Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKUNTANSI BIAYA

Job Order Costing (Biaya Berdasarkan Pesanan)

Oleh :

Kelompok 9 :

 Putri Melyani Dan Kana


 Richard Pandie
 Robinson Malafu
 Sendi Jehamin

Semester/Kelas : VI/B

JURUSAN AKUNTANSI

PRODI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Biaya, yang
berkaitan dengan materi “Biaya Berdasarkan Pesanan”. Dengan demikian kami berharap
makalah ini dapat memenuhi tugas tersebut dan mampu membuat pembaca memahami lebih
lanjut tentang proses akuntansi biaya untuk menentukan harga pokok produk dengan metode
harga pokok pesanan.

Sebagai penulis, kami mengakui masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun guna penulisan makalah yang lebih baik lagi.

Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terima kasih

Kupang, 31 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Job Order Costing ........................................................ 2


B. Akuntansi untuk Bahan Baku ............................................................ 3
C. Akuntansi untuk Tenaga Kerja .......................................................... 5
D. Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik ......................................... 6
E. Akuntansi untuk Barang Jadi dan Produk yang Dijual .................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam system perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing atau Job
Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu
pesanan adalah output yang didentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu
atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan.

Agar permintaan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan harus dapat
didentifikasikan secara terpisah. Agar rician dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan
sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya per unit
suatu pesanan dengan pesanan lain. Misalnya saja, jika suatu percetakan secara simultan
mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar temple, maka selain
pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan tampilan fisiknya,
biaya per unit dari pesanan-pesanan tersebut juga berbeda, sehingga perhitungan biaya
berdasarkan pesanan digunakan. Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya
pesanan (Job Cost Sheet), yang dapat berbentuk kertas atau elektronik.

Perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku


langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang diberikan ke setiap pesanan. Sebagai
akibatnya, perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang
saling berhubungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar job order costing (biaya berdasarkan pesanan)
2. Apa saja yang membebankan biaya produksi pada perhitungan biaya berdasarkan
pesanan.

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar job order costing (biaya berdasarkan pesanan)
2. Mengetahui hal-hal yang membedakan biaya produksi pada perhitungan biaya
berdasarkan pesanan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Job Order Costing (Biaya Berdasarkan Pesanan)

Job order costing (biaya berdasarkan pesanan) adalah salah satu metode perhitungan
biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang
berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi
diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima,
pabrik atau perusahaan akan membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing
pesanan.

Pada sistem ini terdapat suatu lembaran biaya yang digunakan sebagai perincian
mengenai suatu pesanan atau sering disebut dengan kartu biaya pesanan (job cost sheet).
Lembar biaya tersebut digunakan untuk mengidentifikasi biaya produksi agar diketahui hasil
biaya tersebut terjadi karena produksi tertentu. Banyak sedikitnya kartu biaya pesanan (job
cost sheet) dibuat sesuai dengan berapa banyaknya pesanan yang diminta. Sistem yang
digunakan dengan menggunakan sistem urutan. Cara ini dibuat dengan memberi nomor urut
pada pesanan disesuaikan waktu atau jenis dari pesanan yang diminta.

Di dalam lembaran biaya produksi dibebankan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Biaya bahan baku. Biaya bahan baku dibebankan pada bon permintaan. Jadi biaya
bahan baku dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta.
2. Biaya tenaga kerja (upah). Biaya tenaga kerja berdasarkan job ticket (kartu kerja).
Sama halnya dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dibebankan secara langsung
pada pesanan yang diminta.
3. Biaya overhead pabrik (BOP). BOP dibebankan kepada tiap-tiap pesanan atas dasar
tarif yang ditentukan di muka.

Untuk mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja (upah) dan biaya overhead
pabrik (BOP) digunakan perhitungan untuk menentukan harga pokoknya. Perhitungannya
sebagai berikut :

2
Tujuan dari sistem perhitungan ini adalah untuk menentukan harga pokok produk dari
setiap pesanan, baik harga pokok produk secara keseluruhan tiap pesanan maupun per satuan.
Maka dari itu, sistem perhitungan ini sangat berperan penting di berbagai pabrik maupun
perusahaan. Contoh perusahaan yang biasanya menggunakan sistem job order costing adalah
adalah perusahaan pembuatan pesawat udara, perusahaan mebel, perusahaan modister,
industri gelanggang kapal, pembuatan mesin atau alat berat khusus, jam tangan mewah,
percetakan, dan lainnya. Umumnya, produknya dicirikan sebagai produk yang khusus
(custome) dan tidak diproduksi secara masal. Kartu harga pokok pesanan dibawah
dipergunakan untuk menghitung harga pokok suatu pesanan juga berfungsi sebagai rekening
pembantu (Subsidiary Account) dari rekening control.

B. Akuntansi untuk Bahan Baku

Prosedur yang digunakan dalam pembelian dan pengeluaran bahan berbeda di tiap
pabrik. Biasanya sebelum tanggal produksi dimulai, karyawan dibagian yang bertanggung

3
jawab atas penjadwalan akan memberi informasi kepada bagian pembelian, dengan
menggunakan formulir permintaan pembelian, tentang bahan bahan yang ingin dibeli. Bagian
pembelian kemudian megeluarkan pesanan pembelian kepada pemasok. Setelah itu, pegawai
di bagian departemen penerimaan membuat laporan penerimaan barang dilihat dari kondisi
dan kuantitas.

Perkiraan bahan dalam buku besar (general ledger) merupakan perkiraan pengendali.
Perkiraan yang terpisah untuk masing-masing jenis bahan yang diselenggarakan dalam buku
tambahan adalah buku bahan (materials ledge). Kegunannya adalah sebagai alat bantu
memlihara kuantitas persediaan barang. Bentuk perkiraan dalam buku bahan dapat
digambarkan sebagai berikut.

Bahan-bahan yang ingin di produksi, maka akan dipindahkan dari gudang ke pabrik
dengan menyesuaikan dengan formulir permintaan bahan, yang sebelumnya telah
dikeluarkan oleh bagian produksi atau bagian penjadwalan. Formulir ini berfungsi sebagai
dasar pembukuan (pemasukan) data kuantitas dan jumlah dolar ke perkiraan buku bahan.

Formulir yang telah diisi akan dijadikan sebagai dasar pemindah harga pokok bahan
dari perkiraan pengendalian dalam buku besar ke perkiraan pengendalian unuk barang dalam
proses dan overhead pabrik. Arus bahan ke produksi digambarkan dengan ayat jurnal sebagai
berikut

Barang dalam Proses xxx


Overhead Pabrik xx
Bahan baku xxx

4
C. Akuntansi untuk Tenaga Kerja

Dalam akutansi untuk tenaga kerja tidak ada perkiraan persediaan dengan sistem
perpetual untuk pekerja. Namun dengan adanya akutansi untuk tenaga kerja ini dapat
menentukan jumlah upah yang harus diberikan kepada setiap karyawan pada setiap periode
pengupahan dan dapat mengalokasikan upah pekerja kepada overhead pabrik dan masing-
masing produksi pesanan.

Di dalam perusahaan terdapat sebuah kartu absensi yang berguna untuk mencatat
waktu kedatangan dan waktu pulang dari setiap karyawan atau pekerja pada absen individual
yang bisa berbentuk ketas atau elektronik. Kartu tersebut disebut sebagai kartu jam kerja (time
tickets). Dengan adanya kartu ini jumlah waktu yang dipakai oleh seorang karyawan dan
biaya pekerja untuk tiap pesanan, atau overhead pabrik dapat dicatat dan diperoleh dengan
mudah. Kartu ini digunakan untuk menghitung penghasilan dari karyawan dengan upah per
jam.

Dari segi hubungan dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu tenaga
kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja atau
karyawan yang secara langsung ikut berpartisipasi dalam proses produksi dan yang upahnya
merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung
diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan langsung sebagai unsur
biaya produksi. Sedangkan tenaga kerja tak langsung adalah pekerja atau karyawan yang
secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam proses produksi. Upah tenaga kerja tak
langsung ini disebut biaya tenaga kerja tak langsung. Jadi upah tenaga kerja tak langsung
dibebankan pada produk tidak secara langsung, tetapi melalui tarif biaya overhead pabrik
yang ditentukan di muka.

Untuk mengidentifikasi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, setiap
karyawan membuat satu atau lebih kartu jam kerja karyawan setiap hari. Setiap kartu jam
kerja karyawan merupakan dokumen yang menunjukkan waktu yang dihabiskan oleh seorang
pekerja untuk sutu pesanan tertentu (tenaga kerja langsung) atau untuk tugas-tugas lain
(tenaga tidak langsung). Tenaga kerja yang tidak digunakan dalam proses produksi
dibebankan ke akun beban pemasaran atau beban administratif. Kartu jam kerja biasanya
dihitung biayanya dan diikhtisarkan secara periodik, dan jumlah jam kerja setiap karyawan
yang tertera di kartu jam kerja dicocokkan dengan jumlah jam kerja menurut kartu absen.

Jumlah waktu yang telah dicatat dalam kartu jam kerja (time tickets), kemudian

5
dibandingkan dengan kartu karyawan (clock cards). Gunanya untuk dijadikan sebagai
pengecekan internal (internal check) dari ketepatan pengeluaran upah. Arus biaya pekerja ke
dalam produksi digambarkan dengan ayat jurnal berikut ini.

Barang dalam Proses xxx


Overhead Pabrik xx
Hutang Upah xxx

D. Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik


Overhead pabrik mencakup semua biaya produksi kecuali bahan langsung dan pekerja
langsung. Contoh dari biaya overhead selain dari bahan tak langsung dan pekerja tak
langsung adalah penyusutan listrik, bahan bakar, asuransi, dan pajak kekayaan. Merupakan
hal biasa untuk memiliki perkiraan pengendali overhead pabrik dalam buku besar. Perinci
dari berbagai jenis biaya diakumulasikan dalam buku besar.

Pendebetan pada perkiraan overhead dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai
contoh, biaya bahan tak langsung diperoleh dari ikhtisar formulir permintaan bahan, biaya
pekerja tak langsung diperoleh dari ikhtisar kartu jam kerja, biaya listrik dan air yang
diperoleh dari faktur, dan biaya penyusutan serta asuransi (yang telah habis manfaatnya)
dapat dicatat sebagai penyesuaian pada akhir periode akuntansi.

Meskipun overhead pabrik tidak dapat diidentifikasikan secara khusus dengan


pekerjaan tertentu, tetapi overhead pabrik merupakan bagian yang sama biaya pabrikasi
sebagaimana halnya bahan langsung dan pekerja langsung. Sejalan dengan meningkatnya
penggunaan mesin dan otomasi, maka overhead pabrik mewakili bagian –bagian yang lebih
besar dari total biaya. Sebagian jenis biaya overhead pabrik terjadi untuk keseluruhan pabrik
dan tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan produk jadi. Masalah menjadi rumit,
karena beberapa jenis biaya overhead pabrik relatf besarnya tetap, sementara yang lainnya
cenderung bergerak sesuai dengan perubahan produktifitas.

Menunggu sampai akhir periode akuntansi untuk mengalokasikan overhead pabrik ke


berbagai pekerjaan merupakan hal yang sangat dapat diterima dari sudut pandang keakuratan
(accurancy), namun hal ini sangat tidak memuaskan jika ditinjau dari ketepatan waktu
(timesliness). Agar sistem biaya dapat mempunyai kegunaan yang sebesar-besarnya, maka
kehendaknya data biaya dapat tersedia pada saat setiap pekerjaan selesai, meskipun ada
pengorbanan dalam ketelitian. Hanya melalui pelaporan yang tepat waktu manajemen dapat
membuat penyesuaian yang dipandang perlu dalam penetapan harga dan metode produksi,

6
untuk mencapai kombinasi terbaik yang mungkin dari pendapatan dan dari biaya pekerjaan di
masa mendatang. Oleh karena itu, dengan maksud agar data biaya dari pekerjaan dapat selalu
tersedia, terdapat kebiasaan untuk membebankan overhead pabrik pada produksi dengan
penggunaan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu (predetermined factory
overhead rate).

Tarif overhead pabrik yang ditentukan dengan menghubungkan estimasi jumlah


overhead pabrik untuk tahun yang akan datang dengan beberapa dasar kegiatan yang umum,
yaitu dasar yang dapat membebankan secara adil pada barang yang diproduksi. Pada saat
biaya (overhead pabrik) terjadi, biaya tersebut didebet ke perkiraan overhead pabrik. Biaya
overhead pabrik yang dibebankan ke produksi secara periodik dikresit keperkiraan overhead
pabrik dan didebet ke perkiraan barang dalam proses. Pembebanan biaya overhead pabrik
tersebut ke produksi digambarkan dengan ayat jurnal, sebagai berikut:

Barang dalam proses xxx


Overhead Pabrik xxx
Biaya overhead pabrik yang dibebankan biasanya ditutup ke pengendali overhead pabrik
pada akhir tahun. Berikut merupakan ayat jurnal penutupnya:
Overhead Pabrik xxx
Pengendali Overhead Pabrik xxx

Akun tersendiri pabrik dibebankan, memiliki keuntungan dalam hal memisahkan


catatan overhead dibebankan dengan overhead actual. Catatan terpisah memberi kemudahan
bagi manajer mengevaluasi tarif overhead dengan cara membandingkan total overhead
dibebankan dan total overhead actual dengan jumlah yang telah dianggarkan. Perusahaan-
perusahaan yang tidak menggunakan akun overhead pabrik dibebankan akan mengkredit
pengendali overhead pabrik ketika mengkredit barang dalam proses. Hal ini meniadakan
kebutuhan untuk membuat ayat jurnal penutup dan memiliki dampak akhir yang sama pada
pengendali overhead pabrik, seperti ayat-ayat jurnal yang diilustrasikan di atas.

Jika jumlah yang dibebankan melebihi jumlah yang sesungguhnya, maka perkiraaan
overhead pabrik akan memiliki saldo kredit. Ini disebut dengan overapplied atau
overabsorbed (kelebihan pembebanan). Sedangkan jika jumlah yang dibebankan kurang dari
biaya sesungguhnya, maka perkiraaan overhead pabrik akan memiliki saldo debet. Ini yang
disebut dengan underapplied atau underabsorbed (kelebihan pembebanan).

7
E. Akuntansi untuk Barang Jadi dan Produk yang Dijual

Dalam akuntansi untuk barang jadi terdapat perkiraan barang jadi yang selalu ada
dalam buku tambahan. Buku tambahan tersebut yang mempunyai perkiraan pada setiap jenis
barang yang diproduksi, disebut buku barang jadi (finished goods ledger) atau buku
persediaan (stock ledger). Buku barang jadi ini dipergunakan untuk mencatat kuantitas dan
harga pokok produksi, kuantitas dan harga pokok barang yang dikirim, dan kuantitas, total
biaya dan harga pokok per unit barang yang masih ada di tangan. Berikut contoh perkiraan
buku barang jadi yang telah dijelaskan.

Setelah pencatatan buku barang jadi selesai, kemudian diteruskan dengan pencatatan untuk
tembuasan pesanan pengiriman tersebut dengan harga pokok per unit dan jumlah hahrga
pokok yang dijual. Data biaya dalam pesanan pengiriman ini menjadi dasar ayat jurnal,
sebagai berikut.

Harga Pokok Penjualan xxx


Barang Jadi xxx

Pada penjualan barang jadi, diperlukan agar mencatat atau menjaga baik itu harga
pokok (cost price) ataupun harga jual (selling price) barang-barang yang telah dijual. Untuk
setiap penjualan, harga pokok penjualan dicatat dengan mendebitkan harga pokok penjualan
dan mengkreditkan barang jadi. Harga jual dari barang yang terjual dicatat dengan mendebit
piutang usaha (kas) dan mengkreditkan penjualan. Jika barang dikembalikan oleh pembeli
dan dimasukan kembali kedalam persediaan, maka harus dilakukan pendebitan barang jadi
dan mengkreditkan harga pokok penjualan sejumlah harga pokoknya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa konsep dasar dari Job order costing (biaya
berdasarkan pesanan) yaitu perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga pokok
produksi pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam
sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah.
Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan membuat produk sesuai
dengan spesifikasi masing-masing pesanan. Metode perhitungan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem
order atau pesanan. Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk
setiap pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan
akan membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan.

Adapun hal-hal yang membebankan biaya produksi pada perhitungan biaya


berdasarkan pesanan (Job order costingJob order) yaitu; biaya bahan baku yang dibeban kan
pada bon permintaan. Jadi, biaya bahan baku dibebankan secara langsung pada pesanan yang
diminta. Biaya tenaga kerja atau upah ini berdasarkan job ticket (kartu kerja). Sama halnya
dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dibebankan secara langsung pada pesanan yang
diminta. Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada tiap-tiap pesanan atas dasar tarif
yang ditentukan di muka.

9
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Chen dan Lin. 2000. Manajemen Biaya-biaya Dengan Tekanan Strategik. Jilid 1.
Salemba Empat, Mc-Hill Companies, Inc

Hansen dan Mowen. 1997. Akutansi Mnajemen. Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Mulyadi dan Setyawan.2001.Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen.


Jakarta:Selemba Empat

Simamora.1999.Akuntansi Manajemen.Jakarta: Selemba Empat

iii

Anda mungkin juga menyukai