Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

HARGA POKOK PROSES


MATA KULIAH AKUNTANSI KOS

Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Dira Sabilla (7192520002)
Nina Defriyanti (7192520003)
Putri Rahmadhani (7193220017)
Cintiya Apriyanti Agino (7193220025)
Sri Alecia Sandhova (7193520058)
Dosen Pengampu:
Drs. Jihen Ginting, M.Si., Ak.
JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Harga Pokok Proses” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada dosen pengampu mata kuliah
Akuntansi Kos kelas Akuntansi B Tahun Angkatan 2019 yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Akuntansi Kos. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 16 Maret 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Harga Pokok Proses...................................................................................2
2.2 Metode Harga Pokok Rata-rata (Weighted Average)...............................3
2.3 Metode First In First Out (FIFO)............................................................11
2.4 Kasus Kasus Khusus dalam Perhitungan Akuntansi...............................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................24
3.1 Simpulan.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi

yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa.

Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama

jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara

membagi total biaya produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan

produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang

bersangkutan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perhitungan Harga Pokok Proses dengan metode rata – rata, dan

FIFO?

2. Apa saja kasus khusus dalam perhitungan Harga Pokok Proses?

1.3 Tujuan

Untuk Memahami perhitungan Harga Pokok Proses dengan metode rata-rata,

FIFO, dan kasus - kasus khusus dalam perhitungan Harga Pokok Proses.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Harga Pokok Proses

Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi

yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara

massa.Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses

selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara

membagi total biaya produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan

produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang

bersangkutan.

Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik metode Harga Pokok Proses,

yaitu :

1. Pengumpulan biaya produksi per departemen produksi per periode

akuntansi.

2. Perhitungan HPP per satuan dengan cara membagi total biaya produksi

yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk

yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.

3. Penggolongan biaya produksi langsung dan tak langsung seringkali tidak

diperlukan.

4. Elemen yang digolongkan dalam BOP terdiri dari biaya produksi selain

biaya bahan baku dan biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik

2
yang langsung maupun tidak langsung). BOP dibebankan berdasarkan

biaya yang sesungguhnya terjadi.

Harga Pokok proses pada umumnya menggunakan metode Harga Pokok

Proses-Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk Dalam Proses Awal

a. Metode Hara Pokok Proses pada Perusahaan yang produknya diolah melalui 1

Departemen Produksi

b. Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Dalam Proses terhadap. Perhitungan

Harga Pokok Produksi per satuan, dengang anggapan :

1. Produk Hilang Awal Proses

2. Produk Hilang Akhir Proses

Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses

maka timbul masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini timbul

karena persediaan barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok

yang berasal dari periode sebelumnya. Ada dua metode dalam penyelesaiannya,

yaitu rata-rata, dan FIFO.

2.2 Metode Harga Pokok Rata-rata (Weighted Average)

2.2.1 Apa itu metode Harga Pokok Rata-rata?

Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal

ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi

dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata

tertimbang.

3
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen

pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga

pokok dari departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang

bersangkutan

2.2.2 Proses Pemberlakuan Metode Rata-rata

A. Di departemen – Pertama :

 Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya produksi, yaitu

: biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan

cara biaya yang melekat pada persediaan barang dalam proses awal

ditambah biaya-biaya periode berjalan.

 Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan dalam

periode yang bersangkutan : Barang jadi (yang ditransfer ke

departemen berikutnya) ditambah barang dalam proses akhir

menurut unit ekuivalen. Harga pokok rata-rata kemudian dihitung

berdasarkan total biaya dibagi jumlah unit ekuivalen.

B. Di departemen – Lanjutan :

1. Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen

sebelumnya. Harga pokok tersebut terdiri dari : Harga pokok

persediaan awal dan harga pokok yang diterima pada periode yang

bersangkutan.

2. Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang ditambahkan dalam

departemen yang bersangkutan.

4
3. Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang

bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen

yang mendahului ditambah harga pokok rata-rata di departemen yang

bersangkutan.

2.2.3 Penerapan Metode Rata-rata

Contoh Kasus

Dalam laporan ini, persediaan barang dalam proses akhir bulan

Januari dicantumkan sebagai persediaan barang dalam proses awal bulan

Februari. Dengan mengambil data dari laporan biaya prosuksi bulan Januari,

maka data untuk persediaan barang dalam proses awal bulan Februari adlah

sebagai berikut.

Departemen Pemotongan Departemen Perakitan

Jumlah unit dalam proses awal 8.00 4.

periode 0 000

Biaya dari departemen

sebelumhya

7.600.00 12.240.
Bahan baku 0 000

4.360.00 3.408.
Tenaga kerja langsung 0 000

5
4.080.00 3.144.
Overhead pabrik 0 000

16.040.00 18.792.
Jumlah biaya 0 000

Data tersebut diatas dari PT RATIH selanjutnya akan digunakan dalam

penyusunan laporan biaya produksi bulan Februari untuk kedua departemen

produksi, yaitu departemen pemotongan dan departemen perakitan.

Dalam ilustrasi mengenai laporan biaya produksi ini, diasumsikan bahwa

unit yang hilang berada dalam batas toleransi yang normal dan biaya dari unit

yang hilanh tersebut dibebankan kepada semua unit produksi yang selesai pada

departemen tersebut.

Berikut merupaka laporan biaya produksi departemen pemotongan.

PT RATIH

Departemen Pemotongan Laporan

Biaya Produksi-Metode Rata-rata Tertimbang

Bulan Februari 2008

PRODUKSI DALAM UNIT

A. Produksi yang harus dipertanggungjawabkan:

Unit dalam proses awal periode (tingkat


8.000
penyelesaian : bahan baku 100 %, TK dan BOP 50%

6
Unit yang diamsukkan dalam periode ini 30.000

Jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan 38.000

B. Pertanggunjawaban produksi:

Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 31.000

Unit dalam proses akhir (tingkat penyelesaian: bahan

baku 100%, tenaga kerja langsung dan overhead 7.000

pabrik 60%)

Jumlah unit yang dipertanggungjawabkan

38.000

BIAYA PRODUKSI

A. Biaya yang harus


Total per Unit
dipertanggungjawabkan:

Barang dalam proses awal periode

Bahan baku Rp7.600.000

4.360.00
Tenaga kerja langsung
0

4.080.00
Overhead pabrik
0

Biaya yang ditambakan dalam peiode ini

32.300.00
Bahan baku
0 Rp1.050

35.240.00 1.1
Tenaga kerja langsung
0 25

7
33.232.00 1.0
Overhead pabrik
0 60

Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan Rp116.812.000 Rp3.235

B. Pertanggungjawaban biaya

Biaya ditrasnfer ke departemen berikut

(31.000x Rp 3.235) Rp100.285.000

Barang dalam proses akhir periode:

Bahan baku (7.000x100%x Rp

1.050) Rp7.350.000

Tenaga kerja langsung 4.725.00

(7.000x60%xRp 1.125) 0

Overhead pabrik (7.000x60%x Rp 4.452.00

1.060) 0 Rp16.527.000

Jumlah biaya yang

dipertanggungjawabkan Rp116.812.000

C. Perhitungan biaya per unit

Produksi ekuivalen

Bahan baku 31.000+(100%x7.000) 38.000

Tenaga kerja langsung dan overhead


31.000+(60%x7.000) 35.200
pabrik

Biaya per unit:

Bahan baku (Rp 7.600.000 + Rp 32.300.000):38.000 = Rp

1.050

8
Tenaga kerja langsung (Rp 4.360.000 + Rp35.240.000):35.200 = Rp

1.125

Overhead pabrik (Rp 4.080.000 + Rp 33.232.000): 35.200 = Rp

1.060

Tabel laporan biaya produksi departemen perakitan-metode rata-rata


tertimbang disajikan seperti tabel berikut ini.

PT RATIH

Departemen Perakitan

Laporan Biaya Produksi-Metode Rata-rata Tertimbang

Bulan Februari 2008

PRODUKSI DALAM UNIT

A. Produksi yang harus di pertanggungjawabkan:

Unit dalam proses awal periode (tingkat penyelesaian):

Tenaga kerja langsung dan ov. pabrik 60% 4.000

Unit yang diterima dari dept. sebelumnya 31.000

Jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan 35.000

B. Pertanggungjawaban produksi:

Unit yang ditransfer ke gudang barang jadi 30.000

9
Unit dalam proses akhir awal periode (tingkat

penyelesaina):

tenaga kerja langsung dan ov. pabrik 5.000

Jumalh produksi yang harus di pertanggungjawabkan:


35.000

BIAYA PRODUKSI

A. Biaya yang harus dipertanggungjawabkan: Total per Unit

Biaya dari departemen sebelumnya

Barang dalam proses awla periode


12.240.000
( 4.000 unit)

Diterima selama periode berjalan


100.285.000
(31.000 unit)

Jumlah 35.000 unit 112.525.000 Rp3.215

Biaya yang ditambahkan

Barang dalam proses awal periode

Tenaga kerja langsung 3.408.000

Overhead pabrik 3.144.000

Barang yang ditambahkan selama periode berjalan

Tenaga kerja langsung 43.717.000 1.450

Overhead opabrik 40.081.000 1.330

Jumlah biaya yang ditambahkan 90.350.000 2.780

Jumlah biaya yang harus


202.875.000 Rp5.995
dipertanggungjawabkan

B. Pertanggungjawaban biaya:

10
Biaya ditrasfer ke persediaan barang jadi
179.850.000
(3.000x 5.995)

Barang dalam proses akhir periode

Biaya dari departemen sebelumnya


16.075.000
(5.000x3.215)

Tenaga kerja langsung (5.000x50%x1.450) 3.625.000

Overhead pabrik (5.000x50%x1.330) 3.325.000 23.025.000

Jumlah biaya dipertanggungjawabkan 202.875.000

C. Perhitungan biaya per unit

Produksi ekuivalen:

Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik


32.500
30.000+(50%x5.000)

Biaya per unit

Tenaga kerja langsung (Rp 3.408.000+Rp


1.450
43.717.000):32.500

Overhead pabrik (Rp 3.144.000+Rp


1.330
40.081.000):32.500

2.3 Metode First In First Out (FIFO)

2.3.1 Apa itu Metode FIFO?

Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang

pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal

periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk

mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.

11
Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian

persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.

Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa

harga pokok dari periodesebelumnya digunakan pertama kali untuk

menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke departemen

berikutnya atau ke gudang.

2.3.2 Proses Pemberlakuan Metode FIFO

 Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses

awal menjadi produk selesai.

 Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak

digabungkan dengan elemen biaya yang terjadi dalam periode yang

bersangkutan.

 Harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu dipecah

kembali menurut elemennya ke dalam setiap elemen biaya.

 Produksi ekuivalen = (Produksi dalam proses awal x tingkat

penyelesaian yang dibutuhkan) + Produksi Current + (Produk dalam

proses akhir x Tingkat penyelesaian yang sudah dinikmati).

 Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar

elemen biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi

jumlah produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.

2.3.3 Penerapan Metode FIFO

Contoh kasus

12
Melanjutkan contoh PT RATIH dan juga menggunakan data yang sama

dengan metode rata-rata tertimbang, laporan biaya produksi dari

departemen pemotongan dengan menggunakan metode FIFO. Tabel

laporan biaya produksi departemen pemotongan metode FIFO disajikan

seperti tabel berikut ini.

PT RATIH

Departemen Pemotongan

Laporan Biaya Produksi-Metode FIFO

Bulan Februari 2008

PRODUKSI DALAM UNIT

A. Produksi yang harus dipertanggungjawabkan:

Unit dalam proses awal periode (tingkat penyelesaian : bahan


8.000
baku 100 %, TK dan BOP 50%

Unit yang dimasukkan dalam periode ini 30.000

13
Jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan 38.000

B. Pertanggunjawaban produksi:

Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 31.000

Unit dalam proses akhir (tingkat penyelesaian: bahan baku 100%,

tenaga kerja langsung dan overhead pabrik 60%) 7.000

Jumlah unit yang dipertanggungjawabkan 38.000

BIAYA PRODUKSI

A. Biaya yang harus dipertanggungjawabkan: Total per Unit

Barang dalam proses awal periode Rp16.040.000

Biaya yang ditambakan dalam peiode ini

Bahan baku 32.300.000 Rp1.077

Tenaga kerja langsung 35.240.000 1.129

Overhead pabrik 33.232.000 1.065

Jumlah biaya yang ditambahkan Rp100.772.000

Jumlah biaya yang


Rp116.812.000 Rp3.271
dipertanggungjawabkan

B. Pertanggungjawaban biaya

Barang yang ditransfer ke dept. berikutnya

Barang dalam proses awal periode:

Barang periode yang lalu Rp16.040.000

Biaya tenaga kerja yang ditambahkan

(8.000x50%xRp 1.129) 4.516.000

Biaya overhead pabrik yang ditambahkan

(8.000x50%x Rp 1.065 4.260.000

14
Jumlah Rp24.816.000

Produk selesai periode berjalan (23.000xRp


75.242.200
3.271)

Jumlah biaya yang ditransfer ke dep.


Rp100.058.200
berikutnya

Barang dalam proses akhir periode

Bahan baku (7.000x100%xRp 1.077) Rp7.539.000

Tenaga kerja langsung (7.000x60%xRp


4.741.800
1.129)

Overhead pabrik (7.000x60%xRp 1.065) 4.473.000 Rp16.753.800

Jumlah biaya yang


Rp116.812.000
dipertanggungjawabkan

C. Perhitungan biaya per unit

Produksi ekuivalen Bahan baku TKL & BOP

Unit yang selesai dan ditransfer 31.000 31.000

Unit dalam proses awal periode (8.000) (8.000)

Unit yang selesai dari produksi periode


23.000 23.000
berjalan

Barang dalam proses awal periode - 4.000

Barang dalam proses akhir periode 7.000 4.200

Jumlah 30.000 31.200

Biaya per unit:

Bahan baku (Rp 32.300.000:30.000) Rp1.077

Tenaga kerja langsung (Rp Rp1.129

15
35.240.000:31.200)

Overhead pabrik (Rp 33.232.000:31.200) Rp1.065

*(23.000 x Rp 3.271) Rp75.233.000

Selisih pembulatan 9.200

Produksi yang selesai periode ini Rp75.242.200

Tabel laporan biaya produksi departemen perakitan-metode FIFO


disajikan seperti tabel berikut ini.

PT RATIH

Departemen Perakitan

Laporan Biaya Produksi-Metode FIFO

Bulan Februari 2008

PRODUKSI DALAM UNIT

A. Produksi yang harus dipertanggugjawabkan:

Unit dalam proses awal periode (tingkat penyelesaian:

bahan baku 100%, tenaga kerja langsung dan overhead 4.000

pabrik 60%)

Unit yang dimasukkan dalam periode ini 31.000

Jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan 35.000

B. Pertanggungjawaban produksi

Unit yang ditransfer ke gudang barang jadi 30.000

16
Unit dalam proses akhir periode (tingkat penyelesaian:

bahan baku 100%, tenaga kerja langsung dan overhead 5.000

pabrik 50%)

Jumlah unit dipertanggungjawabkan 35.000

BIAYA PRODUKSI

A. Biaya yang harus dipertanggungjawabkan Total per Unit

Barang dalam proses awal periode Rp18.792.000

Biaya dari departemen sebelumnya diterima


Rp100.058.200 Rp3.228
dalam periode berjalan (31.000 unit)

Biaya yang ditambah dalam periode ini:

Tenaga kerja langsung Rp43.717.000 Rp1.452

Overhead pabrik 40.081.000 1.332

Jumlah biaya yang ditambahkan Rp83.798.000 Rp2.784

Jumlah yang harus


Rp202.648.200 Rp6.012
dipertanggungjawabkan

B. Pertanggungjawaban biaya:

Biaya yang ditransfer ke persediaan

barang jadi:

Barang dalam proses awal periode:

Biaya periode yang lalu 18.792.000

Biaya tenaga kerja langsung yang


2.323.200
ditambahkan (4.000x40%xRp 1.425)

biaya overhead pabrik yang


2.131.200
ditambahkan (4.000x40%x 1.332)

Jumlah Rp 23.246.400

17
Produksi selesai periode berjalan
156.301.800* 179.548.200
(26.000xRp 6.012)

Barang dalam proses akhir periode

Biaya dari departemen sebelumnya


Rp16.140.000
(5.000xRp. 3.288)

Tenaga kerja langsung (5.000x50%xRp


3.630.000
1.452)

Overhead pabrik (5.000x50%x Rp 1.332) 3.330.000 23.100.000

Jumlah biaya yang


Rp 202.648.200
dipertanggungjawbkan

C. Perhitungan biaya per unit

Produksi ekuivalen: TKL & BOP

Unit yang selesai dan ditransfer 30.000

Unit dalam proses awal periode (4.000)

Unit yang selesai dari produksi


26.000
periode berjalan

Barang dalam proses awal periode 1.600

Barang dalam proses akhir periode 2.500

Jumlah 30.100

Biaya per unit:

Tenaga kerja langsung (Rp


Rp1.452
43.717.000: 30.100)

Overhead pabrik (Rp 40.081.000 :


Rp1.332
30.100)

*(26.000x rp 6.012) Rp156.312.000

18
Selisih pembulatan (10.200)

Produksi yang selesai periode ini Rp156.301.800

2.4 Kasus Kasus Khusus dalam Perhitungan Akuntansi

2.4.1 Adanya Produk Hilang Dalam Proses

Untuk mencatat adanya pengaruh produk hilang selama proses produksi

diadakan pembedaan antara produk hilang dalam proses sebagai berikut :

- Produk Hilang Awal Proses

Dalam hal ini pengaruhnya ke perhitungan harga pokok adalah :

Di departemen Awal :

Produk yang hilang awal tidak dihitung dalam menentukan jumlah unit

ekuivalen.

Di Departemen Lanjutan : (dept 2 dst)

Harga pokok dari departemen sebelumnya disesuaikan dengan jumlah satuan

setelah adanya produk hilang.

- Produk Hilang Akhir Proses

 Apabila produk hilang terjadi pada akhir proses mempunyai pengaruh

terhadap perhitungan harga pokok produksi untuk departemen awal

maupun lanjutan.

 Produk hilang tersebut tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen

karena dianggap telah ikut menyerap biaya-biaya produksi.

19
 Harga pokok produk hilang tersebut diperhitungkan ke harga pokok

produk selesai yang ditransfer dari departemen produksi yang

bersangkutan ke departemen produksi berikutnya.

2.4.2 Adanya Produk Rusak Dalam Proses (Spoiled Goods)

Produk rusak adalah produk yang mutunya tidak sesuai dengan standar

mutu yang telah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Adapun perlakuan

terhadap produk rusak adalah :

A. Apabila produk rusak tidak laku dijual maka produk rusak tersebut

diperlakukan sebagai produk hilang akhir proses.

B. Apabila produk rusak mempunyai harga jual maka perlakuan terhadap

produk rusak tersebut sebagai berikut :

 Nilai jual produk rusak dicatat untuk mengurangi biaya-biaya

produk pada departemen tempat terjadinya produk rusak tersebut.

Dasar pembagian kepada masing-masing jenis biaya produksi

adalah perbandingan unit ekuivalen maka produk rusak tersebut

tetap diperhitungkan.

 Kerugian atas produk rusak (selisih harga pokok dengan harga jual)

dicatat sebagai biaya overhead yang sesungguhnya di departemen

tempat terjadinya produk rusak. Pencatatan ini dipakai apabila biaya

overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif yang

ditentukan dimuka.

 Niali jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha,

produk rusak tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen.

20
2.4.3 Adanya Produk Cacat Dalam Proses (Defective Goods)

Produk cacat yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi

ukuran mutu yang sudah ditentukan, tetapi masih dapat diperbaiki secara

ekonomis menjadi produk yang baik kembali, dalam arti biaya perbaikannya

lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai yang diperoleh dengan adanya

perbaikan.

Perlakuan produk cacat tergantung penyebab timbulnya produk cacat, yaitu :

A. Produk Cacat Bersifat Normal

Semua biaya perbaikan diperlakukan sebagai elemen biaya produksi dan

digabungkan dengan elemen biaya produksi yang ada pada departemen

tersebut

B. Produk Cacat Karena Kesalahan

Perlakan biaya perbaikan tidak boleh dikapitalisasi ke dalam biaya

produksi, akan tetapi harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk

cacat.

2.4.4 Adanya Tambahan Bahan Setelah Departemen Awal

Meskipun pada umumnya bahan baku dipakai pada departemen awal tetapi

adakalanya bahan baku ditambahkan di departemen lanjutan (departemen 2

dst).

Adapun pencatatan tambahan bahan baku tersebut di departemen lanjutan

adalah sebagai berikut :

21
A. Apabila tambahan bahan baku tersebut tidak menambah unit produk

maka tambahan bahan baku itu hanya dicatat menambah biaya produk

tanpa mempengaruhi perhitungan unit ekuivalen departemen

bersangkutan.

B. Apabila tambahan bahan baku tersebut mengakibatkan bertambahnya

unit produk di departemen yang bersangkutan, maka akan

mengakibatkan diadakannya penyesuaian terhadap harga pokok

produksi per satuan dari departemen sebelumnya.

2.4.5 Adanya Bahan Sisa Proses Produksi (Scrap Matreial)

Adalah bahan baku yang merupakan sisa proses produksi yang tidak dapat

dimasukkan lagi dalam produksi untuk tujuan yang sama, tetapi mungkin

dapat digunakan untuk proses produksi yang berbeda atau dijual kembali

dalam suatu jumlah tertentu. Bahan sisa ini nilai jualnya lebih kecil

dibandingkan produk utama.

2.4.6 Adanya Bahan Buangan (Waste Material)

Adalah bagian dari bahan mentah yang tertinggal sesudah proses produksi

dan tidak mempunyai kegunaan untuk dipakai atau dijual kembali. Biaya

dalam mengatur bahan buangan biasanya dibebankan pada kontrol overhead

pabrik.

2.4.7 Kalkulasi Biaya Rata - Rata VS Kalkulasi Biaya FIFO

Kalkulas biaya rata - rata dan biaya FIFO masing - masing mempunyai

keunggulan tersendiri. Tidak layaklah untuk menyatakan bahwa metode yang

22
satu lebih sederhana atau lebih akurat daripada metode lain. Pemilihan salah

satu metode itu akan tergantung seluruhnya pada sikap manajemen mengenai

prosedur penentuan biaya yang dapat memberikan angka - angka yang andal

bagi pedoman manajerial.

Perbedaan mendasar antara kedua metode terutama berkaitan dengan

perlakuan terhadap persediaan awal barang dalam proses. Dalam metode rata -

rata, biaya persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari

departemen sebelumnya dan ke biaya bahan, pekerja, dan overhead pabrik

yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya perunit akan ditentukan dengan

membagi biaya - biaya ini dengan kuantitas produksi ekuivalen. Unit - unit

serta biayanya kemudian ditrasfer ke departemen berikutnya sebagai suatu

angka kumulatif.

Dalam metode FIFO, biaya persediaan awal barang dalam proses

dicantumkan sebagai satu angka yang terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan unit - unit persediaan awal ditambahkan ke biaya tadi. Jumlah

kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen berikutnya. Unit yang

dimulai dan diselesaikan selama periode tersebut memiliki biaya per unit

tersendiri yang lazimnya berbeda dengan biaya per unit lengkap untuk unit -

unit dalam proses. Jadi metode FIFO mengidentifikasi secara terpisah biaya -

biaya per unit.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahsan dapat disimpulkan bahwa metode harga pokok proses

merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan

yang mengolah produknya secara massa.

Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama

jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara

membagi total biaya produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan

produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang

bersangkutan.

24
Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses

maka timbul masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini tiimbul

karena persediaan barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok

yang berasal dari periode sebelumnya. Ada dua metode dalam penyelesaiannya,

yaitu rata-rata, dan FIFO.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9272774/Akbi

25

Anda mungkin juga menyukai