Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organisasi Sektor Publik

Menurut Mahmudi (2016:2)[1] Organisasi Sektor Publik merupakan

organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan publik dan penyelenggaraan

negara dalam rangka pelaksanaan konstitusi negara. Sedangkan menurut

Nordiawan (2014: 4)[2] Organisasi Sektor Publik adalah sebuah entitas ekonomi

yang menyediakan barang dan/atau jasa publik untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk mencari keuntungan finansial.

Bastian (2006:3)[3] mendefinisikan bahwa Organisasi Sektor Publik di

Indonesia adalah organisasi yang menggunakan dana masyarakat. Dari

pengertian Organisasi Sektor Publik tersebut maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa Organisasi Sektor Publik adalah organisasi yang mengelola keuangan

yang dananya diperoleh dari rakyat sehingga menimbulkan

pertanggungjawaban kepada rakyat.

2.2 Akuntansi Sektor Publik

Menurut Wiratna dalam Pangkey (2015:34)[4] Akuntansi sektor publik

dapat didefinisikan sebagai aktivitas jasa yang terdiri dari mencatat,

mengklasifikasikan dan melaporkan kejadian atau transaksi ekonomi yang

akhirnya akan menghasilkan suatu informasi keuangan yang akan dibutuhkan

11
12

oleh pihak-pihak tertentu untuk pengambilan keputusan yang diterapkan pada

pengelolaan dana publik di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-

departemen dibawahnya. Sedangkan menurut Halim (2012:3)[5] Akuntansi

Sektor Publik dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengidentifikasian,

pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu

organisasi atau entitas public seperti pemerintah, LSM, dan lain-lain yang

dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh

pihak-pihak yang memerlukan.

Bastian (2006:15)[3] mendefinisikan bahwa Akuntansi Sektor Publik

merupakan mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diteraspkan pada

pengelolaan dana masyarakat di Lembaga-lembaga tinggi negara dan

departemen-departemen di bawahnya, pemedaerah, BUMN, BUMD, LSM dan

Yayasan social maupun pada proyek-proyek kerjasama sector publik dan

swasta. Dari beberapa pengertian Akuntansi Sektor Publik tersebut maka dapat

didefinisikan bahwa Akuntansi Sektor Publik adalah proses pengidentifikasian,

pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi

sector publik yang digunakan sebagai informasi untuk mengambil keputusan

ekonomi oleh pihak-pihak yang membutuhkan.


13

2.3 Standar Akuntansi Pemerintahan

2.2.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah

Meurut Mahmudi ( 2016:271)[1] Standar akuntansi

pemerintahan berisi prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

menyusun dan menyajikan laporan keuangan pada organisasi

pemerintahan. Sedangkan Bastian (2006:134)[3] Standar Akuntansi

Pemerintah merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum

dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di

Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (2010 :2)[6]

Standar Akuntansi Pemerintah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang

diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan

pemerintah. Dari pengertian Standar Akuntansi tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintah adalah prinsip-

prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

laporan keuangan yang mempunyai kekuatan hukum untuk

meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Standar

Akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP) yang diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).


14

2.2.2 Manfaat Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut Mahmudi (2016:271-272)[1] manfaat standar

akuntansi pemerintahan yaitu:

a. Standar akuntansi digunakan oleh akuntan keuangan di

pemerintahan sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian

laporan keuangan pemerintahan.

b. Standar akuntansi digunakan oleh auditor sebagai kriteria audit

untuk menentukan apakah laporan keuangan yang disajikan sudah

sesuai dengan standar akuntansi yang mengaturnya.

c. Standar akuntansi digunakan oleh pengguna laporan keuangan

untuk memahami laporan keuangan dan menghindari kesalahan

dalam menginpresentasikan informasi dalam laporan keuangan.

d. Standar akuntansi diperlukan untuk meningkatkan kualitas laporan

keuangan yaitu meningkatkan konsistensi, daya banding,

keterpahaman, relevansi, dan keandalan laporan keuangan.

e. Standar akuntansi menjadi acuan dalam penyusunan sistem

akuntansi sebab keluaran sistem akuntansi harus sesuai dengan

standar akuntansi.

Sedangkan menurut Halim (2012: 244)[5] manfaat Standar

Akuntansi Pemerintah antara lain adalah meningkatkan keterbandingan

(comparability) antar laporan keuangan pemerintah. Namun, tidak hanya

sampai disitu, SAP berusaha mewujudkan transparansi dan akuntabilitas


15

pengelolaan keuangan negara sehingga Indonesia dapat bersih dari praktik

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam rangka kesejahteraan dan

kemakmuran bangsa. Kemudian Menurut Triwardana (2017: 645)[7] Standar

akuntansi pemerintahan dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara

pemerintah dengan stakeholders sehingga tercipta pengelolaan keuangan

negara yang transparan dan akuntabel. Dari manfaat Standar Akuntansi

Tersebut, maka ditarik kesimpulan bahwa Standar Akuntansi Pemerintah

digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan

keuangan pemerintahan agar transparan dan akuntabel.

2.4 Anggaran

2.3.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

Menurut Darsono P dan Ari Purwanti. (2010:2)[8] Anggaran

ialah rencana tentang kegiatan perusahaan yang mencakup berbagai

kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi

satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai tujuan dan sasaran

suatu organisasi. Pada umumnya disusun secara tertulis. Sedangkan

Menurut Mahmudi (2016:60)[2] Anggaran merupakan rencana jangka

pendek organisasi yang dinyatakan dalam bentuk keuangan. Anggaran

sektor publik yang dipresentasikan dalam APBN dan APBD

menggambarkan tentang rencana keuangan di masa datang mengenai

jumlah pendapatan, belanja, surplus/defisit, pembiayaan, serta program

kerja dan yang akan dilakukan.


16

Mardiasmo (2009:61)[9] mendefinisikan bahwa Anggaran

Sektor Publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam

benuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan

moneter. Dari pengertian Anggaran Sektor Publik diatas maka dapat

disimpulkan bahwa anggaran sektor publik merupakan rencana

kegiatan pemerintah yang mencakup seluruh kegiatan operasional

pemerintah yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu

dengan lainnya agar anggaran yang dikelola oleh pemerintah efektif dan

efisien.

2.3.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009:63-66)[9] Anggaran sektor publik

mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu

a. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planing Tool)

Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan

tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, beberapa biaya

yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja

pemerintah tersebut.

b. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)

Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan

untuk menghindari adanya over spending, underspending dan salah

sasaran (misappropriation) dalam pengalokasikan anggaran pada


17

bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan

alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan

operasional program atau kegiatan pemerintah.

c. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah

digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong

pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut maka

dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat

dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat

digunakan untuk mendorong, memfasilitasi , dan

mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat

mempercepat pertumbuhan ekonimi.

d. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-

prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada

sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik untuk

kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis akan

tetapi lebih merupakan alat politik (political tool). Oleh karena itu,

pembuatan anggaran public membutuhkan political skill, coalition

building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip

manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer

public harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam

melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat menjatuhkan


18

kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas

pemerintah.

e. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi

(Coordination and Communication Tool)

Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam proses

penyusunan anggaran. Anggaran pubik merupakan alat koordinasi

antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun

dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi

suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Di samping

itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar

unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus

dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

f. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Perfomance

Measurement Tool)

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder

(eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja

eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan

efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai

berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan

anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang

efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.


19

g. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi

manajer dan stafnya agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif,

dan efisien dalam mencapai target anggaran dan tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran

hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but

achievable. Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan

terlalu tinggi sehingga dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu

rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

h. Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik

(Public Sphere)

Anggaran public tidak boleh diabaikan oleh cabinet,

birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi,

dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam

proses penganggaran public. Kelompok masyarakat yang

terorganisir kan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah

untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang

kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melalui

proses politik yang ada. Pengangguran, tuna wisma dan kelompok

lain yang tak terorganisasi akan dengan mudah dan tidak berdaya

menikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk

menyampaikan suara mereka, maka mereka akan mengambil


20

tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan massa,

melakukan boikot, vandalism, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Mahmudi (2016:60-69)[1] Peran Anggaran

Sektor Publik dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Peran Anggaran dari Aspek Makro

Anggaran Sektor Publik dapat berperan dalam melaksanakan tugas

dan fungsi pemerintah yaitu melakukan alokasi, distribusi,

stabilisasi. Anggaran sector public dari sudut pandang makro

berfungsi sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya publik,

melakukan distribusi ekonomi, dan menciptakan stabilisasi

ekonomi, sosial, dan politik.

b. Peran Anggaran dari Aspek Mikro

Peran Anggaran dari aspek mikro terkait dengan fungsi anggaran

dalam sistem perencanaan dan pengendalian manajemen organisasi.

Peran Anggaran dari aspek mikro antara lain sebagai berikut:

1) Sebagai alat perencaan

2) Sebagai alat pengendalian

3) Sebagai alat koordinasi dan komunikasi

4) Sebagai alat penilaian kinerja

5) Sebagai alat motivasi


21

Bastian (2006:164)[3] menyatakan bahwa fungsi anggaran Sektor

Publik sebagai berikut:

a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang dilaksanakan di

masa mendatang.

c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan

berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan

bawahan.

d. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.

e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan

efisien dalam pencapaian visi organisasi.

f. Anggaran merupakan instrumen politik.

g. Anggaran merupakan instruksi kebijakan fiskal.

Dari beberapa fungsi anggaran sektor publik diatas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa fungsi anggaran sektor publik adalah sebagai

berikut:

a. Anggaran digunakan sebagai alat perencanaan manajemen untuk

mencapai tujuan organisasi sektor publik.

b. Anggaran digunakan sebagai alat pengendalian, karena anggaran

berisi rencana detail anggaran dan belanja selama satu periode.

c. Anggaran digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi intern

yang mengubungkan antar unit kerja.


22

d. Anggaran digunakan sebagai alat penilaian kinerja, karena

anggaran dapat digunakan untuk menilai pencapaian target

anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.

e. Anggaran digunakan untuk memotivasi manajer dan stafnya agar

bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapaii

target dan tujuan organisasi sektor publik.

2.3.2 Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009:66-67)[9] Anggaran sektor publik

dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Anggaran Operasional (Operation/recurrent budget)

Anggaran Operasional digunakan untuk merencanakan

kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan.

Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran

operasional adalah “Belanja Rutin”. Belanja Rutin (Recurrent

Expenditure) adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya satu

tahun anggaran dan tidak dapat menambah asset atau kekayaan

bagi pemerintah. Disebut “rutin” karena sifat pengeluaran tersebut

berulang-ulang ada setiap tahun.

b. Anggaran Modal/Investasi (Capital/Investment budget)

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka Panjang

dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan,

kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar


23

biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja

Investasi/Modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung

melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah anggaran rutin

untuk biaya operasional dan pemeliharaaanya.

Jenis Jenis anggaran Sektor Publik Menurut Mahmudi

(2016:69-74)[1] yaitu sebagai berikut:

a. Line Item Budget

Line Item Budget merupakan System anggaran yeng

menyajikan belanja berdasarkan input atau sumber daya yang

digunakan.

b. Incremental Budget

Incremental Budget merupakan system penganggaran yang

hanya menambah atau mengurangi jumlah anggaran dengan

menggunakan data anggaran tahun lalu sebagai dasar perencanaan

tahun sekarang, atau anggaran tahun sekarang sebagai dasar

perencanaan anggaran tahun depan.

c. Planning, Programing, Budgeting System (PPBS)

Planning, Programing, Budgeting System (PPBS) merupakan

system anggaran yang penyusunan anggarannya berdasarkan

program.

d. Zero Based Budgeting (ZBB)

Zero Based Budgeting (ZBB) merupakan system penganggran yang

berbasis nol atau mulai dari nol. ZBB tidak menjadikan anggaran
24

tahun lalu sebagai dasar penyusunan anggaran tahun sekarang

sebagaimana dalam line item dan incremental budget. ZBB

menjadikan setiap anggaran merupakn anggaran yang baru

sehingga dimulai dari nol.

e. Performance Budget

Performance Budget merupakan system penganggaran yang

dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara anggaran

(input) dengan keluaran (output) dan hasil (outcome) yang

diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam

pencapaian keluaran dan hasil tersebut.

Sedangkan jenis-jenis anggaran meurut Bastian (2006:166-176)[3]

antara lain sebagai berikut :

a. Line Item Budgeting

Line Item Budgeting adalah penyusunan anggaran yang

didasarkan pada dan dari mana dana berasal (pos-pos penerimaan)

dan untuk apa dana tersebut digunakan (pos-pos pengeluaran).

b. Incremental Budgeting

Incremental Budgeting adalah system anggaran belanja dan

pendatan yang memungkinkan revisi selama tahun berjalan,

sekaligus sebagai dasr penentuan usulan anggaran periode tahun

yang akan dating.


25

c. Planning Programming Budgeting System

Planning Programming Budgeting System adalah suatu

proses perencanaan, pembuatan program, dan penganggran yang

terkait dalam suatu system sebagai kesatuan yang bulat dan tidak

terpisah-pisah, dan didalamnya terkandung indentifikasi tujuan

organisasi atas permasalahan yang mungkin timbul.

d. Zero Buased Budgeting (ZBB)

Zero Buased Budgeting (ZBB) merupakan system anggaran

yang didasarkan pada perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang

telah dilakukan di masa lalu. Setiap kegiatan akan dievaluasi secara

terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan dalam visi

tahun yang bersangkutan.

e. Perfomance Budgeting

Perfomance Budgeting adalah system penganggran yang

berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan

Visi, Misi, dan Rencana Strategis Organisasi.

f. Medium Term Budgeting Framework

Medium Term Budgeting Framework adalah suatu kerangka

strategi kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja untuk

departemen dan Lembaga pemerintah non departemen. Kerangka

ini memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada

departemen untuk penetapan alokasi dan penggunaan sumber dana

pembangunan.
26

Dari beberapa jenis-jenis Anggaran diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa Jenis-Jenis Anggaran Belanja antara lain:

a. Anggaran Operasional, merupakan anggaran yang digunakan untuk

kegiatan sehari-hari dalam melaksanakan kegiatan organisasi sector

public.

b. Anggaran Mudal, merupakan anggaran jangka Panjang, dan

anggaran yang digunakan untuk pembelian aktiva tetap seperti

Gedung, peralaan, kendaraan, dan sebagainya.

c. Line Item Budget, merupakan system anggaran yang menyajikan

belanja berdasarkan sumber daya yang digunakan dalam suatu

organisasi Sektor Publik.

d. Incremental Budget, merupakan system anggaran yang menambah

atau mengurangi anggaran dengan menggunakan data anggaran

tahun sebelumnya.

e. Planning, Programing, Budgeting System, merupakan system

anggaran yang didasarkan oleh program organisasi sektor publik.

f. Zero Based Budgeting, merupakan system penganggaran yang basis

nol, maksunya adalah anggaran yang digunakan adalah anggaran

yang baru sehingga dimulai dari nol.

g. Performance Budet, merupakan system anggaran yang

memperhatikan keterkaitan antara anggaran dengan belanja dan

hasil yang diharapkan oleh organisasi sektor publik. Jenis anggaran


27

yang digunakan oleh Pengadilan Negeri Slawi adalah Performance

Budget atau Anggaran Berbasis Kinerja.

2.5 Belanja

2.4.1 Pengertian Anggaran Belanja

Dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 2

paragraf 8, belanja didefinisikan sebagai semua pengeluran dari

rekening kas umum negara./daerah yang mengurangi ekuitas dana

lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Selanjutnya, dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 2 paragraf 31

dijelaskan bahwa belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari

rekening kas umum negara/daerah, menurut Abdul Hafiz Tanjung

(2011: 356).[10]

Menurut Halim dalam Sularno (2013:12)[11] Anggaran

pendapatan dan Belanja Daerah adalah suatu anggaran daerah yang

memiliki unsur-unsur sebagai berikut: rencana kegiatan suatu daerah

beserta uraiannya secara rinci, adanya sumber penerimaan yang

merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biayasehubung

dengan aktifitas-aktifitas tersebut dan adanya biaya-biaya yang

merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan

dilaksanakan, jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam angka,


28

periode anggaran, taitu biasanay satu tahun. Sedangkan menurut

Aliminsyah dan Pandji dalam Elmi Mufidah (2016:24)[12] Anggaran

Belanja adalah suatu anggaran yang memperlihatkan pendapatan yang

sedang berjalan persis sama dengan pengeluaran yang sedang berjalan.

Dari pengertian anggaran Belanja diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa Anggaran Belanja adalah rencana kegiatan pengeluaran kas

negara dalam satu periode untuk membiayai kegiatan operasional

organisasi sektor publik.

2.4.2 Jenis-jenis Belanja

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 127/PMK .02/ 2015 Lampiran III Tentang Klasifikasi Anggaran

(2015:35-43)[13] jenis belanja diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Belanja Pegawai

Kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang

maupun dalam bentuk barang, yang harus dibayarkan kepada

pegawai pemerintah dalam dan luar negeri, baik kepada Pejabat

Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai yang

dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS dan/atau

non-PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan

dalam rangka mendukung tugas fungsi unit organisasi pemerintah.


29

b. Belanja Barang dan Jasa

Pengeluaran untuk menampung pembelian barang

dan/atau jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau

jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan dan pengadaan

barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada

masyarakat/Pemerintah Daerah (Pemda) dan belanja perjalanan.

c. Belanja Modal

Pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset tetap

dan/atau aset lainnya atau menambah nilai aset tetap dan/atau aset

lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi

dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang

ditetapkan pemerintah. Aset tetap/aset lainnya tersebut

dipergunakan atau dimaksudkan untuk dipergunakan untuk

operasional kegiatan suatu Satker atau dipergunakan oleh

masyarakat/publik, tercatat sebagai aset kementerian

negara/lembaga terkait dan bukan dimaksudkan untuk

dijual/diserahkan kepada masyarakat/Pemda. Dalam pembukuan

nilai perolehan aset dihitung semua pendanaan yang dibutuhkan

hingga aset tersebut tersedia dan siap untuk digunakan .

d. Belanja Pembayaran Kewajiban Utang

Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga yang

dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal

outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri


30

yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau

jangka panjang. Selain itu, belanja pembayaran kewajiban utang

juga digunakan untuk pembayaran denda/biaya lain terkait

pinjaman dan hibah dalam maupun luar negeri, serta imbalan

bunga.

e. Belanja Subsidi

Alokasi anggaran yang diberikan pemerin tah kepada

perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya

yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang

dan/atau jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak

sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh

masyarakat.

Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran

subsidi kepada masyarakat melalui perusahaan negara dan/atau

perusahaan swasta yang diberikan.

f. Belanja Hibah

Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk

uang/barang/jasa yang dapat diberikan kepada pemerintah negara

lain, organisasi internasional, pemerintah daerah , atau kepada

perusahaan negara/ daerah yang secara spesifik telah ditetapkan

peruntukannya, bersifat tidak wajib, sukarela, tidak mengikat, dan

tidak perlu dibayar kembali yang dilakukan dengan naskah

perjanjian antara pemerintah selaku pemberi hibah dan penerima


31

hibah, dan tidak terus menerus kecuali ditentukan lain dalam

peraturan perundang-undangan. Termasuk dalam belanja hibah

adalah pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang diterushibahkan

ke daerah.

g. Belanja Bantuan Sosial

Transfer uang, barang, atau jasa yang diberikan oleh

pemerintah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan

terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi

dan/atau kesejahteraan masyarakat.

h. Belanja Lain-Lain

Pengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban

pemerintah yang tidak masuk dalam kategori belanja pegawai,

belanja barang, belanja modal, belanja bunga utang, belanja

subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial serta bersifat

mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Menurut Sularno (2013:17)[11] Klasifikasi Belanja daerah

berdasrkan jenisnya dibedakan menjadi dua yaitu Belanja Operasi dan

Belanja Modal. Belanja Operasi merupakan belanja yang memberikan

manfaat atau akan terpakai habis dalam menjalakan kegiatan operasional

pemerinatahn selama tahun berjalan. Sedangkan Belanja Modal adalah

belanja yang memberikan manfaat lebih dari 1 tahun dan nilainya


32

material. Penentuan tingkat materialitas belanja perlu dituangkan dalam

Peraturan Kepala daerah. Berikut jenis-jenis belanja diantaranya:

a. Belanja Operasi

Belanja Operasi terdiri dari:

1) Belanja Pegawai

2) Belanja Barang

3) Belanja Bunga

4) Belanja Subsidi

5) Belanja Hibah

6) Belanja Bantuan Sosial

7) Belanja bantuan Keuangan

b. Belanja Modal

1) Belanja Tanah

2) Belanja Peralatan dan Mesin

3) Belanja Gedung dan Bangunan

4) Belanja jalan, Irigasi. dan Jaringan

5) Belanja Aset Tetap Lainnya

c. Belanja Tak Terduga

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2007

Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008

(2008: 7)[14] Belanja pemerintah pusat menurut jenis adalah belanja pemerintah

pusat yang digunakan untuk membiayai belanja pegawai, belanja barang,


33

belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan

social, dan belanja lain-lain. Dari jenis jenis belanja diatas maka dapat

disimpulkan bahwa jenis jenis belanja antara lain Belanja Operasi dan Belanja

Modal. Belanja Operasi meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja

Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja

bantuan Keuangan. Sedangkan Belanja Modal Meliputi Belanja Tanah,

Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja jalan,

Irigasi. dan Jaringan, Belanja Aset Tetap Lainnya.

2.6 Laporan Realisasi Anggaran

Menurut Basri (2013: 207)[15] Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan

yang berisi tentang informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan

dari suatu entitas yang dibandingkan dengan anggaran ketiga pos tersebut. Melalui

laporan realisasi anggaran dapat diketahui prediksi tentang sumber daya ekonomi yang

akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah serta resiko

ketidakpastian atas sumber daya ekonomi tersebut. Selain itu laporan realisasi

anggaran juga memberikan informasi tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi,

efisiensi dan efektivitas, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Kementrian Keuangan RI (2009: 4)[16] LRA menyajikan

pendapatan dan belanja selama tahun anggaran. Laporan yang disampaikan dapat

dilihat pada lembar muka laporan keuangan. Untuk laporan keuangan periode

semesteran, laporan yang disampaikan adalah laporan semester I. untuk periode

tahunan laporan yang disampaikan adalah laporan komparatif, dengan

membandingkan anggaran dan realisasi TAYL dengan tahun anggaran berjalan.


34

Sedangkan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (2010:51-

52)[6], Laporan Realisasi anggaran merupakan laporan yang mengungkapkan

kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan

terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar

sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh

pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya 5 unsur-

unsur sebagai berikut:

a. Pendapatan-LRA;

b. Belanja;

c. Transfer;

d. Surplus/defisit-LRA;

e. Pembiayaan;

f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

Dari beberapa pengertian tentang Laporan Realisasi anggaran maka

dapat disimpulkan bahwa Laporan Realisasi anggaran adalah laporan yang berisi

tentang informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan dari suatu

entitas kemudian dibandingkan dengan ketiga akun tersebut. Unsur-unsur LRA antara

lain yaitu Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, Surplus/defisit-LRA,

Pembiayaan, Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.


35

2.7 Efisiensi

Menurut Mardiasmo (2009:132)[9] Efisiensi berhubungan erat dengan

konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan

(cost of output). Proses kegiatan operasional yang dapat dikatakan efisien

apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan

sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (Spending well). Sedangkan

Menurut Bastian dalam Fahrianta (2012:65)[17] Efisiensi adalah hubungan

antara input dan output dimana barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi

digunakan untuk mencapai output tertentu. Atau dengan kata lain efisiensi

merupakan perbandingan output dengan input yang dikaitkan dengan standar

kinerja atau target yang telah ditetapkan.

Rondonuwu (2015: 26)[18] mendefinisikan bahwa Efisiensi adalah pencapaian

output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input terendah untuk

mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang

dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Dari pengertian

Efisiensi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah pencapaian output

yang maksimum dengan input yang serendah-rendahnya dalam suatu organisasi sektor

publik.

2.8 Efektivitas

Menurut Mardiasmo(2009:132)[9] Efektivitas pada dasarnya

berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna).


36

Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasarna

yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses

kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

Sedangkan menurut Rondonuwu (2015: 26)[18] Efektivitas adalah tingkat pencapaian

hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan

perbandingan outcome dengan output. Efektivitas merupakan hubungan antara output

dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka

semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan.

Mahmudi (2016:21)[1] menyatakan bahwa Efektivitas merupakan

perbandingan antara hasil yang diharapkan (target) dengan hasil yang sesungguhnya

dicapai. Hasil atau target yang diharapkan merupakan outcome sedangkan hasil yang

dicapai merupakan output. Dari definisi Efektivitas tersebut maka dapat diambil

kesimpulan bahwa efektivitas merupakan perbandingan antara target anggaran dalam

satu periode anggaran dengan realisasi anggaran pada akhir periode anggaran.

2.9 Penelitian Terdahulu

Berikut hasil penelitian terdahulu yang menjadi acuan:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Penulis Judul dan Hasil Kesimpulan
Tahun
Rikiyanah Analisis Rasio Efisiensi Belanja Rasio Efisiensi Belanja pada
Efisiensi Pengadilan Negeri Slawi tahun 2014-2016 berada
Laporan Kabupaten Tegal pada diantara 90-100%, maka hal
Realisasi tahun 2014 sebesar ini mengindikasikan Kinerja
Anggaran 99,07% dan pada tahun Keuangan Belanja Pengadilan
Belanja 2015 mengalami Negeri Slawi Kabupaten
(LRAB) Pada penurunan pada Rasio Tegal yang sudah efisien
Pengadilan Efisiensi Belanja karena telah mengikuti
37

Negeri Slawi Pengadilan Negeri Slawi perubahan peraturan


(2017) Kabupaten Tegal pemerintah tentang Standar
sebesar 94,87%, Akuntansi Pemerintahan yang
sedangkan Rasio mengharuskan berbasis akrual
Efisiensi Pengadilan sudah sesuai khususnya
Negeri Slawi Kabupaten tentang anggaran belanja
Tegal pada Tahun 2016 dalam menetapkan Rencana
meningkat drastis Kerja Anggaran.
sebesar 99,19%. Hal ini
menunjukkan rasio
Efisiensi Belanja pada
tahun 2014-2016 berada
diantara 90-100%, maka
hal ini mengindikasikan
Kinerja Keuangan
Belanja Pengadilan
Negeri Slawi Kabupaten
Tegal yang sudah efisien
karena telah mengikuti
perubahan peraturan
pemerintah tentang
Standar Akuntansi
Pemerintahan yang
mengharuskan berbasis
akrual sudah sesuai
khususnya tentang
anggaran belanja dalam
menetapkan Rencana
Kerja Anggaran.
Elmi Analisis 1. Dari hasil analisis Tidak efektifnya pendapatan
Mufidah Efektivitas rasio efektifitas pada tahun 2013-2015 di
dan Efisiensi pendapatan tahun kantor Pertahanan Kota Tegal
Anggaran 2013 sampai tahun disebabkan antara lain sebagin
Pendapatan 2015 pada kantor besar tanah-tanah telah
dan Belanja pertahanan Kota bersertifikat dan kegiatan
pada Kantor Tegal cenderung yang dilaksanakan bersifat
Pertahanan mengalami derifatif (pelayanan
Kota Tegal penurunan. Pada pemeliharaan data
(2016) tahun 2013 dan 2014 pendaftaran tanah) dan kurang
nilai rasionya masih memaksimalkan sosialisasi
dinyatakan sangat kepada msyarakat lewat
efektif, sedangkan program LARASITA
tahun 2015 nilai rasio (Layanan Rakyat untuk
efektivitas menurun Sertifikasi Tanah).
drastis sehingga
38

dinyatakan kurang
efektif.
2. Rasio Efisiensi
belanja Periode tahun
2013 sampai tahun
2015 pada kantor
Pertahanan Tegal
Cenderung menurun.
Nilai rasio efisiensi
belanja dari tahun
2013 sampai dengan
2015 dinyatakan
telah efisien.
Imanuel Analisis Tingkat Efektivitas Kesimpulan dari penelitian ini
Pangkey Efektivitas Anggaran Belanja Pada yaitu: Dalam periode
dan dan Efisiensi Dinas Kebudayaan dan anggaran belanja 2010-2014
Sherly Anggaran Pariwisata Provinsi untuk efektivitas penggunaan
Pinatik Belanja Pada Sulawesi Utara anggaran belanja langsung
Dinas dinyatatan tidak efektif. keseluruhannya tidak efektif
Kebudayaan Kemudian tingkat karena dari setiap program
dan efisiensi anggaran dan anggaran yang
Pariwisata belanja pada Dinas direncanakan, banyak
Provinsi Kebudayaan dan program yang terealisasi tapi
Sulawesi Pariwisata Provinsi tidak sesuai anggaran yang
Utara (2015) Sulawesi Utara juga direncanakan dan ada juga
dinyatakan tidak efisien. program yang tidak
terealisasi. Sementara untuk
tingkat efisiensi anggaran
belanja tidak langsung dari
periode 2010-2014 tidak
efisien, karena keseluruhan
dari anggaran belanja tidak
langsung tidak dapat
mencapai atau bahkan
melampaui anggaran yang
direncanakan.
Ariel Analisis Selama periode Kegiatan yang telah
Sharon Efektifitas anggaran tahun 2008 – dianggarkan, sudah
Sumenge dan Efisiensi 2012 Tingkat Efektivitas dilaksanakan secara efektif.
Pelaksanaan Anggaran Belanja Pada Badan Perencanaan
Anggaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Belanja Pembangunan Daerah (Bappeda)
Badan (Bappeda) Minahasa Minahasa Selatan menilai,
Perencanaan Selatan dinyatakan ketika kegiatan yang
Pembangunan cukup efektif sedangkan diprogramkan sudah
pada tahun 2008-2017 terealisasi dan sesuai dengan
39

Daerah tingkat efisiensi yang diharapkan, maka


(Bappeda) Anggaran Belanja Pada kegiatan tersebut dikatakan
Minahasa Badan Perencanaan efektif. Serta
Selatan Pembangunan Daerah Pengelolaan anggaran belanja
(2013) (Bappeda) Minahasa sudah memenuhi syarat
Selatan dinyatakan efisiensi yaitu penggunaan
Sangat Efisien dana yang minimum untuk
mencapai hasil maksimum.

Sunanto Analisis Tingkat efisiensi Penerimaan pendapatan asli


Efisiensi Dan Penerimaan Pendapatan daerah Di Kabupaten Musi
Efektivitas Asli Daerah Terhadap Banyuasin
Penerimaan Anggaran Pendapatan ditinjau dari sudut efesiensi
Pendapatan Dan Belanja Daerah pada tahun 2013, 2014, 2015
Asli Daerah (APBD) Di Kabupaten masing-masing sebesar
Terhadap Musi Banyuasin 12,51%;7,78% dan 9,63%
Anggaran dinyatakan efisien mencerminkan penerimaan
Pendapatan sedangkan Tingkat yang efisien, hal ini
Dan Belanja Efektivitas Penerimaan disebabkan karena realisasi
Daerah Pendapatan Asli Daerah penerimaan pendapatan asli
(APBD) Di Terhadap Anggaran daerah lebih besar dari pada
Kabupaten Pendapatan Dan Belanja biaya yang dikeluarkan untuk
Musi Daerah (APBD) Di memperoleh pendapatan.
Banyuasin Kabupaten Musi Kemudian ditinjau dari sudut
(2017) Banyuasin dinyatakan efektivitas tahun 2013, 2014,
tidak efektif 2015 masing-masing sebesar
93,30%; 92,15%; 85,65%;
dimana tahun 2013-2015 ini
mencerminkan penerimaan
pendapatan asli daerah kurang
efektif karena nilai yang
diperoleh kurang dari 100%
atau realisasi penerimaan
pendapatan asli daerah yang
dicapai tidak bisa melebihi
anggaran yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai