Anda di halaman 1dari 22

SISTEM PERHITUNGAN BIAYA

BERDASARKAN PESANAN

MAKALAH

Disusun oleh :
1. Dian Zakia 1816220070
2. Eka Murti Susilawati 1816220012
3. Rinya Enggel bertha 1816220106

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Akuntansi Biaya
Dosen Pembimbing : Muh Rays S.E., M.Ak, CMA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki,
tentunya masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 17 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Konsep Dasar Biaya Berdasarkan Pesanan...........................................3

B. Akuntansi untuk Bahan Baku.....................................................................6

C. Akuntansi untuk Tenaga Kerja..................................................................7

D. Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead)..............9

E. Akuntansi Produk Selesai........................................................................11

F. Contoh Kasus.............................................................................................12

G. Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan Perusahaan Jasa.............14

BAB III PENUTUP........................................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

B. Saran...........................................................................................................16

BAB IV DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam system perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order
Costing atau Job Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap
pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang
didentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk
mengisi kembali suatu item persediaan. Hal ini berbeda dengan sistem
perhitungan biaya berdasarkan proses, dimana biaya diakumulasikan untuk
suatu operasi atau subdivisi dari suatu perusahaan, seperti departemen.
Agar permintaan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan
harus dapat didentifikasikan secara terpisah. Agar rician dari perhitungan
biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus
terdapat perbedaan penting dalam biaya per- unit suatu pesanan dengan
pesanan lain. Misalnya saja, jika suatu percetakan secara simultan
mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar
temple, maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah
dibedakan berdasarkan tampilan fisiknya, biaya per unit dari pesanan-
pesanan tersebut juga berbeda, sehingga perhitungan biaya berdasarkan
pesanan digunakan. Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam
kartu biaya pesanan (Job Cost Sheet), yang dapat berbentuk kertas atau
elektronik. Meskipun banyak pesanan dapat dikerjakan secara silmutan,
setiap kartu biaya pesanan mengumpulkan rincian untuk satu pesanan
tertentu saja.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan
biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang
diberikan ke setiap pesanan. Sebagai akibatnya, perhitungan biaya
berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang saling
berhubungan. Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan
baku, membebankan bahan baku langsung ke pesanan, dan membebankan
bahan baku ke overhead.

1
Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan
dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan, dan
membebankan tenaga kerja tidak langsung ke overhead. Akuntansi
overhead mengakumulasikan biaya overhead, memelihara catatan terinci
atas overhead, dan membebankan sebagian dari overhead ke setiap
pesanan. Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan
melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, yaitu pembelian bahan
baku, pengakuan biaya tenaga kerja pabrik, pengakuan biaya overhead
pabrik, penggunaan bahan baku, distribusi beban gaji tenaga kerja,
pembebanan estimasi biaya overhead, penyelesaian pesanan dan
penjualan produk.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana konsep dasar job order costing (biaya berdasarkan
pesanan) ?
 Apa saja yang membebankan biaya produksi pada perhitungan biaya
berdasarkan pesanan?

C. Tujuan
 Mengetahui konsep dasar job order costing (biaya berdasarkan pesanan).
 Mengetahui hal-hal yang membebankan biaya produksi pada
perhitungan biaya berdasarkan pesanan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Biaya Berdasarkan Pesanan


Job order costing (biaya berdasarkan pesanan) adalah salah satu
metode perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi
pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau pesanan.
Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap
pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau
perusahaan akan membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-
masing pesanan.
Pada sistem ini terdapat suatu lembaran biaya yang digunakan
sebagai perincian mengenai suatu pesanan atau sering disebut dengan
kartu biaya pesanan (job cost sheet). Lembar biaya tersebut digunakan
untuk mengidentifikasi biaya produksi agar diketahui hasil biaya tersebut
terjadi karena produksi tertentu. Banyak sedikitnya kartu biaya pesanan (job
cost sheet) dibuat sesuai dengan berapa banyaknya pesanan yang diminta.
Sistem yang digunakan dengan menggunakan sistem urutan. Cara ini dibuat
dengan memberi nomor urut pada pesanan disesuaikan waktu atau jenis
dari pesanan yang diminta. Di dalam lembaran biaya produksi dibebankan
oleh beberapa hal, yaitu :
1. Biaya bahan baku. Biaya bahan baku dibebankan pada bon
permintaan. Jadi biaya bahan baku dibebankan secara langsung pada
pesanan yang diminta.
2. Biaya tenaga kerja (upah). Biaya tenaga kerja berdasarkan job ticket
(kartu kerja). Sama halnya dengan biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta.
3. Biaya overhead pabrik (BOP). BOP dibebankan kepada tiap-tiap
pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
Untuk mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja (upah)
dan biaya overhead pabrik (BOP) digunakan perhitungan untuk menentukan

3
harga

pokoknya. Perhitungannya sebagai berikut.

Tujuan dari sistem perhitungan ini adalah untuk menentukan harga


pokok produk dari setiap pesanan, baik harga pokok produk secara
keseluruhan tiap pesanan maupun per satuan. Maka dari itu, sistem
perhitungan ini sangat berperan penting di berbagai pabrik maupun
perusahaan. Contoh perusahaan yang biasanya menggunakan sistem job
order costing adalah adalah perusahaan pembuatan pesawat udara,
perusahaan mebel, perusahaan modister, industri gelanggang kapal,
pembuatan mesin atau alat berat khusus, jam tangan mewah, percetakan,
dan lainnya. Umumnya, produknya dicirikan sebagai produk yang khusus
(custome) dan tidak diproduksi secara masal. Kartu harga pokok di samping
dipergunakan untuk menghitung harga pokok suatu pesanan juga berfungsi
sebagi rekening pembantu (subsidiary account) dari rekening control.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan delapan ayat jurnal
yang digunakan untuk mencatat transaksi. Ayat-ayat jurnal sebagai berikut.
1. Pembelian bahan baku
2. Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik
3. Pengakuan biaya overhead pabrik
4. Penggunaan bahan baku
5. Distribusi beban gaji tenaga kerja
6. Pembebanan estimasi biaya overhead
7. Penyelesaian pesanan
8. Penjualan produk
Dokumen dasar perhitungan biaya pesanan, sumber untuk
memasukkan biaya dalam kalkulasi biaya pesanan. Catatan ini kadang-
kadang disebut sebagai lembar biaya pekerjaan, arsip biaya pekerjaan atau

4
kartu biaya pekerjaan. Karena biaya diakumulasi setiap pekerjaan, batch
atau lot, maka dalam dokumen ini memperlihatkan bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk
suatu pesanan.
File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi sebagai buku
besar tambahan untuk persediaan produk dalam proses.
Contoh 1
Pada tanggal, 5 april 2007 P.T. Aceh Besar Garment menerima pesanan
Busana muslim dari Toko Cut Busana, sebanyak 100 lusin dengan
spesikfikasi stelan bordir + payet. Berdasarkan kontrak kerja tanggal
dibutuhkan Toko Cut Busana adalah tanggal: 27 April 2007, dengan harga
jual berdasar kontrak Rp 624.000 per-lusin.

5
Bedasarkan pesanan tersebut perusahaan melakukan perhitungan biaya
dengan menggunakan kartu pesanan berikut :

B. Akuntansi untuk Bahan Baku


Prosedur yang digunakan dalam pembelian dan pengeluaran bahan
berbeda di tiap pabrik. Biasanya sebelum tanggal produksi dimulai,
karyawan dibagian yang bertanggung jawab atas penjadwalan akan
memberi informasi kepada bagian pembelian, dengan menggunakan
formulir permintaan pembelian, tentang bahan- bahan yang ingin dibeli.
Bagian pembelian kemudian megeluarkan pesanan pembelian kepada

6
pemasok. Setelah itu, pegawai di bagian departemen penerimaan membuat
laporan penerimaan barang dilihat dari kondisi dan kuantitas.
Perkiraan bahan dalam buku besar (general ledger) merupakan
perkiraan pengendali. Perkiraan yang terpisah untuk masing-masing jenis
bahan yang diselenggarakan dalam buku tambahan adalah buku bahan
(materials ledge). Kegunannya adalah sebagai alat bantu memlihara
kuantitas persediaan barang.
Bahan-bahan yang ingin di produksi, maka akan dipindahkan dari
gudang ke pabrik dengan menyesuaikan dengan formulir permintaan bahan,
yang sebelumnya telah dikeluarkan oleh bagian produksi atau bagian
penjadwalan. Formulir ini berfungsi sebagai dasar pembukuan
(pemasukan) data kuantitas dan jumlah dolar ke perkiraan buku bahan.
Formulir yang telah diisi akan dijadikan sebagai dasar pemindah harga
pokok bahan dari perkiraan pengendalian dalam buku besar ke perkiraan
pengendalian unuk barang dalam proses dan overhead pabrik.
Ada dua tahapan dalam pencatatan bahan baku, yaitu saat pembelian
dan saat penggunaan Prosedur yang digunakan dalam pembelian dan
pengunaan bahan baku ini di antara perusaha bisa berbeda-beda.
Kadangkala sebelum tanggal produksi untuk produk tertentu dimulai
departemen yang bertanggung jawab terhadap skedul produksi memberi
informasi kepada departemen pembelian dengan menggunakan formulir
permintaan pembelian mengenai bahan yang dibutuhkan, kemudian
departemen pembelian mengeluarkan order pembelian yang ditujukan ke
pemasok, dengan mendebit bahan baku dan mengkredit utang usaha/kas.

7
Jurnal:
Pembelian Bahan Baku
Bahan Baku Rp. xx
Utang usaha/Kas Rp. Xx

Pengeluaran bahan untuk digunakan dalam proses produksi, melalui


bukti permintaan bahan dari departemen produksi yang membutuhkan atau
departemen yang menjalankan jadwal produksi.
Dalam penentuan biaya pesanan terjadi pemisahan penggunaan
bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung.
Bahan baku langsung didebit produk dalam proses, dikredit bahan
baku sedangkan bahan baku tidak langsung di debit kepengendali overhead
pabrik, dikredit bahan baku.
Jurnal:
Penggunaan Bahan Baku
Produk Dalam Proses Rp. xx
Bahan Baku Rp. xx
Pengendali Overhead Pabrik Rp. xx
Bahan Baku Rp. xx

C. Akuntansi untuk Tenaga Kerja


Dalam akutansi untuk tenaga kerja berbeda dengan bahan. Oleh karena
itu, dalam akutansi untuk tenaga kerja tidak ada perkiraan persediaan
dengan sistem perpetual untuk pekerja. Namun dengan adanya akutansi
untuk tenaga kerja ini dapat menentukan jumlah upah yang harus
diberikan kepada setiap karyawan pada setiap periode pengupahan dan
dapat mengalokasikan upah pekerja kepada overhead pabrik dan masing-
masing produksi pesanan.
Di dalam perusahaan terdapat sebuah kartu absensi yang berguna
untuk mencatat waktu kedatangan dan waktu pulang dari setiap karyawan
atau pekerja pada absen individual yang bisa berbentuk ketas atau
elektronik. Kartu tersebut disebut sebagai kartu jam kerja (time tickets).
Dengan adanya kartu ini jumlah waktu yang dipakai oleh seorang karyawan

8
dan biaya pekerja untuk tiap pesanan, atau overhead pabrik dapat dicatat
dan diperoleh dengan mudah. Kartu ini digunakan untuk menghitung
penghasilan dari karyawan dengan upah per jam.
Dari segi hubungan dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi dua,
yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja
langsung adalah pekerja atau karyawan yang secara langsung ikut
berpartisipasi dalam proses produksi dan yang upahnya merupakan bagian
yang besar dalam memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung
diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan
langsung sebagai unsur biaya produksi. Sedangkan tenaga kerja tak
langsung adalah pekerja atau karyawan yang secara tidak langsung ikut
berpartisipasi dalam proses produksi. Upah tenaga kerja tak langsung ini
disebut biaya tenaga kerja tak langsung. Jadi upah tenaga kerja tak
langsung dibebankan pada produk tidak secara langsung, tetapi melalui tarif
biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka.
Untuk mengidentifikasi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung,
setiap karyawan membuat satu atau lebih kartu jam kerja karyawan setiap
hari. Setiap kartu jam kerja karyawan merupakan dokumen yang
menunjukkan waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja untuk sutu
pesanan tertentu (tenaga kerja langsung) atau untuk tugas-tugas lain
(tenaga tidak langsung). Tenaga kerja yang tidak digunakan dalam proses
produksi dibebankan ke akun beban pemasaran atau beban administratif.
Kartu jam kerja biasanya dihitung biayanya dan diikhtisarkan secara
periodik, dan jumlah jam kerja setiap karyawan yang tertera di kartu jam
kerja dicocokkan dengan jumlah jam kerja menurut kartu absen.
Jumlah waktu yang telah dicatat dalam kartu jam kerja (time tickets),
kemudian dibandingkan dengan kartu karyawan (clock cards). Gunanya
untuk dijadikan sebagai pengecekan internal (internal check) dari ketepatan
pengeluaran upah. Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja, meliputi
perhitungan gaji, pendistribusian ke masing-masing bagian.
Proses perhitungan sampai dengan pendistribuasian dan pembayaran
berdasarkan data kehadiran, jumlah dan pembayaran kepada masing-
masing tenaga kerja berdasarkan bagian masing-masing.

9
Proses pencatatan terjadinya gaji dengan mendebit beban gaji, dan
mengkredit Utang Beban Gaji. Sedangkan untuk pendistribusian gaji
kebagian yang berhubungan biaya pabrikasi, dengan mendebit produk
dalam proses, pengendali ovehead pabrit dan mengkredit beban gaji. Arus
biaya pekerja ke dalam produksi digambarkan dengan ayat jurnal berikut ini.
Jurnal:
Biaya Tenaga Kerja yang Terjadi
Beban Gaji Rp. xx
Beban Gaji yang masih harus dibayar Rp. xx

Distribusi Biaya Tenaga Kerja


Produk Dalam Proses Rp.xx
Beban Gaji Rp. xx
Pengedali Overhead pabrik Rp.xx
Beban Gaji Rp. xx

D. Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik (Factory


Overhead)
Overhead pabrik mencakup semua biaya produksi kecuali bahan
langsung dan pekerja langsung. Contoh dari biaya overhead selain dari
bahan tak langsung dan pekerja tak langsung adalah penyusutan listrik,
bahan bakar, asuransi, dan pajak kekayaan. Merupakan hal biasa untuk
memiliki perkiraan pengendali overhead pabrik dalam buku besar. Perinci
dari berbagai jenis biaya diakumulasikan dalam buku besar.
Pendebetan pada perkiraan overhead dapat berasal dari berbagai
sumber. Sebagai contoh, biaya bahan tak langsung diperoleh dari ikhtisar
formulir permintaan bahan, biaya pekerja tak langsung diperoleh dari ikhtisar
kartu jam kerja, biaya listrik dan air yang diperoleh dari faktur, dan biaya
penyusutan serta asuransi (yang telah habis manfaatnya) dapat dicatat
sebagai penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
Meskipun overhead pabrik tidak dapat diidentifikasikan secara khusus
dengan pekerjaan tertentu, tetapi overhead pabrik merupakan bagian
yang sama biaya pabrikasi sebagaimana halnya bahan langsung dan

10
pekerja langsung. Sejalan dengan meningkatnya penggunaan mesin dan
otomasi, maka overhead pabrik mewakili bagian–bagian yang lebih besar
dari total biaya. Sebagian jenis biaya overhead pabrik terjadi untuk
keseluruhan pabrik dan tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan
produk jadi. Masalah menjadi rumit, karena beberapa jenis biaya overhead
pabrik relatif besarnya tetap, sementara yang lainnya cenderung bergerak
sesuai dengan perubahan produktifitas.
Menunggu sampai akhir periode akuntansi untuk mengalokasikan
overhead pabrik ke berbagai pekerjaan merupakan hal yang sangat dapat
diterima dari sudut pandang keakuratan (accurancy), namun hal ini sangat
tidak memuaskan jika ditinjau dari ketepatan waktu (timesliness). Agar
sistem biaya dapat mempunyai kegunaan yang sebesar-besarnya, maka
kehendaknya data biaya dapat tersedia pada saat setiap pekerjaan selesai,
meskipun ada pengorbanan dalam ketelitian. Hanya melalui pelaporan yang
tepat waktu manajemen dapat membuat penyesuaian yang dipandang perlu
dalam penetapan harga dan metode produksi, untuk mencapai kombinasi
terbaik yang mungkin dari pendapatan dan dari biaya pekerjaan di masa
mendatang. Oleh karena itu, dengan maksud agar data biaya dari
pekerjaan dapat selalu tersedia, terdapat kebiasaan untuk membebankan
overhead pabrik pada produksi dengan penggunaan tarif overhead pabrik
yang ditentukan terlebih dahulu (predetermined factory overhead rate).
Tarif overhead pabrik yang ditentukan dengan menghubungkan
estimasi jumlah overhead pabrik untuk tahun yang akan datang dengan
beberapa dasar kegiatan yang umum, yaitu dasar yang dapat membebankan
secara adil pada barang yang diproduksi. Pada saat biaya (overhead
pabrik) terjadi, biaya tersebut didebet ke perkiraan overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produksi secara periodik dikresit
keperkiraan overhead pabrik dan didebet ke perkiraan barang dalam proses.
Maka perhitungan dan pembebanan ke pesanan tertentu memerlukan
dasar tersendiri seperti jam kerja langsung, jam kerja mesin, biaya tenaga
kerja, biaya bahan baku langsung dan unit produksi.

11
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat diidentifikasi
langsung ke setiap pesanan dan dapat diukur secara lebih akurat.
Sedangkan untuk biaya overhead pabrik lebih sulit, karena membutuhkan
perhitungan yang lebih rumit, mengingat jenis biaya ini sangat beragam yaitu
semua biaya yang berhubungan dengan proses pabrikasi, selain bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung.
Pencatatan untuk biaya overhead pabrik dapat dilakukan dua langkah
yaitu Pertama: saat terjadi overhead pabrik sesungguhnya (actual) dengan
mendebit pengendali overhead pabrik, dan mengkredit ke akun setiap jenis
biaya, Kedua: pada saat pembebanan overhead pabrik ke pesanan, dengan
mendebit produk dalam proses dan mengkredit overhead pabrik dibebankan.

Jurnal:
Blaya Overhead PabrIk Sesungguhnya (Aktual)
Pengedali Overhead Pabrik Rp. xx
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp. xx
Pengedali Overhead Pabrik Rp. xx
Asuransi Biaya Dimuka Rp. Xx

Biaya Overhead Pabrik dibebankan


Produk Dalam Proses Rp. xx
Overhead Pabrik Dibebankan Rp. xx
Overhead Pabrik Dibebankan Rp. xx
Pengendali Overhead Pabrik Rp. xx

E. Akuntansi Produk Selesai


Pada perhitungan biaya berdasarkan pesanan, kadangkala produk
yang sudah selesai langsung dapat dikirim kepemesan tanpa dibukukan
sebagai persediaan produk jadi.

12
Jurnal
Penyerahan langsung ke pemesan:
Piutang Usaha Rp. xx
Penjualan Rp. xx
Harga Pokok Penjualan Rp. xx
Produk Dalam Proses Rp. xx
Mengisi persediaan produk jadi:
Produk Selesai Rp. xx
Produk Selesai Rp. Xx

F. Contoh Kasus
PT Kenapa Kaya Manufakturing menggunakan sistem akuntansi job
order cost. Informasi berikut diambil dari catatan perusahaan setelah semua
posting telah diselesaikan pada akhir bulan Agustus:

Diminta:
1. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat pembebanan biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik ke Barang Dalam
Proses.
2. Hitunglah biaya produksi setiap job.
3. Buatlah ayat jurnal untuk mentransfer biaya barang yang telah selesai
ke Barang Jadi.
4. Hitunglah biaya per unit setiap job.
5. Hitunglah harga jual per unit untuk setiap job dengan mengasumsikan
kenaikan (mark up) 30% dari biaya per unit.

13
Jawab:
1. Ayat jurnal pembebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrikasi ke Barang Dalam Proses (semua job)

2. Biaya produksi setiap job

14
3. Ayat jurnal untuk mencatat biaya barang yang selesai ke barang jadi

(semua Job)

4. Biaya per unit setiap job

5. Harga jual per unit untuk setiap job dengan mengasumsikan kenaikan

(mark up) 30% dari biaya per unit.

15
G. Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan Perusahaan
Jasa
Pada perusahaan jasa, informasi biaya yang dibutuhkan berbeda satu
sama lainnya, sehinga, perhitungan biaya yang dilakukan sangat bervariasi
antara satu pesanan dengan pesanan lainnya. Dalam perusahaan jasa biaya
tenaga kerja langsung dan biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja
langsung umumnya lebih besar dibandingkan biaya lainnya, maka untuk
menentukan tarif biaya overhead umumnya dilakukan berdasarkan
persentase tertentu dari biaya tenaga kerja langsung. Perhitungan biaya
berdasarkan pesanan pada perusahaan jasa umumnya dengan
mengkombinasikan biaya tenaga kerja langsung dengan biaya overhead
yang ditentukan dimuka, sehingga jumlah yang dibebankan ke setiap
pesanan per jam tenaga kerja langsung sudah termasuk biaya tenaga kerja
dan biaya overhead. Sedangkan biaya yang dapat ditelusuri langsung ke
pesanan, pembebanan tidak begitu rumit, karena biaya ini dapat dibebani
langsung kepesanan secara individual contoh pada perusahaan jasa
akuntan seperti biaya perjalanan, biaya interlokal, biaya foto copy biaya jasa
yang disubkontrakkan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa konsep dasar dari Job order
costing (biaya berdasarkan pesanan) yaitu perhitungan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang
berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam sistem perhitungan
ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah.
Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan
membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan.
Metode perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi
pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau pesanan.
Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap
pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau
perusahaan akan membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-
masing pesanan.
Adapun hal-hal yang membebankan biaya produksi pada perhitungan
biaya berdasarkan pesanan (Job order costingJob order) yaitu; biaya bahan
baku yang dibeban kan pada bon permintaan. Jadi, biaya bahan baku
dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta. Biaya tenaga
kerja atau upah ini berdasarkan job ticket (kartu kerja). Sama halnya dengan
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dibebankan secara langsung pada
pesanan yang diminta. Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada
tiap-tiap pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.

B. Saran
Berhubungan dengan makalah yang telah kami buat ini semoga
bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa pada umumnya dan bagi
penyusun pada khususnya. Namun penulis menyadari bahwa makalah yang
telah kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran penulis perlukan agar bisa memperbaikinya dalam pembuatan
makalah selanjutnya.

17
18
DAFTAR PUSATAKA

(2018). Retrieved from Dictio: https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-


biaya-berdasarkan-pesanan-atau-job-order-costing/14059
Akuntansi. (2019, 3 3). Contoh Soal 2 Job Order Costing Beserta Jawabannya.
Diambil kembali dari Akuntansi:
https://akupecintaakuntansi.blogspot.com/2018/03/contoh-soal-2-job-
order-costing.html
Ayu, M. (2016, 11). Sekilas Mengenai Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan
Pesanan. Diambil kembali dari Mayaaaiueo:
http://mayaaaiueo.blogspot.com
Kristi, D. K. (2017, 4 18). Kalkulasi Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order
Costing). Diambil kembali dari Dian DSTKR:
https://diankirtleykristi.wordpress.com/2017/04/18/kalkulasi-biaya-
berdasarkan-pesanan-job-order-costing/
Nindyarahmah. (2017, 11). Apa yang dimaksud dengan biaya berdasarkan
pesanan atau job order costing. Diambil kembali dari Dicito:
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-biaya-berdasarkan-
pesanan-atau-job-order-costing/14059
Rangga. (2019, 6 8). Perhitungan Biaya. Diambil kembali dari Guru Akuntansi:
https://guruakuntansi.co.id/perhitungan-biaya/

19

Anda mungkin juga menyukai