Dosen Pengampu:
Wa Ode Sitti Nur Insani, SE.,M.E
Oleh:
Kelompok I
Muh.IQra AL-Adiyat Han 216602141
Risky Irda Rahmawati 216602130
KELAS KAP
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan
makalahini dengan judul “Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial”,
tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan
harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Wa Ode Sitti Nur
Insani, SE.,M.E sebagai dosen pengampu mata kuliah Akuntansi
Lingkungan dan Sosial yang telah membantumemberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa juga ucapan
Terimakasih kepada anggota kelompok yang sudah berkontribusi
dalam pembuatan makalah.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................
2.1Definisi dan Tujuan Corporate Social Responsibility...................................................................
2.2Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility.................................................................
2.3Pelaksanaan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial..................................................................
2.4Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial.............................................................
2.5Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial………….14
2.6Faktor Munculnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial........................................................
2.7Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial.......................................................................................
2.8Permasalahan Sosial dalam Bisnis di Indonesia.........................................................................
2.9Dampak Corporate Social Resposibility.....................................................................................
2.10Metode Pengukuran dan Teknik Pelaporan Tanggung Jawab Sosial.......................................
2.11Pengaruh Penerapan Akuntansi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) 25
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Akuntansi untuk pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan
pertanggungjawaban organisasi (perusahaan) diluar batas-batas akuntansi
keuangan tradisional, yaitu menyediakan laporan keuangan tidak hanya
kepada pemilik modal khususnya pemegang saham. Perluasan ini
didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab
yang lebih luas dan tidak sekedar mencari uang untuk para pemegang
saham tetapi juga bertanggung jawab kepada seluruh stakeholders
Dalam penerapannya, akuntansi pertanggungjawaban sosial
mengalami berbagai kendala, terutama dalam masalah pengukuran elemen-
elemen sosial dan dalam rangka penyajiannya di laporan keuangan yang
bersifat kuantitatif. Masalah pengukuran timbul terutama karena tidak
semua elemen sosial dapat diukur dengan satuan uang serta belum
terdapatnya standar akuntansi yang baku mengenai pengukuran dan
pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka,
penulis merumuskan beberapa permasalahan antara lain :
1. Apa Definisi dan Tujuan dari Corporate Social Responsibility?
2. Apa Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility?
3. Bagaimana Pentingnya Pelaksanaan Corporate Social Responsibility?
4. Bagaimana Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial?
5. Bagaimana Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban
Sosial?
6. Apa Faktor Munculnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial?
7. Bagaimana Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial?
8. Apa Saja Permasalahan Sosial Dalam Dunia Bisnis di Indonesia?
9. Apa Dampak Corporate Social Responsibility?
10. Bagaimana Metode Pengukuran Dan Tehnik Pelaporan Tanggung Jawab
Sosial?
11. Bagaimana Pengaruh Penerapan Akuntansi Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (CSR)?
5
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Definisi dan Tujuan dari Corporate Social Resposibility,
Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility, Pelaksanaan Corporate
Social Responsibility, Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial,
Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial, Faktor
Munculnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial, Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial, Permasalahan Sosial Dalam Dunia Bisnis di
Indonesia, Dampak Corporate Social Responsibility, Metode Pengukuran Dan
Tehnik Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan Pengaruh Penerapan Akuntansi
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR).
6
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Definisi dan Tujuan dari Corporate Social Responsibility
2.1.1 Definisi Corporate Social Responsibility
Menurut ISO 26000 dalam Cheng dan Christiawan (2011),
Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab sebuah organisasi
terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-
kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan
pemangk ukepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-
norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara
menyeluruh.
Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa bentuk
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Resposibility (CSR) adalah adalah perilaku transparan dan etis yang
mendukung kesejahteraan semua stakeholder, termasuk masyarakat dan
lingkungan, yang terintegrasi dalam keseluruhan praktik operasional
organisasi. CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga
prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines, yaitu: Profit
(Keuntungan), People (Masyarakat) dan Planet (Lingkungan)
Akuntansi pertanggungjawaban sosial (Social Responsibility
Accounting) didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-variabel kinerja
sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran, yang secara
sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi
kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut
kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar
perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan
informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan
kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan
lingkungannya.
7
2.1.2 Tujuan Corporate Social Responsibility
8
dari pelaksanaan CSR tersebut. Menurut Business Sosial
Responsibility (BSR), berikut ini adalah manfaat yang dapat diperoleh
perusahaan dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR):
1. Reduced Operating Cost (Mengurangi biaya operasional).
Dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan mampu mengurangi
beban atau biaya operasional perusahaan, misalnya jadwal kerja yang
fleksibel dan program keselamatan kerja berdampak pada menurunnya
absensi pekerja dan menambah simpanan uang perusahaan dari pekerja
melalui peningkatan produktivitas kerja.
2. Improved Financial Performance (Meningkatkan kinerja keuangan).
Hubungan antara tanggung jawab sosial dengan kinerja keuangan yang
positif dapat dilihat dari kriteria melalui total return, sales growth and
profit growth selama lebih dari satu periode sebaik net profit
margin dan return on equity.
3. Enhanced Brand Image and Reputation (Meningkatkan citra produk dan
reputasi). Perusahaan menyadari adanya tanggung jawab sosial
bermanfaat bagi meningkatnya reputasi, baik perusahaan di mata publik
sebagaimana sebaik reputasi di dalam komunitas bisnisnya sehingga
dapat menarik rekan bisnis baru dan mendapat keuntungan.
4. Increased Sales and Customer loyalty (Meningkatkan Penjualan dan
Kesetiaan Konsumen).
Dengan memproduksi barang yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan ditunjang pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan tersebut, dan diharapkan masyarakat tetap setia
menggunakan hasil produksi perusahaan tersebut.
5. Increased Produktivity and Quality (Meningkatkan produktivitas dan
kualitas).
Usaha perusahaan dalam menciptakan kondisi kerja yang produktif,
mengurangi dampak buruk bagi lingkungan atau melibatkan pekerja
9
dalam peningkatan produktivitas dan mengurangi angka kesalahan yang
terjadi.
6. Increased Ability to Attract and Retain Employees (Meningkatkan
kemampuan untuk mempekerjakan dan mengupah pekerja).
Perusahaan menyadari dengan komitmen tinggi atas tanggung jawab
sosial perusahaan akan lebih mudah dalam merekrut dan mengupah
pekerja, berdampak pada penurunan perputaran biaya perekrutan dan
pelatihan. Orang akan memilih bekerja pada lingkungan kerja dimana
tidak ada konflik sosial yang tercitpta terutama masalah
ketenagakerjaan.
7. Reduced Regulatory Oversight (Mengurangi penyimpangan tindakan
dari undang-undang).
Pemerintah memiliki peranan dalam pembuatan kebijakan perundangan
yang dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya. Pemerintah memberikan penghargaan bagi perusahaan
yang bertindak proaktif terhadap lingkungan, misalnya keberhasilan
dalam pengolahan limbah pabrik serta menjaga akelestarian lingkungan.
8. Access to Capital (cara mendapatkan modal).
Pertumbuhan investasi terhadap tanggung jawab sosial yang tinggi telah
memberi jalan bagi masuknya tambahan modal yang mungkin telah
tersedia.
Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat atau
lingkungan sekitar tetapi juga bermanfaat bagi perusahaan tersebut
dalam menghasilkan laba.
2. 3 Pelaksanaan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
Ada enam kecenderungan utama, yang semakin menegaskan arti penting
CSR. Yaitu:
1. Posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya
2. Semakin mengemukakan arti kesinambungan
10
3. Semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik, bahkan
yang bersifat anti-perusahaan
4. Perkembangan ke arah transparansi
5. Harapan-harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan
manusiawi pada era milenium baru.”
Diharapkan perusahaan-perusahaan saat ini lebih sadar akan tanggung
jawabnya selain kepada pemegang saham, juga pada masyarakat,
lingkungan dan alam disekitar tempat usahanya.
11
individu di luar perusahaan, yang antara lain meliputi: kegiatan
kemanusiaan umum, praktek peluang kesempatan kerja yang adil,
pembayaran pajak kepada pemerintah dan sebagainya.
d. Sumbangan terhadap lingkungan (environmental contribution).
Meliputi pemberian perhatian terhadap aspek lingkungan produksi yang
meliputi pemakaian sumber daya, proses produksi, dan produksi yang
mencakup kegiatan daur ulang, penanggulangan pencemaran dan
pemeliharaan lingkungan tempat perusahaan berdiri dan beroperasi.
e. Sumbangan terhadap barang atau jasa (product or service
contribution). Meliputi aspek kualitatif produk atau jasa yang
diberikan oleh perusahaan. Misalnya mengenai kegunaannya, daya
tahannya, pengamanan dan pelayanannya yang diupayakan sebaik
mungkin sesuai peran yang diemban, serta mencakup pula kepuasan
pelanggan, kejujuran perusahaan dalam periklanan, kelengkapan dan
kejelasan dalam pemberian segel dan pembungkusan.
Di sisi lain, The Committee on Accounting for Corporate Social
Performance dari National Association of Accountants yang dikutip oleh
Edward dan Black (1976 : 549 – 550) mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan ruang lingkup dari pengaruh sosial perusahaan, yang
keberadaannya dapat disesuaikan dengan jenis perusahaan, yaitu :
a. Community Involvement:
General Philanthropy
Public and Private Transportation
Health Service
Housing
Aid in Personal and Bussiness Problem
Community Planning and Improvement
Volunteer Activities.
Specialized Food Program
Education
12
b. Human Resources:
Employment Practices.
Training Programs.
Promotion Policies
Employment Continuity
Remuneration
Working Conditions
Drugs and Alcohol
Job Enrichments
Communications
c. Physical Resources and Environmental Contribution:
Air
Water
Sound
Solid Waste
Use of Scare Resources
Aesthetics
d. Product or Service Contribution:
Completeness and Clarity of Labeling, Packing, and Market
Representation
Warranty Provisions
Responsiveness to Customer Complains.
Consumer Education
Product Quality
Product Safety
Content and Frequency of Advertising
Constructive Research.
13
Menurut Glautier dan Underdown (1986 : 484 – 485) ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan untuk pedoman pengukuran dalam
pelaporan akuntansi pertanggungjawaban sosial, yaitu :
14
pengganti, yaitu sesuatu yang kira-kira mempunyai kegunaan yang sama
dengan yang diukur.
2. Teknik Survey. Teknik ini mencakup cara-cara untuk mendapatkan
informasi dari mereka yang dipengaruhi, yaitu kelompok masyarakat
yang dirugikan atau yang menerima manfaat. Pengumpulan informasi
yang paling mudah adalah dengan bertanya langsung kepada anggota
kelompok masyarakat yang ada.
3. Biaya Perbaikan dan Pencegahan. Untuk biaya-biaya sosial tertentu
dapat dinilai dengan mengestimasi pengeluaran yang dilakukan untuk
memperbaiki dan mencegah kerusakan.
4. Penilaian dari Penilai Independen. Penilai-penilai yang independen
dapat berguna untuk menilai barang-barang tertentu. Hal ini analog
dengan penilaian pengganti yang dilakukan oleh ahli dari luar
perusahaan.
5. Putusan Pengadilan. Putusan pengadilan, misalnya denda akibat dari
suatu kegiatan yang sering menunjukkan nilai sosial.
Bentuk laporan tanggung jawab sosial sampai saat ini belum ada
yang baku. Di Amerika, yang merupakan kiblat akuntansi di negara kita,
praktek pelaporannya masih dilaksanakan dengan tidak seragam antara satu
perusahaan dengan yang lainnya. Ada yang hanya menyajikan informasi
sosial yang bersifat kualitatif sebagai catatan kaki atau keterangan tambahan
pada penjelasan laporan keuangan. Ada yang menjalankannya dengan
sederhana dan ada yang menjalankannya dengan kompleks.
15
1. Praktek yang sederhana. Laporan ini hanya terdiri dari uraian yang tidak
disertai dengan data kuantitatif, baik satuan uang maupun satuan yang
lainnya.
2. Praktek yang lebih maju. Selain yang ditunjukkan dalam metode yang
sederhana seperti di atas, juga menggunakan data kuantitatif untuk
menunjukkan apa yang sudah dicapai perusahaan
3. Praktek yang paling maju. Bentuk laporan yang selain berupa uraian
data kualitatif dan kuantitatif perusahaan juga menyusun laporannya
dalam bentuk neraca.
Menurut Diller seperti yang dikutip oleh Harahap (2003 : 371) ada
beberapa teknik pelaporan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :
Pengungkapan dalam syarat kepada pemegang saham baik dalam
laporan tahunan atau bentuk laporan lainnya.
Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan
Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun)
penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan
sebagainya.
2. 6 Faktor Munculnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
Revolusi Industri pada pertengahan abad XVIII yang ditandai dengan
penemuan mesin-mesin industri membawa dampak perubahan terhadap
perkembangan akuntansi. Pertama, adanya perubahan cara produksi dari
industri rumah tangga menuju ke sistem pabrik, sedangkan yang kedua
adalah bertambah panjangnya periode produksi. Sistem pabrik menuntut
modal yang besar, sedangkan pada tahap ini badan usaha persekutuan tidak
lagi dapat memenuhi kebutuhan modal. Lalu terbentuklah badan usaha yang
lain yaitu perseroan terbatas. Bentuk ini dianggap paling memuaskan karena
dana tidak memiliki batas waktu atau jatuh tempo dan relatif lebih mudah
untuk ditambah, disamping memiliki tanggung jawab yang terbatas.
16
Dengan berkembangnya badan usaha berbentuk PT, maka semakin
banyaklah masyarakat dan institusi yang menjadi pemodal. Fungsi
pendanaan lalu terpisah dari fungsi manajemen. Inilah yang kemudian
dikenal orang sebagai revolusi manajemen. Dalam situasi ini, para
pemegang saham tidak lagi mampu mencukupi sendiri informasi yang
mereka butuhkan dan mereka tidak lagi terlibat dalam kegiatan manajemen.
Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk membuat laporan keuangan sebagai
sarana pertanggungjawaban dari manajer kepada para pemegang saham.
Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya secara langsung atau
tidak langsung berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Dikatakan oleh
Usmansyah (1989 : 6) bahwa sumber – sumber ekonomi yang digunakan
oleh perusahaan semuanya berasal dari masyarakat dan lingkungannya. Oleh
karena itu perusahaan harus memberikan pertanggungjawaban atas semua
sumber daya yang telah digunakan serta hasil-hasil yang telah dicapainya.
17
Regulasi mengenai akuntansi pertanggungjawaban sosial di Indonesia telah
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 57 yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Akuntansi dampak
lingkungan dari aktivitas perusahaan juga telah diatur SAK. PSAK No. 1
paragraf 9 telah memberikan penjelasan mengenai penyajian dampak
lingkungan sebagai berikut. “…Perusahaan menyajikan laporan tambahan
mengenai lingkungan hidup (atau nilai tambah), khususnya bagi industri
dengan sumber daya utama terkait dengan lingkungan hidup (atau karyawan
dan stakeholder lainnya sebagai pengguna laporan keuangan penting)”.
PSAK No. 1 belum mengatur dengan tegas, tetapi mengatur pengungkapan
dampak lingkungan. Perlakuan akuntansi dampak lingkungan juga diatur di
dalam PSAK No. 32 mengenai Akuntansi Kehutanan dan PSAK No. 33
tentang Akuntansi Pertambangan Umum. PSAK No. 32 dan 33 semestinya
sudah memadai untuk mengatur perlakuan akuntansi lingkungan. Tanggung
jawab sosial dan lingkungan diatur oleh pemerintah melalui Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas telah mengatur upaya dalam kewajiban
perusahaan dalam melestarikan lingkungan. Pasal 17, Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
misalnya menyatakan sebagai berikut. “Penanam modal yang
mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Tanggung jawab
sosial dan lingkungan tertuang dengan jelas pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40, Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74
menyatakan sebagai berikut.
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
18
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
diatur dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut beberapa perusahaan telah
mengungkapkan aktivitas sosial karena dorongan persaingan yang semakin
ketat dan adanya peraturan yang mewajibkan. Namun, pengungkapan
aktivitas lingkungan masih sedikit dilakukan. Suharto (2004) menyebutkan
beberapa kesulitan manajemen keuangan untuk melaporkan kewajiban
lingkungan, yaitu sebagai berikut.
a. Permintaan atas pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan
keuangan belum ada secara tegas.
b. Biaya dan manfaat dalam rangka menyajikan informasi lingkungan dalam
laporan keuangan dirasakan tidak seimbang oleh perusahaan.
c. Pengenalan kewajiban bersyarat.
d. Kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan.
Satyo (2005) memberikan tiga kendala pelaporan SR, yaitu (1) rendahnya
political will dari manajemen tingkat atas, (2) tidak adanya standar
pelaporan SR, dan (3) tidak adanya pengukuran kinerja SR. Gray (2008)
menyatakan bahwa akuntansi sosial belum terorganisasi dalam area koheren
atau aktivitas. Penerapan akuntansi sosial dan lingkungan belum
sepenuhnya diterapkan oleh perusahaan publik di Indonesia. Khususnya
akuntansi lingkungan, berdasarkan hasil penelitian perusahaan publik di
Indonesia, masih sedikit perusahaan yang melaporkannya dalam annual
report sehingga perlu dicari jalan keluarnya untuk meningkatkan
penerapannya.
19
2. 8 Permasalahan sosial dalam dunia bisnis di Indonesia
Contoh Permasalahan Sosial pada dunia Bisnis
Jawa Timur
06. PT.Telkom Divre IV Serikat Karyawan
Indonesia (Sekar) PT.Telkom
Jateng dan DIY menolak penjualan Divre
IV Kepada PT.Indosat
07. PT. BCA Jakarta Serikat Pekerja menolak
Divestasi saham BCA
08. PT.Kereta Api Jakarta Serikat Pekerja menolak
Indonesia kembalinya Dewan
Direksi lama, karena
dianggap bertanggung
jawab atas beberapa
20
kasus kecelakaan kereta
api yang terjadi di
Indonesia
09. Bank Jakarta Tuntutan Karyawan atas
Internasional .Indone gaji, upah dan
sia (BII) peningkatan
kesejahteraan pekerja
10. PT.Gudang Garam Kediri Mogok Kerja Massal
karyawan menuntut
Jawa Timur perbaikan gaji dan
kesejahteraan pekerja.
21
sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin
dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.
5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai
yang berlaku dalam masyarakat, sehingga mendapat simpati masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham dalam hal publik.
7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang
kadang-kadang melakukan kegiatan yang dibenci masyarakat tidak
mungkin dihindari.
8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservsi alam, pemeliharaan
barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan
lain-lain
22
balik yang positif dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
tersebut. Juga terdapat argumen yang menolak pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan tersebut tidak lain dikarenakan ketakutan mereka dalam tujuan utama
perusahaan yaitu mendapatkan laba yang maksimal akan berkurang
23
3. Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan
untuk barang pengurangan dalam menghitung jumlah kerugian
masyarakat.
4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. Misalnya vonis
hakim akibat pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan
dapat juga dianggap sebagai dasar perhitungan.
2.10.2 Teknik Pelaporan Tanggung Jawab Sosial
24
positif terhadap Return on Equity (ROE) perusahaan satu tahun ke depan
(ROEt+1) perusahaan.
Sementara hasil penelitian Caroline Flammer (2013) menemukan
bahwa adopsi dan penerapan CSR berhubungan dengan peningkatan
produktivitas karyawan dan pertumbuhan penjualan. Penelitian Rosiana,
Juliarsa, dan Sari (2013) menunjukkan bahwa pengungkapan CSR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan
profitabilitas mampu memperkuat pengaruh pengungkapan CSR terhadap
nilai perusahaan. Temuan senada diungkapkan Elliott et. al. (2012) yaitu
bahwa kinerja CSR yang lebih baik meningkatkan meningkatkan estimasi
investor atas nilai dasar perusahaan.
Dari beberapa hasil penelitian terkait dampak penerapan Akuntansi
CSR di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar menyatakan bahwa
penerapan Akuntansi CSR tidak berdampak baik positif maupun negatif
terhadap variabel-variabel kinerja keuangan perusahaan. Namun penerapan
CSR dan akuntansinya terbukti berdampak terhadap peningkatan
produktivitas karyawan dan pertumbuhan penjualan. Selain itu,
pengungkapan CSR juga terbukti dapat meningkatkan nilai perusahaan dan
mempengaruhi reaksi investor. Analisis atas hal ini adalah bahwa potensi
manfaat
penerapan Akuntansi CSR secara umum berlaku untuk jangka panjang.
Dalam jangka pendek, penerapan CSR hanya mempengaruhi detail kecil
dari kinerja keuangan perusahaan seperti pertumbuhan penjualan dan
produktivitas karyawan.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep terintegrasi
yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial agar perusahaan dapat
mencapai kesejahteran stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum
sehingga dapat meningkatkan harga saham. CSR merupakan kepedulian
perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah
Triple Bottom Lines, yaitu: Profit (Keuntungan), People (Masyarakat) dan
Planet (Lingkungan)
26
perubahan yang terjadi setelah perusahaan memperhatikan tanggung jawab
sosialnya biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan
finansialnya dimana kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami
perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang
sadar akan pentingnya memperhatikan tanggung jawab sosial bagi
pertumbuhan dan keberlangsungan usahanya.
Dengan adanya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang
dikelola dengan baik maka secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Selain itu perusahaan dapat pula
melindungi lingkungan sekitar agar terjadi keharmonisasian antara
perusahaan dengan lingkungan sekitar dan masyarakat.
3.2 Saran
Dari uraian makalah ini, penulis dapat memberikan saran bagi praktisi
maupun akademisi bahwa perusahaan seharusnya memberikan perhatian
lebih kepada penerapan Akuntansi CSR. Bukan karena penerapannya
secara ekonomi akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, namun
lebih kepada konsep keseimbangan yang perlu perusahaan jaga antara
aktivitas laba dan kompensasi dampaknya melalui aktivitas sosial dan
lingkungan. Dalam jangka panjang, keseimbangan inilah yang akan
menjaga keberlanjutan operasi perusahaan.
27
Daftar Pustaka
Akuntansi Sosial dan Lingkungan/Komang Adi Kurniawan Saputra, Ni
Putu Riski Martini, Putu Dian Pradnyanitasari Edisi Pertama
—Sidoarjo: Indomedia Pustaka, 2019 Anggota IKAPI No. 195/JTI/2018
28