Anda di halaman 1dari 22

METODE HARGA POKOK PROSES

Dari Kelompok 12
Diusulkan Oleh:
I Gede Eka Ariawan 1702612010138
I Gede Pande Triyasa Putra 1702612010140
Ida Bagus Made Eri Saputra 1702612010154

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019

i
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN COVER .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1 Pengertian Metode Harga Pokok Poses ........................................................ 2
2.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses .................................................. 2
2.3 Perbedaan Metode Herga Pokok Proses Dengan Metode Harga Pokok
Pesanan ......................................................................................................... 2
2.4 Cara Membuat Laporan Harga Pokok Produksi Yang Diolah Melalui Satu
Departemen Produksi Dengan Pendekatan Full Costing .............................. 4
2.5 Cara Membuat Laporan Harga Pokok Produksi Yang Diolah Melalui Lebih
Dari Satu Departemen Produksi Dengan Pendekatan Full Costing .............. 9
2.6 Cara Menjurnal Biaya Produksi................................................................... 16
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode Harga Pokok Proses yang merupakan metode pengumpulan biaya


produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massal. Di
dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu
tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Melalui makalah ini akan diuraikan metode harga pokok proses yang
sederhana, yaitu yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui
satu departemen produksi dan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui
lebih dari satu departemen produksi. Dan diuraikan pula pengaruh adanya produk yang
hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan dalam
departemen yang bersangkutan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi topik permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu Metode Harga Pokok Proses ?
2. Bagaimana Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan
yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi ?
3. Bagaimana Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan
yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Harga Pokok Proses


Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi
melalui departemen produksi atau pusat pertanggung jawaban biaya, yang umumnya
diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atau massa. Metode harga
pokok proses biasanya digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan produk yang
sama (homogen) dan melalui serangkaian proses yang sama.

2.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses


Dalam perusahaan yang memproduksi produknya secara massa, karakteristik
produksinya antara lain adalah produk yang dihasilkan merupakan produk standard dan
sama setiap bulan. Metode pengumpulan harga pokok proses memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Sifat produksinya terus menerus.
2. Pengumpulan harga pokok produk dilakukan periodical, biasanya setiap akhir
bulan.
3. Perhitungan harga pokok per satuan dilakukan setiap akhir periode, misalnya
setiap akhir bulan.

2.3 Perbedaan Metode Harga Pokok Proses Dengan Metode Harga Pokok
Pesanan
Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada:
1. pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulka biaya produksi
per departemen produksi per periode akuntansi.
2. perhitungan harga pokok produksi per satuan

2
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per
satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai
diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi per
satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama
periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode
yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi (
biasanya akhir bulan).
3. penggolongan biaya produksi
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya
produksi langsung dibebankan kepada produk berdasar biaya sesungguhnya
terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk
berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka. Didalam metode harga pokok
proses, pembedaan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung
seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu
macam produk ( seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu masak). Karena
harga pokok persatuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi.
4. unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tariff yang
ditentukan dimuka. Di dalam metode harga pokok proses, biaya overhead
pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong
dan biaya tenaga kerja ( baik yang langsung maupun yang tidak langsung).
Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar
biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.

3
Manfaat Informasi Harga Pokok Proses
Informasi harga pokok produksi yang dihasilkan bermanfaat untuk:
1. Menentukan harga jual produk.
2. Memantau realisasi biaya produksi.
3. Menghitung laba atau rugi periodic.
4. Menetukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok proses dalam proses
pengumpulan biaya produksi, Variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses
yang diuraikan ini mencakup :
1. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
2. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.

2.4 Cara Membuat Laporan Harga Pokok Produksi Yang Diolah Melalui Satu
Departemen Dengan Pendekatan Full Costing
Untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok
proses, berikut ini diuraikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam
perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi tanpa
memperhitungkan adanya persediaan produk dalam proses awal periode.
 Akuntansi Biaya Produksi
Dalam metode harga pokok proses lebih menekankan pada penggunaan laporan harga pokok
produksi per departemen.
a. Laporan Harga Pokok Produksi
Laporan harga pokok produksi, seperti yang telah dikemukakan dimuka,
merupakan media akuntansi yang digunakan oleh metode harga pokok proses dalam penentuan
harga pokok produk total maupun per unit. Laporan harga pokok produksi disusun untuk
setiap produksi, yang secara keseluruhan umumnya berisi tiga bagian laporan, yaitu:
a) Laporan produksi (skedul kuantitas)

4
b) Pembebanan biaya
Pembebanan merupakan bagian laporan harga pokok produksi yang pada
dasarnya memuat biaya produksi yang dikumpulkan oleh suatu departemen
selama periode tertentu. Informasi mengenai biaya yang dibebankan kepada
produk yang diolah disajikan berdasarkan elemen biaya produksi dalam jumlah
total dan per unit. Biaya produksi yang dibebankan kepada produk dapat berupa
biaya produksi dari departemen produksi sebelumnya ditambahkan dengan
biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen yang bersangkutan.
c) Perhitungan biaya
Perhitungan biaya merupakan bagian laporan dari harga pokok produksi
yang pada dasarnya memuat biaya produksi yang diperhitungkan untuk produk
yang telah selesai dan poduk yang masih dalam proses pada akhir periode untuk
departemen yang bersangkutan. Produk yang telah selesai dapat berupa produk
yang ditransfer ke gudang penyimpanan dan produk yang ditransfer ke
departemen berikutnya untuk diolah lebih lanjut.
d) Laporan Produksi
Laporan produksi atau disebut juga skedul kuantitas merupakan bagian
laporan harga pokok produksi yang memberikan informasi mengenai arus fisik
dari unit masukan yang diolah dan unit keluaran yang dihasilkan oleh suatu
departemen produksi.

Contoh:
PT Surya Abadi mengola produknya secara massa melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Oktober 2015 disajikan sebagai berikut:
Biaya bahan baku Rp. 4.600.000
Biaya bahan penolong Rp. 2.300.000
Biaya tenaga kerja Rp. 11.000.000
Biaya overhead pabrik Rp. 15.2600.000

Total biaya produksi Rp. 33.1600.000

5
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :
Produk jadi: 2.100 unit
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut:
Biaya bahan baku : 100%
Biaya bahan penolong : 100%
Biaya tenaga kerja : 50%
Biaya overhead pabrik : 40%
Produk dalam proses: 200 unit

Bulan Oktober 2015


Masuk ke dalam proses 2.300 unit
Produk jadi 2.100 unit
Produk dalam proses 200 unit
Untuk menghitung biaya persatuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu
dihitung unit ekuivalensi bulan Oktober 2015 dengan cara sebagai berikut.
1. Biaya bahan baku >>>> 2.100 x (100% x 200) = 2.300
2. Biaya Bahan penolong >>>> 2.100 x (100% x 200) = 2.300
3. Biaya tenaga kerja >>>> 2.100 x (50% x 200) = 2.200
4. Biaya overhead parbrik >>>> 2.100 x (40% x 200) = 2.180

Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan


Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya Produksi
Produksi Per Satuan
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan Baku Rp. 4.600.000 2.300 Rp. 2.000
Bahan Penolong Rp. 2.3000.00 2.300 Rp. 1.000
Tenaga Kerja Rp. 11.000.000 2.200 Rp. 5.000
Overhead Pabrik Rp. 15.260.000 2.180 Rp. 7.000
Total Rp. 33.160.000 Rp. 15.000

6
Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi Dan Persediaan Produk Dalam Proses
Harga pokok produk jadi : 2.100 x Rp. 15.000 = Rp. 31.500.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses:
BBB : 100% x 200 x Rp. 2.000 Rp. 4.00.000
BBP : 100% x 200 x Rp. 1.000 Rp. 2.00.000
BTK : 50% x 200 x Rp. 5.000 Rp. 5.00.000
BOP : 40% x 200 x RP. 7.000 Rp. 560.000
Rp. 1.660.000
Jumlah biaya produksi bulan Oktober 2015 Rp. 33.160.000
Catatan :
1. BBB = Biaya bahan baku
2. BBP = Biaya bahan penolong
3. BTK = Biaya tenaga kerja
4. BOP = Biaya overhead pabrik

PT. Surya Abadi


Laporan Biaya Produksi Bulan Oktober 2015

Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 2.300 Unit
Produk yang ditransfer ke gudang 2.100 Unit
Produk dalam proses akhir 200 Unit
Jumlah produk yang dihasilkan 2.300 Unit

Biaya yang dibebankan dalam bulan Oktober


Unsur Biaya
Produksi Total Per Unit

Biaya Bahan Baku Rp. 4.600.000 Rp. 2.000


Biaya Bahan Penolong Rp. 2.300.00 Rp. 1.000

7
Biaya Tenaga Kerja Rp. 11.000.000 Rp. 5.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 15.260.000 Rp. 7.000
Total Rp. 33.160.000 Rp. 15.000

Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
2.100 Unit x Rp. 15.000 = Rp. 31.500.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku Rp. 400.000
Biaya bahan penolong Rp. 200.000
Biaya tenaga kerja Rp. 500.000
Biaya overhead pabrik Rp. 560.000
Rp. 1.660.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam bulan oktober:
= Rp. 33.160.000

Jurnal :
1. Mencatatat biaya bahan baku
BDP-BBB Rp. 4.600.000
Persd. BB Rp. 4.600.000
2. Mencatat biaya penolong
BDP-BBP Rp. 2.300.000
Persd. BB Rp. 2.300.000
3. Mencatat biaya tenaga kerja
BDP-BTK Rp. 11.000.000
Gaji dan Upah Rp. 11.000.000
4. Mencatat biaya overhead pabrik
BDP-BOP Rp. 15.260.000
Berbagai rek. Yg di Kredit Rp. 15.260.000

8
5. Menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persd. BJ (produk jadi)
BDP-BBB (2.100 X Rp. 2.000) Rp. 4.200.000
BDP-BBP (2.100 X Rp. 1.000) Rp. 2.100.000
BDP-BTK (2.100 X Rp. 5.000) Rp. 10.500.000
BDP-BOP (2.100 X Rp. 7.000) Rp. 14.700.000

6. Mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah pada akhir bulan Oktober 2015
Persd. BDP Rp. 1.660.000
BDP-BBB Rp. 400.000
BDP-BBP Rp. 200.000
BDP-BTK Rp. 500.000
BDP-BOP Rp. 700.000

2.5 Cara Membuat Laporan Harga Pokok Produksi Yang Diolah Melalui Lebih
Dari Satu Departemen Produksi Dengan Pendekatan Full Costing
Contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua
departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh 2 berikut ini :

Contoh 2
PT. Army memiliki dua departemen produksi yaitu departemen A dan departemen B
untuk menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya kedua departemen tersebut
dalam bulan Agustus 2016 adalah :
Dep A Dep B
Dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dep. B 800 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Gudang 650 kg
Produk dalam proses akhir bulan 200 kg 150 kg
Biaya yang dikeluarkan bln Agustus 2016 :

9
Biaya Bahan Baku Rp. 120.000 Rp. 64.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 184.000 Rp. 187.500
Biaya Overhead Pabrik Rp. 138.000 Rp. 112.500
Tingkat Penyelesaian produk dalam proses
akhir:
Biaya Bahan Baku 100 % 100%
Biaya Konversi 60 % 66 /3 %

Penyelesaian Departemen A:
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Departemen A
Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalen Biaya Produksi
Produksi per Kg
(1) (2) (3) (2) : (3)
Biaya Bahan Baku Rp.120.000 800 + (100% x 200) = Rp. 120
1000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 184.000 800 + (60% x 200) = 920 Rp. 200
Biaya Overhead Rp. 138.000 800 + (60% x 200) = 920 Rp. 150
Pabrik
Total Rp. 442.000 Rp. 470

2. Setelah biaya produksi per satuan dihitung, perhitungan harga pokok produk selesai
yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B dan harga pokok persediaan
produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Agustus 2016 sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep B : 800 x Rp. 470 = Rp. 376.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
BBB : 100% x 200 x Rp. 120 = Rp. 24.000
BTK : 60 % x 200 x Rp. 200 = Rp. 24.000
BOP : 60 % x 200 x Rp. 150 = Rp. 18.000 +
Rp. 66.000 +

10
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan Agustus 2016:
= Rp. 442.000
3. Perhitungan tersebut di atas kemudian disajikan di dalam Laporan Biaya Produksi:
PT. ARMY
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Agustus 2016

Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 800 kg
Produk dalam proses akhir 200 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 1000 kg

Biaya yang dibebankan Departemen A dalam bulan agustus 2016


Total Per kg
Biaya Bahan Baku Rp. 120.000 120 kg
Biaya Tenaga Kerja Rp. 184.000 200 kg
Biaya Overhead Pabrik Rp. 138.000 150 kg
Jumlah Rp. 442.000 470 kg

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B 800 x Rp. 470 = Rp.
376.000
Harga Pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku Rp. 24.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 24.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 18.000
Rp. 66.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Departemen A bulan agustus 2016:
= Rp. 442.000

11
4. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A
Berdasarkan informasi dalam laporan biaya produksi Departemen A tersebut, biaya
produksi yang terjadi dalam Departemen A dalam bulan Agustus 2016 dicatat dengan
Jurnal berikut ini:
a. Jurnal untuk mencatat Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Prose – Biaya Bahan Baku Dep. A Rp. 120.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 120.000
b. Jurnal untuk mencatat Biaya Tenaga Kerja
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dep. A Rp. 184.000
Gaji dan Upah Rp. 184.000
c. Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik
Brang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dep. A Rp. 138.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp. 138.000
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh
Departemen A ke Departemen B :
BBB : 800 x Rp. 120 = Rp. 96.000
BTK : 800 x Rp. 200 = Rp. 160.000
BOP : 800 x Rp. 150 = Rp. 120.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dep. B Rp. 376.000
Barang Dalam Prose – Biaya Bahan Baku Dep. A Rp. 96.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dep. A Rp. 160.000
Brang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dep. A Rp. 120.000
e. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang
belum selesai diolah dalam Departemen A pada akhir bulan Agustus 2016:
Persediaan Produk Dalam Proses Departemen A Rp. 66.000
Barang Dalam Prose – Biaya Bahan Baku Dep. A Rp. 24.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dep. A Rp. 24.000
Brang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dep. A Rp. 18.000

12
Penyelesaian Departemen B:
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Departemen B
Biaya
Unsur Biaya
Total Biaya Unit Ekuivalen Produksi per
Produksi
(2) (3) Kg
(1)
(2) : (3)
Biaya Bahan Baku Rp. 64.000 650 + (100% x 150) = 800 Rp. 80
Biaya Tenaga Kerja Rp. 187.500 650 + (66 2/3% x 150) = 750 Rp. 250
Biaya Overhead Rp. 112.500 650 + (66 2/3% x 150) = 750 Rp. 150
Pabrik
Total Rp. 364.000 Rp. 480

2. Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Produk dalam Proses Departemen B
Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke Gudang :
Harga pokok dari Dep A : 650 x Rp. 470 = Rp. 305.500
Biaya yang ditambahkan oleh Dep B: 650 x Rp. 480 = Rp. 312.000
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer
Dep B ke Gudang 650 x Rp. 950 = Rp. 617.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Harga pokok dari Dep. A: 150 x Rp. 470 = Rp. 70.500
Biaya yang ditambahkan oleh Dep. B:
BBB : 100% x 150 x Rp. 80 = Rp. 12.000
BTK : 66 2/3 % x 150 x Rp. 250 = Rp. 25.000
BOP : 66 2/3 % x 150 x Rp. 150 = Rp. 15.000 +
= Rp. 52.000 +

Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dep B = Rp. 122.500
Jumlah biaya produksi kumulatif Dep B bulan Agustus 2016:
= Rp. 740.000

13
3. Perhitungan tersebut di atas kemudian disajikan di dalam Laporan Biaya Produksi :
PT. ARMY
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Agustus 2016
Data Produksi
Diterima dari departemen A 800 kg
Produk jadi yang di transfer ke gudang 650 kg
Produk dalam proses akhir 150 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 800 kg

Biaya komulatif yang dibebankan Dep B dalam bulan Agustus 2016


Total Per kg
Harga pokok dari Dep. A Rp. 470.000 470 kg
(1000 kg)
Biaya yang ditambahkan Dep. B
Biaya Bahan Baku Rp. 64.000 80 kg
Biaya Tenaga Kerja Rp. 187.500 250 kg
Biaya Overhead Pabrik Rp. 112.500 150 kg
Jumlah biaya yang Rp. 364.000 480 kg
Ditambahkan Dep. B
Total biaya komulatif Rp. 834.000 950 kg
Dep. B

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang 650 x Rp. 470 = Rp. 617.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep. A 150 x Rp. 470 = Rp. 70.500
Biaya yang ditambahkan Dep. B:
Biaya Bahan Baku Rp. 12.000

14
Biaya Tenaga Kerja Rp. 25.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 15.000
Rp. 122.500
Jumlah biaya produksi komulatif yang dibebankan Dep. B bulan agustus 2016:
= Rp. 740.000

4. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A


Berdasarkan informasi dalam laporan biaya produksi Departemen B tersebut, biaya
produksi yang terjadi dalam Departemen B dalam bulan Agustus 2016 dicatat
dengan jurnal berikut ini :
a. Jurnal untuk mencatat Penerimaan produk dari Dep A
BBB : 800 x Rp. 120 = Rp. 96.000
BTK : 800 x Rp. 200 = Rp. 160.000
BOP : 800 x Rp. 150 = Rp. 120.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dep. B Rp. 376.000
Barang Dalam Prose – Biaya Bahan Baku Dep. A Rp. 96.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dep. A Rp. 160.000
Brang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dep. A Rp. 120.000
b. Jurnal untuk mencatat Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dep. B Rp. 64.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 64.000
c. Jurnal untuk mencatat Biaya Tenaga Kerja
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dep. B Rp. 187.500
Gaji dan Upah Rp. 187.500
d. Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dep. B Rp. 112.500
Berbagai rekening yang dikredit Rp. 112.500
e. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Dep. B ke
gudang:

15
BBB : 650 x (Rp. 470 + Rp. 80) = Rp. 357.500
BTK : 650 x Rp. 250 = Rp. 162.500
BOP : 650 x Rp. 150 = Rp. 97.500
Persediaan Produk Jadi Rp. 617.500
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dep. B Rp.357.500
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dep. B Rp. 162.500
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dep. B Rp. 97.500
f. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang
belum selesai dioalah dalam Dep. B pada akhir bulan Agustus 2016 :
BBB: Rp. 70.500 + Rp. 12.000 = Rp. 82.500
Persediaan Produk Dalam Proses – Dep. B Rp. 122.500
Barang Dalam Prose – Biaya Bahan Baku Dep. B Rp. 82.500
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dep. B Rp. 25.000
Brang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dep. B Rp. 15.000

2.6 Cara Menjurnal Biaya Produksi


Contoh:
Jurnal pencatatan biaya produksi departemen B

Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A:

Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen B Rp. 450.000

Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp. 60.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000

Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp 270.000

16
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B:
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke
gudang:
Persediaan produk jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 360.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19 x 1
Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 90.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 30.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 45.000

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode harga pokok proses dietrapkan untuk mnegolah informasi biaya
produksi dalam perusahaan yang produksinya dilaksanakan secara massa. Metode
hraga pokok proses berbeda dengan metode hraga pokok pesanan dalam hal
pengumpulan biaya produksi, perhitungan harga pokok per satuan, klasifikasi biaya
produksi, pengelompokkan yang dimasukkan dalam unsur biaya overhead pabrik. Di
makalah kami disajikan metode harga pokok proses dengan satu departemen dan dua
departemen tanpa persediaan brana dalam proses awal.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://widhikn.blogspot.com/2017/02/harga-pokok-proses-pengantar.html

https://www.scribd.com/doc/190416250/makalah-Metode-Harga-Pokok-Proses

http://handywatung.blogspot.com/2014/10/metode-harga-pokok-proses.html

http://uchivinshy19.blogspot.com/

19
20

Anda mungkin juga menyukai