Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

BIAYA BERDASARKAN PESANAN


(JOB ORDER COSTING)

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Akuntansi Biaya

Disusun oleh :
Narulicha Agustya

NIM : 19101077

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS ASIA


JURUSAN MANAJEMEN
2020
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis telah
berhasil menyusun makalah tentang Biaya Berdasarkan Pesanan ini dengan baik.

Makalah ini diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar. Dan juga
diharapkan dapat menambah nilai yang ada.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih
pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu,
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun agar di masa yang
akan datang akan lebih baik.

Malang, Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover...............................................................................................................................i

Kata Pengantar...............................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C.Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Job Order Costing (Biaya Berdasarkan Pesanan).................3


B. Konsep Dasar Proccess Costing (Biaya Berdasarkan Proses)......................6
C. Perbedaan Job order Costing dan Proccess Costing....................................6
D. Akuntansi Untuk Bahan Baku.......................................................................7
E. Akuntansi Untuk Tenaga Kerja......................................................................8
F. Akuntansi Untuk Biaya Overhead Pabrik....................................................10
G. Akuntansi Untuk Barang Jadi dan Produk yang Dijual..............................12
H. Masalah pembebanan Overhead.................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Kritik dan Saran..........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam system perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing atau Job
Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu
pesanan adalah output yang didentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu
atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Hal ini berbeda dengan sistem
perhitungan biaya berdasarkan proses, dimana biaya diakumulasikan untuk suatu operasi
atau subdivisi dari suatu perusahaan, seperti departemen.
Agar permintaan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan harus dapat
didentifikasikan secara terpisah. Agar rician dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan
sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya per-
unit suatu pesanan dengan pesanan lain. Misalnya saja, jika suatu percetakan secara
simultan mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar temple,
maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan
tampilan fisiknya, biaya per unit dari pesanan-pesanan tersebut juga berbeda, sehingga
perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan. Rincian mengenai suatu pesanan
dicatat dalam kartu biaya pesanan (Job Cost Sheet), yang dapat berbentuk kertas atau
elektronik. Meskipun banyak pesanan dapat dikerjakan secara silmutan, setiap kartu biaya
pesanan mengumpulkan rincian untuk satu pesanan tertentu saja.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang diberikan ke setiap pesanan. Sebagai
akibatnya, perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang
saling berhubungan. Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan baku,
membebankan bahan baku langsung ke pesanan, dan membebankan bahan baku ke
overhead.
Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan dengan beban gaji,
membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan, dan membebankan tenaga kerja tidak
langsung ke overhead. Akuntansi overhead mengakumulasikan biaya overhead,
memelihara catatan terinci atas overhead, dan membebankan sebagian dari overhead ke
setiap pesanan. Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan hanya
delapan tipe ayat jurnal akuntansi, yaitu pembelian bahan baku, pengakuan biaya tenaga
1
kerja pabrik, pengakuan biaya overhead pabrik, penggunaan bahan baku, distribusi beban
gaji tenaga kerja, pembebanan estimasi biaya overhead, penyelesaian pesanan dan
penjualan produk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar Job Order Costing (biaya berdasarkan pesanan)?
2. Bagaimana konsep dasar Proccess Costing (biaya berdasarkan proses)?
3. Apa perbedaan antara Job Order Costing dan Procces Costing?
4. Bagaimana Arus Biaya dalam perhitungan Job Order Costing?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar Job Order Costing (biaya berdasarkan pesanan).
2. Mengetahui perbedaan konsep dasar Proccess Costing (biaya berdasarkan proses)
3. Mengetahui perbedaan antara Job Order Costing dan Procces Costing.
4. Mengetahui Arus Biaya dalam perhitungan Job Order Costing.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Job Order Costing (Biaya Berdasarkan Pesanan)


Job order costing (biaya berdasarkan pesanan) adalah salah satu metode
perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi pada suatu
perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam sistem
perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah.
Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan membuat produk
sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan.
Pada sistem ini terdapat suatu lembaran biaya yang digunakan sebagai perincian
mengenai suatu pesanan atau sering disebut dengan kartu biaya pesanan (job cost
sheet). Lembar biaya tersebut digunakan untuk mengidentifikasi biaya produksi agar
diketahui hasil biaya tersebut terjadi karena produksi tertentu. Banyak sedikitnya kartu
biaya pesanan (job cost sheet) dibuat sesuai dengan berapa banyaknya pesanan yang
diminta. Sistem yang digunakan dengan menggunakan sistem urutan. Cara ini dibuat
dengan memberi nomor urut pada pesanan disesuaikan waktu atau jenis dari pesanan
yang diminta.
Di dalam lembaran biaya produksi dibebankan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Biaya bahan baku. Biaya bahan baku dibebankan pada bon permintaan. Jadi
biaya bahan baku dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta.
2. Biaya tenaga kerja (upah). Biaya tenaga kerja berdasarkan job ticket (kartu
kerja). Sama halnya dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dibebankan
secara langsung pada pesanan yang diminta.
3. Biaya overhead pabrik (BOP). BOP dibebankan kepada tiap-tiap pesanan atas
dasar tarif yang ditentukan di muka.
Untuk mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja (upah) dan biaya
overhead pabrik (BOP) digunakan perhitungan untuk menentukan harga pokoknya.
Perhitungannya sebagai berikut.
Total Biaya Produksi
HARGA POKOK PER UNIT =
Kuantitas Produksi
3
Tujuan dari sistem perhitungan ini adalah untuk menentukan harga pokok produk
dari setiap pesanan, baik harga pokok produk secara keseluruhan tiap pesanan maupun
per satuan. Maka dari itu, sistem perhitungan ini sangat berperan penting di berbagai
pabrik maupun perusahaan. Contoh perusahaan yang biasanya menggunakan sistem
job order costing adalah adalah perusahaan pembuatan pesawat udara, perusahaan
mebel, perusahaan modister, industri gelanggang kapal, pembuatan mesin atau alat
berat khusus, jam tangan mewah, percetakan, dan lainnya. Umumnya, produknya
dicirikan sebagai produk yang khusus (custome) dan tidak diproduksi secara masal.
Kartu harga pokok di samping dipergunakan untuk menghitung harga pokok suatu
pesanan juga berfungsi sebagi rekening pembantu (subsidiary account) dari rekening
control. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan delapan ayat jurnal yang
digunakan untuk mencatat transaksi. Ayat-ayat jurnal sebagai berikut.
1. Pembelian bahan baku
2. Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik
3. Pengakuan biaya overhead pabrik
4. Penggunaan bahan baku
5. Distribusi beban gaji tenaga kerja
6. Pembebanan estimasi biaya overhead
7. Penyelesaian pesanan
8. Penjualan produk
4
Gambar 1 Kartu Pesanan Untuk Pabrik Yang Tidak Terdepartementalisasi
Calista Corporation
Pondok Jati 3 CL 3 Sidoarjo 61252. Pesanan No. 1234
Untuk : Rendy Arizona Co. Tanggal dipesan : 10/1
Produk : Papan Pengering No.14 Tanggal mulai dikerjakan : 14/1
Spesifikasi : 12” x 20” x 1” Pelitur Bening. Tanggal dibutuhkan : 22/1
Jumlah : 10 Tanggal selesai dikerjakan : 18/1
BAHAN BAKU LANGSUNG
TANGGAL NOMOR PERMINTAAN JUMLAH
14/1 516 $ 1.420
17/1 531 $ 780
18/1 544 $ 310
$ 2.510
TENAGA KERJA LANGSUNG
TANGGAL JAM BIAYA
14/1 40 $ 320
15/1 32 $ 256
16/1 36 $ 288
17/1 40 $ 320
18/1 48 $ 384
196 $ 1.568

OVERHEAD PABRIK DIBEBANKAN


TANGGAL JAM MESIN BIAYA
14/1 16,2 $ 648
16/1 10 $ 400
17/1 3,2 $ 128
29,4 X $ 40 $ 1.176

Bahan Baku langsung $ 2.510 Harga Jual $ 7.860


Tenaga kerja langsung $ 1.568 Biaya pabrik $ 5.254
Overhead pabrik dibebankan $ 1.176 Beban pemasaran $ 776
Beban administrasi $ 420
Total biaya pabrik $ 5.254 Biaya untuk membuat $ 6.450
dan menjual
Laba……………………..$ 1.410
5
2.2 Konsep Dasar Proccess Costing (Biaya Berdasarkan Proses)

Perhitungan biaya berdasarkan proses biasanya digunakan oleh perusahaan yang


memproduksi produk yang homogen atau secara massal. System perhitungan biaya
berdasarkan proses (process cost system) adalah bahan baku, tenaga kerja, dan overhead
pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan
cara membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang
diproduksi. Pusat biaya biasanya juga disebut dengan departemen.

Arus biaya produksi untuk system perhitungan biaya berdasarkan proses secara
umum sama dengan perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Ketika bahan baku dibeli,
biaya bahan baku ini mengalir ke akun Persediaan Bahan Baku. Biaya bahan baku, tenaga
kerja langsung, dan overhead yang dibebankan akan mengalir ke akun Barang dalam
Proses. Dan ketika barang telah selesai, biaya barang yang telah selesai mengalir dari akun
Barang dalam Proses ke Barang Jadi. Akhirnya, biaya barang jadi dipindahkan ke akun
Harga Pokok Penjualan ketika barang terjual. Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses,
setiap Departemen Produksi memiliki akun Barang dalam proses tersendiri. Ketika barang
selesai dalam satu departemen, barang tersebut dipindahkan ke departemen berikutnya
sampai menjadi barang jadi.

2.3 Perbedaan Job Order Costing dan Proccess Costing

Perhitungan Biaya Berdasarkan Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses


Pesanan
1. Produk sangat bervariasi. 1. Produk bersifat homogeny.
2. Biaya diakumulasikan berdasarkan 2. Biaya diakumulasikan berdasarkan
pesanan kerja. proses atau departemen.

3. Biaya per unit dihitung melaui 3. Biaya per unit dihitung melaui
pembagian jumlah biaya pekerjaan pembagian biaya proses satu
dengan unit yang diproduksi untuk periode dengan unit yang
pekerjaan tersebut. diproduksi selama periode tersebut.
6
2.4 Akuntansi untuk Bahan Baku
Prosedur yang digunakan dalam pembelian dan pengeluaran bahan berbeda di tiap
pabrik. Biasanya sebelum tanggal produksi dimulai, karyawan dibagian yang
bertanggung jawab atas penjadwalan akan memberi informasi kepada bagian
pembelian, dengan menggunakan formulir permintaan pembelian, tentang bahan-
bahan yang ingin dibeli. Bagian pembelian kemudian megeluarkan pesanan pembelian
kepada pemasok. Setelah itu, pegawai di bagian departemen penerimaan membuat
laporan penerimaan barang dilihat dari kondisi dan kuantitas.
Perkiraan bahan dalam buku besar (general ledger) merupakan perkiraan
pengendali. Perkiraan yang terpisah untuk masing-masing jenis bahan yang
diselenggarakan dalam buku tambahan adalah buku bahan (materials ledge).
Kegunannya adalah sebagai alat bantu memlihara kuantitas persediaan barang. Bentuk
perkiraan dalam buku bahan dapat digambarkan sebagai berikut.

Bahan-bahan yang ingin di produksi, maka akan dipindahkan dari gudang ke


pabrik dengan menyesuaikan dengan formulir permintaan bahan, yang sebelumnya
telah dikeluarkan oleh bagian produksi atau bagian penjadwalan. Formulir ini
berfungsi sebagai dasar pembukuan (pemasukan) data kuantitas dan jumlah dolar ke
perkiraan buku bahan.
Formulir yang telah diisi akan dijadikan sebagai dasar pemindah harga pokok
bahan dari perkiraan pengendalian dalam buku besar ke perkiraan pengendalian unuk
barang dalam proses dan overhead pabrik. Arus bahan ke produksi digambarkan
dengan ayat jurnal sebagai berikut.
7
Barang dalam Proses…………………………. 13.000
Overhead Pabrik……………………………… 840
Bahan……………………………………. 13.840

Berikut merupakan gambar formulir permintaan barang


FORMULIR PERMINTAAN BARANG

62 704
Pesanan No. ……………. BPP No. …………

R A Sanders 10 Mei 2014


Disetujui oleh ………….. Tanggal: ………..

Keterangan Kuantitas Kuantitas Harga Jumlah


yang Di- yang Di- Per
setujui keluarkan Unit

Bahan No. 23 800 700 $0,50 $350


100 0,54 54
Total yang dikeluarkan $404

M.K. JB
Dikeluarkan oleh ………………… Diterima oleh ……………….

2.5 Akuntansi untuk Tenaga Kerja


Dalam akutansi untuk tenaga kerja berbeda dengan bahan. Oleh karena itu, dalam
akutansi untuk tenaga kerja tidak ada perkiraan persediaan dengan sistem perpetual
untuk pekerja. Namun dengan adanya akutansi untuk tenaga kerja ini dapat
menentukan jumlah upah yang harus diberikan kepada setiap karyawan pada setiap
periode pengupahan dan dapat mengalokasikan upah pekerja kepada overhead pabrik
dan masing-masing produksi pesanan.
Di dalam perusahaan terdapat sebuah kartu absensi yang berguna untuk mencatat
waktu kedatangan dan waktu pulang dari setiap karyawan atau pekerja pada absen
individual yang bisa berbentuk ketas atau elektronik. Kartu tersebut disebut sebagai
kartu jam kerja (time tickets). Dengan adanya kartu ini jumlah waktu yang dipakai
oleh seorang karyawan dan biaya pekerja untuk tiap pesanan, atau overhead pabrik

8
dapat dicatat dan diperoleh dengan mudah. Kartu ini digunakan untuk menghitung
penghasilan dari karyawan dengan upah per jam.
Berikut merupakan gambar kartu jam kerja (time tickets)
KARTU JAM KERJA

Gail Berry 4521


Nama Karyawan : ……………. No: …………

240 10 Mei 2014


Karyawan No. …….. Tanggal: ………..

Keterangan Pekerjaan
Penyelesaian (Finishing) 62
……………………… Pesanan No. ….

Waktu Waktu Jam Upah


Biaya
Mulai Berhenti Bekerja per Jam

10:00 12:00 2 $6,50 $13,00


1:00 2:00 1 6,50 6,50
Total biaya $19,50

T.D.
Disetujui oleh ……
Dari segi hubungan dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu tenaga
kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja
atau karyawan yang secara langsung ikut berpartisipasi dalam proses produksi dan
yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk. Upah tenaga
kerja langsung diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan
langsung sebagai unsur biaya produksi. Sedangkan tenaga kerja tak langsung adalah
pekerja atau karyawan yang secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam proses
produksi. Upah tenaga kerja tak langsung ini disebut biaya tenaga kerja tak langsung.
Jadi upah tenaga kerja tak langsung dibebankan pada produk tidak secara langsung,
tetapi melalui tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka.
Untuk mengidentifikasi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, setiap
karyawan membuat satu atau lebih kartu jam kerja karyawan setiap hari. Setiap kartu
jam kerja karyawan merupakan dokumen yang menunjukkan waktu yang dihabiskan
oleh seorang pekerja untuk sutu pesanan tertentu (tenaga kerja langsung) atau untuk
9
tugas-tugas lain (tenaga tidak langsung). Tenaga kerja yang tidak digunakan dalam
proses produksi dibebankan ke akun beban pemasaran atau beban administratif. Kartu
jam kerja biasanya dihitung biayanya dan diikhtisarkan secara periodik, dan jumlah
jam kerja setiap karyawan yang tertera di kartu jam kerja dicocokkan dengan jumlah
jam kerja menurut kartu absen.
Jumlah waktu yang telah dicatat dalam kartu jam kerja (time tickets), kemudian
dibandingkan dengan kartu karyawan (clock cards). Gunanya untuk dijadikan sebagai
pengecekan internal (internal check) dari ketepatan pengeluaran upah. Arus biaya
pekerja ke dalam produksi digambarkan dengan ayat jurnal berikut ini.

Barang dalam Proses.......................... 10.000


Overhead Pabrik……........................ 2.200
Hutang Upah………………….... 12.200

2.6 Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik


Overhead pabrik mencakup semua biaya produksi kecuali bahan langsung dan
pekerja langsung. Contoh dari biaya overhead selain dari bahan tak langsung dan
pekerja tak langsung adalah penyusutan listrik, bahan bakar, asuransi, dan pajak
kekayaan. Merupakan hal biasa untuk memiliki perkiraan pengendali overhead pabrik
dalam buku besar. Perinci dari berbagai jenis biaya diakumulasikan dalam buku besar.
Pendebetan pada perkiraan overhead dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai
contoh, biaya bahan tak langsung diperoleh dari ikhtisar formulir permintaan bahan,
biaya pekerja tak langsung diperoleh dari ikhtisar kartu jam kerja, biaya listrik dan air
yang diperoleh dari faktur, dan biaya penyusutan serta asuransi (yang telah habis
manfaatnya) dapat dicatat sebagai penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
Meskipun overhead pabrik tidak dapat diidentifikasikan secara khusus dengan
pekerjaan tertentu, tetapi overhead pabrik merupakan bagian yang sama biaya
pabrikasi sebagaimana halnya bahan langsung dan pekerja langsung. Sejalan dengan
meningkatnya penggunaan mesin dan otomasi, maka overhead pabrik mewakili bagian
–bagian yang lebih besar dari total biaya. Sebagian jenis biaya overhead pabrik terjadi
untuk keseluruhan pabrik dan tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan produk
jadi. Masalah menjadi rumit, karena beberapa jenis biaya overhead pabrik relatf

10
besarnya tetap, sementara yang lainnya cenderung bergerak sesuai dengan perubahan
produktifitas.
Menunggu sampai akhir periode akuntansi untuk mengalokasikan overhead pabrik
ke berbagai pekerjaan merupakan hal yang sangat dapat diterima dari sudut pandang
keakuratan (accurancy), namun hal ini sangat tidak memuaskan jika ditinjau dari
ketepatan waktu (timesliness). Agar sistem biaya dapat mempunyai kegunaan yang
sebesar-besarnya, maka kehendaknya data biaya dapat tersedia pada saat setiap
pekerjaan selesai, meskipun ada pengorbanan dalam ketelitian. Hanya melalui
pelaporan yang tepat waktu manajemen dapat membuat penyesuaian yang dipandang
perlu dalam penetapan harga dan metode produksi, untuk mencapai kombinasi terbaik
yang mungkin dari pendapatan dan dari biaya pekerjaan di masa mendatang. Oleh
karena itu, dengan maksud agar data biaya dari pekerjaan dapat selalu tersedia,
terdapat kebiasaan untuk membebankan overhead pabrik pada produksi dengan
penggunaan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu (predetermined
factory overhead rate).
Tarif overhead pabrik yang ditentukan dengan menghubungkan estimasi jumlah
overhead pabrik untuk tahun yang akan datang dengan beberapa dasar kegiatan yang
umum, yaitu dasar yang dapat membebankan secara adil pada barang yang diproduksi.
Pada saat biaya (overhead pabrik) terjadi, biaya tersebut didebet ke perkiraan
overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produksi secara periodik
dikresit keperkiraan overhead pabrik dan didebet ke perkiraan barang dalam proses.
Pembebanan biaya overhead pabrik tersebut ke produksi digambarkan dengan ayat
jurnal, sebagai berikut:

Barang dalam Proses………………………………… 8000


Overhead Pabrik………………………………… 8000

Biaya overhead pabrik yang dibebankan biasanya ditutup ke pengendali overhead


pabrik pada akhir tahun. Berikut merupakan ayat jurnal penutupnya:

Overhead Pabrik …………………………………… 8000


Pengendali Overhead Pabrik ...………………… 8000
11
Akun tersendiri pabrik dibebankan, memiliki keuntungan dalam hal memisahkan
catatan overhead dibebankan dengan overhead actual. Catatan terpisah memberi
kemudahan bagi manajer mengevaluasi tarif overhead dengan cara membandingkan
total overhead dibebankan dan total overhead actual dengan jumlah yang telah
dianggarkan. Perusahaan-perusahaan yang tidak menggunakan akun overhead pabrik
dibebankan akan mengkredit pengendali overhead pabrik ketika mengkredit barang
dalam proses. Hal ini meniadakan kebutuhan untuk membuat ayat jurnal penutup dan
memiliki dampak akhir yang sama pada pengendali overhead pabrik, seperti ayat-ayat
jurnal yang diilustrasikan di atas.
Jika jumlah yang dibebankan melebihi jumlah yang sesungguhnya, maka
perkiraaan overhead pabrik akan memiliki saldo kredit. Ini disebut dengan overapplied
atau overabsorbed (kelebihan pembebanan). Sedangkan jika jumlah yang dibebankan
kurang dari biaya sesungguhnya, maka perkiraaan overhead pabrik akan memiliki
saldo debet. Ini yang disebut dengan underapplied atau underabsorbed (kelebihan
pembebanan).

PERKIRAAN OVERHEAD PABRIK


Saldo
Tanggal Keterangan Debet Kredit

Mei 1 Saldo 200


31 Biaya yang terjadi 8.320
31 Biaya yang dibebankan 8.000 120

Saldo underapplied

Saldo overabsorbed

2.7 Akuntansi untuk Barang Jadi dan Produk Yang Dijual


Dalam akuntansi untuk barang jadi terdapat perkiraan barang jadi yang selalu ada
dalam buku tambahan. Buku tambahan tersebut yang mempunyai perkiraan pada
setiap jenis barang yang diproduksi, disebut buku barang jadi (finished goods ledger)
atau buku persediaan (stock ledger). Buku barang jadi ini dipergunakan untuk

12
mencatat kuantitas dan harga pokok produksi, kuantitas dan harga pokok barang yang
dikirim, dan kuantitas, total biaya dan harga pokok per unit barang yang masih ada di
tangan. Berikut contoh perkiraan buku barang jadi yang telah dijelaskan.

Setelah pencatatan buku barang jadi selesai, kemudian diteruskan dengan


pencatatan untuk tembuasan pesanan pengiriman tersebut dengan harga pokok per unit
dan jumlah hahrga pokok yang dijual. Data biaya dalam pesanan pengiriman ini
menjadi dasar ayat jurnal, sebagai berikut.

Harga Pokok Penjualan ……………………… 30.168


Barang Jadi ……………………………... 30.168

Pada penjualan barang jadi, diperlukan agar mencatat atau menjaga baik itu harga
pokok (cost price) ataupun harga jual (selling price) barang-barang yang telah dijual.
Untuk setiap penjualan, harga pokok penjualan dicatat dengan mendebitkan harga
pokok penjualan dan mengkreditkan barang jadi. Harga jual dari barang yang terjual
dicatat dengan mendebit piutang usaha (kas) dan mengkreditkan penjualan. Jika
barang dikembalikan oleh pembeli dan dimasukan kembali kedalam persediaan, maka
harus dilakukan pendebitan barang jadi dan mengkreditkan harga pokok penjualan
sejumlah harga pokoknya.
13
2.8 Masalah pembebanan Overhead Underapplied & Overapplied Overhead

a. Penghitungan saldo overhead yang dibebankan terlalu tinggi/ terlalu rendah

b. Apabila biaya overhead dibebankan ke BDP < biaya overhead sesungguhnya overhead
dibebankan terlalu rendah (underapplied overhead)

c. Apabila biaya overhead dibebankan ke BDP > biaya overhead sesungguhnya overhead
dibebankan terlalu tinggi (overapplied overhead)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa konsep dasar dari Job order costingJob order
costing (biaya berdasarkan pesanan) yaitu perhitungan biaya produksi untuk menentukan
harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau
pesanan. Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap
pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan
membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan. Metode perhitungan
biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang
berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi
diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima,
pabrik atau perusahaan akan membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing
pesanan.
Adapun hal-hal yang membebankan biaya produksi pada perhitungan biaya
berdasarkan pesanan (Job order costingJob order) yaitu; biaya bahan baku yang dibeban
kan pada bon permintaan. Jadi, biaya bahan baku dibebankan secara langsung pada
pesanan yang diminta. Biaya tenaga kerja atau upah ini berdasarkan job ticket (kartu kerja).
Sama halnya dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dibebankan secara langsung
pada pesanan yang diminta. Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada tiap-tiap
pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.

3.2 Kritik dan Saran


Berhubungan dengan makalah yang telah penulis buat ini semoga bermanfaat bagi
teman-teman mahasiswa pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya. Namun
penulis menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran penulis perlukan agar bisa memperbaikinya dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
15
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Chen dan Lin. 2000. Manajemen Biaya-biaya Dengan Tekanan Strategik. Jilid 1.
Salemba Empat, Mc-Hill Companies, Inc
Hansen dan Mowen. 1997. Akutansi Mnajemen. Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Mulyadi dan Setyawan.2001.Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen.
Jakarta:Selemba Empat
Simamora.1999.Akuntansi Manajemen.Jakarta: Selemba Empat
16

Anda mungkin juga menyukai