasa Keuangan
A. Latar Belakang, Tujuan, dan Sasaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
1. Latar Belakang Berdirinya OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi mulai beroperasi efektif pada bulan Januari Tahun
2013. Derdirinya OJK pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari amanat UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang tertuang pada pasal 34. Semakin berkembangnya
teknologi di sektor keuangan, yang diikuti oleh berkembangnya variasi produk keuangan
menjadikan semakin kompleksnya industri keuangan, selain itu semakin mengglobalnya
pasar keuangan juga menjadikan industri keuangan menjadi sangat rentan terhadap
guncangan krisis yang bisa datang dari luar maupun dalam negeri.
2. Tujuan dan Fungsi OJK
a. Agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur,
adil, transparan, dan akuntabel
b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat
B. Kelembagaan OJK
1. Hubungan Kelembagaan OJK terhadap Lembaga-lembaga Domestik
Adapun peraturan pengawasan bidang perbankan yang harus berkoordinasi dengan BI,
antara lain :
a. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank
b. Sistem informasi perbankan yang terpadu
c. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan
pinjaman komersial luar negeri.
d. Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya.
e. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important bank
f. Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi.
2. Hubungan Kelembagaan Internasional
Bidang dan/atau kegiatan yang dapat dikerjasamakan dalam skala internasional, antara lain:
a. Pengembangan kapasitas kelembagaan, antara lain pelatihan sumber daya manusia di
bidang pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan.
b. Pertukaran informasi
c. Kerja sama dalam rangka pemeriksaan dan penyelidikan serta pencegahan kejahatan di
sektor keuangan.
C. Tugas Pokok dan Operasional OJK
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap :
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan
lembaga jasa keuangan lainnya.
KEGIATAN BELAJAR 4
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
A. Latar Belakang, Fungsi, dan Tujuan Lembaga Penjamin Simpanan
1. Latar Belakang LPS
Secara konsep, peranan industri perbankan dalam perekonomian meliputi :
a. Sebagai lembaga intermediary
b. Infrastruktur untuk membangun sistem pembayaran dan mempermudah transaksi
c. Infrastruktur kebijakan moneter
Perlu untuk memiliki sistem penjaminan simpanan bank, yang mampu menjaga
kepercayaan masyarakat (nasabah) untuk menyimpan uangnya di bank, namun tetap
mampu mendorong pengelola bank agar hati-hati dan produktif dalam mengelola dananya,
dan tidak melakukan moral hazard. Selain itu, diperlukan pula dasar pengaturan
penjaminan simpanan yang memiliki kekuatan hukum yang tinggi sehingga efektif dalam
menjamin keamanan dana masyarakat yang disimpan di bank. Kebutuhan tersebutlah yang
mendorong munculnya LPS yang dijamin dengan UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS.
2. Tujuan dan Fungsi LPS
Tujuan dibentuknya LPS, yaitu :
a. Untuk membangunsistem perbankan yang sehat dan stabil
b. Menyempurnakan sistem dan program pinjaman nasabah bank
c. Membentuk lembaga yang independen
Atas dasar tujuan tersebut, LPS memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Menjamin simpanan nasabah penyimpan
b. Ikut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
B. Kelembagaan dan Operasional LPS
1. Struktur Kelembagaan LPS
Sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS, secara kelembagaan LPS merupakan
lembaga independen yang bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam pasal 62, disebutkan
bahwa organisasi LPS terdiri atas Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif. Dewan
Komisioner merupakan pimpinan LPS. Kepemimpinan LPS bersifat kolegial, di mana
Dewan Komisioner terdiri dari banyak person (6 person) dan merupakan puncak
kepemimpinan tertinggi. Sesuai peraturan, keputusan Dewan Komisioner diputuskan secara
bersama.
2. Operasional LPS
Untuk melakukan operasionalnya, LPS diberikan modal awal oleh Pemerintah melalui
APBN. Sesuai pasal 811 UU No. 24 Tahun 2004, ditetapkan bahwa modal awal LPS
ditetapkan sekurang-kurangnya enpat triliun dan sebesar-besarnya delapan triliun rupiah.
Selain modal awal, LPS berhak menerima iuran kepesertaan bank-bank peserta LPS dan
menerima premi atas simpanan yang dijaminkan. Secara operasional, prinsip penjaminan
LPS adalah semacam asuransi simpanan, dan oleh karena itu bank peserta LPS wajib
membayar premi atas simpanan yang dijaminkan.
C. Penanganan Bank Gagal oleh LPS
Ketentuan tentang status bank gagal adalah keweangan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Bila OK sudah menentukan bahwa Bank X merupakan bank bermasalah maka selanjutnya OJK
akan memberitahukan kepada LPS tentang gagal tersebut.
Untuk bank gagal yang harus dilikuidasi, dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bnk gagal yang
berdampak sistemayik dan bank gagal yang tidak berdampak sistematik.
MODUL 4
KEGIATAN BELAJAR 2
Manajemen Bank Syariah
A. Konsep Dasar Sistem Syariah
Perbankan syariah pada dasarnya adalah sistem perbankan yang dalam usahanya didasarkan
pada prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Prinsip dari sitem yang sesuai dengan syariah Islam adalah beroperasi mengikuti ketentuan-
ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut dengan tata cara bermuamalat.
Berdasarkan konsep syariah tersebut, selanjutnya muncul konsep hubungan ekonomi secara
syariah atau aqad. Terdapat lima konsep dasar aqad, yaitu :
a. Prinsip simpanan murni (al-wadi’ah)
b. Prinsip bagi hasil (syirkah)
c. Prinsip jual beli (at-Tijarah)
d. Prinsip sewa (al-Ijarah)
e. Prinsip jasa (al-Ajr walumullah)
B. Pengaturan Operasional Bank Syariah di Indonesia
Secara legal, operasional bank syariah di Indonesia mulai diatur sejak diberlakukanya UU No.
10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Ketentuan tersebut muncul dalam bentuk definisi bank
umum, definisi BPR, dan definisi tentang prinsip syariah. Dalam UU No. 10 Tahun 1198
tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Definisi bank umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
C. Produk Bank Syariah di Indonesia
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Giro berdasarkan prinsip al-wadi’ah
b. Tabungan berdasarkan prinsip al-wadi’ah dan al-mudharabah
c. Deposito berjangka dengan prinsip al-mudharabah
2. Produk Penyaluran Dana
a. Prinsip jual beli
b. Prinsip sewa
c. Prinsip bagi hasil
d. Prinsip pinjam berdasarkan akad al-qard
3. Produk Jasa
a. Al-Wakalah
b. Al-Hawalah
c. Al-Kafalah
d. Al-Rahn
KEGIATAN BELAJAR 3
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
A. Sejarah Perkembangan BPR di Indonesia
Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR telah ada di
Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka tahun 1945. Keberadaan BPR berawal dari
keinginan untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat
pelepas uang (rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi. Pendirian BPR ini sudah
dimulai sejak abad kesembilanbelas. Saat itu sumber pendanaan untuk memperoleh pinjaman
di desa hanyalah rentenir yang menerapkan bunga tinggi bahkan mencapai 100 – 200 persen
per tahun. Karena kondisi ini muncul gagasan untuk untuk mendirikan Lembaga Perkreditan
Rakyat (LPR). Ide mendirikan LPR ini muncul pada akhir abad ke-19.
B. Kegiatan Operasional BPR dan BPRS
1. Kegiatan Usaha BPR dan BPRS
Kegiatan operasional BPR meliputi :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
b. Memberikan kredit
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
Kegiatam operasional BPRS, antara lain :
a. Menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan dan investasi
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat
c. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya.
2. Pengaturan Operasional BPR dan BPRS
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam operasionalnya diatur dengan Peraturan Bank
Indonesia No. 8/26/PBI/2006. Setelah ada OJK pengaturan operasional BPR diatur dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.20/POJK.033/2014 tentang Bank Perkreditan Rakyat.
Sesuai POJK tersebut, diatur bebrapa hal, antara lain :
1. Bentuk Badan Usaha
a. Perseroan Terbatas
b. Koperasi
c. Perusahaan Daerah
2. Kepemilikan
a. Warga Negara Indonesia
b. Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia
c. Pemerintah Daerah
3. Permodalan
a. Modal disetor untuk mendirikan BPR ditetapkan paling sedikit sebesar :
b. Empat belas miliar rupiah, bagi BPR yang didirikan di zona I
c. Delapan miliar rupiah, bagi BPR yang didirikan di zona II
d. Enam miliar rupiah, bagi BPR yang didirikan di zona III
e. Empat miliar rupiah, bagi BPR yang didirikan di zona IV
4. Dengan pertimbangan tertentu, OJK berwenang menetapkan jumlah modal disetor di
atas jumlah tersebut.
5. Pembagian zona ditentukan berdasarkan potensi ekonomi wilayah dan tingkat
persaingan lembaga keuangan di wilayah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
6. Paling sedikit 50% dari modal disetor BPR, wajib digunakan untuk modal kerja.
Sedangkan, untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kegiatan teknis operasionalnya diatur
dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 3/PJOK.03/2016 tentang BPRS. Beberapa
hal teknis operasional yang diatur oleh Peraturan OJK tersebut antara lain :
1. Bentuk Badan Usaha
Bentuk badan hukum BPRS adalah perseroan terbatas.
2. Kepemilikan
a. WNI dan/atau badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya WNI
b. Pemerintah Daerah
c. Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksdu dalam poin 1 dan 2.
3. Permodalan
a. Modal disetor BPRS paling kurang sebesar :
1. Dua belas miliar rupiah, untuk BPRS yang didirikan di zona I
2. Tujuh miliar rupiah, untuk BPRS yang didirikan di zona II
3. Lima miliar rupiah, untuk BPRS yang didirikan di zona III
4. Tiga miliar lima ratus juta rupiah, untuk BPRS yang didirikan di zona IV
b. Dengan pertimbangan tertentu, OJK berwenang menetapkan jumlah modal disetor
BPRS lebih tinggi daripada jumlah modal disetor pada poin a.
MODUL 5
KEGIATAN BELAJAR 2
Rahasia Bank
A. Pengertian dan Tujuan Penerapan Rahasia Bank
Menurut Perarturan Bank Indonesia No. 2/19/PBI/2000, rahasia bank adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanan nasabah.
Dalam hal ini, rahasia bank tidak menyangkut rahasia keuangan nasabah secara menyeluruh,
tetapi terbatas pada informasi tentang nasabah penyimpan dan simpanan nasabah.
Faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan nasabah deposan terhadap suatu bank
adalah sebagai berikut :
a. Integritas pengurus
b. Pengetahuan dan kemampuan pengurus
c. Kesehatan bank yang bersangkutan
d. Kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank
Alasan terkait diperlukannya rahasia bank adalah agar bank melindungi informasi atas kondisi
finansial nasabah dari pihak-pihak lain di luar bank. Bagi nasabah deposan, rahasia informasi
finansial atas dirinya ini menjadi penting karena sangat memungkinkan munculnya pihak-pihak
lain yang bisa merugikan dan mengganggu keamanan maupun kenyamannya. Maka dari itu,
bagi suatu perekonomian, dalam kerangka memobilisasi tabungan, penerapan rahasia bank
menjadi penting. Selain iu, untuk menjaga stabilitas ekonomi, dan khususnya stabilitas
moneter, yang bisa terganggu karena runtuhnya kepercayaan masyarakat deposan, rahasia bank
merupakan faktor penting. Sebagaimana menurut Kasmir, dikarenakan kegiatan dunia
perbankan mengelola uang masyarakat, maka bank wajib menjaga kepercayaan yang diberikan
masyarakat. Bank wajib menjaga keamanan uang tersebut agar benar-benar aman.
B. Dasar Hukum Pengaturan dan Pengecualian Rahasia Bank di Indonesia
1. Pengaturan Rahasi Bank
Pengaturan dan dasar hukum rahasia bank di Indonesia di Indonesia adalah Undang-Undan
No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah menjadi Undang-Undang No. 10
Tahun 1998. Dalam Undang-Undang tersebut, rahasia bank diatur dalam satu bab, yaitu
bab VII dan tentang beberapa pasal 40 sampai 45.
2. Pengecualian Pengaturan Rahasia Bank
Dari peraturan tentang rahasia bank, ditetapkan pula beberapa pengecualian. Pengecualian
tersebut meliputi :
a. Kepentingan perpajakan
Berkaitan dengan perpajakan bank tidak lagi diwajibkan melindungi rahasia
nasabahnya. Hal ini diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 41 ayat 1.
b. Penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara.
Dalam hal penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara. Hal ini diatur dalam UU
No. 10 Tahun 1998 Pasal 41A ayat 1.
c. Untuk Kepentingan Peradilan
Dalam peradilan perkara pidana bank juga wajib memberi keterangan tentang simpanan
nasabah yang menjadi tersangka. Hal ini diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 42
ayat 1.
d. Perakara perdata antara bank dengan nasabahnya.
Apabila antara bank dan nasabahnya terjadi perkara perdata, maka bank juga bisa
memberikan informasi tentang keadaan keuangan nasabah kepada pengadilan. Hal ini
diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 43
e. Atas permintaaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan.
Bank dapat membuka informasi tentang simpanan nasabah penyimpan apabila ada
permintaan, persetujuan, atau kuasa nasabah penyimpan. Hal ini diatur dalam UU No.
10 Tahun 1998 Pasal 44A ayat 1.
f. Nasabah penyimpan meninggal dunia.
Bank diwajibkan membuka informasi tentang simpanan nasabah, apabila nasabah
penyimpan meninggal dunia. Informasi ini wajib diberikan pada ahli warisnya yang
syah. Hal ini diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 44A ayat 2.
MODUL 6
LEMBAGA PEMBIAYAAN
KEGIATAN BELAJAR 1
Perusahaan Pembiayaan (Financing)
A. Pendahuluan
Penyelenggaraan perusahaan pembiayaan di Indonesia diatur dengan Peraturan OJK No.
29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaran Usaha Perusahaan Pembiayaan.
1. Pengertian
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang dan/atau jasa. Pengadaan barang dan jasa ini bersifat pembiayaan barang
modal maupun pembiayaan barang konsumsi. Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan
meliputi :
a. Pembiayaan investasi
b. Pembiayaan modal kerja
c. Pembiayaan multiguna
d. Kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK
2. Fungsi dan Peranan
Fungsi utama dari perusahaan pembiayaan adalah memberikan pinjaman pembiayaan
baik pada sektor perorangan maupun non perorangan. Beberapa jenis pinjaman yang
diberikan oleh bank, seperti pinjaman untuk membeli kendaraan.
Salah satu peranan penting perusahaan dalam erekonomian adalah perannya dalam
pendistribusian dan pengalokasian sumber daya keuangan kepada pelaku usaha dan
masyarakat Indonesia. Selain berperan sebagai lembaga penyalur dana, perusahaan
pembiayaan juga dapat berperan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
B. Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan di Indonesia
1. Operasional Perusahaan Pembiayaan
Pembiayaan investasi harus dilakukan dengan cara khusus, seperti :
a. Sewa pembiayaan (finance lease)
b. Jual dan sewa balik (sale and leaseback)
c. Anjak piutang dengan pemberian jaminan dari penjual piutang
d. Pembelian dengan pembayaran secara angsuran
e. Pembiayaan proyek
f. Pembiayaan infrastruktur
Sedangkan untuk pembiayan modal kerja harus dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Jual dan sewa-balik (sale and leaseback)
b. Anjak piutang dengan pemberian jaminan dan/atau anjak pitang tanpa pemberian
jaminan dari penjual piutang
c. Fasilitas modal usaha
Pembiayaan multiguna wajib dilakukan dengan cara :
a. Sewa pembiayaan (finance lease)
b. Pembelian dengan pembayaran secara angsuran
2. Pendanaan dan Kerja Sama Pembiayaan
Perusahaan pembiayaan merupakan salah satu bentuk dari lembaga keuangan non bank.
Sumber pendanaan utama perusahaan pembiayaan yang berbadan hukum PT adalah modal
disetor dan ekuitas untuk yang berbadan hukum koperasi adalah simpanan pokok dan
simpanan wajib. Sumber pendanaan lain :
a. Pinjaman dari bank, industri keuangan non bank, dan/atau badan usaha lain.
b. Penerbitan obligasi
c. Penerbitan medium term notes
d. Pinjaman subordinasi
e. Penambahan modal disetor termasuk melalui penawaran umum saham
f. Sekuritas aset
C. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Indonesia
Pada tahun 2017, terjadi perkembangan yang cukup menarik. Jumlah perusahaan pembiayaan
dan modal ventura justru mengalami penurunan menjadi 193 dan 67 perusahaan. Sementara
jumlah perusahaan pembiayaan infrastruktur tetap sebanyak 2 perusahaan.
Dari sisi pembiayaan, pada tahun 2013, lembaga pembiayaan menyalurkan pembiayaan sebesar
Rp. 348,03 triliun. Kemudian pada tahun 2017 nilai piutang (penyaluran dana) perusahaan
pembiayaan sebesar Rp. 429,54 triliun. Jika angka ini dibandingkan dengan penyaluran
pembiayaan pada tahun 2013, terjadi kenaikan 23,4% selama 4 tahun atau tumbuh 5,9% per
tahun.
KEGIATAN BELAJAR 2
Sewa Guna Usaha (Leasing)
A. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)
Terdapat beberapa pengertian tentang sewa guna usaha atau leasing. Beberapa pengertian
tersebut muncul dalam beberapa aturan sebagai berikut :
1) Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan No. Kep-22/MK/IV/2/1974, Menteri
Perdagangan No. 2/M/SK/2/1974, dan Menteri Perindustrian No. 30/PKB/1974 tanggal 7
Februari 1974.
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan pilihan (opsi) bagi
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang
telah disepakati bersama.
2) Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna
Usaha (Leasing).
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating leese) untuk digunakan oleh leesee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembiayaan secara berkala.
3) Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
Sea guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lesse) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lesse) sela jangkawaktu
tertentu berdasartkan pembayaran secara angsuran.
4) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Pembiayaan.
Sewa pembiayaan (finance lease) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
harga oleh perusahaan pembiayaan untuk digunakan debitur selama jangka waktu tertentu
yang mengalihkan secara substansial manfaat dan risiko atas barang yang dibiayai. Jual dan
sewa balik (sale and leaseback) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penjualan suatu
barang oleh debitur kepada perusahaan pembiayaan yang disertai dengan menyewa-
pembiayaan-kan kembali barang tersebut kepada debitur yang sama.
5) International Finance Corporation World Bank Group
Pertjanjian atau kontrak antara dua pihak, satu pihak (lessor) menyediakan aset untuk
dipakai oleh pihak lain (lessee) dalam jangka waktu tertentu sebagai imbalan atas
pembayaran sejumlah tertentu.
B. Sejarah Perkembangan Leasing di Indonesia
Jenis pembiayaan ini telah berkembang pesat di banyak negara karena memberikan keuntungan
bagi banyak pihak. Di Amerika Serikat, bentuk pembiayan dengan menggunakan leasing telah
dilakukan di tahun 1700-an. Sementara di Indonesia, jenis pembiayaan ini masih tergolong
baru dibanding lembaga keuangan perbankan.
Pemakai jasa kegiatan leasing di Indonesia sebagian besar adalah perusahaan swasta non
keuangan dan instansi pemerintah. Lessee lainnya adalah lembaga keuangan dan perorangan.
Banyaknya lessee dari perusahaan swasta non keuangan dan instansi pemerintah karena
pembiayaan leasing memang lebih diperuntukkan bagi industri yang bergerak di sektor riil,
bukan sektor jasa keuangan atau perorangan.
C. Pihak yang Terkait dalam Transaksi Leasing
Terdapat lima pihak yang terkait dalam transaksi leasing, yakni :
1) Lessor
Adalah perusahaan sewa guna usaha yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri
Keuangan dan memberikan jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang modal.
Menurut Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, saham
perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang berbentuk perseroan
terbatas yang dimiliki oleh :
a. WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia
b. Badan Usaha Asing dan WNI atau Badan Hukum Indonesiadengan ketentuan
kpemilikan saham Badan Usaha Asing paling besar adalah 85 persen dari modal
disetor.
2) Lessee
Merupakan perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari lessor.
3) Supplier (pemasok)
Yaitu pihak yang menyediakan barang modal yang disewakan untuk digunakan oleh lesse.
Barang modal tersebut dibayar secara tunai oleh lessor.
4) Bank
Keterlibatan bank dalam transaksi leasing adalah ketika lessor atau supplier menggunakan
dana yang berasal dari bank dalam penyediaan barang modal.
5) Asuransi
Asuransi dilibatkan untuk menghindari risiko kerugian yang besar dalam transaksi leasing.
Biaya asuransi pada umumnya ditanggung oleh lesse karena lessee yang memahami seluk-
beluk barang modal yang digunakan.
Dalam transaksis leasing, pihak-pihak yang terlibat wajib diikat dalam perjanjian sewa guna
usaha (lease agreement). Pada umunya barang modal yang disewakan berupa kendaraan
bermotor, komputer, pabrik, dan mesin-mesin.
D. Penggolongan Perusahaan Leasing
Perusahaan leasing dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing ini berdiri sendiri, terpisah dari supplier. Perusahaan memiliki
kebebasan untuk menggunakan lebih dari satu pemasok (supplier) dalam memenuhi
permintaan lessee.
2. Capital Lessor
Capital lessor sering juga disebut dengan two party lessor dengan pihak pertama adalah
supplier dan anak perusahaannya (perusahaan leasing/subsidiary), dan pihak kedua adalah
lessee.
3. Lease Broker atau Packager
Lease broker merupakan pihak perantara yang menghubungkan lessor dengan lessee. Lease
broker tidak memiliki barang modal untuk disewakan. Perusahaan ini menawarkan jasa
tertentu dalam usaha leasing sesuai dengan kebutuhan lessor dan lessee.
E. Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing
Perjanjian wajib yang diikat dalam transaksi leasing, yaitu :
1. Jenis transaksi sewa guna usaha
2. Nama dan alamat masing-masing pihak
3. Nama, jenis, tipe, dan lokasi penggunaan barang modal
4. Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa guna usaha, angsuran pokok
pembiayaan, imbalan jasa sea guna usaha, dan sebagainya.
5. Masa sewa guna usaha
6. Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa guna usaha yang dipercepat dan penetapan
kerugian yang harus ditanggung lesee dalam hal barang modal yang disewa-guna-usahakan
dengan hak opsi hilang, rusak, atau tidak berfungsi karena sebab apa pun.
7. Opsi bagi penyewa guna usaha dalam hal transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi.
8. Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-usahakan.
F. Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing
1. Finance Lease
Dalam teknik pembiayaan ini, lessee terlebih dahulu akan memilih barang modal yang
dibutuhkan termasuk merundingkan harga beli, jaminan, purnajual, dan kondisi-kondisi
lainnya.
Bentuk transaksi dalam finance lease dapat dibedakan menjadi :
a. Direct Finance Lease
b. Sale and Lease Back
c. Leveraged Lease
d. Syndicated Lease
2. Operating Lease
Dalam hal ini, lessor secara sengaja membeli barang modal yang kemudian disewakan pada
lessee. Dalam operating lease jumlah pembayaran berkala (angsuran) yang dilakukan
lessee tidak mencakup (menutupi) jumlah biaya yang dikeluarkan lessor untuk memperoleh
barang modal ditambah biaya bunganya.
G. Kelebihan Leasing
Kelebihan leasing dibandingkan dengan sumber pembiayaan lainnya adalah sebagai berikut :
1) Pembiayaan penuh
Leasing dilakukan tanpa harus menyediakan uang maka dan pembiayaan dilakukan sampai
100 persen (full pay out).
2) Fleksibilitas
Pihak lessee dapat memilih skema pembayaran angsuran yang menguntungkan baginya.
3) Penghematan modal
Leasing memungkinkan lessee untuk menghemat modal kerja sehingga kelebihan modal
kerja yang ada dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain.
4) Off Balance Sheet
Tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca perusahaan. Untuk itu, prosedur pembelian aset tidak perlu dipenuhi secara
terperinci.
5) Diversifikasi pembiayaan
Lessee memiliki alternatif sumber pembiayaan selain bank. Walaupun suatu perusahaan
telah memperoleh kredit dari bank, masih dimungkinkan memperoleh pembiayaan lain dari
leasing tanpa mengganggu kredit yang telah diperoleh.
6) Lebih murah
Pembiayaan barang modal melalui metode leasing lebih murah dibandingkan dengan kredit
bank berdasarkan perhitungan present value. Di samping itu, transaksi leasing bebas beban
pajak dan biaya penyusutan (depresiasi).
7) Perlindungan akibat kemajuan teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang
disewa mengalami ketinggalan model atau sistem sebagai dampak pesatnya teknologi.
8) Proteksi inflasi
Leasing dapat memberikan proteksi terhadap inflasi khususnya apabila leasing berdasarkan
tarif suku bunga tetap.
H. Metode Pembayaran dan Fleksibilitas Leasing
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pembayaran leasing yang berhubungan dengan
jumlah pembayaran angsuran dan beban bunga pinjamannya, yaitu :
1. Payment in advance
Pembayaran dengan metode ini dilakukan di awal masa sewa. Jumlah yang dibayarkan di
awal masa sewa adalah jumlah amortisasi dari saldo pokok belum termasuk perhitungan
bunga.
2. Payment in arrears
Yakni pembayaran yang dilakukan pada akhir masa sea. Jumlah pembayaran sewa guna
usaha setiap periode dipengaruhi oleh :
a. Nilai barang modal
b. Simpanan Pinjaman
c. Nilai Sisa
d. Jangka Waktu
e. Tingkat Bunga
KEGIATAN BELAJAR 3
Modal Ventura
A. Pengertian dan Perkembangan Modal Ventura
1. Pengertian Modal Ventura
Menurut Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, yakni
modal ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan
(investee company) untuk jangka waktu tertentu.
2. Perkembangan Modal Ventura di Indonesia
Statistik OJK mencatat, tahun 2013 terdapat 78 perusahaan modal ventura di Indonesia
yang terdiri dari perusahaan swasta nasional, perusahaan patungan, dan perusahaan daerah.
Namun, pada tahun 2015 jumlah perusahaan justru menurun menjadi 6,5 dan pada tahun
2017 meningkat lagi menjadi 67 perusahaan.
3. Kelembagaan Modal Ventura
Peraturan OJK No. 34/POJK.05/2015 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan
Perusahaan Modal Ventura, bentuk badan usaha perusahaan modal ventura adalah :
a. Perseroan Terbatas
b. Koperasi
c. Perseroan Komanditer
B. Konsep dan Jenis Modal Ventura
1. Konsep Modal Ventura
Dalam mekanisme modal ventura terdapat tiga pihak yang terkait, yaitu :
a. Pemilik modal
b. Profesional
c. Perusahaan yang membutuhkan dana atau modal
2. Jenis Modal Ventura
a. Single tier approach
b. Two tier approach
Sementara, atas dasar kepemilikannya, perusahaan modal ventura dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut :
a. Private veture-capital company
b. Public venture-capital company
c. Bak affiliate venture-capital company
d. Conglomerate venture-capital company
C. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura
Tujuan modal ventura :
1. Memberikan kemudahan dan kemungkinan bagi pendirian suatu perusahaan baru
2. Mmebantu pembiayaan bagi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana
3. Mmebantu perusahaan ketika perusahaan berada dalah tahap pengembangan produk baru
4. Membantu penciptaan produk baru
5. Memperlancar mekanisme investasi di dalam dan luar negeri
6. Mendorong pengembangan proyek riset dan pengembangan
7. Membantu dan memperlancar pengalihan kepemilikan suatu perusahaan
Manfaat modal ventura sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan pasangan usaha adalah :
1. Kemungkinan berhasilnya sebuah usaha menjadi lebih besar
2. Meningkatkan efisiensi pendistribusian produk
3. Meningkatnya kemungkinan untuk memperoleh pinjaman melalui bank
4. Meningkatkan kemampuan memperoleh keuntungan
5. Meningkatkan likuiditas
D. Karakteristik Modal Ventura
1. Pada dasarnya pembiayan yang diberikan oleh perusahaan modal ventura kepada
perusahaan pasangan usaha tidak melalui skema kredit, tetapi melalui penyertaan modal.
2. Investasi jangka panjang
3. Pembiayaan yang bersifat risk capital
4. Bersifat aktif
5. Bersifat sementara
6. Keuntungan berupa capital gain atau dividen.
E. Sumber Dana dan Pembiayaan Modal Ventura
Sumber dana modal ventura adalah :
1. Investor perorangan
2. Investor lembaga
3. Perusahaan asuransi dan dana pensiun
4. Perbankan
5. Lembaga keuangan internasional
Kemudian, pembiayaan perusahaan modal ventura dapat dilakukan melalui :
1. Penyertaan langsung
2. Semi equity financing
3. Pembiayaan bagi hasil
KEGIATAN BELAJAR 4
Kartu Plastik (Plastic Card)
A. Pendahuluan
1. Pengertian
Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan.
Sebagai alat pembayaran maka keberadaan dan operasional kartu plastik diatur oleh Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral yang dikenal dengan istilah Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK). Sesuai peraturan BI, alat pembayaran dalam bentuk kartu
berupa kartu kredit, kartu Automatic Teller Machine (ATM), dan kartu debit.
2. Perkembangan Kartu Plastik di Indonesia
Di Indonesia, istilah kartu plastik identik dengan kartu kredit walaupun kartu plastik tidak
selalu merupakan kartu kredit. Kartu kredit pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada
tahun 1980-an oleh Bank Duta yang bekerja sama dengan prinsipal VISA dan Mastecard
Internasional.
B. Jenis Kartu Plastik
Berdasarkan jenis penggunaanya, kartu plastik dapat dibedakan menjadi :
1. Kartu kredit (Credit Card)
2. Charge Card
3. Debit Card
4. Cash Credit
C. Kartu Kredit
1. Konsep Kartu Kredit
Terdapat beberapa pihak yang terkait dengan penyelenggaraan kartu kredit, yaitu sebagai
berikut :
a. The processor
b. Issuer card
c. Acquirer
d. Cardholder
e. Merchant
2. Mekanisme Transaksi Kartu Kredit
Mekanisme penggunaan kartu kredit dengan menggunakan chip adalah sebagai berikut :
a. Pemegang kartu menyerahkan kartu kredit ke kasir.
b. Setelah proses verifikasi selesai, mesin EDC yang telah dilengkapi chip akan
mengeluarkan bukti transaksi yang akan ditandatangani oleh pemegang kartu yang
melakukan transaksi.
c. Transaksi selesai
KEGIATAN BELAJAR 5
Anjak Piutang (Factoring)
A. Pendahuluan
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, anjak
piutang (factoring with recourse) adalah kegiatan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut. Anjak piutang dibedakan menjadi dua, yaitu anjak piutang dengan pemberian jaminan
dari penjual piutang (factoring with recourse) dan anjak piutang tanpa pemberian jaminan dari
penjual piutang (factoring without recourse).
B. Operasional Anjak Piutang
Operasional anjak piutang melibatkan 3 pihak, yaitu :
1. Perusahaan anjak piutang
2. Perusahaan klien (supplier)
3. Nasabah/debitur (customer)
Mekanisme transaksi dengan anjak piutang adalah :
1. Transaksi penjualan secara kredit antara penjual (klien) dengan pembeli (nasabah)
2. Pihak penjual kemudian mengalihkan piutang pada perusahaan anjak piutang
3. Pada saat jatuh tempo, pihak perusahaan anjak piutang akan melakukan penagihan piutang
pada pihak nasabah sebesar nilai faktur, dan pihak nasabah membayar kepada perusahaan
anjak piutang sesuai dengan nilai yang tertera pada faktur.
1. Jenis-jenis Anjak Piutang
a. Berdasarkan pemberitahuan
1) Disclosed/notification
2) Undisclosed/non- notification
b. Berdasarkan penanggungan risiko
1) Resource factoring
2) Without recourse factoring
c. Berdasarkan pelayanan
1) Full service factoring
2) Finance factoring
3) Bulk factoring
4) Maturity factoring
d. Berdasarkan pembayaran pada klien
1) Advanced payment
2) Maturity
3) Collection
e. Berdasarkan lingkup operasi
1) Indonesia factoring
2) Export factoring
2. Jasa-jasa Anjak Piutang
a. Jasa pembiayaan
b. Jasa non pembiayaan
3. Biaya Anjak Piutang
Biaya yang timbul dari penggunaan fasilitas anjak piutang paling tidak terdiri atas dua jenis
biaya, yaitu :
a. Service charge
b. Discount charge
4. Perjanjian Anjak Piutang
Perjanjian anjak piutang antara perusahaan anjak piutang dengan klien minimal memuat
hal-hal sebagai betikut :
a. Ketentuan umum
b. Keabsahan (validity of receivable)
c. Pengalihan risiko
d. Pengalihan piutang (cessie)
e. Notifikasi
f. Syarat pembayaran
g. Perubahan persyaratan
h. Tanggung jawab klien atau debitur
i. Jaminan klien
C. Manfaat Anjak Piutang
Penggunaan jasa perusahaan anjak piutang sangat membantu klien dalam kondisi sebaga
berikut :
1. Perusahaan yang sedang melakukan pemasaran
2. Perusahaan baru yang berkembang pesat, sementara bagian kreditnya kurang mampu
mengimbangi ekspansi perusahaan
3. Perusahaann klien akan beroperasi lebih efisien dengan menyerahkan pengelolaan
kreditnya kepada perusahaan anjak piutang
4. Perusahaan dapat memperoleh pembiayaan siap pakai (stand by facility) yang disediakan
oleh perusahaan anjak piutang.
Manfaat anjak piutang bagi klien :
1. Membantu administrasi penjualan dan penagihan
2. Membantu beban risiko
3. Memperbaiki sistem penagihan
4. Membantu memperlancar modal kerja
5. Meningkatkan kepercayaan
6. Kesempatan untuk mengembangkan usaha.
KEGIATAN BELAJAR 2
Dana Pensiun
A. Fungsi dan Tujuan Penyelenggaraan Dana Pensiun
Dari sisi pemberi kerja, tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan dana pensiun adalah
sebagai berikut :
a. Kewajiban moral
b. Loyalitas
c. Kompetensi pasar tenaga kerja
Dari sisi karyawan peserta dana pensiun, tujuan untuk mengikuti dana pensiun adalah sebagai
berikut :
a. Memiliki rasa aman
b. Memiliki tambahan kompensasi
B. Penyelenggaraan Dana Pensiun di Indonesia
Penyelenggaraan Dana Pensiun di Indonesia mulai diatur dalam UU pada tahun 1972, yaitu
melalui UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dana pensiun merupakan badan hukum
yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.
Dana pensiun diselenggarakan dengan tujuan memberikan kesejahteraan kepada para karyawan
dalam bentuk manfaat (dana) ketika karyawan memasuki masa pensiun atau mengalami
kecelakaan.
1. Asas Penyelnggaraan dan Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun
Asas yang dianut pemerintah dalam penyelenggaraan dana pensiun adalah :
a. Penyelenggaraan dilakukan dengan sistem pendanaan
b. Pemisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan pendiri
c. Kesempatan untuk mendirikan dana pensiun
d. Penundaan manufaktur
e. Pembinaan dan pengawasan
Prinsip-prinsip tata kelola Dana Pensiun yang baik meliputi :
a. Kemandirian
b. Transparansi
c. Akuntabilitas
d. Pertanggungjawaban
e. Kewajaran
2. Fungsi Dana Pensiun
a. Asuransi
b. Tabungan
c. Pensiun
3. Norma Penyelenggaraan Dana Pensiun
Norma perhitungan manfaat pensiun, uang pertanggungjawaban, dan nilai tunai serta tata
cara pembayarannya ditetapkan sebagai berikut :
a. Manfaat pensiun
b. Uang pertanggungjawaban
c. Nilai tunai
4. Peserta Dana Pensiun
Usia pensiun dapat dapat dibedakan dalam 4 kategori, yaitu sebagai berikut :
a. Pensiun normal
b. Pensiun dipercepat
c. Pensiun ditunda
d. Pensiun cacat
C. Kelembagaan Dana Pengelolaan Dana Pensiun
1. Kelembagaan Dana Pensiun
Berdasarkan pasal 2 UU No. 11 Tahun 1992, jenis kelembagaan dana pensiun dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK)
2. Program Pensiun
Menurut UU No. 11 Tahun 1992, program pensiun dapat dibedakan menjadi :
a. Program pensiun iuran pasti
b. Program pensiun manfaat atau imbalan pasti
c. Program pensiun berdasarkan keuntungan
3. Metode Pembiayaan dan Pengelolaan Dana Pensiun
Terdapat dua cara dalam pelaksanaan pembiayaan program dana pensiun, yaitu :
a. Pay as you go (current cost methal)
b. Funding system
Metode pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Single premium funding
2. Level premium funding
MODUL 7
KEGIATAN BELAJAR 3
Pergadaian
A. Pengertian dan Sejarah Pergadaian di Indonesia
1. Pengertian Pergadaian dan Usaha Pergadaian
Menurut KBBI, arti dari kata gadai adalah “meminjam uang dalam batas waktu tertentu
dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak
ditebus, barang itu menjadi hak yang memberi pinjaman”.
Sementara usaha pergadaian adalah segala usaha yang menyangkut pemberian pinjaman
dengan jaminan barang bergerak, jasa titipan, jasa taksiran, dan/atau jasa lainnya, termasuk
yang diselenggarakan berdasarkan prinsip syariah.
Sedangkan perusahaan pergadaian adalah perusahaan pergadaian swasta dan perusahaan
pegadaian pemerintah yang diatur dan diawasi oleh OJK.
2. Sejarah Pergadaian di Indonesia
Usaha pergadaian sudah ada di Indonesia sejak Pemerintah Penjajaha Belanda
mendirikan Bank Van Leening, yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan
sistem gadai pada tanggal 20 Agustus 1746.
Setelah masa kemerdekaan, pegadaian kembali dikelola oleh Pemerintah Republik
Indonesia.l Dalam perkembangannya, pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu
sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian menjadi Perusahaan
Jawatan (PERJAN), selanjutnya berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hingga
sekarang
Saat ini, telah berkembang jasa pegadaian swasta namun cakupan layanannya masih
sangat terbatas. Dibukanya usaha jasa pegadaian swasta ini setalah diberlakukannya
Peraturan Otoritas Jasa Kuangan No. 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pegadaian.
B. Kegiatan Usaha dan Manajemen Pergadaian
Sebagai lembaga keuangan non bank, usaha pegadaian dilarang menghimpun dana masyarakat
dalam bentuk tabungan dan sejenisnya. Sumber pendanaan berasal dari modal dan sumber dana
lain sesuai ketentuan dalam lembaga keuangan non bank yang diatur oleh OJK.
1. Pergadaian dengan Prinsip Syariah
Ketentuan akad pergadaian syariah, yaitu :
a. Memenuhi prinsip keadilan, keseimbangan, kemaslahatan, dan universalisme.
b. Tidak mengandung gharar, masyir, riba, zhulm, risywah, dan objek haram.
c. Tidak bertentangan dengan ketentuan hukum Islam berdasarkan fatwa dan/atau
pernyataan kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional MUI.
2. Manajemen dan Operasional Perum Pergadaian
Tugas pokok Perum pergadaian adalah sebagai berikut :
a. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum
gadai kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat
produktif, kaum buruh/pegawai negeri dengan ekonomi lemah dan bersifat konsumtif.
b. Ikut serta mencegah adanya pemberian jaminan yang tidak wajar, ijon, pergadaian
gelap, dan praktik riba lainnya.
c. Menyalurkan kredit maupun usaha-usaha lainnya yang bermanfaat terutama bagi
pemerintah dan masyarakat.
d. Membina pola perkreditan rakyat supaya benar-benar terarah dan bermanfaat.
Sumber-sumber dana Perum Pergadaian adalah sebagai berikut :
a. Modal sendiri
b. Penyertaan modal pemerintah
c. Pinjaman jangka pendek dari Bank Indonesia
d. Pinjaman jangka panjang yang berasal dari KLBI
e. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi.
C. Perkembangan Usaha Pergadaian di Indonesia
Sampai dengan tahun 2016, jumlah perusahaan yang bergerak dalam bidang pergadaian
hanyalah Perum Pergadaian yang merupakan BUMN. Praktis pada masa sebelum tahun 2016
Perum Pergadaian adalah perusahaan monopoli dalam jasa layanan pergadaian.
Sejak diberlakukannya Peraturan OJK No. 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian,
mulai diizinkan perusahaan swasta untuk masuk dalam industri pergadaian.
MODUL 8
KEGIATAN BELAJAR 2
Pasar Modal
A. Pengertian dan Fungsi Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam undang-undang tersebut, pasar modal
didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari
efek.
Instrumen-instrumen pasar modal (efek) diperjualbelikan dalam sebuah bursa yang
dinamakan bursa efek. UU Pasar Modal menyebutkan bahwa Bursa Efek adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di
antara mereka. Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah satu-satunya bursa efek di Indonesia.
Sebelumnya, terdapat 2 bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Surabaya (BES) dan
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pada akhir tahun 2007, BES digabungkan dengan BEJ menjadi 1
bursa yaitu BEI.
2. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal pada dasarnya adalah tempat bertemunya pemilik dana dan pihak yang
membutuhkan dana. Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor
(pemilik dana) selain alternatif investasi lainnya, seperti: menabung di bank, membeli
emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar Modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui
perdagangan instrumen jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Manfaat pasar
modal dapat dibedakan menjadi manfaat bagi emiten (pihak yang membutuhkan dana) dan
bagi investor (pemilik dana).
1. Bagi emiten
Bagi emiten, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain :
a. dana yang dapat dihimpun berjumlah besar;
b. dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai;
c. ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil.
2. Bagi investor
Sementara, bagi investor, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:
a. nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut
tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital gain;
b. memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga yang
mengambang bagi pemegang obligasi;
c. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen sehingga
mengurangi risiko.
B. Struktur Pasar Modal
Transaksi pasar modal di Indonesia berada di bawah pengawasan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Transaksi di pasar modal melibatkan 3
lembaga Self Regulatory Organization (SRO), yaitu bursa efek, lembaga kliring dan penjamin,
serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Di samping itu, pasar modal juga melibatkan
perusahaan efek, lembaga penunjang, profesi penunjang, pemodal, emiten, perusahaan publik,
dan reksa dana. Bagan berikut menggambarkan struktur lengkap pasar modal Indonesia.
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
OJK memiliki fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap kesuluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
2. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, BEI adalah satu-satunya bursa efek di Indonesia.
Menurut sejarah, bursa efek di Indonesia telah berdiri sejak sebelum Indonesia merdeka,
yaitu ketika Pemerintah Hindia Belanda mendirikan bursa efek di Jakarta (Batavia) pada
akhir tahun 1912. Efek-efek yang diperdagangkan dalam bursa ini terdiri atas saham-saham
dan obligasi yang diterbitkan perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia,
obligasi Pemerintah Hindia Belanda, dan efek-efek lainnya. Tujuan didirikannya bursa efek
tersebut adalah untuk memobilisasi dana dalam rangka membiayai perkebunan milik
Belanda yang saat itu sedang dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia.
3. Kliring dan Pinjaman Efek Indonesia (KPEI)
KPEI didirikan berdasarkan UU Pasar Modal Indonesia tahun 1995 untuk menyediakan
jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien.
4. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
KSEI merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di pasar modal
Indonesia, yang didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin
operasional pada tanggal 11 November 1998. Dalam kelembagaan pasar modal Indonesia,
KSEI merupakan salah satu Self Regulatory Organization (SRO), selain Bursa Efek serta
Lembaga Kliring dan Penjaminan. KSEI, berdasarkan ketentuan UU tentang Pasar Modal,
menjalankan fungsinya sebagai LPP di pasar modal Indonesia dengan menyediakan jasa
Kustodian sentral dan penyelesaian transaksi Efek yang teratur, wajar dan efisien.
5. Perusahaan Efek
Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi
Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi. Penjamin Emisi Efek
(underwriter) adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan
penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli
sisa efek yang tidak terjual.
6. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang pasar modal terdiri atas Badan Administrasi Efek (BAE), Bank
Kustodian, Wali Amanat, dan Pemeringkat Efek. Biro Administrasi Efek adalah pihak yang
berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan
pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Jasa-jasa yang disediakan oleh BAE antara lain
adalah pelaksanaan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian
hak opsi, emisi sertifikat, atau laporan tahunan untuk emiten
7. Profesi Penunjang
Profesi penunjang pasar modal di Indonesia terdiri atas akuntan, notaris, perusahaan
penilai, dan konsultan hukum. Transaksi di pasar modal memerlukan jasa akuntan publik
untuk: a) melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan
pendapatnya; b) memeriksa pembukuan apakah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia
dan ketentuan BAPEPAM; dan c) memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan
yang baik (bila diperlukan). Jasa notaris pun diperlukan dalam transaksi di pasar modal.
Notaris diperlukan dalam: a) membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS); b) membuat konsep akta perubahan anggaran dasar; dan c) menyiapkan naskah
perjanjian dalam rangka emisi efek.
8. Permodal (Investor)
Investor atau pihak yang memiliki kelebihan dana dan melakukan investasi di pasar modal.
Investor pasar modal dapat berasal dari dalam negeri atau luar negeri. Di tahun 2011, dari
total transaksi saham di BEI, sebesar 64,93 persen dilakukan oleh investor dalam negeri
(domestik), sementara 35,07 persen dilakukan oleh investor asing. Ketertarikan investor
asing untuk melakukan investasi di Indonesia disebabkan oleh fakta bahwa BEI dianggap
sebagai pasar modal yang menarik dan menguntungkan karena harganya yang murah dan
fundamental ekonomi makro Indonesia yang kuat.
9. Emiten
Emiten adalah pihak (perusahaan) yang melakukan penawaran umum (go public).
Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk
menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang
ini dan peraturan pelaksanaannya. Proses penawaran umum juga sering disebut dengan
proses emisi efek.
10. Perusahaan Publik
Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya
oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal
disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Perusahaan publik dengan
kepemilikan saham terbesar di BEI adalah Telekomunikasi Indonesia, Adaro Energy,
Perusahaan Gas Negara, Bank Central Asia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri),
United Tractors, Indocement Tunggal Prakarsa, Unilever Indonesia, dan Astra
International.
11. Reksa Dana
Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya
pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain
itu Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk
berinvestasi di pasar modal Indonesia.
C. Instrumen Pasar Modal
1. Saham
Saham (stock) adalah surat bukti atau tanda kepemilikan modal pada suatu perseroan
terbatas. Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk
pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang
banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal
tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Obligasi
Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu
pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk
membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh
tempo pembayaran.
3. Exchange Traded Fund (EFT)
EFT adalah reksa dana bebentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya
diperdagangkan di Brusa Efek.
4. Efek Derivatif
Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat penyertaan
maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek “utama” maupun
turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang
keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying
assets.
MODUL 9
KEGIATAN BELAJAR 3
Bank Dunia
(World Bank)
A. Sejarah Pendirian Bank Dunia
Pada awal Perang Dunia II, ahli-ahli keuangan dari gabungan beberapa Negara
menganggap bahwa setelah perang akan diperlukan adanya kebutuhan atas peraturan-peraturan
mengenai kerja sama internasional untuk memecahkan
masalah dalam hal moneter dan permasalahan-permasalahan keuangan lainnya. Pada bulan Juli
tahun 1944 sebanyak 44 negara bertemu di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat.
Pada konferensi ini disepakati terbentuknya dua Lembaga Keuangan Internasional, yaitu:
1. Dana Moneter Internasional atau IMF (International Monetary Fund);
2. IBRD (International Bank for Reconstruction and Development) yangkemudian lebih
dikenal dengan Bank Dunia.
Sebanyak 44 negara yang aktif dalam konferensi Bretton Woods menjadi anggota dari IMF
dan IBRD, kecuali Uni Soviet. Bank Dunia mulai beroperasi pada tanggal 25 Juni 1946. Kedua
lembaga tersebut memiliki tujuan dan prinsip yang sama, yaitu untuk menyediakainstrumen
moneter dan keuangan yang memungkinkan negara-negara bekerja sama menuju ke arah
kemakmuran dunia, melalui dukungan terhadap stabilitas nasional dan memimpin perdamaian
di seluruh negara. Namun demikian keduanya memiliki fokus yang berbeda, dimana Bank
Dunia lebih fokus pada menyediakan pinjaman kepada negara sedang berkembang untuk
program pembangunan khususnya penyediaan modal. Sementara IMF lebih fokus untuk
menyediakan pinjaman bagi negara-negara yang mengalami kesulitan, antara lain kesulitan
neraca pembayaran.
B. Keanggotaan dan Kelembagaan Bank Dunia
1. Keanggotaan Bank Dunia
Meskipun pada awalnya pendirian Bank Dunia dan IMD hanya disepakati oleh 4 negara,
namun saat ini, hampir semua negara di dunia telah menjadi anggota bank dunia. Saaat ini,
jumlah anggota bank dunia ada 189 negara.
2. Kelembagaan Bank Dunia
Bank Dunia adalah sebuah lembaga keuangan multilateral pemberi dana bantuan
pembangunan ke negera-negara berkembang dan negara yang sedang dalam masa transisi.
Tujuan atau misi Bank Dunia ialah untuk menghapus kemiskinan dan meningkatkan
standar hidup negara berkembang dengan memberi bantuan dana di bidang pembangunan.
Bank Dunia didirikan sebagai Lembaga Investasi Internasional untuk memberikan atau
menjamin kredit-kredit yang ditujukan untuk proyek-proyek rekonstruksi dan pertumbuhan
yang produktif. Dana untuk itu berasal dari modal sendiri, yang terdiri dari kontribusi
pemerintah negara-negara asing dan melalui mobilisasi modal swasta. Modal saham Bank
Dunia disusun sedemikian rupa sehingga setiap risiko dalam melaksanakan kegiatannya
dibebankan kepada negara-negara asingnya dengan berdasarkan kekuatan ekonomi mereka
masing-masing. Bank Dunia bukanlah bank seperti pada umumnya melainkan sebuah agen
pembangunan khusus dari PBB yang terdiri dari 5 organisasi, yaitu:
1. IBRD (International Bank for Reconstruction and Development)
2. IDA (International Development Association)
3. IFC (International Finance Corporation)
4. MIGA (Multilateral Investment Guarantee Agency)
5. ICSID (International Center for the Settlement of Investment Disputes)
C. Operasional Bank Dunia
Organisasi Bank Dunia berbentuk seperti koperasi yang terdiri dari 187 negara. Seluruh
negara anggota, atau disebut juga dengan pemegang saham diwakili oleh Dewan Gubernur
yang merupakan pembuat kebijakan utama dalam Bank Dunia. Umumnya, para gubernur
adalah menteri keuangan atau menteri pembangunan dari negara anggota. Dewan Gubernur
bertemu sekali dalam setahun dalam Pertemuan Tahunan Dewan Gubernur dari Bank Dunia
Group dan IMF.
Para gubernur mendelegasikan tugas-tugas secara spesifik pada 25 Direktur Eksekutif.
Lima pemegang saham terbesar: Perancis, Jerman, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat
menunjuk satu Direktur Eksekutif, sementara negara anggota lainnya diwakili oleh 20 Direktur
Eksekutif terpilih. Presiden Bank Dunia Group mengepalai pertemuan Dewan Gubernur dan
bertanggung jawab pada keseluruhan manajemen Bank Dunia. Presiden dipilih oleh Dewan
Direktur Eksekutif untuk menjabat selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali.
D. Fokus Bantuan Bank Dunia
Dari berbagai program yang dikembangkan, bantuan dari Bank Dunia terutama ditujukan
kepada 6 tema strategis utama, yaitu:
1. Negara-negara termiskin
2. Negara pasca konflik dan negara rentan.
3. Negara dengan pendapatan menengah
4. Barang-barang publik (public goods) yang digunakan secara global
5. Dunia Arab
6. Ilmu Pengetahuan dan Pembelajaran
Bank Dunia menyediakan pinjaman berbunga rendah, kredit tanpa bunga, dan hibah
bagi negara-negara berkembang. Bantuan tersebut ditujukan untuk mendukung investasi dalam
bidang edukasi, kesehatan, administrasi publik, infrastruktur, pembangunan sektor privat dan
keuangan, pertanian, dan manajemen sumber daya alam dan lingkungan. Beberapa proyek
Bank Dunia juga turut dibiayai oleh pemerintah, instusi multilateral lainnya, bank komersial,
agen kredit ekspor, dan investor di sektor privat. Bank Dunia juga menyediakan atau
memfasilitasi pembiayaan melalui kerja sama trust fund dengan donor bilateral maupun
multilateral.
KEGIATAN BELAJAR 4
Dana Moneter Internasional
(International Monetary Fund)
A. Sejarah International Monetary Fund (IMF)
Selama periode Depresi Besar (Great Depression) di tahun 1930-an, negara-negara di
dunia berusaha untuk membangun kembali ekonomi mereka yang jatuh dengan cara membatasi
dengan ketat perdagangan asing, mendevaluasi mata uang mereka agar dapat bersaing dengan
mata uang negaranegara lainnya dalam pasar ekspor dan membatasi jumlah mata uang asing
yang dapat dimiliki oleh warga negara mereka. Perdagangan dunia menurun dengan tajam.
Meningkatnya jumlah pengangguran serta jatuhnya standar kehidupan dialami oleh banyak
negara.
Kekacauan dalam kerja sama moneter internasional tersebut mendorong pendiri IMF
untuk merencanakan pembentukan institusi yang memiliki tanggung jawab mengawasi sistem
moneter internasional, yaitu sistem pertukaran mata uang dan pembayaran internasional yang
memungkinkan negara-negara dan warga negara mereka untuk membeli barang dan jasa antara
satu dengan yang lain. Entitas global yang baru ini akan menjamin kestabilan mata uang dan
mendorong negara anggota-anggotanya untuk menghapus larangan pertukaran yang
menghambat perdagangan.
B. Aktivitas IMF
IMF memberikan saran kebijakan dan bantuan keuangan bagi anggotaanggotanya yang sedang
mengalami kesulitan keuangan. IMF juga bekerja sama dengan negara berkembang untuk
membantu mereka meraih stabilitas makroekonomi dan mengurangi kemiskinan. IMF memiliki
tugas penting membantu suatu negara untuk dapat memperoleh manfaat dari globalisasi dan di
waktu yang sama menghindari kemungkinan kerugian dari globalisasi tersebut. IMF
mendukung anggota-anggotanya melalui aktivitas-aktivitas utamanya sebagai berikut.
1. Saran kebijakan bagi pemerintah dan bank sentral berdasarkan analisis kecenderungan
ekonomi dan pengalaman yang dialami oleh negara-negara di dunia.
2. Riset, statistik, peramalan, dan analisis berdasarkan pantauan terhadap ekonomi dan pasar
individu, regional, dan global.
3. Pinjaman untuk membantu suatu negara menghadapi kesulitan ekonomi.
4. Pinjaman murah untuk membantu mengurangi kemiskinan di negara sedang berkembang.
5. Bantuan teknis dan pelatihan untuk membantu negara-negara meningkatkan sistem
pengelolaan ekonomi mereka.
C. Struktur Organisasi IMF
IMF dipimpin oleh Direktur Utama (Managing Director) yang merupakan pimpinan
dari staf IMF dan ketua Dewan Eksekutif. Direktur Utama dibantu oleh Wakil Pertama
Direktur dan 3 Wakil Direktur lainnya. Tim manajemen tersebut mengawasi kerja staf dan
menjaga hubungan tingkat tinggi dengan pemerintahan negara-negara anggota, media, lembaga
nirlaba, institusi penelitian, dan lembaga-lembaga lainnya. Direktur Utama ditunjuk oleh
Dewan Eksekutif untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperbaharui.
Dewan Gubernur adalah badan pengambil keputusan tertinggi di IMF. Badan ini terdiri
atas 1 orang Gubernur dan 1 Wakil Gubernur untuk setiap negara anggota. Gubernur ditunjuk
oleh negara anggota dan pada umumnya merupakan Menteri Keuangan atau Pimpinan Bank
Sentral. Dewan Gubernur mendelegasikan kekuasaannya pada Dewan Eksekutif IMF, namun
tetap memiliki hak untuk menyetujui peningkatan kuota, alokasi Special Drawing Right (SDR),
memberikan persetujuan bagi anggota baru, penarikan wajib anggota, dan melakukan
perubahan pada Articles of Agreement dan By-Law. Dewan Gubernur memilih dan menunjuk
Direktur Eksekutif. Dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia Group pada umumnya bertemu
setahun sekali pada IMFWorld Bank Annual Meetings untuk mendiskusikan kerja institusi
mereka. Pertemuan tahunan tersebut yang dilakukan di bulan September atau Oktober biasanya
diselenggarakan di Washington selama 2 tahun berturut-turut dan di negara anggota lainnya
pada tahun ketiga.
D. Sumber Dana dan Pinjaman IMF
1. Sumber Dana IMF
Sumber dana pinjaman IMF berasal dari negara-negara anggota, terutama dari pembayaran
kuota. Sejak tahun 2009, IMF telah menandatangani sejumlah pinjaman bilateral dan
catatan perjanjian pembelian (note purchase agreements) untuk meningkatkan kapasitasnya
dalam membantu negara-negara anggota selama krisis ekonomi global. Pinjaman berbunga
rendah dan penghapusan utang bagi negara-negara berpenghasilan rendah dibiayai melalui
dana perwalian berdasarkan kontribusi yang terpisah (separate contribution-based trust
funds). Beberapa sumber dana IMF adalah sebagai berikut.
1. Sistem kuota
Setiap negara anggota IMF diwajibkan untuk membayar kuota. Jumlah maksimum
kuota yang dibayarkan ditentukan berdasarkan ukuran relatif negara tersebut dalam
ekonomi dunia. Setelah bergabung dengan IMF, suatu negara pada umumnya akan
membayar hingga seperempat dari total kuotanya dalam bentuk mata uang yang umum
diterima (misalnya dollar Amerika Serikat, euro, yen, atau poundsterling) atau dalam
bentuk Special Drawing Rights (SDRs). SDRs adalah cadangan devisa internasional
IMF yang dapat mendukung cadangan devisa negara-negara anggota IMF. Tiga
perempat dari total kuota dibayar dengan mata uang negara tersebut. Kuota akan dikaji
ulang paling tidak setiap 5 tahun sekali.
2. Kepemilikan emas (gold holdings)
Jumlah emas yang dimiliki oleh IMF adalah sebesar 2.814,1 metrik ton yang berarti
IMF adalah pemilik emas dalam jumlah terbesar ketiga di dunia. Namun demikian,
Article of Agreement IMF secara tegas membatasi penggunaan emas tersebut. Jika
disetujui melalui voting negara-negara anggota, IMF dapat menjual emas atau dapat
menerima pembayaran berupa emas dari negara-negara anggotanya. Tapi, IMF dilarang
untuk membeli emas dan terlibat dalam transaksi emas lainnya.
2. Pinjaman IMF
Suatu negara anggota dapat meminta bantuan keuangan IMF bila neraca pembayarannya
sedang atau berpotensi mengalami masalah. Bantuan keuangan ini memungkinkan negara-
negara tersebut untuk membangun kembali cadangan devisa, menstabilkan mata uang
mereka, kembali melakukan impor, dan mengembalikan kondisi pertumbuhan ekonomi
yang kuat sambil menerapkan kebijakan untuk memperbaiki masalah yang dihadapi. Tidak
seperti bank pembangunan, IMF tidak memberikan pinjaman berdasarkan proyek tertentu.
Setelah IMF menerima permintaan dari negara yang memerlukan bantuan, pinjaman IMF
pada umumnya diberikan berdasarkan suatu “perjanjian” yang dapat mengatur kebijakan
dan tindakan tertentu yang disetujui oleh negara tersebut untuk dilakukan dalam
menyelesaikan masalah neraca pembayaran. Program ekonomi yang mendasari perjanjian
tersebut dirumuskan oleh negara yang bersangkutan berdasarkan konsultasi dengan IMF
dan dipresentasikan pada Dewan Eksekutif IMF melalui Letter of Intent. Ketika suatu
perjanjian disetujui oleh Dewan Eksekutif, pinjaman diberikan secara bertahap selama
program diimplementasikan.
E. IMF dan Bank Dunia
IMF dan Bank Dunia adalah institusi-institusi dalam Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB).
Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan taraf hidup masyarakat di negara-
negara yang menjadi anggotanya. Pendekatan kedua institusi ini dalam mencapai tujuan yang
dimaksud saling melengkapi, dimana IMF fokus pada isu-isu makroekonomi dan Bank dunia
berkonsentrasi pada pembangunan ekonomi jangka panjang dan pengurangan kemiskinan. IMF
mendorong kerja sama moneter internasional dan menyediakan saransaran kebijakan serta
bantuan teknis untuk membantu negara-negara anggotanya membangun dan menjaga kondisi
ekonomi yang kuat. IMF juga memberikan pinjaman dan membantu negara-negara anggotanya
mendisain programprogram kebijakan untuk memecahkan masalah dalam neraca pembayaran.
Pinjaman IMF merupakan pinjaman jangka pendek dan jangka menengah serta dibiayai
terutama dari kontribusi kuota anggota-anggotanya. Staf IMF utamanya adalah ekonom-
ekonom dengan pengalaman luas dalam kebijakan keuangan dan makroekonomi.
Bank Dunia mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang dan pengurangan
kemiskinan dengan menyediakan bantuan keuangan dan bantuan teknis untuk membantu
negara-negara anggotanya mereformasi sektor tertentu atau mengimplementasi proyek-proyek
tertentu, misalnya membangun sekolah atau pusat kesehatan, menyediakan air dan listrik,
memerangi penyakit, dan menjaga lingkungan. Bantuan yang diberikan Bank Dunia pada
umumnya merupakan bantuan jangka panjang dan dibiayai oleh kontribusi negara anggota dan
penerbitan obligasi. Staf Bank Dunia seringkali merupakan spesialis dalam isu, sektor, atau
teknik tertentu.