Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HARGA POKOK PESANAN


MATA KULIAH AKUNTANSI KOS

Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Dira Sabilla (7192520002)
Nina Defriyanti (7192520003)
Putri Rahmadhani (7193220017)
Cintiya Apriyanti Agino (7193220025)
Sri Alecia Sandhova (7193520058)
Dosen Pengampu:
Drs. Jihen Ginting, M.Si., Ak.
JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Akuntansi Biaya Produksi Pesanan” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada dosen pengampu
mata kuliah Akuntansi Kos kelas Akuntansi B Tahun Angkatan 2019 yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Akuntansi Kos. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 10 Maret 2020

i
Kelompok 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian dan Konsep Metode Harga Pokok Pesanan...........................3
2.2 Karakteristik Biaya Pesanan.......................................................................3
2.3 Kartu Biaya Pesanan....................................................................................3
2.4 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan.........................4
2.5 Manfaat Info Harga Pokok Produksi Per Pesanan...Dalam Perusahaan
Manufaktur.........................................................................................................5
2.6 Pencatatan Yang Dilakukan Dalam Metode Pesanan..............................8
2.7 Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet)...........................................10
2.8 Metode Harga Pokok Pesanan..................................................................11
2.9 Perlakuan Akuntansi Produk Rusak & Cacat Pada Metode Harga
Pokok Pesanan..................................................................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan.................................................................................................22
3.2 Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap bidang kegiatan produksi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai
oleh perusahaan tersebut. Umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah
mendapatkan laba atau keuntungan yang besar. Setiap kegiatan produksi
membutuhkan biaya produksi karena biaya produksi ditujukan untuk memperoleh
nilai ekonomis produk yang lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan
membutuhkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
sangat penting karena merupakan salah satu teknik untuk menerapkan kebijakan-
kebijakan dalam pembebanan oleh suatu produk. Merupakan bagian dari proses
perencanaan untuk menentukan tindakan bagi kegiatan produksi dimasa yang
akan datang. Memberikan informasi untuk menentukan tindakan bagi kegiatan
produksi. Memberikan gambaran bagi suatu perusahaan, di samping itu juga
perusahaan membutuhkan analisis selisih.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dan konsep metode harga pokok pesanan?
2. Bagaimana karakteristik biaya pesanan?
3. Apa yang dimaksud kartu biaya pesanan?
4. Bagaimana pengumpulan biaya produksi dalam metode harga pokok
pesanan?
5. Apa perbedaan antara akuntansi perusahaan manufaktur dan akuntansi
perusahaan dagang?
6. Apa yang dimaksud harga pokok produksi?
7. Apa manfaat informasi harga pokok produksi per pesanan?
8. Apa yang dimaksud kartu harga pokok (job order cost sheet)?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan dalam makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep metode harga pokok pesanan.
2. Untuk mengetahui tentang karakteristik biaya pesanan.
3. Untuk mengetahui tentang kartu biaya pesanan.
4. Untuk mengetahui cara pengumpulan biaya produksi dalam metode harga
pokok pesanan.
5. Untuk mengetahui tentang perbedaan antara akuntansi perusahaan
manufaktur dan akuntansi perusahaan dagang.
6. Untuk mengetahui tentang harga pokok produksi.
7. Untuk mengetahui tentang manfaat informasi harga pokok produksi per
pesanan.
8. Untuk mengetahui tentang kartu harga pokok (job order cost sheet).

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Konsep Metode Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya
produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga
pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan
baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per
satuan.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu
dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan
yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan di mana biaya yang
dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan
dapat dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga
pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit
individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik.
2.2 Karakteristik Biaya Pesanan
1. Sifat produksinya terputus-putus tergantung pada pesanan yang diterima.
2. Bentuk produk tergantung dari spesifikasi pemesan.
3. Pengumpulan biaya produksi dilakukan pada kartu biaya pesanan, yang
memuat rincian untuk masing-masing pesanan.
4. Total biaya produksi dikalkulasi setelah pesanan selesai.
5. Biaya produksi per unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi
dengan total unit yang dipesan.
6. Akumulasi biaya umumnya menggunakan biaya normal.
7. Produk yang sudah selesai langsung diserahkan pada pemesan.
2.3 Kartu Biaya Pesanan
Kartu biaya pesanan adalah dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan
yang mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasi

3
setiap batch atau loy dalam sistem biaya pesanan menunjukkan bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan
untuk suatu pesanan. File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi
sebagai buku besar tambahan untuk persediaan dalam proses. Syarat penggunaan
metode harga pokok pesanan:
1. Masing-masing pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan
identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan
secara individual.
2. Biaya produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu: biaya
langsung (BBB dan BTKL) dan biaya tak langsung (selain BBB dan BTKL).
3. BBB dan BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap
pesanan yang bersangkutan, sedangkan BOP dibebankan kepada pesanan atas
dasar tarif yang ditentukan di muka.
4. Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.
5. Harga pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah
biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan
produk dalam pesanan yang bersangkutan.
6. Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan kartu harga
pokok (job cost sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening
kontrol barang dalam proses.

2.4 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan

Terdapat 5 manfaat yang didapat administrasi dari adanya info harga


pokok produksi tersebut yaitu:

1. Menentukan Harga Jual yang akan dibebankan kepada Pemesan

2. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan

3. Memantau Realisasi Biaya Produksi

4. Menghitung Laba atau Rugi setiap Pesanan

4
5. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Makara dan Produk Dalam
Proses yang disajikan dalam Neraca.

Untuk lebih jelasnya masing-masing Manfaat Informasi Harga Pokok


Produksi per Pesanan sebagaimana ditampilkan diatas mulai dari no 1 hingga 5
akan dijelaskan dalam uraian sebagai berikut.

2.5 Manfaat Info Harga Pokok Produksi Per Pesanan Dalam Perusahaan
Manufaktur

1. Penentu Harga Jual Pesanan

Perusahaan manufaktur yang produksinya menurut pada pesanan akan


memproses produksinya menurut spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
Makara biaya produksi produk pesanan yang satu dengan produk pesanan yang
lainnya akan mempunyai biaya produksi yang berbeda, tergantung pada
spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Dengan demikian Harga Jual yang
dibebankan kepada para pemesan sangat ditentukan oleh besarnya masing-masing
Biaya Produksi yang dikeluarkan dalam pembuatan produk pesanan tersebut.
Rumus yang sanggup digunakan untuk menghitung Harga Jual yang akan
dibebankan kepada para pemesan ialah sebagai berikut:

2. Pertimbangan mendapatkan atau menolak Pesanan

Terkadang produk yang dipesan oleh pemesan, harga jualnya sudah


terbentuk dipasaran, sehingga manajemen hanya tinggal tetapkan apakah akan
mendapatkan pesanan yang diinginkan oleh pemesan tersebut atau menolak
pesanan pemesan tersebut. Untuk sanggup memilih entah itu menolak atau
mendapatkan suatu pesanan tersebut maka administrasi membutuhkan info total
harga pokok dari produk yang dipesan oleh pemesan tersebut. Informasi total

5
harga pokok pesanan memperlihatkan dasar sumbangan bagi administrasi supaya
perusahaan tidak mengalami kerugian saat mendapatkan pesanan dari pemesan.
Tanpa adanya info wacana total harga pokok pesanan, Maka administrasi tidak
mempunyai jaminan apakah harga yang diminta pemesan sanggup mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan. Secara matematis perhitungan Total Harga Pokok
Pesanan sanggup dilakukan dengan formula berikut ini:

3. Alat pantau Realisasi Biaya Produksi

Apabila perusahaan telah mendapatkan sebuah pesanan dari pemesan,


maka administrasi membutuhkan info biaya produksi yang sebetulnya dikeluarkan
dalam memenuhi pesanan tersebut. Akuntansi biaya dalam perusahaan
manufaktur yang memproduksi menurut pesanan digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan info biaya produksi setiap pesanan yang diterima untuk sanggup
memantau apakah proses produksi untuk memenuhi pesanan tertentu
menghasilkan total biaya produksi pesanan yang sesuai dengan perhitungan
sebelumnya. Adapun pengumpulan biaya produksi perpesanan dalam perusahaan
manufaktur yang memproduksi barang menurut pesanan dilakukan dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan.

4. Menghitung Laba atau Rugi Bruto Tiap Pesanan

Manajemen sanggup mengetahui suatu pesanan tertentu menghasilkan


keuntungan bruto bagi perusahaan atau sebaliknya untuk mengetahui apakah suatu
pesanan menyebabkan rugi bruto, maka administrasi membutuhkan info biaya

6
produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Informasi
keuntungan atau info rugi bruto setiap pesanan dibutuhkan untuk mengetahui
bantuan setiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan
keuntungan atau rugi.

Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan administrasi


untuk mengumpulkan info biaya produksi yang sebetulnya dikeluarkan untuk tiap
pesanan guna menghasilkan info keuntungan atau info rugi bruto tiap pesanan.

Laba atau rugi bruto setiap pesanan sanggup dihitung dengan format
sebagai berikut:

5. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk yang disajikan dalam


neraca

Pada Neraca, yang merupakan salah satu bentuk laporan keuangan utama
perusahaan manufaktur, Manajemen wajib menyajikan harga pokok persediaan
produk, baik produk jadi maupun produk yang masih dalam proses, untuk tujuan
tersebut maka administrasi perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi untuk
tiap pesanan.

Dengan dasar catatan biaya produksi per pesanan itu, maka administrasi
perusahaan manufaktur sanggup memilih biaya produksi yang menempel pada
pesanan yang telah simpulan diproduksi, namun hingga dengan tanggal neraca
masih belum diserahkan kepada pemesan. Selain itu menurut catatan tersebut,
administrasi sanggup juga memilih semua biaya produksi yang telah menempel
dalam pesanan yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan (produk
dalam proses). Demikianlah pembahasan wacana Manfaat info harga pokok

7
produksi per pesanan. Setelah Memahami artikel ini maka selanjutnya silahkan
anda pahami artikel wacana karakteristik metode harga pokok pesanan dengan
benar. Semoga anda sanggup mengetahui manfaat info harga pokok produksi per
pesanan dalam sebuah perusahaan manufaktur usai membaca artikel ini dengan
baik.

2.6 Pencatatan Yang Dilakukan Dalam Metode Pesanan

Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per


pesanan dengan menggunakan kartu harga pokok yang merupakan rincian
rekening control barang dalam proses di dalam buku besar. Berdasarkan biaya
produksi variabel yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok produk ini, harga
pokok produk jadi dan produk dalam proses dihitung dan dicatat.

Rekening Kontrol yang digunakan dalam buku besar yang perlu dibentuk untuk
menampung biaya produksi dan biaya nonproduksi dalam metode variabel costing
dengan menggunakan metode harga pokok pesanan adalah :

1. Barang dalam proses – biaya bahan baku

2. Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung

3. Biaya dalam proses – biaya overhead pabrik

4. Biaya overhead pabrik sesungguhnya

5. Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya

6. Biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya

7. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan

8. Biaya pemasaran

9. Biaya administrasi dan umum

8
10. Biaya pemasaran variabel

11. Biaya pemasaran tetap

12. Biaya administrasi dan umum variabel

Karena variable costing menghendaki biaya diklasifikasikan berdasarkan


prilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, maka
akuntansi biaya produksi dan biaya non produksi dilakukan sebagai berikut.

1. Biaya produksi variabel, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung dicatat langsung pada saat terjadinya dengan mendebit rekening barang
barang proses, dan ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan

2. Biaya Overhead Pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu


berdasarkan tarif yang di tentukan di muka dengan mendebit rekening barang
dalam proses- biaya overhead pabrik dan ke dalam kartu harga pokok pesanan
yang bersangkutan.

3. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan pertama


kali mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir bulan,
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, yang didebitkan ke dalam
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya, dianalisis untuk menentukan biaya
overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Teknis analisis yang
digunakan dapat berupa analisis statistik (analisis agresi) atau analisis yang lebih
sederhana (misalnya metode tidak tertinggi dan terendah). Hasil analisis terhadapa
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya tersebut digunakan untuk membuat
jurnal berikut ini.

Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya xxxxxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya xxxxxx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxxxxx

9
4. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama
periode akuntansi tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel
sesungguhnya untuk menghitung pembebanan lebih kurang biaya overhead pabrik
variabel.

5. Biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum juga perlu dipisahkan
menurut perilaku biaya tersebut dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya ini yang sesungguhnya terjadi pertama kali dicatat ke dalam
rekening kontrol biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum. Pada akhir
bulan, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum yang didebitkan ke
dalam rekening biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum dianalisis
untuk menetukan biaya yang berperilaku variabel dan biaya yang berperilaku
tetap. Teknik analisis yang digunakan dapat berupa analisis statistik (analisis
regresi) atau analisis yang lebih sederhana (misalnya metode titik tertinggi dan
terendah). Hasil analisis terhadap rekening biaya pemasaran dan biaya
administrasi dan umum tersebut digunakan untuk membuat jurnal berikut ini :

Biaya pemasaran variabel xxxxx

Biaya pemasaran tetap xxxxx

Biaya pemasaran xxxxx

Biaya administrasi dan umum variabel xxxxx

Biaya administrasi dan umum tetap xxxxx

Biaya administrasi dan umum xxxxx

2.7 Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet)

Kartu Harga Pukuk merupakan catatan yang penting dalam metode harga
pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang
digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya
produksi langsung, dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan

10
secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu
harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.

PT Eliona Sari
Yogyakarta

KARTU HARGA POKOK

Nomor Pesanan : A-101 Pemesanan : PT Remendi


Jenis Produk : Undangan Sifat Pesanan : Segera
Tgl Pesan : 2 Januari 2011 Jumlah : 500 eksemplar
Tgl Selesai : 22 Januari 2011 Harga Jual : Rp 500.000
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

No.
No.
Tgl Ket. Jumlah Tgl Kartu Jumlah Tgl Jam Mesin Tarif Jumlah
BPBG
Jam
Kerja

2.8 Metode Harga Pokok Pesanan

Setelah diuraikan karakteristik metode harga pokok pesanan, selanjutnya


akan diuraikan proses pengumpulan tiap unsur biaya produksi dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan. Pembagasan Metode harga pokok
produksi akan diawali dengan uraian prosedur pencatatan biaya bahan baku,
kemudian akan dilanjutkan dengan uraian pencatatan biaya tenaga kerja langsung,
biaya overhead pabrik dan pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer
dari bagian produksii ke bagian gudang.

11
Contoh:

PT. Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi


berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut
pesanan yang diterima. Dalam bulan September 2011, PT. Eliona mendapat
pesanan untuk mencetak undangan (No. 101) sebanyak 1.500 lembar. Harga yang
dibebankan adalah Rp. 3.000,00 per lembar. Pada saat yang sama perusahaan juga
menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan (No. 102) sebanyak 20.000
lembar, dengan harga Rp. 1.000,00 per lembar. Berikut ini kegiatan produksi dan
pencatatan akuntansi untuk memenuhi pesanan tersebut:

1. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong

Untuk membuat kedua pesanan tersebut, perusahaan membeli bahan baku


A dan bahan penolong X sebagai berikut :

Bahan baku A Rp. 5.475.000

Bahan penolong X Rp. 470.000

Jurnal :

Persediaan bahan baku 5.475.000

Utang dagang 5.475.000

Persediaan bahan Penolong 470.000

Utang dagang 470.000

2. Pemakaian Bahan Baku Dan Bahan Penolong

Bahan baku dan bahan penolong yang dipakai sebagai berikut:

Bahan baku A untuk pesanan 101 1.350.000

Bahan baku A untuk pesanan 102 4.125.000

12
Bahan penolong X 300.000

Jumlah 5.475.000

Jurnal:

Barang Dalam Proses 5.475.000

Persediaan bahan baku 5.475.000

BOP Sesungguhnya 300.000

Persediaan Bahan Penolong 300.000

3. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja

Besarnya gaji dan upah selama periode tersebut adalah Rp. 20.400.000
dengan perincian:

Departemen Produksi :

Upah langsung No. 101 : 225 jam @ Rp. 4.000 900.000

Upah langsung No. 102: 1.250 jam @ Rp. 4.000 5.000.000

Upah tidak langsung 3.000.000

Departemen lainnya:

Gaji karyawan administrasi 4.000.000

Gaji karyawan pemasaran 7.500.000

Jurnal :

a) Pencatatan Biaya Tenaga Kerja yang Masih Terutang Oleh Perusahaan

13
Gaji dan upah 20.400.000

Utang gaji dan upah 20.400.000

b) Pencatatan Distribusi Biaya Tenaga Kerja

Barang Dalam Proses 5.900.000

BOP Sesungguhnya 3.000.000

B. Administrasi dan umum 4.000.000

B. Pemasaran 7.500.000

Gaji dan upah 20.400.000

c) Pencatatan pembayaran gaji dan upah

Utang gaji dan upah 20.400.000

Kas 20.400.000

4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik

Perusahaan masih menggantungkan pada tenaga manusia untuk


memproses dua pesanan tersebut, sehingga tarif BOP yang dibebankan kepada
pesanan diperkirakan sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsungnya :

Pesanan 101 : 150%*BTKL Rp 1.350.000


Pesanan 102 : 150%*BTKL Rp 7.500.000

Jumlah Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000

BOP yang sesungguhnya terjadi (selain bahan penolong dan upah tidak langsung
yang sudah dicatat sebelumnya) sebesar Rp. 5.700.000, dengan perincian:

14
Biaya depresiasi mesin 1.500.000

Biaya depresiasi gedung pabrik 2.000.000

Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin 700.000

Biaya pemeliharaan mesin 1.000.000


Biaya pemeliharaan gedung 500.000

Jumlah 5.700.000

Jurnal :

Barang Dalam Proses 8.850.000

BOP yang dibebankan 8.850.000

BOP Sesungguhnya 5.700.000

Akum. Depresiasi mesin 1.500.000

Akum. Depresiasi gedung 2.000.000

Persekot Asuransi 700.000

Persediaan suku cadang 1.000.000

Persediaan bahan bangunan 500.000

BOP yang dibebankan 8.850.000

BOP sesungguhnya 8.850.000

15
Selisih BOP 150.000

BOP sesungguhnya 150.000

Catatan:

BOP sesungguhnya : (5.700.000 + 300.000 + 3.000.000) : Rp. 9.000.000

5. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi

Misalkan, pada akhir periode pesanan 101 telah selesai, sedang pesanan
102 masih dalam proses, hitunglah harga pokok masing-masing pesanan:

Pesanan 101:

Biaya bahan baku Rp. 1.350.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 900.000


Biaya overhead pabrik Rp. 1.350.000

Harga pokok pesanan 101 Rp. 3.600.000

Pesanan 102 :

Biaya bahan baku Rp. 4.125.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000.000


Biaya overhead pabrik Rp. 7.500.000

Harga pokok pesanan 102 Rp. 16.625.000

Jurnal:

Persediaan produk jadi 3.600.000

Barang Dalam Proses 3.600.000

16
6. Pencatatan Harga Pokok Produk Dalam Proses

Jurnal:

Persediaan Produk dalam proses 16.625.000

Barang Dalam Proses 16.625.000

7. Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual

Misalkan, perusahaan tidak mempunyai persediaan produk jadi maka


harga pokok produk yang dijual (Cost of goods sold = Harga pokok penjualan)
adalah sebesar harga pokok produk jadi yaitu sebesar Rp. 3.600.000,-

Jurnal:

Harga pokok penjualan 3.600.000

Persediaan produk jadi 3.600.000

8. Pencatatan Pendapatan Penjualan Produk.

Pada awal contoh ini telah disebutkan bahwa pesanan No. 101 berupa 1.500
lembar undangan dengan harga jual Rp. 3.000,00 per lembar atau harga total Rp.
4.500.000,- Jurnal :

Piutang dagang 4.500.000

Penjualan 4.500.000

2.9 Perlakuan Akuntansi Produk Rusak & Cacat Pada Metode Harga Pokok
Pesanan

Kerugian produksi dalam sisa penghitungan biaya berdasarkan pesanan


mencakup biaya bahan baku sisa, biaya barang cacat, dan biaya pengerjaan

17
kembali atas barang cacat. Sebagaian besar dari kerugian ini diakibatkan oleh
kurangnya mutu dan sebaiknya dihilangkan jika memungkinkan.

Perlakuan Akuntansi Produk Untuk Bahan Baku Sisa

Bahan baku sisa terdiri atas (1) serbuk atau sisa-sisa yang tertinggal
setelah bahan baku diproses, (2) bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan
maupun diretur ke pemasok, dan (3) bagian-bagian yang rusak akibat kecerobohan
karyawan atau kegagalan mesin. Jika bahan baku sisa memiliki nilai, maka bahan
baku sisa tersebut sebaiknya dikumpulkan dan disimpan untuk dijual ke pedagang
barang bekas, jika bahan baku sisa merupakan hasil dari pemotongan, pengikiran,
atau residu bahan baku, maka biayanya mungkin tidak mudah untuk ditentukan.
Meskipun demikian, tetap dibutuhkan suatu catatan atas jumlah bahan baku sisa
tersebut terlepas dari fakta bahwa tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke
persediaan itu.

Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku sisa dapat


dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, selama alternatif yang dipilih
digunakan secara konsisten di setiap periode. Alternatif akuntansi untuk penjualan
tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah yang diakumulasikan di penjualan bahan baku sisa dapat ditutup


ke ikhtisar laba rugi dan ditampilkan di laporan laba rugi sebagai penjualan bahan
baku sisa atau pendapatan lain-lain. Jumlah yang diakumulasikan dapat
dikreditkan ke pengendali overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead
untuk periode tersebut. Jika bahan baku sisa dikreditkan ke pengendali overhead
pabrik dan jika tarif biaya overhead yang telah ditentukan sebelumnya digunakan
untuk membebankan overhead ke pesanan, maka nilai realisasi bersih dari bahan
baku sisa yang diperkirakan untuk periode tersebut harus diestimasi dan
dikurangkan dari estimasi overhead sebelum tarif overhead dihitung. Apablia
tidak, maka tarif overhead akan terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan lebih
banyak overhead yang dibebankan ke pesanan daripada overhead aktual yang
terjadi di periode tersebut.

18
Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke pesanan individual,
maka jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan
sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan tersebut. Biaya
bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku sisa. Jika
bahan baku sisa merupakan hasil dari bahan baku cacat atau bagian-bagian yang
rusak, maka harus dianggap sebagai biaya kegagalan internal yang seharusnya
dapat dikurangi atau dihilangkan. Biaya bahan baku sisa semacam ini sebaiknya
ditentukan dan dilaporkan secara periodik ke manajemen. Jika bahan baku
bermutu rendah dideteksi sebelum dikeluarkan ke produksi, maka bahan baku
tersebut sebaiknya diretur ke pemasok. Jika mutu bahan baku tidak dapat
diandalkan inspeksi mungkin diperlukan sampai sumber bahan baku yang lebih
baik ditemukan. Jika bahan baku cacat dikeluarkan ke produksi, maka sumber
daya pabrik lainnya yang berharga akan terbuang percuma dalam usaha untuk
mengonversi bahan baku cacat menjadi produk.

Perlakuan Akuntansi Terhadap Produk Cacat Dan Rusak

Barang cacat dan rusak berbeda dengan bahan baku sisa karena barang
cacat adalah unit yang selesai atau separuh selesai namun cacat dalam hal tertentu.
Barang cacat tidak dapat dibetulkan, baik karena secara teknis tidak
memungkinkan atau karena tidak ekonomis untuk membetulkannya. Perlakuan
akuntansi untuk barang cacat bergantung pada jenis penyebabnya yaitu:

1. Barang Cacat dan Rusak yang Disebabkan oleh Pelanggan

Jika barang cacat terjadi karena tindakan tertentu yang dilakukan oleh
pelanggan, maka hal tersebut tidak boleh dianggap sebagai biaya mutu. Pelanggan
sebaiknya membayar jenis barang cacat ini. Biaya yang tidak tetrutup oleh
penjualan barang cacat dan rusak sebaiknya dibebankan ke pesanan tersebut.
Dengan kata lain, nilai sisa (salvage value) dari barang cacat sebaiknya
dikeluarkan dari biaya pesanan, tetapi saldo dari biaya yang tidak tertutup oleh
nilai sisa tersebut tetap tinggal sebagai biaya pesanan itu.

2. Barang Cacat dan rusak yang Disebabkan oleh Kegagalan Internal

19
Jika barang cacat dan rusak terjadi karena kegagalan internal seperti
kecerobohan karyawan atau usangnya mesin, biaya yang tidak tertutup dari
penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke pengendali overhead pabrik dan
dilaporkan secara periodik kepada manajemen. Jika biaya dari barang cacat dan
rusak cukup besar sehingga dapat mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan,
maka sebaiknya dilaporkan terpisah sebagai kerugian di laporan laba rugi. Semua
biaya produksi yang dikeluarkan untuk barang cacat dan rusak sebaiknya
ditentukan dan dikeluarkan dari kartu biaya pesanan dan akun barang dalam
proses di buku besar. Jika barang cacat dan rusak memiliki nilai sisa, maka barang
cacat dan rusak tersebut memiliki nilai sisa, maka barang cacat tersebut harus
disimpan sebagai persediaan sebesar nilai sisanya, dan selisihnya yang tidak
tertutup oleh nilai sisa tersebut sebaiknya dibebankan ke pengendali overhead
pabrik.

Apabila barang cacat dan rusak dapat diprediksi tetapi tidak dapat
dihilangkan, maka tarif overhead yang telah ditentukan sebelumnya harus
disesuaikan dengan cara memasukkan biaya barang cacat dan rusak ke dalam total
overhead. Sebelum tarif yangcditentukan sebelumnya dihitung, biaya yang tidak
tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya diestimasi dan dimasukkan dalam
total anggaran overhead pabrik untuk periode itu.

Perlakuan Akuntansi untuk Biaya Pengerjaan Kembali

Pengerjaan kembali adalah proses untuk membetulkan barang cacat. Seperti


barang cacat, pengerjaan kembali dapat disebabkan baik oleh tindakan pelanggan
maupun oleh kegagalan internal. Sebagaiamana halnya barang cacat, perlakuan
akuntansi untuk biaya pengerjaan kembali bergantung pada jenis penyebabnya

1. Pengerjaan Kembali yang Disebabkan oleh Pelanggan

Jika pengerjaan kembali disebabkan oleh pelanggan, maka biaya


pengerjaan kembali dibebankan ke pesanan, dan idealnya ditutup oleh
peningkatan dalam harga jual.

20
2. Pengerjaan Kembali yang Disebabkan oleh Kegagalan Internal

Jika pengerjaan kembali disebabkan oleh kegagalan internal, maka biaya


pengerjaan kembali sebaiknya dibebankan ke pengendali overhead pabrik dan
secara periodik dilaporkan ke manajemen. Barang cacat sebaiknya dibetulkan
hanya apabila biaya pengerjaan kembali lebih rendah jika dibandingkan dengan
peningkatan dalam nilai realisasi bersih yang digunakan untuk memutuskan
apakah akan melakukan pengerjaan kembali atas unit cacat atau tidak,
didefinisikan sebagai peningkatan dalam harga jual yang diperkirakan akan
dihasilkan dari pengerjaan kembali. Sejauh pengerjaan kembali dapat
diprediksikan tetapi tidak dapat dihilangkan, maka estimasi biaya pengerjaan
kembali sebaiknya dimasukkan dalam perhitungan tarif overhead yang telah
ditentukan sebelumnya, dengan cara yang sama seperti yang dilakukan untuk
bahan baku sisa maupun barang cacat.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan


biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga
pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan
baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per
satuan.

Metode pengumpulan biaya produksi tergantung pada sifat pengolahan


suatu produk. Sifat pengolahan produk pada perusahaan manufaktur dibedakan ke
dalam dua golongan, yaitu: pengolahan produk dengan berdasarkan pesanan dan
pengolahan produk dengan berdasarkan produksi massa. Dengan demikian,
metode dalam pengumpulan biaya produksi juga dibedakan menjadi 2 metode,
yaitu: metode harga pokok pesanan (job order cost method), dan metode harga
pokok proses (process cost method).

3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa akuntansi hendaknya mengetahui lagi hal-hal
yang berkenaan dengan akuntansi biaya, agar kita memang benar-benar menjadi
seorang akuntan yang bisa digunakan oleh orang banyak terutama dilembaga
lembaga yang membutuhkan skill kita.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://doc.lalacomputer.com/makalah-harga-pokok-pesanan/
Carter, William K dan Usry, Mitton F. 2009. Akuntansi Biaya II Edisi 14.
Jakarta:Salemba Empat.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta:UPP STIM YKPN

23

Anda mungkin juga menyukai