Anda di halaman 1dari 18

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK Pertemuan Ke-6

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK (CHARGING FOR


SERVICES)
Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber sumber,
yaitu:
1. Perpajakan-> Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak
harus membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa
publik tersebut atau tidak.
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging
for services)-> Jika pelayanan publik dibiayai secara langsung, maka yang membayar
hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut.
PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL
Dalam memberikan pelayanan publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif
untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui
perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan
tarif pelayanan misalnya: pelayanan air bersih, transportasi publik, jasa pos dan
telekomunikasi, energy dan listrik, perumahan rakyat, fasilitas rekreasi, pendidikan,
jalan tol, irigasi jasa pemadaman kebakaran, pelayanan kesehatan, pengolahan
limbah, dll.
Pembebanan pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena
beberapa alasan:
1. Adanya barang privat dan publik
2. Efisiensi ekonomi
3. Campuran barang privat dan publik
ADANYA BARANG PRIVAT VS BARANG PUBLIK
Terdapat tiga jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:
1. Barang privat: adalah barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang/jasa
tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya, sedangkan yang tidak
mengonsumsi tidak dapat menikmatimbarang/jasa tersebut. Contoh: listrik, telepon, dsb.
2. Barang publik: barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang/jasa
tersebut dinikmati oleh masyarakat secara bersama-sama. Contoh: pertahanan nasional,
pengendalian penyakit, dan jasa polisi.
3. Campuran antara barang privat dan publik: barang ini dikonumsi secara individual tapi
seringkali masyarakat umum seringkali juga membutuhkan barang/jasa tersebut. Contoh:
pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih. Barang ini sering
disebut merit good karena semua mebutuhkan akantetapi tidak semua orang bisa
mendapatkannya. Untuk memenuhi barang tersebut pemerintah dapat memberikan
secara langsung, memberikan subsidi, atau mengontrakkan ke pihak swasta.
Contoh: untuk menyelenggarakan pendidikan pemerintah dapat melakukan tiga tindakan: 1)
mendirikan sekolah negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai pemerintah, 2)
memberikan subsidi pendidikan kepada lembaga-lembaga pendidikan, dan 3)
menyerahkan pihak swasta untuk ikut menyelenggarakan pendidikan.
Terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan barang privat sebab:
1. Batasan antara barang publik dan privat sulit ditentukan.
2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik tapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari pembebanan secara langsung
3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada pembebanan
pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya.
Biasanya terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran, barang privat
lebih baik disediakan oleh pihak swasta dan barang publik lebih baik diberikan secara
kolektif oleh pemerintah yang dibiaya melalui pajak. Namun tidak menutup kemungkinan
pemerintah menyerahkan penyediaan barang publik kepada swasta melalui regulasi,
subsidi, dan sistem kontrak.
EFISIENSI EKONOMI
Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang mereka ingin konsumsi,
mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan sumber daya melalui:
1. Pendistribusian permintaan siapa yang mendapatkan manfaat paling banyak maka harus
membayar banyak pula.
2. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
3. Pemberian insentif pada supplier yang berkaitan dengan skala produksi
4. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan persediaan
jasa.
Tanpa adanya suatu mekanisme harga permintaan dan penawaran tidak mungkin menuju titik
keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak efisien seperti penyediaan air, obat-obatan, dll.
Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah satu cara untuk menciptakan keadilan
dalam distribusi pelayanan publik. Mereka yang memanfaatkan pelayanan publik lebih banyak
akan membayar lebih banyak pula. Jika diberlakukan tarif maka setiap orang akan dipaksa
berpikir ekonomis dan tidak boros.
PRINSIP KEUNTUNGAN
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung keoada
mereka yang nenerima jasa tersebut dianggap wajar bila didasarkan pada prinsip
bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar.
Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga menguntungkan pemerintah
karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah. Hanya saja
pemerintah tidak boleh memaksimalkan keuntungan bahkan lebih baik menetapkan harga
di bawah full cost, memberikan subsidi, atau memberikannya secara gratis.
ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN- DASAR
PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN
Pembebanan langsung biasanya ditentukan karena alasan-alasan berikut:
1. Suatu jasa, baik merupakan barang publik/privat mungkin tidak dapat diberikan kepada setiap
orang, sehingga tidak adil jika biayanya dibebankan kepada semua orang melalui pajak
sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut.
2. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal/langka sehingga konsumsi
publik harus didisiplinkan (hemat), missal pembebanan terhadap obat-batan dan air.
3. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan daripada
kebutuhan missal penggunaan fasilitas rekreasi.
4. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan untuk memenuhi
kebutuhan domestic secara individual maupun industrial, missal air, listrik, telp, jasa pos.
5. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik atas suatu
jenis jasa apabila jenis dan standar pelayana tidak dapat ditentukan secara tegas.
Beberapa argument yang menentang tarif pelayanan:
1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung pelayanan
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan
pengukuran yang andal (seperti pada jalan tol dan meteran air). Hal tersebut
dapat meningkatkan biaya penyediaan layanan.
2. Yang miskin tidak mampu membayar
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin
tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya diterima, seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum, dan bahkan makanan sehat.
Pelayanan publik dapat juga diberikan secara gratis oleh pemerintah, akantetapi
hal tersebut akan mempengaruhi pilihan dari individu. Keputusan untuk
membebankan biaya pelayanan kepada pelanggan harus dikompensasi dengan
pemberian subsidi atau pelayanan gratis.
3. Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal
Eksternalitas positif misalnya tarif pelayanan yang terlalu tinggi membuat masyarakat
tidak terdorong menggunakannya, contoh: imunisasi.
Barang seperti merit good mungkin lebih baik diberikan secara gratis atau tanpa
beban biaya, contoh pendidikan.
Peraturan perundang-undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan
pelayanan tertentu, contoh seperti pendidikan dasar sehingga kebutuhan barang
tersebut biasanya diaggap bebas dari beban masyarakat.
Terdapat alternative untuk alokasi sumber daya selain dengan pembebanan biaya
pelayanan, missal melalui pembagian kartu dan kupon voucher.
PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBANAN
Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai
dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terk privat, semakin
sesuai barang tersebut dikenai tarif.
Kesalahan dalam menetapkan tarif pelayanan publik merupakan penyebab utama
devisit anggaran di banyak Negara berkembang (Devas, 1989). Dalam praktiknya,
pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit dijumpai. pelayanan gratis
menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas pelayanan menjadi
sangat rendah. Contoh, misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis biasnya
kualitasya kurang memuaskan.
KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK
Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda pada setiap Negara. Charging for service
merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain:
1. Perpajakan
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service)
3. Laba BUMN/BUMD
4. Penjualan aset milik pemerintah
5. Utang
Pada umumnya kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik seperti pertahanan, kesehatan
publik, dan jasa kepolisian harus diberikan secara gratis dalam artian biaya yang dibiayain dari pajak.
Penyediaan barang privat untuk kepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi umum ditarik
sebesar tarif pemulihan biaya totalnya (full cost recovery prices).
Untuk barang campuran (mixed/merid good) seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan,
sanitasi disediakan melalui pajak dan sebagian lagi dari tarif.
PENERAPAN HARGA PELAYANAN
Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumen maka pemerintah harus
memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar/berapa harga pelayanan yang ditetapkan.
Aturan yang biasa dipakai adalah beban dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan
pelayanan (full cost recovery). Kesulitan untuk menghitung full cost recovery disebabkan:
1. Kita tidak tau secara tepat total biaya untuk menyediakan suatu pelayanan. Kita perlu
memperhitungkan semua biaya sehingga dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap
jenis layanan. Namun tidak boleh mencampuradukkan biaya untuk pelayanan yang berbeda/
harus ada prinsip different cost for different purpose.
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi. Karena jumlah biaya untuk melayani orang satu
dengan orang lain berbeda maka diperlukan perbedaan pembebanan tarif.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Jika orang tidak
mampu tidak bisa membayar suatu pelayanan yang vital mereka harus disubsidi/mungkin perlu
dibuat diskriminasi harga atau produk untuk menghindari subsidi.
4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung (current
operation)/ perlu juga dihitung biaya modal (caoital cost). Aturannya kita harus memasukkan
bukan hanya biaya operasi dan pemeliharaan akantetapi juga biaya penggantian barang
modal yang sudah usang (kadaluarsa) dan penambahan kapsitas. Prinsip ini dikenal dengan
marginal cost pricing.
Marginal Cost Pricing mengacu pada harga pasar yang paling efisien karena pada
tingkat harga tersebut akan memaksimalkan manfaat ekonomi dan penggunaan sumber
daya yang terbaik. Masyarakat akan memperoleh output dari barang/jasa sampai titik
di mana cost sama dengan harga.
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing
setidaknya harus memperhitungkan:
1. Biaya operasi variabel
2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yabg digunakan untuk
memberikan pelayanan
3. Biaya penggantian aset modal yang digunakan dalam menyediakan pelayanan
4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan
PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING
Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan antara lain:
1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu. Dalam
praktik terkadang biaya rata-rata digunakan sebagai pengganti walau hal ini
menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi.
2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek atau
biaya marginal jangka panjang. Dalam kasus penyediaan air, akan timbul suatu titik
ketika marginal konsumen memerlukan pabrik yang baru. Tidak mungkin
mengharapkan konsumen menanggung full cost sendirian.
3. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan:
a. Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar
b. Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut
4. Eksternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minum
dan mandi dapat secara signifikan mengubah efisiensi harga yang ditentukan oleh
marginal cost.
5. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih paling tidak untuk
jasa seperti air, di mana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga (seperti
tarif progresif) yang mungkin digunakan.
KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA
1. Two part tariff, banyak kepentingan publik (listrik) dipungut dengan two part tarif, ayitu fixed
charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang
didasarkan atas besarnya konsumsi.
2. Peak-load tariff, pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah
beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode
puncak harus menggambarkan higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
3. Deskriminasi harga. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengakomodasi pertimbangan
keadilan melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan berbeda dapat
diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok
berpendapatan rendah dapat disubsidi silang dengan kelompok berpendapatan tinggi.
4. Full cost recovery, harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh/biaya total untuk menghasilkan
pelayanan.
5. Harga di atas marginal cost, dalam beberapa kasus sengaja ditetapkan harga di atas marginal
cost seperti tarif parkir mobil dan adanya biaya perizinan atau license fee.
TAKSIRAN BIAYA
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat.
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat.
Digunakan marginal cost pricing/tidak harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga
pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu mengidentifikasi
skala subsidi publik.

Anda mungkin juga menyukai