SERVICES) Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber sumber, yaitu: 1. Perpajakan-> Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut atau tidak. 2. Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging for services)-> Jika pelayanan publik dibiayai secara langsung, maka yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL Dalam memberikan pelayanan publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya: pelayanan air bersih, transportasi publik, jasa pos dan telekomunikasi, energy dan listrik, perumahan rakyat, fasilitas rekreasi, pendidikan, jalan tol, irigasi jasa pemadaman kebakaran, pelayanan kesehatan, pengolahan limbah, dll. Pembebanan pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena beberapa alasan: 1. Adanya barang privat dan publik 2. Efisiensi ekonomi 3. Campuran barang privat dan publik ADANYA BARANG PRIVAT VS BARANG PUBLIK Terdapat tiga jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu: 1. Barang privat: adalah barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang/jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya, sedangkan yang tidak mengonsumsi tidak dapat menikmatimbarang/jasa tersebut. Contoh: listrik, telepon, dsb. 2. Barang publik: barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang/jasa tersebut dinikmati oleh masyarakat secara bersama-sama. Contoh: pertahanan nasional, pengendalian penyakit, dan jasa polisi. 3. Campuran antara barang privat dan publik: barang ini dikonumsi secara individual tapi seringkali masyarakat umum seringkali juga membutuhkan barang/jasa tersebut. Contoh: pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih. Barang ini sering disebut merit good karena semua mebutuhkan akantetapi tidak semua orang bisa mendapatkannya. Untuk memenuhi barang tersebut pemerintah dapat memberikan secara langsung, memberikan subsidi, atau mengontrakkan ke pihak swasta. Contoh: untuk menyelenggarakan pendidikan pemerintah dapat melakukan tiga tindakan: 1) mendirikan sekolah negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai pemerintah, 2) memberikan subsidi pendidikan kepada lembaga-lembaga pendidikan, dan 3) menyerahkan pihak swasta untuk ikut menyelenggarakan pendidikan. Terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan barang privat sebab: 1. Batasan antara barang publik dan privat sulit ditentukan. 2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik tapi dalam penggunaannya tidak dapat dihindari pembebanan secara langsung 3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada pembebanan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya. Biasanya terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran, barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta dan barang publik lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibiaya melalui pajak. Namun tidak menutup kemungkinan pemerintah menyerahkan penyediaan barang publik kepada swasta melalui regulasi, subsidi, dan sistem kontrak. EFISIENSI EKONOMI Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan sumber daya melalui: 1. Pendistribusian permintaan siapa yang mendapatkan manfaat paling banyak maka harus membayar banyak pula. 2. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan. 3. Pemberian insentif pada supplier yang berkaitan dengan skala produksi 4. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan persediaan jasa. Tanpa adanya suatu mekanisme harga permintaan dan penawaran tidak mungkin menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak efisien seperti penyediaan air, obat-obatan, dll. Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah satu cara untuk menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik. Mereka yang memanfaatkan pelayanan publik lebih banyak akan membayar lebih banyak pula. Jika diberlakukan tarif maka setiap orang akan dipaksa berpikir ekonomis dan tidak boros. PRINSIP KEUNTUNGAN Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung keoada mereka yang nenerima jasa tersebut dianggap wajar bila didasarkan pada prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga menguntungkan pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah. Hanya saja pemerintah tidak boleh memaksimalkan keuntungan bahkan lebih baik menetapkan harga di bawah full cost, memberikan subsidi, atau memberikannya secara gratis. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN- DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN Pembebanan langsung biasanya ditentukan karena alasan-alasan berikut: 1. Suatu jasa, baik merupakan barang publik/privat mungkin tidak dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil jika biayanya dibebankan kepada semua orang melalui pajak sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut. 2. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal/langka sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), missal pembebanan terhadap obat-batan dan air. 3. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan daripada kebutuhan missal penggunaan fasilitas rekreasi. 4. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan untuk memenuhi kebutuhan domestic secara individual maupun industrial, missal air, listrik, telp, jasa pos. 5. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik atas suatu jenis jasa apabila jenis dan standar pelayana tidak dapat ditentukan secara tegas. Beberapa argument yang menentang tarif pelayanan: 1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung pelayanan Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan pengukuran yang andal (seperti pada jalan tol dan meteran air). Hal tersebut dapat meningkatkan biaya penyediaan layanan. 2. Yang miskin tidak mampu membayar Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya diterima, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum, dan bahkan makanan sehat. Pelayanan publik dapat juga diberikan secara gratis oleh pemerintah, akantetapi hal tersebut akan mempengaruhi pilihan dari individu. Keputusan untuk membebankan biaya pelayanan kepada pelanggan harus dikompensasi dengan pemberian subsidi atau pelayanan gratis. 3. Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal Eksternalitas positif misalnya tarif pelayanan yang terlalu tinggi membuat masyarakat tidak terdorong menggunakannya, contoh: imunisasi. Barang seperti merit good mungkin lebih baik diberikan secara gratis atau tanpa beban biaya, contoh pendidikan. Peraturan perundang-undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan pelayanan tertentu, contoh seperti pendidikan dasar sehingga kebutuhan barang tersebut biasanya diaggap bebas dari beban masyarakat. Terdapat alternative untuk alokasi sumber daya selain dengan pembebanan biaya pelayanan, missal melalui pembagian kartu dan kupon voucher. PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBANAN Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terk privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif. Kesalahan dalam menetapkan tarif pelayanan publik merupakan penyebab utama devisit anggaran di banyak Negara berkembang (Devas, 1989). Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit dijumpai. pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas pelayanan menjadi sangat rendah. Contoh, misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis biasnya kualitasya kurang memuaskan. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda pada setiap Negara. Charging for service merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh penerimaan dari beberapa sumber, antara lain: 1. Perpajakan 2. Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service) 3. Laba BUMN/BUMD 4. Penjualan aset milik pemerintah 5. Utang Pada umumnya kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik seperti pertahanan, kesehatan publik, dan jasa kepolisian harus diberikan secara gratis dalam artian biaya yang dibiayain dari pajak. Penyediaan barang privat untuk kepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi umum ditarik sebesar tarif pemulihan biaya totalnya (full cost recovery prices). Untuk barang campuran (mixed/merid good) seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan, sanitasi disediakan melalui pajak dan sebagian lagi dari tarif. PENERAPAN HARGA PELAYANAN Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumen maka pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar/berapa harga pelayanan yang ditetapkan. Aturan yang biasa dipakai adalah beban dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan (full cost recovery). Kesulitan untuk menghitung full cost recovery disebabkan: 1. Kita tidak tau secara tepat total biaya untuk menyediakan suatu pelayanan. Kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis layanan. Namun tidak boleh mencampuradukkan biaya untuk pelayanan yang berbeda/ harus ada prinsip different cost for different purpose. 2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi. Karena jumlah biaya untuk melayani orang satu dengan orang lain berbeda maka diperlukan perbedaan pembebanan tarif. 3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Jika orang tidak mampu tidak bisa membayar suatu pelayanan yang vital mereka harus disubsidi/mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau produk untuk menghindari subsidi. 4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung (current operation)/ perlu juga dihitung biaya modal (caoital cost). Aturannya kita harus memasukkan bukan hanya biaya operasi dan pemeliharaan akantetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah usang (kadaluarsa) dan penambahan kapsitas. Prinsip ini dikenal dengan marginal cost pricing. Marginal Cost Pricing mengacu pada harga pasar yang paling efisien karena pada tingkat harga tersebut akan memaksimalkan manfaat ekonomi dan penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan memperoleh output dari barang/jasa sampai titik di mana cost sama dengan harga. Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing setidaknya harus memperhitungkan: 1. Biaya operasi variabel 2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yabg digunakan untuk memberikan pelayanan 3. Biaya penggantian aset modal yang digunakan dalam menyediakan pelayanan 4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan antara lain: 1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu. Dalam praktik terkadang biaya rata-rata digunakan sebagai pengganti walau hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. 2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek atau biaya marginal jangka panjang. Dalam kasus penyediaan air, akan timbul suatu titik ketika marginal konsumen memerlukan pabrik yang baru. Tidak mungkin mengharapkan konsumen menanggung full cost sendirian. 3. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan: a. Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar b. Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam menyediakan pelayanan tersebut 4. Eksternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minum dan mandi dapat secara signifikan mengubah efisiensi harga yang ditentukan oleh marginal cost. 5. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih paling tidak untuk jasa seperti air, di mana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga (seperti tarif progresif) yang mungkin digunakan. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA 1. Two part tariff, banyak kepentingan publik (listrik) dipungut dengan two part tarif, ayitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi. 2. Peak-load tariff, pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum). 3. Deskriminasi harga. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengakomodasi pertimbangan keadilan melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok berpendapatan rendah dapat disubsidi silang dengan kelompok berpendapatan tinggi. 4. Full cost recovery, harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh/biaya total untuk menghasilkan pelayanan. 5. Harga di atas marginal cost, dalam beberapa kasus sengaja ditetapkan harga di atas marginal cost seperti tarif parkir mobil dan adanya biaya perizinan atau license fee. TAKSIRAN BIAYA Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat mengestimasi marginal cost sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Digunakan marginal cost pricing/tidak harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.