Dosen Pengampu:
Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, S.E., Ak., M.Si.
Oleh Kelompok 2:
Ni Kadek Cytra Prada Suary (2207531112 / 19)
Ni Made Dewi Risnawati (2207531117 / 21)
Karina Callista Harefa (2207531118 / 22)
Ida Ayu Karina Maheswari (2207531122 / 24)
Dalam praktiknya terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran
anatara barang privat dan barang publik. Karena, meskipun mengkonsumsi secara
individual, sering kali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang dan jasa
tersebut. Contohnya: pendidikan. layanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih.
Barang-barang tersebut sering disebut merit good" karena semua orang
membutuhkannya akan tetapi tidak semua orang mendapatkan barang tersebut. Untuk
memenuhi kebutuhan barang tersebut pemerintah dapat menyediakan secara langsung
memberikan subsidi, atau mengntrakkan ke pihak swasta, Sebagai contoh: pendidikan,
meskipun pemerintah bertanggung jawab menyediakan pendidikan, namun bukan
berarti barang tersebut sebagai pure publik good yang harus dibiayai semuanya dengan
pajak dan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah. Dapat saja sektor swasta terlibat dalam
penyediaan pelayanan pendidikan tersebut.
Jika manfaat dirasakan secara perorangan, seperti listrik, telepon, dan air bersih
maka untuk memperoleh barang-barang tersebut masyarakat biasanya dibebani dengan
tarif tertentu, Pemerintah dapat menarik sejumlah tarif untuk menyediakan kebutuhan
tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum, karena spillover effects (eksternalitas
positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada seperti pertahanan dan pengendalian
kesehatan maka pendanaan untuk hal-hal tersebut lebih tepat didanai lewat pajak.
b) Efesiensi Ekonomi
c) Prinsip Keuntungan
Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara
jasa yang disediakan oleh pemerintah milik Negara. Pada khusus perusahan Negara,
hanya net defisit atau surplus yang muncul dalam rekening pemerintah. Pada umumnya
kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik seperti pertahanan, kesehatan
publik, dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis, dalam arti dibiayai pajak.
Sementara itu penyedian barang privat yaitu jasa untuk kepentingan individu seperti
listrik telepon, transportasi umum ditarik tarif sebesar harga pemulihan biaya totalnya.
Untuk barang campuran seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan,
sanitasi disediakan sebagian melalui pajak dan sebagian lagi dari tarif.
D. Penetapan Harga Pelayanan
Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumenya,
maka pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar, atau dengan
kata lain berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai
adalah bahwa beban dihitung besar total biaya untuk menyedikan pelayanan tersebut.
Akan tetapi untuk menghitung biaya total tersebut terdapat beberapa kesulitan karena:
1. Kita tidak akan tahu secara tepat berapa biaya total untuk menyedikan suatu
pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga
dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun
tidak boleh terjadi pencampuran biaya untuk pelayanan yang berbeda atau harus
ada prinsip different cost for different perposes.
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi Karena jumlah biaya untuk
melayani satu orang dengan orang lam berbeda-beda, maka diperlukan perbedan
pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh diperlukan biaya tambahan untuk
mengumpulkan sampah dari lokasi rumah yang sulit dijanhkau atau memiliki jarak
yang jauh, jika hal ini dilakukan maka terlihat tidak adil, meskipun untuk hal
tertentu, misal bis kota.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar
jika orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital,
maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau
diskriminasi harga produk untuk menghindari subsidi.
4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah biaya operasi langsung atau perlu
juga diperhitungkan biaya modal. Aturan umumnya adalah bahwa kita harus
memasukan bukan saja biaya operasi dan pemeliharaa, akan tetapi juga biaya
penggantian barang modal yang sudah usang dan biaya penambahan kapasitas
prinsip tersebut marginal cost pricing.
3. Diskriminasi harga : Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok
dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda,
pelayanan yang diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut
tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang
dimaksudkan untuk orang miskin.
4. Full cost recovery : Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuhatas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik
untuk membayar.
5. Harga diatas marginal cost : Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas
marginal cost, seperti tarif parkiri mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau license
fee.
Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu pajak dan
penbebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public (charging for
services). Pembebanan tarif dilakukan karena alasan efisiensi ekonomi, untuk memperoleh
keuntungan dank arena adanya barang privat dan barang publik yang perlu diatur
penggunaannya secara proporsional dan memenuhi asas keadilan.
Pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu sumber penerimaan bagi
pemerintah selain pajak, penjualan asset milik pemerintah, utang dan laba BUMN/BUMD.
Masalah utama dalam pembebanan pelayanan publik adalah menentukan beberapa harga yang
harus dibebankan. Aturan yang bias dipakai adalah beban dihitung sebesar total biaya untuk
menyediakan pelayanan tersebut. Dalam menentukan harga pelayanan publik juga dianut
konsep different cost for different purpose yaitu membedakan cost untuk pelayanan yang
berbeda. Masalah lain adalah adanya hidden cost yang menyulitkan dalam mengetahui total
cost. Kesulitan untuk menghitung biaya total adalah karena sulit mengukur jumlah yang
dikonsumsi dan perbedaan jumlah biaya untuk melayani masing-masing orang. Pembebanan
tidak memperhitungkan kemampuan mayarakat untuk membayar dan biaya apa saja yang
diperhitungkan sehingga untuk memudahkan digunakan konsep current cost operation, capital
cost, dan marginal cost (biaya penambahan kapasitas).
Marginal cost pricing menganut prinsip bahwa tarif yang dipungut seharusnya sama
dengan biaya untuk melayani tambahan konsumen. Marginal cost pricing memperhatikan
biaya operasi variabel, semi variabel overhead cost, biaya penggantian atas asset modal dan
biaya penambahan asset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan.
Namun demikian, konsep marginal cost pricing juga mengahadapi berbagai kendala. Oleh
karena itu perlu ditemukan metoda terbaik untuk menetapkan harga pelayanan publik.
DAFTAR PUSTAKA