Anda di halaman 1dari 36

RANCANGAN SISTEM: HARGA POKOK PESANAN

(Makalah)

Penulis :
1. Cindy Rahma Yani (1713031001)
2. Melati Riana (1713031015)
3. Reza Andika N (1713031021)
4. Artha Shafira (1713031035)

Kelas :A

Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen

Dosen : Albet Maydiantoro,S.Pd.,M.Pd.

Widya Hestiningtyas, S.Pd.,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur hadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak

nikmat dan karunia sehingga masih di berikan kesempatan untuk memperbaiki

diri hingga saat ini. Dengan nikmat dan hidayah-Nya pulalah penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Rancangan Sistem : Harga Pokok

Pesanan”. Metode harga pokok pesanan adalah sebuah metode perhitungan harga

pokok berdasarkan pesanan.

Makalah ini ditulis guna memberikan informasi mengenai materi harga

pokok pesanan, yang didalamnya mencakup pengertian, karakteristik serta

kaitannya dengan akuntansi biaya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan di sana-sini,

namun penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini

Bandar Lampung, 15 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harga Pokok Pesanan ........................................ 3
2.2 Karakteristik Harga Pokok Pesanan .................................... 3
2.3 Sistem Akuntansi Biaya ...................................................... 4
2.4 Dokumen Transaksi ............................................................. 4
2.5 Pembebanan Biaya Overhead .............................................. 9
2.6 Prosedur Pengumpulan Biaya .............................................. 12
2.7 Selisih Pembebanan Biaya Overhead .................................. 23
2.8 Perbedaan Job Order dan Proess Costing ............................ 30

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................... 32
3.2 Saran .................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap bidang kegiatan produksi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai
oleh perusahaan tersebut. Umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah
mendapatkan laba atau keuntungan yang besar. Setiap kegiatan produksi
membutuhkan biaya produksi karena biaya produksi ditujukan untuk memperoleh
nilai ekonomis produk yang lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan
membutuhkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.

Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
sangat penting karena merupakan salah satu teknik untuk menerapkan kebijakan-
kebijakan dalam pembebanan oleh suatu produk. Merupakan bagian dari proses
perencanaan untuk menentukan tindakan bagi kegiatan produksi dimasa yang
akan datang. Memberikan informasi untuk menentukan tindakan bagi kegiatan
produksi. Memberikan gambaran bagi suatu perusahaan, di samping itu juga
perusahaan membutuhkan analisis selisih.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian harga pokok pesanan?
2. Apa saja karakteristik harga pokok pesanan?
3. Bagaimana kaitannya dengan sistem akuntansi biaya?
4. Apa saja dokumen transaksi?
5. Bagaimana pembebanan biaya overhead?
6. Bagaimana prosedur pengumpulan biaya?
7. Bagaimana bila terjadi selisih pembebanan biaya overhead?
8. Apa perbedaan job order dan process costing?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian harga pokok pesanan
2. Mengetahui apa saja karakteristik harga pokok pesanan
3. Mengetahui bagaimana kaitannya dengan sistem akuntansi biaya
4. Mengetahui apa saja dokumen transaksi
5. Mengetahui bagaimana pembebanan biaya overhead
6. Mengetahui bagaimana prosedur pengumpulan biaya
7. Mengetahui bagaimana bila terjadi selisih pembebanan biaya overhead
8. Mengetahui perbedaan job order dan process costing

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Harga Pokok Pesanan


Harga pokok pesanan adalah suatu sistem penetapan harga pokok produk
yang digunakan dalam industri yang bekerja berdasarkan pesanan.
Metode harga pokok pesanan menentukan harga pokok produksi per unit
dengan cara mengumpulkan seluruh biaya produksi untuk setiap pesanan. Setelah
biaya tiap pesanan bisa ditentukan, baru menentukan biaya produksi per unit
dengan membagi biaya produksi per pesanan dan unit yang di pesan.

2.2 Karakteristik Industri Harga Pokok Pesanan

Harga pokok pesanan ini mempunyai beberapa karakteristik pokok sebagai


berikut:

1. Banyak job yang berbeda dikerjakan secara bersamaan dalam setiap


periode waktu tertentu. Dalam sistem produksi ini hampir dapat
dipastikan bahwa tiap pekerjaan akan berbeda dalam ukuran, desain atau
faktor lain dibanding dengan pekerjaan lainnya.

2. Biaya-biaya dikumpulkan untuk tiap pekerjaan.

3. Job cost sheet merupakan dokumen kunci dalam pengendalian


akumulasi biaya untuk setiap pekerjaan.

4. Harga pokok per unit produk hitung menurut tiap pekerjaan dalam job
cost sheet.

Menurut Mas’ud Machfoedz dalam buku Akuntansi Manajemen edisi


empat karakteristik harga pokok pesanan adalah sebagai berikut:

1. Biaya per unit satu pesanan bisa berbeda dengan pesanan yang lain

2. Biaya produksi bisa ditentukan begitu pesanan selesai

3
3. Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi jumlah biaya
produksi satu pesanan dengan unit yang dipesan

4. Tiap pesanan mempunyai karakteristik yang berbeda.

2.3 Sistem Akuntansi Biaya

Urutan kerja dan sistem akuntansi biaya mengikuti arus fisik barang dan
jasa dalam proses produksi. Harga pokok produk merupakan nilai investasi yang
dikorbankan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Komponen biaya
produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik.

Metode pengumpulannya disesuaikan dengan karakteristik sistem produksi


dalam industrinya. Untuk itu dikenal harga pokok pesanan dan harga pokok
proses. Untuk alokasi overhead kepada tiap produk digunakan tarif yang
ditentukan dimuka berdasarkan unit produksi atau jumlah jam kerja langsung.
Dalam perkembangan terakhir terdapat alternatif rancangan sistem alokasi biaya
overhead berdasarkan volume aktivitas.

Penetapan harga pokok produk menurut pesanan digunakan dalam situasi


dimana banyak produk, job, atau kumpulan produk yang berbeda dihasilkan pada
tiap periode. Termasuk dalam contoh produksi ini adalah usaha penjahitan,
pekerjaan-pekerjaan konstruksi, jasa akuntan publik, dan lain sebagainya.

2.4 Dokumen Transaksi

Sistem akuntansi biaya meliputi teknik-teknik, personalia, formulir, dan


catatan akuntansi yang digunakan untuk menciptakan informasi tentang biaya
untuk prnyrdiaan produk atau jasa dari waktu ke waktu. Dengan sistem tersebut
diharapkan dapat memenuhi penetapan biaya per unit produk dan menyediakan
informasi untuk perencanaan dan pengendalian biaya bagi para manajer.

4
Sebagaimana lazimnya dalam perusahaan manufaktur masalah biaya yang
paling banyak dibahas adalah pengukuran biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan alokasi biaya overhead yang merupakan komponen harga pokok
bagi produk yang dihasilkannya. Pengukuran biaya bahan langsung dapat
diidentifikasi dalam bill of materials dan formulir daftar permintaan bahan.

Bill of material yaitu suatu dokumen yang menyajikan secara perinci jenis
dan kuantitas tiap-tiap item baham yang diperlukan untuk menyelesaikan
pembuatan suatu unit produk. Berdasarkan data dari bill of material ini kemudian
dapat dibuat kartu biaya standar untuk tiap unit produk yang akan diproduksi.

BILL OF MATERIALS

BILL OF MATERIALS

Nama Produk : Tanggal Efektif:

Nomor Produk :

NOMOR URAIAN KUANTITAS


BAHAN

001 Kain wool-England 11 meter

002 Benang jahit-hitam 2 gulung

003 Kancing saku belakang hitam 20 buah

004 Zipper 10 cm 10 buah

005 Pensil untuk desain 1 batang

Otorisasi : THORIQ

5
Materials requisition form atau formulir permintaan bahan merupakan suatu
dokumen sumber yang: (1) menunjukkan perincian jenis, kuantitas dan harga
pokok bahan yang akan diminta dari gudang, dan (2) menunjukkan jenis
pekerjaan dimana biaya bahan akan dibebankan.

DAFTAR PERMINTAAN BARANG

DAFTAR PERMINTAAN BARANG

No. : PB-01

Nomor Job : 001-002 Tanggal: 01/01-2010

Departemen : Jahit

NO URAIAN KUANTITAS HARGA/UNIT TOTAL

1. Kain celana-WoolEngland 11 meter Rp. 250.000 Rp. 2.750.000

2. Kain celana-Wool Italy 8,8 meter Rp. 225.000 Rp. 1.980.000

Total Rp. 4.730.000

Otorisasi : OEMAR

Untuk mengukur biaya tenaga kerja langsung perusahaan dapat


menggunakan dokumen berupa time ticket yaitu suatu dokumen sumber yang
digunakan untuk mencatat waktu dan jam pegawai menurut jam aktivitas dalam
sehari. Dokumen yang digunakan sebagai pendukungnya adalah daftar absensi
pegawai yang juga dihasilkan dari satu prosedur pencatatan waktu yang
merupakan bagian dari kontrol produksi. Sekarang ini absensi pegawai dapat
dilakukan dengan mesin yang biasanya ditempatkan didekat pintu masuk pabrik
dan didalam pabrik dimana setiap tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya.
Dengan bantuan teknologi ini absensi menjadi lebih praktis dan cepat
pelaksaannya sekalipun terdapat pegawai dalam jumlah yang banyak.
Penggunaan mesin absensi yang mengidentifikasi sidik jari antara lain dapat

6
menghindari adanya pegawai yang menitip tanda tangan dalam daftar hadir
pegawai.

TIME TICKET

TIME TICKET

Nomor : UMI-01 Tanggal : 05/01/2010

Nama Pegawai : Ny. UMI Unit Kerja :

No. Job Mulai Selesai Jam Kerja Tarif Jumlah

(Rp) (Rp)

001 08.00 16.00 8 7.500 60.000

001 09.00 16.00 7 7.500 52.500

Jumlah 15 112.500

Otorisasi : IRA

Job cost sheet atau kartu harga pokok pesanan. Data biaya bahan, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dari dokumen-dokumen diatas yang
dibebankan pada produk dikumpulkan dalam satu formulir yang disebut Job cost
sheet. Job cost sheet ini merupakan suatu formulir yang disiapkan untuk mencatat
bpemakaian bahan-bahan, biaya tenaga kerja, dan overhead yang dibebankanb
pada tiap job.

Sebagian perancang job cost sheet menunjukkan perhitungan laba rugi


bruto setiap job yang diselesaikan. Namun demikian untuk berbagai keperluan
informasi akuntansi secara periodik masih diperlukan proses pencatatn dan
pelaporan melalui siklus akuntansi yang normal.

7
KARTU HARGA POKOK PESANAN

KARTU HARGA POKO PESANA

No. Job : 001 Tanggal Mulai : 01/01-2010

Departemen : Jahit Tanggal Selesai : 06/01-2010

Item : Pakaian Seragam Unit Selesai : 9 lembar

BAHAN LANGSUNG TENAGA KERJA OVERHEAD PABRIK


LANGSUNG

SPB Jumlah Tiket Jam Jumlah Jam Tarif Jumlah

(Rp) (Rp) (Rp)

PB-01 2.475.000 U-01 15 112.500 15 1.500 22.500

UNIT SELESAI

IKHTISAR BIAYA: Tanggal Jumlah Sisa

Bahan Langsung Rp. 2.475.000

Tenaga Kerja Langsung 112.500

Overhead Pabrik 22.500 07/01 9 lbr 1 lbr

Total Biaya Rp. 2.610.000

Harga Pokok Per Unit: Rp. 2.610.000/9 lbr

Rp. 290.000

Berdasarkan data kartu ini bagian akuntansi biaya akan membuat jurnal
untuk membebankan biaya bahan baku, penggunaan tenaga kerja langsung, dan
alokasi overhead terpakai pada persediaan barang dalam proses.

8
2.5 Pembebanan Biaya Overhead

Biaya overhead meliputi semua biaya yang terjadi di pabrik, selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam komponen biaya produksi
biaya ini agak kompleks perhitungannya. Kesulitan membebankan overhead
pabrik kepada tiap unit produk terutama disebabkan oleh:

1. Overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung bagi tiap unit produk

2. Overhead pabrik terdiri dari banyak item yang berbeda dan merupakan
campuran biaya variabel dan biaya-biaya tetap

3. Banyak perusahaan menemukan bahwa sekalipun output berfluktuasi


sesuai musim atau faktor-faktor lain, biaya overhead pabrik cenderung
tetapkonstan secara relatif atau berubah dengan pola yang tidak teratur

4. Selain itu, bisa juga terjadi bahwa manajemen tidak mau memisahkan
biaya tetap dan biaya variabel dari biaya campuran karena dianggap
tidak praktis. Terutama jika biaya tersebut dianggap tidak signifikan
jumlahnya.

Pembebanan biaya overhead pabrik kepada tiap produk biasanya


didasarkan pada alokasi tertentu secara konsisten. Dasar alokasi seperti jam kerja
langsung, jam mesin atau jenis aktivitas dapat digunakan sebagai suatu dasar
untuk membebankan biaya-biaya overhead kepada produk atau jasa. Tarif
overhead ditentukan dimuka diperlukan untuk membebankan biaya overhead
kepada job dalam produksi untuk perencanaan atau pada saat produksi sedang
berlangsung.

Jika overhead ditentukan dimuka dialokasikan berdasarkan estimasi jam


kerja langsung maka tarifnya per satuannya dapat dihitung dengan menggunakan
formula:

Tarif overhead ditentukan dimuka = Estimasi biaya overhead

Estimasi jam kerja langsung

9
Sebagai ilustrasi, PT ABC membuat produk A dan produk B. Tarif
overhead-nya ditetapkan dimuka berdasarkan taksiran jumlah jam tenaga kerja
langsung dalam satu periode tertentu. Data estimasi biaya overhead dan jumlah
jam tenaga kerja langsung untuk kedua jenis produk dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Overhead Estimasi biaya overhead Estimasi jam tenaga kerja


langsung

Produk A Produk B Produk A Produk B

Overhead Rp. 96.000 Rp. 48.000 96 jam 34 jam


variabel

Overhead tetap 64.000 64.000 64 jam 46 jam

Total Rp. 160.000 Rp. 112.000 160 jam 80 jam

Berdasarkan data tersebut dan formula diatas maka tarif pembebanan


overhead untuk tiap jam tenaga kerja langsung kepada produk A dan produk B
dapat dihitung sebagai berikut:

Tarif overhead produk A = Rp. 160.000

160 jam

= Rp. 1.000 per jam

Tarif overhead produk B = Rp. 112.000

80 jam

= Rp. 1.400 per jam

10
Pada akhir periode diperlukan perhitungan biaya yang sesungguhnya
dibebankan kepada tiap produk. Realisasi biaya overhead ini disebut overhead
terpakai. Overhead terpakai merupakan pembebanan biaya overhead pabrik
kepada job cost sheets dan akun barang dalam proses. Tarif overhead per jam
kerja dapat ditetapkan dimuka berdadasarkan jumlah jam tenaga kerja langsung
yang dialokasikan dengan menggunakan formula:

Tarif overhead = Biaya overhead sesungguhnya

Jam kerja langsung

Misalkan pada bulan juli realisasi biaya overhead untuk produk A


berjumlah Rp. 165.000 dengan total jam tenaga kerja langsung 150 jam. Biaya
overhead terpakai menjadi Rp. 165.000/150 jam, atau Rp. 1.100 per jam tenaga
kerja langsung.

Misalkan penyelesaian tiap unit produk A membutuhkan waktu lima jam


dan selam bulan juli terdapat 100 unit produk selesai. Biaya overhead yang akan
dibebankan pada produk selesai berjumlah 100 unit x 5 jam x Rp. 1.100 = Rp.
550.000. Dari perhitungan ini selanjutnya dapat diidentifikasi kelebihan atau
kekurangan pembebanan overhead pada produk, dengan cara membandingkan
penerapan tarif overhead yang ditentukan dimuka dengan tarif overhead
sesungguhnya terpakai, sebagai berikut:

Overhead ditentukan dimuka; 100 unit x 5 jam x Rp. 1.000 Rp. 500.000

Overhead sesungguhnya; 100 unit x 5 jam x Rp. 1.100 Rp. 550.000

Rp. 50.000

Selisih Rp. 50.000 merupakan kekurangan pembebanan karena jumlah


biaya overhead sesungguhnya lebih besar dibanding dengan jumlah menurut tarif
yang ditentukan dimuka. Sebaliknya, jika biaya overhead sesungguhnya lebih
kecil dari jumlah menurut tarif yang ditentukan dimuka maka selisih tersebut
merupakan kelebihan pembebanan overhead.
11
Dalam perkembangan terakhir untuk mengalokasikan biaya overhead
dikenal activity based costing, yaitu suatu metode dua tahap yang membentuk
kumpulan biaya untuk tiap kegiatan utama dalam suatu organisasi. Biaya-biaya
overhead kemudian dibebankan menurut kegiatan-kegiatan utama ini. Dalam
suatu activity based costing dasar alokasi overhead-nya biasa disebut cost driver.
Misalnya jam mesin, jam kerja langsung, kamar terpakai untuk hotel, tempat tidur
terpakai untuk rumah sakit, dan lain-lain yang menyebabkan terjadinya biaya-
biaya overhead.

Keuntungan dari penggunaan tarif overhead yang ditentukan dimuka


adalah:

1. Para manajer akan lebih suka bila sistem akuntansi dapat memberikan
informasi dapat menilai pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikannya
sebelum periode akuntansi berakhir.

2. Bila menggunakan tarif overhead sesungguhnya, pengaruh faktor-faktor


musim dalam biaya overhead atau dalam dasar alokasi dapat
menghasilkan fluktuasi tarif overhead.

3. Pemakaian tarif overhead yang ditetapkan dimuka dapat


menyederhanakan pencatatan rekor.

2.6. Prosedur Pengumpulan Biaya

Harga pokok produk terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead.akumulasi biaya dilakukan secara kronologis menurut urutan
kejadian transaksinya. Jurnal menggunakan nama-nama buku besar yang sesuai
berdasarkan bagan akun yang ditetapkan dalam rancangan sistem yang disepakati
manajemen. Dalam penjurnalan ini dan pemindahbukuannya berlaku ketentuan
dasar sebagai berikut:

12
KELOMPOK SALDO BERTAMBAH BERKURANG
AKUN NORMAL

Aktiva Debit Debit Kredit

Kewajiban Kredit Kredit Debit

Ekuitas Kredit Kredit Debit

Pendapatan Kredit Kredit Debit

Biaya Debit Debit Kredit

Dalam proses pemindahbukuannya ke buku besar berlaku ketentuan bahwa:

1. Tiap nama akun dalam jurnal menggunakan nama buku besar secara
konsisten berdasarkan klasifikasi akun yang biasanya dirancang khusus
dalam bentuk bagan akun yang berupa perincian kode dan klasifikasi
akun. Jumlah sisi debit dalam jurnal dipindahkan pada kolom debit pada
buku besar yang sesuai. Demikian sebaliknya, jumlah kredit dalam
jurnal dipindahkan pada kolom kredit pada buku besar yang
menggunakan nama yang sama dengan nama akun dalam jurnal.

2. Saldo akhir untuk aktiva dan biaya dalam buku besar akan sama dengan
saldo awal + mutasi debit - mutasi kredit.

3. Saldo akhir untuk kewajiban, ekuitas, dan pendapatan dalam buku besar
akan sama dengan saldo awal + mutasi kredit - mutasi debit.

13
ARUS BIAYA PRODUKSI DALAM BUKU BESAR

Sebagai ilustrasi dapat dilihat proses akumulasi harga pokok produk pesanan dari
ikhtisar transaksi PT ABE dibawah ini.

1) Pada tanggal 1 Desember saldo bahan baku Rp. 175.000, barang jadi Rp.
250.000, barang dalam proses Rp. 750.000. pada tanggal 2 Desember PT
ABE membeli Rp. 1.500.000 bahan baku.

Jurnal:

Bahan baku Rp. 1.500.000

Utang usaha Rp. 1.500.000

2) Selama bulan Desember dikeluarkan bahan baku dari gudang untuk produksi
Rp. 1.300.000 yang terdiri dari Rp. 1.250.000 bahan baku dan Rp. 50.000
bahan pembantu.

Jurnal:

Barang dalam proses Rp. 1.250.000

Biaya overhead pabrik Rp. 50.000

Bahan baku Rp. 1.300.000

3) Diperhitungkan biaya tenaga kerja langsung Rp. 1.500.000 dan biaya tenaga
kerja tidak langsung Rp. 375.000.

Jurnal:

Barang dalam proses Rp. 1.500.000

Biaya overhead pabrik Rp. 375.000

Utang gaji dan upah Rp. 1.875.000

14
4) Biaya-biaya umum pabrik selama bulan Desember yang diperhitungkan
terdiri dari listrik dan utilities lainnya Rp. 525.000, sewa peralatan Rp.
400.000, dan biaya-biaya lain pabrik Rp. 75.000.

Jurnal:

Biaya overhead pabrik Rp. 1.000.000

Utang usaha Rp. 1.000.000

5) Asuransi dibayar dimuka Rp. 500.000 jatuh tempo bulan ini dibebankan
sebagai biaya overhead pabrik.

Jurnal:

Biaya overhead pabrik Rp. 500.000

Asuransi dibayar dimuka Rp. 500.000

6) Diperhitungkan biaya penyusutan mesin pabrik bulan desember Rp. 450.000.

Jurnal:

Biaya overhead pabrik Rp. 450.000

Akumulasi penyusutan Rp. 450.000

7) Tarif overhead yang ditetapkan dimuka sebesar Rp. 2.250.000 dibebankan


pada barang dalam proses berdasarkan taksiran jumlah jam operasi 1.152 jam
mesin dengan tarif Rp. 1.954.725 per jam mesin.

Jurnal:

Barang dalam proses Rp. 2.250.000

Biaya overhead pabrik Rp. 2.250.000

15
8) Utang gaji dan upah untuk manajemen puncak Rp. 525.000 dan gaji pegawai
kantor lainnya Rp. 225.000.

Jurnal:

Biaya gaji Rp. 750.000

Utang gaji dan upah Rp. 750.000

9) Penyusutan peralatan kantor bulan Desember Rp. 175.000.

Jurnal:

Beban akumulasi Rp. 175.000

Akumulasi penyusutan Rp. 175.000

10) Biaya iklan Rp. 1.050.000 dan biaya administrasi dan umum lainnya Rp.
200.000.

Jurnal:

Beban iklan Rp. 1.050.000

Beban penjualan, administrasi dan umum lainnya Rp. 200.000

Utang usaha Rp. 1.250.000

11) Selam bulan Desember berhasil diselesaikan barang jadi Rp. 3.950.000.

Jurnal:

Barang jadi Rp. 3.950.000

Barang dalam proses Rp. 3.950.000

12) Barang jadi yang mempunyai harga pokok Rp. 2.962.500 dijual dengan
harga Rp. 5.625.000.

16
Jurnal:

Piutang usaha Rp. 5.625.000

Penjualan Rp. 5.625.000

Beban pokok penjualan Rp. 2.962.500

Persediaan barang jadi Rp. 2.962.500

Untuk memindahbukukan catatan dari jurnal diatas dibuat ikhtisar buku


besar. Dalam pemindahan ini berlaku ketentuan bahwa mutasi debit dalam jurnal
dipindahkan ke sisi debit dalam buku besar. Demikian juga, mutasi kredit dalam
jurnal harus dipindahkan ke sisi kredit untuk akun bersangkutan dalam buku
besar.

Buku-buku besar tersebut dapat dipisahkan ke dalam kelompok buku besar


untuk rekening laba rugi dan rekening neraca. Dari saldo akhir buku-buku besar
rekening laba rugi secara berturut-turut dapat dibuat Ikhtisar Harga Pokok
Produksi, Ikhtisar Beban Pokok Penjualan, dan Laporan Laba Rugi. Dalam
akuntansi biaya untuk harga pokok pesanan, biaya-biaya bahan tidak langsung
dikeluarkan dari unsur biaya bahan baku dan dikelompokkan sebagai elemen
biaya overhead pabrik.

IKHTISAR BUKU BESAR

PIUTANG USAHA

xx

12 5.625.000

Saldo 5.625.000

17
UTANG USAHA

xx

1 1.500.000

2 1.000.000

Saldo 3.750.000 10 1.250.000

ASURANSI DIBAYAR DIMUKA

5 500.000

Saldo 500.000

PERSEDIAAN BAHAN BAKU

Saldo 175.000

1 1.500.000 2 1.300.000

Saldo 375.000

BARANG DALAM PROSES

Saldo 750.000 11 3.950.000

2 1.250.000

3 1.500.000

7 2.250.000 Saldo 1.800.000

18
BIAYA OVERHEAD PABRIK

Saldo

2 50.000 7 2.250.000

3 375.000

4 1.000.000

5 500.000

6 450.000 Saldo 125.000

PERSEDIAAN BARANG JADI

Saldo 250.000 12 2.962.500

11 3.950.000 Saldo 1.237.500

AKUMULASI PENYUSUTAN

xx

Saldo 625.000 6 450.000

9 175.000

PENJUALAN

Saldo 5.625.000 12 5.625.000

BEBAN POKOK PENJUALAN

12 2.962.500 Saldo 2.962.500

19
BEBAN PENYUSUTAN

9 175.000 Saldo 175.000

BEBAN GAJI DAN UPAH

8 750.000 Saldo 750.000

BEBAN IKLAN

10 1.050.000 Saldo 1.050.000

BEBAN USAHA LAINNYA

8 750.000 Saldo 950.000

10 200.000

UTANG GAJI DAN UPAH

3 1.875.000

Saldo 2.625.000 8 750.000

20
IKHTISAR HARGA POKOK PRODUKSI

Bahan langsung:

Persediaan awal Rp. 175.000

Pembelian bahan langsung Rp. 1.500.000

Bahan baku tersedia untuk dipakai Rp. 1.675.000

Persediaan akhir (Rp. 375.000)

Biaya bahan langsung Rp. 1.300.000

Dikurang: bahan tidak langsung (Rp. 50.000)

Rp. 1.250.000

Tenaga kerja langsung Rp. 1.500.000

Overhead pabrik:

Bahan tidak langsung Rp. 50.000

Tenaga kerja tidak langsung Rp. 375.000

Asuransi Rp. 500.000

Sewa, dan lain-lain Rp. 475.000

Listrik, air, dan telepon pabrik Rp. 525.000

Penyusutan pabrik Rp. 450.000

Total overhead sesungguhnya Rp. 2.375.000

Dikurangi: kekurangan pembebanan overhead (Rp. 125.000)

Pembebanan overhead pada barang dalam proses Rp. 2.250.000

Total biaya pabrik Rp. 5.000.000

21
Ditambah: persediaan awal barang dalam proses Rp. 750.000

Rp. 5.750.000

Dikurangi: persediaan akhir barang dalam proses Rp. 1.800.000

Harga pokok produksi Rp. 3.950.000

IKHTISAR BEBAN POKOK PENJUALAN

Persediaan awal barang jadi Rp. 250.000

Ditambah:

Harga pokok produksi Rp. 3.950.000

Persediaan yang tersedia untuk dijual Rp. 4.200.000

Dikurangi:

Persediaan akhir barang jadi Rp. 1.237.500

Beban pokok penjualan Rp. 2.962.500

Ditambah:

Kekurangan pembanan overhead Rp. 125.000

Beban pokok penjualan yang disesuaikan Rp. 3.087.500

LAPORAN LABA RUGI

Penjualan Rp. 5.625.000

Beban pokok penjualan Rp. 3.087.500

Laba bruto Rp. 2.537.500

Beban penjualan, administrasi & umum:

22
-Gaji Rp. 750.000

-Penyusutan Rp. 175.000

-Iklan Rp. 1.075.000

-Biaya lain-lain Rp. 200.000 Rp. 2.175.000

Laba bersih Rp. 362.500

2.7 Selisih Pembebanan Biaya Overhead

Dalam akuntansi, kumpulan harga pokok dikenal konsep biaya historis.


Berdasarkan konsep ini, biaya-biaya dikumpulkan dan dilaporkan sebesar
realisasi biaya sesungguhnya. Sementara disisi lain tarif overhead ditentukan
dimuka lebih didasarkan pada hasil estimasi untuk memberikan kemudahan bagi
manajemen .

Berkaitan dengan implementasi tarif overhead yang ditetapkan dimuka,


selanjutnya terjadi masalah-masalah kelebihan atau kekurangan pembebanan
overhead terhadap produk. Agar perhitungan harga pokok menjadi riil maka
kelebihan atau kekurangan pembebanan tersebut harus disesuaikan dalam
perhitungan yang telah dibuat.

Prosedur akuntansi untuk penyesuaian tersebut dapat dipilih dari alternatif


sebagai berikut:

a. Ditutup ke beban pokok penjualan, atau

b. Dialokasikan kedalam barang dalam proses, barang jadi, dan kedalam beban
pokok penjualan berdasarkan proporsi saldo akhir tiap akun.

Sebagai contoh, misalnya PT A membebankan biaya overhead-nya kepada


produk berdasarkan jam mesin. PT B membebankan biaya overhead-nya kepada
produk berdasarkan jumlah pemakaian bahan langsung. Berikut adalah data

23
mengenai taksiran biaya overhead dari kedua perusahaan pada bulan Desember
2010:

PT A PT B

Dasar alokasi overhead Jam mesin Bahan baku

Taksiran overhead pabrik Rp. 640.000 Rp. 675.000

Taksiran jam mesin 160.000 jam -

Taksiran pemakaian bahan - Rp. 450.000


baku
Rp. 4/jam 150% x bahan baku
Tarif overhead ditentukan
dimuka

Realisasi hasil pengumpulan biaya overhead, jam mesin, dan pemakaian bahan
langsung dari pekerjaan kedua perusahaan menunjukkan data sebagai berikut:

PT A PT B

Biaya overhead pabrik Rp. 645.830 Rp. 644.740


sesungguhnya
171.479 jam -
Jam mesin sesungguhnya
- Rp. 417.949
Bahan baku sesungguhnya

Berdasarkan data diatas selisih kelebihan dan kekurangan pembebanan overhead


PT A dan PT B dapat dihitung sebagai berikut:

PT A PT B

Biaya overhead sesungguhnya Rp. 645.830 Rp. 644.740

24
Overhead yang dibebankan:

-PT A, 171.479 jam x Rp. 4 Rp. 685.916 -

-PT B, Rp. 417.949 x 150% - Rp. 626.924

Kekurangan (kelebihan) Rp. (40.086) Rp. 17.816


pembebanan

Selisih pembebanan tersebut selanjutnya dapat dibebankan seluruhnya ke


harga pokok penjualan atau dialokasikan secara proporsional kepada akun
persediaan barang jadi, barang dalam proses, dan beban pokok penjualan melalui
mekanisme jurnal penyesuaian.

Alternatif 1: ditutup ke beban pokok penjualan. Cara ini relatif lebih


sederhana karena tidak membutuhkan perhitungan yang lebih spesifik. Total
selisih pembebanan biaya overhead sekaligus ditutup dalam satu jurnal. Namun
demikian cara ini juga masih mengandung kelemahan, karena apabila selisih
tersebut jumlahnya besar maka beban pokok penjualan akan dibebani secara
signifikan oleh bagian dari selisih pembebanan biaya overhead yang seharusnya
dibebankan pada akun lain yang ikut mengkonsumsi overhead tersebut. Namun
kalau selisih pembebanan overhead tidak signifikan jumlahnya maka penggunaan
jurnal ini tidak akan memengaruhi keputusan pemakai informasi biaya.

Bila alternatif ini yang digunakan maka:

Jurnal untuk PT A:

Biaya ovehead Rp. 40.086

Beban pokok penjualan Rp. 40.086

Jurnal untuk PT B:

Beban pokok penjualan Rp. 17.816

Biaya overhead pabrik Rp. 17.816


25
Dalam kedua jurnal tersebut dapat dilihat efeknya sebagai penyesuaian
terhadap biaya overhead. Pada jurnal untuk PT A penutupan ke beban pokok
penjualan menyebabkan adanya tambahan terhadap jumlah biaya overhead yang
belum dibebankan pada sisi debit. Pada sisi kredit penutupan tersebut
menyebabkan penurunan nilai beban pokok penjualan, masing-masing sebesar
Rp. 40.086. Sebaliknya, pada jurnal untuk PT B penutupan tersebut menyebabkan
kenaikan beban pokok penjualan di satu sisi dan pengurangan jumlah biaya
overhead di sisi lain, masing0masing sebesar Rp. 17.816.

Alternatif 2: alokasi antar akun. Alokasi anatar akun lebih rasional karena
selisih pembebanan overhead akan dibebankan secara proporsional pada semua
akun yang mengkonsumsi alokasi biaya overhead sesungguhnya.

Untuk itu sebelum membuat jurnal penutupan terlebih dahulu dihitung


proporsi barang dalam proses, barang jadi, dan beban pokok penjualan yang
mengkonsumsi biaya overhead tersebut. Dari contoh kasus PT A dan PT B diatas
misalnya, terdapat data tambahan sebagai berikut:

PT A PT B

Jumlah % Jumlah %

Persediaan barang dalam proses Rp. 96.210 18,00 Rp. 1.800.000 30,00

Persediaan barang jadi Rp. 144.135 27,00 Rp. 1.237.500 20,63

Beban pokok penjualan Rp. 293.975 55,00 Rp. 2. 962.500 49,38

Total Rp. 534.500 100,00 Rp. 6.000.000 100,00

Kasus PT A- kelebihan pembebanan Rp. 40.086. saldo ini selanjutnya akan


disajikan sebagai saldo masing-masing akun dalam laporan keuangan. Sementara
dalam pembukuan PT A akan terjadi alokasi sebagai berikut:

26
Barang dalam proses (18% x Rp. 40.086) Rp. 7.215,48

Barang jadi (27% x Rp. 40.086) Rp. 10.823,22

Beban pokok penjualan (55% x Rp. 40.086) Rp. 22.047,30

Selanjutnya dibuat jurnal sebagai berikut:

Biaya overhead pabrik Rp. 40.086

Barang dalam proses Rp. 7.215,48

Barang jadi Rp. 10.823,22

Beban pokok penjualan Rp. 22.047,30

Jurnal tersebut menurunkan nilai barang dalam proses sebesar Rp. 7.215,48
barang jadi Rp. 10.823,22 dan beban pokok penjualan Rp. 22.047,30. jurnal ini
sekaligus menambahkan kekurangan pembebanan biaya overhead yang
ditentukan dimuka dalam perhitungan biaya produksi atau harga pokok produk
sebesar Rp. 40.086.

Penyesuaian diatas akan menghasilkan saldo buku besar setelah


penyesuaian untuk empat akun yang akan terlihat sebagai berikut.

PT A - BARANG DALAM PROSES

Saldo 96.210 Alokasi 7.215,48

Saldo 88.994,22

PT A - BARANG JADI

Saldo 144.315 Alokasi 10.823,22

Saldo 133.491,78

27
PT A - BEBAN POKOK PENJUALAN

Saldo 293.975 Alokasi 22.047,30

Saldo 271.927,7

PT A - BEBAN OVERHEAD

Kelebihan 40.086

Alokasi 40.086

Saldo -

Setelah proses alokasi ini saldo beban overhead menjadi Rp. 0 sementara
saldo akun barang dalam proses, barang jadi, dan harga pokok penjualan masing-
masing mengalami penurunan sebesar nilai alokasi pada tiap-tiap buku besarnya.

Kasus PT B - Kekurangan pembebanan Rp. 17.816. Berdasarkan proporsi


diatas maka selisih kekurangan pembebanan biaya overhead PT B sebesar Rp.
17.816 dapat dialokasikan sebagai berikut:

Barang dalam proses, (30% x Rp. 17.816) Rp. 5.344,80

Barang jadi, (20,63% x Rp. 17.816) Rp. 3.674,55

Beban pokok penjualan, (49,38% x Rp. 17.816) Rp. 8.796,65

Selanjutnya dibuat jurnal sebagai berikut:

Barang dalam proses Rp. 5.344,80

Persediaan barang jadi Rp. 3.674,55

28
Beban pokok penjualan Rp. 8.796,65

Biaya overhead pabrik Rp. 17.816

Jurnal tersebut menaikkan nilai barang dalam proses sebesar Rp. 5.344,80
barang jadi Rp. 3.674,55 dan beban pokok penjualan Rp. 8.796,65. Jurnal ini
sekaligus menghapuskan kelebihan pembebanan biaya overhead yang ditentukan
dimuka dalam perhitungan biaya produksi atau harga pokok produk sebesar Rp.
17.816.

Penyesuaian diatas menghasilkan saldo buku besar setelah penyesuaian


untuk ke empat akun yang akan terlihat sebagai berikut:

PT B - BARANG DALAM PROSES

Saldo Rp. 1.800.000, 00

Alokasi Rp. 5.344,80

Saldo Rp. 1.805.344,80

PT B - BARANG JADI

Saldo Rp. 1.237.500,00

Alokasi Rp. 3.674,55

Saldo Rp. 1.241.174,55

PT B - BEBAN POKOK PENJUALAN

Saldo Rp. 2.962.500,00

Alokasi Rp. 8.796,65

Saldo Rp. 2.971.296,65

29
PT B - BEBAN OVERHEAD

Kekurangan Rp. 17.816

- Alokasi Rp. 17.816

Saldo Rp. 271.927,7

Setelah proses alokasi ini saldo beban overhead menjadi Rp. 0,-. Sementara
saldo akun barang dalam proses, barang jadi, dan harga pokok penjualan masing-
masing mengalami kenaikan sebesar nilai alokasi pada tiap buku besarnya.

2.8 Perbedaan Job Order Dan Process Costing

Perusahaan pada dasarnya memiliki dua alasan untuk memproduksi barang


yaitu karena adanya pesanan dengan spesifikasi tertentu dari konsumen dan
karena melakukan proses produksi dengan maksut untuk mengisi persediaan di
gudang, tanpa menunggu pesanan lebih dahulu untuk kemudian dijual ke pasar.
Dua pola tersebut yang membedakan adanya sistem akuntansi biaya atas dasar
pesanan (job order costing) dan sistem akuntansi biaya atas dasar proses (proces
costing).

Perusahaan yang beroperasi dalam industri berdasarkan pesanan


menghasilkan variasi produk menurut pesanan yang diterima sehingga
karakteristik dari akuntansi biaya atas dasar pesanan adalah bahwa biaya dari satu
pekerjaan berbeda dari biaya pekerjaan lainnya dan harus tetap terpisah.
Pengumpulan biaya menurut pekerjaan memberikan informasi penting karena
seringkali harga ditetapkan berdasarkan biaya – biaya yang dikeluarkan pada tiap
– tiap pekerjaan.

Sedangkan perusahaan yang berproduksi massal atau yang berproduksi


berdasarkan proses menghasilkan produk yang homogen, sehingga biaya satu unit
produk adalah identik dengan biaya produk lainnya. Perusahaan mengakumulasi

30
biaya produksi berdasarkan proses atau departemen pada satu periode tertentu.
Biaya per unit dihitung melalui pembagian biaya prosesnya dengan output
periode tertentu.

Tabel 4.1

Perbedaan job order dengan process costing

PERBEDAAN
Metode harga pokok pesanan Metode harga pokok proses
(job order) (Process costing)
1. Spesifikasi produk berbeda – beda 1. Spesifikasi produk seragam
2. Pengumpulan biaya per pesanan 2. Pengumpulan biaya per
proses atau departemen
3. Harga pokok per unit dihitung dengan 3. Harga pokok per unit
membagi total biaya per pesanan dihitung dengan membagi
dengan keluarannya setiap pesanan total biaya dalam 1 periode
dengan output pada setiap
ahir periode

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode harga pokok pesanan menentukan harga pokok produksi per unit
dengan cara mengumpulkan seluruh biaya produksi untuk setiap pesanan. Setelah
biaya tiap pesanan bisa ditentukan, baru menentukan biaya produksi per unit
dengan membagi biaya produksi per pesanan dan unit yang di pesan.

3.2 Saran

Penulis berharap, kita sebagai mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas


Lampung yang berkaitan dengan akuntansi hendaknya lebih memiliki rasa ingin
tahu terhadap hal hal berbau akuntansi khususnya Harga Pokok Pesanan ini.

32
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Lisia. 2000. Manfaat Penggunaan Variabel Costing dalam Penentuan


Harga Jual. Antisipasi Volume, No. 1.

Machfoedz, Mas’ud. 1989. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Mulyadi. 2002. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media.

Natalia. 2008. Analisis Penentuan Harga Produk Pesanan. Skripsi Program


Studi Pendidikan Akuntansi. Universitas Sanata Dharma.

RA. Supriyono, 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE.

Samryn,L.M.2012. Akuntansi Manajemen: Informasi Biaya Untuk


Mengendalikan Aktivitas Operasi Dan Investasi. Jakarta:Kharisma Putra
Utama.

33

Anda mungkin juga menyukai