Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Akuntansi Publik
Dosen: Meidy S. Kantohe, SE, Ak, M. Si.,CSRS
Materi:
Penentuan Harga Pelayanan Publik

satu tugas pokok pemerintah


adalah memberikan
pelayanan kepada
masyarakat. Pemberian
pelayanan publik pada
dasarnya dapat dibiayai
melalui
dau sumber yaitu, pajak dan
pembebanan langsung kepada
masyarakat sebagai
konsumen jasa publik. Jika
pelayanan publik dibiayai
dengan pajak, maka setiap
wajib pajak harus membayar
tanpa memperdulikan apakah
dia menikmati secara
langsung jasa publik tersebut
atau tidak. Hal tersebut karena
pajak merupakan
iuran masyrakat kepada negara
yang
satu tugas pokok pemerintah
adalah memberikan
pelayanan kepada
masyarakat. Pemberian
pelayanan publik pada
dasarnya dapat dibiayai
melalui
dau sumber yaitu, pajak dan
pembebanan langsung kepada
masyarakat sebagai
konsumen jasa publik. Jika
pelayanan publik dibiayai
dengan pajak, maka setiap
wajib pajak harus membayar
tanpa memperdulikan apakah
dia menikmati secara
langsung jasa publik tersebut
atau tidak. Hal tersebut karena
pajak merupakan
iuran masyrakat kepada negara
yang
Disusun oleh kelompok 7:
Epdiansyah Modeong (21304058)
Dionisia Mivenia (21304045)
Shani Kapoh (21304051)
Cristania Hansun (21304063)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Penentuan Harga
pelayanan publik” Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat
Indonesia khususnya para mahasiswa serta dosen untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tondano, Oktober 2022


DAFTAR ISI
Daftar Isi
COVER................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
BAB I...................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
BAB II.................................................................................................................
A. PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK.....................................
BAB III...............................................................................................................
KESIMPULAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan
kepadamasyarakat(Public Service).Pemberian pelayanan publik pada
dasarnya dapatdibiayai melalui dua sumber yaitu : 1) Pajak, 2)
Pembebanan langsung kepadamasyarakat sebagai konsumen jasa
publik(Charging for Service). Permasalahanyang muncul kemudian adalah
apakah suatu pelayanan publik lebih baik dibiayaimelalui pajak atau dengan
pembebanan langsung kepada konsumen
B. rumusan masalah
1. Apa pelayanan publik yang dapat dijual?
2.Bagaimana argumen terhadap pembebanan tarif pelayanan?
3.Bagaimana prinsip dan praktik pembenanan?
4.Apa kegunaaan pembebanan dalam praktik?
5.Bagaimana penetapan harga pelayanan?
6.Bagaimana permasalahan marginal cost pricing?
7.Bagaimana kompleksitas strategi harga?
8.Bagaimana penentuan taksiran biaya?
9.Bagaimana analisa pelayanan publik terhadap masyarakat?
10. Bagaimana pengaruh remunerasi terhadap kualitas pelayanan publik?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pelayanan publik yang dapat dijual.
2.Untuk mengetahui argumen terhadap pembebanan tarif pelayanan. 3.Untuk
mengetahui prinsip dan praktik pembenanan. 4.Untuk
mengetahui kegunaaan pembebanan dalam praktik. 5.Untuk
mengetahui penetapan harga pelayanan

BAB II
PEMBAHASAN
PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK ( CHARGING FOR
SERVICE )
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakat ( public services ). Pemberian pelayanan public pada dasarnya dapat
dibiayai melalui dua sumber, Yaitu : (1) Pajak, dan (2) Pembebanan langsung
kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public ( charging for service ). Jika
pelayanan public dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus
membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa
public tersebut atau tidak. Jika pelayanan public dibiayai melalui pembebenan
langsung, maka yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa
pelayanan public tersebut, sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan
untuk membayar.
A. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL
Dalam memberikan pelayanan publik,pemerintah dapat dibenarkan menarik
tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui
perusahaan milik pemerintah.
Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya :
a) penyediaan air bersih
b) transportasi publik
c) jasa pos dan telekomunikasi
d) energi dan listrik
e) perumahan rakyat
f) fasilitas rekreasi
g) pendidikan
h) jalan tol

*pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena


beberapa alasan yaitu :
a. adanya barang privat dan barang publik
-Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat
barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh masyarakat
yang membelinya,sedangkan yang tidak mengkonsumsi tidak dapat menikmati
barang/jasa tersebut. Contoh : makanan,listrik,telepon dsb.

- barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat


barang dan jasa tersebut dinikmati oleh seluruh a=masyarakat secara bersama-
sama.Contoh : pertahanan nasional,pengendalian penyakit,jasa polisi dsb.

Pada tataran praktik terdapat kesulitan dalam membedakan barang puvlik


dengan brang privat. Beberapa sebab sulitnya membedakan barang publik
dengan barang privat antara lain :
1. Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan.
2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik,tapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan
langsung.
3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya.

b. efisiensi ekonomi
ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang
mereka ingin konsumsi,mekanisme harga memiliki peranan penting dalam
mengalokasikan sumber daya melalui :
1 . pendistribusian permintaan
2 . pemberian insentif untuk menghindari pemborosan
3 . pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi
4 . penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa.
Tanpa adanya suatu mekanisme harga,permintaan dan penawaran tidak
mungkin menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak
efisien,seperti : penyediaan air,obat obatan dsb.
Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah satu cara untuk
menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik.mereka yang
memanfaatkan pelayanan publik lebih banyak akan membayar lebih banyak
pula. Pembebanan tarif pelayanan akan mendorong efisiensi ekonomi karena
setiap orang dihadapkan pada masalah pilihan karena adanya kelangkaan
sumber daya. Jika diberlakukan tarif,maka setiap orang dipaksa berpikir
ekonomis dan tidak boros.
c. Prinsip keuntungan

Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang,pembebanan


langsung kepada mereka yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila
didasarkan prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar.
Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada mereka yang diuntungkan dengan
pelayanan tersebut.Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga
menguntungkan pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber
penerimaan pemerintah.hanya saja pemerintah tidak boleh melakukan
maksimasi keuntungan,bahkan lebuh baik menetapkan harga dibawah full
cost,memberikan subsidi atau memberikannya secara gratis.

B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN

Dasar pembebanan langsung (direct charging) tarif pelayanan :


Suatu jasa, barang public ataupun barang privat mungkin tidak diberikan kepada
setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan kepada semua
masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut.
Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka,
sehingga konsumsi publik harus hemat.Terdapat variasi dalam kinsumsi
individual yang lebih berhubungan dengan pilihan daripada kebutuhan.Suatu
jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan
untuk memenuhi kebuutuhan domestic secara individual maupun industrial.

Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala


permintaan public atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak
dapat ditentukan secara tegas.
-Terdapat argumen yang menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu :
-Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan.
Yang miskin tidak mampu untuk membayar.

C. PRINSIP DAN PRAKTEK PEMBEBANAN

Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai


dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait
dengan barang privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif. Namun
batasan identifikasi barang privat dan public kadang sulit dan harus dilakukan
dengan dasar per pelayanan.
Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit
dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang
kualitas pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian pelayanan
kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang memuaskan.

D. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK

Praktik pembebanan pelayanan public berbeda untuk setiap negara antara


jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh
perusahaan milik negara dan antar pemerintah dan daerah. Pemerintah
memperoleh penerimaan dari beberapa sumber, antara lain :
-Pajak
-Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service)
-Laba BUMN atau BUMD
-Penjualan asset milik pemerintah
-Utang
-Pembiayaan defisit anggaran atau mencetak uang

Pada umumnya, kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik


seharusnya diiberikan secara gratis atau dibiayai pajak. Sementara itu,
penyediaan barang privat ditarik sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full
cost recovery prices). Untuk merit good sebagian disediakan melalui pajak dan
sebagian lain melalui tarif
E. PENETAPAN HARGA PELAYANAN : HARGA YANG HARUS
DIBEBANKAN.

Pemerintah harus memutuskan besaran harga pelayananyang dibebankan


pada masyarakat. Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa beban (charge)
dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (full cost
recovery).
Empat kesulitan menghitung biaya total :
1.Tidak tahu secara tepat besarnya biaya total (full cost) untuk menyediakan
suatu pelayanan.
2.Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
3.Tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
4.Penentuan biaya yang harus diperhitungkan.
Apakah hanya memasukkan biaya operasi langsung (Current Operations Cost)
atau ditambah dengan biaya modal (Capital Cost).Ahli ekonomi umumnya
menganjurkan untuk mempergunakan marginal cost pricing, yaitu tarif yang
dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani konsumen tambahan
(Cost of Serving the Marginal Consumer).Harga tersebut adalah harga yang
juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut.
Marginal cost princing mengacu pada harga pasar yang paling efisien
(Economically Efficient Price), karena pada tingkat harga tersebut (Cateris
Paribus) akan memaksimalkan manfaat ekonomi dan penggunaan sumber daya
yang terbaik.
Masyarakat akan memperoleh peningkatan output dari barang atau jasa sampai
titik dimana marginal cost sama dengan harga.
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost
pricing setidaknya harus mempertimbangkan :
1.Biaya operasi (variabel operating cost).
2.Semi variabel operhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan
untuk memberikan pelayanan.
3.Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan
pelayanan
4.Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.

F. PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING


Masalah-masalah dalam penggunaan marginal cost princing :
1. Sulit memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa-jasa tertentu,
dalam praktek kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai
pengganti walaupun hal ini menyimpang dari syarat ekonomi dan efisiensi.
2. Penentuan harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek
(short run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run MC).
3. Marginal cost princing bukan berarti full cost recovery.

4. Konsep kewajaran digunakan untuk :


a.Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
b.Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut.
5.Eksternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk
minumdan mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi harga” yang
ditentukan oleh marginal cost.
6.Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak
untuk jasa seperti air, demana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi
harga (seperti tarif progresif) yang mungkin digunakan.

G. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA


1. Two-part tariffs
banyak kepentingan publik dipungut dengan two-part tariff,yaitu fixed charge
untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge
yang didasarkan atas besarnya konsumsi.

2. Peak-load tariffs
Pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah
beban tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan higher marginal
cost(seperti telpon dan transportasi umum)

3. Diskriminasi harga
Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan pertimbangan keadilan
(equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan
berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda,pelayanan
yang diberikan kepada kelompok yang berpendapatan rendah dapat disubsidi
silang dengan kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut tergantung dari
kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang dimaksudkan
untuk orang miskin.

4. Full cost recovery


harga pelayanana didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk
menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadialan(equity) dan kemampuan
publik untuk membayar.

5. Harga diatas marginal cost


Dalam beberapa kasus,sengaja ditetapkan harga diatas marginal cost,seperti tarif
parkir mobil,adanya beberapa biaya peijinan atau licence fee.

H. TAKSIRAN BIAYA

Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya


adalah mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal
ini ,elibatkan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
-Opportunity cost untuk staff,perlengkapan dll
-Opportunity cost of capital
-Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukan value to
society (opportunity cost)
-Pooling,ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
-Cadangan inflasi

Pelayanan menyebabkan unit ketja harus memiliki data biaya yang akurat agar
dapat mengestimasi marginal cost,sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan
yang tepat. Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan
harga di sektor publik. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya
dasar untuk penetapan harga di sektor publik.

I. IKHTISAR
Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber :
• Pajak
• Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik
(charging for service)
Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak maka setiap wajib pajak harus
membayar , meskipun ia menikmati jasa publik tersebut secara langsung atau
tidak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang
membayar hanyalah meraka yang memanfaatkan pelayanan publik tersebut.
Pemerintah dapat menarik tarif untuk pelayanan publik tertentu baik secara
langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa
pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan, antara lain penyediaan
air bersih, transportasi publik, jasa pos dan telekomunikasi, energi dan listrik,
perumahan rakyat, fasilitas rekreasi (pariwisata), pendidikan, jalan tol, irigasi,
jasa pemadam kebakaran, pelayanan keehatan, pengolahan sampah/limbah.
Pembebanan tarif publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena beberapa
alasan, yaitu :
• Adanya barang privat dan barang publik
• Efisiensi ekonomi
• Prinsip keuntungan
• Adanya barang privat vs barang publik

Dalam menentukan harga pelayanan public juga di anut konsep different


cost for different purpose yaitu membedakan kos untuk pelayanan yang berbeda
Marginal cost pricing menganut prinsip bahwa tariff yang di pungut seharusnya
sama dengan biaya untuk melayani tambahan konsumen.

Hakikat kualitas pelayanan publik menurut Keputusan Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004, dalam Ratminto
(2006:19-20) adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang
merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi
masyarakat, yang berasaskan kepada:
a. Transparansi atau memiliki sifat keterbukaan.
b. Akuntabilitas, atau dapat dipertanggung jawabkan.
c. Kondisional, atau sesuai dengan kondisi untuk memenuhi prinsip efisiensi
dan efektifitas.
d. Partisipatif, yang berarti mendorong peran serta masyarakat.
e. Kesamaan hak atau tidak diskriminatif.
f. Keseimbangan hak dan tanggung jawab, antara pihak pemberi pelayanan dan
pihak penerima pelayanan.

Selanjutnya, Ratminto (2006:28) menyatakan bahwa hendaknya setiap


penyelenggara pelayanan melakukan survey indeks kepuasan masyarakat secara
berkala. Hal ini penting untuk meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan
agar tetap pada tingkat yang baik, bahkan memuaskan.
Berdasarkan berbagai data Serikat Buruh Seluruh Indonesia dan penelitian yang
dilakukan di PPA FE UGM, ada empat agenda besar dalam pergerakan pekerja
(Bastian, 2001) :
• Keinginan untuk merubah dan memodifikasi kondisi produksi. Perubahan ini
diharapkan menghasilkan demokratisasi dalam bekerja, penggunaan sumber
daya yang lebih baik, maksimisasi surplus untuk tujuan sosial.
• Menjamin pajak keuntungan dan usaha dipergunakan untuk program-program
pembangunan.
• Distribusi pengeluaran negara yang lebih ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan sosial secara merata dalam artian peringkat kemakmuran, ras dan
gender.
• Restrukturisasi organisasi, manajemen dan proses pelayanan publik.
Perubahan di atas menandakan adanya perubahan nilai tuntutan masyarakat. Ini
tentunya selaras dengan perubahan dari orde baru ke orde reformasi. Salah satu
yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah masalah kepemilikan perusahaan
negara dan perusahaan daerah. Sebagai agen pelaksana pelayanan publik,
permasalahan yang telah dihadapi adalah (PPA,1999) :
• Kurangnya investasi dalam infrastruktur
• Krisis akibat lemahnya stabilitas keuangan makro ekonomi, yang beruntun ke
stabilitas perusahaan
• Kebutuhan investasi besar untuk eksplorasi alam
Kondisi di atas muncul akibat alasan-alasan berikut ini:
• Semakin besarnya proporsi untuk pihak investor negeri (Bastian,1999).
• Diversifikasi investasi asing perlu dilakukan, akibat semakin kompetitifnya
perburuan modal investasi luar negeri.
• Munculnya berbagai keinginan pihak swasta asing dan dalam negeri untuk
berbagai resiko, beban keuangan dan fasilitas pinjaman.
• Berbagai perusahaan swasta menginginkan adanya saham pemerintah, namun
sering tidak menerima dan lebih menguntungkan melalui kontrak penyediaan
jasa.

Terkait dengan berbagai perubahan yang diungkap diatas, peranan negara


dalam pelayanan publik mulai diperdebatkan. Nilai komersial, praktik usaha
dan kekuatan pasar amat diperhatikan sebagai faktor yang dominan dan penentu
kesuksesan operasional pelayanan publik yang beroperasi maksimal semakin
kental (PPA,1999), seperti:
• Barang dan jasa sosial seperti lampu jalan, jalan, pertahanan dan hukum tidak
akan dapat diproduksi apabila dilepaskan ke mekanisme pasar.
• Pelayanan kesehatan dan pendidkan tidak akan dapat dilaksanakan dengan
harga yang layak.
• Beberapa jasa dan barang akan diproduksi berlebihan apabila tidak diatur
secara integral.
• Beberapa barang dan jasa sengaja tidak diproduksi secara cukup akibat strategi
monopoli pasar.

Secara umum, masyarakat sebenarnya mengakui fungsi pemerintah


sebagai penyedia barang publik; penyedia fasilitas publik seperti kesehatan,
pendidikan dan perumahan; pengeluaran pemerintah yang sesuai dengan
pendapatan; dan pelayanan ekonomi secara umum. Secara politik dan ekonomi,
pengeluaran publik dapat diklasifikasikan dalam:
• Investasi sosial – proyek dan pelayanan yang meningkatkan produktivitas
tenaga kerja
• Konsumsi sosial – proyek dan pelayanan yang merendahkan biaya reproduksi
dari tenaga kerja
• Pengeluaran sosial – proyek dan pelayanan yang diisyaratkan untuk
memastikan stabilitas sosial
Sehingga peranan pemerintah dapat diinterpretasikan sebagai pengambil
kebijakan tentang:
• Skala pelayanan – universal atau segmentasi
• Metode penydiaan – oleh perusahaan negara atau swasta melalui kontrak
• Regulasi yang dibutuhkan
• Intervensi terhadap ekonomi lokal dan regional, industri khusus dan
perusahaan tertentu
• Sumber keuangan – tipe dan tingkat perusahaan dan pajak individual
Pemahaman diatas menyebabkan dilakukannya evaluasi pelayanan publik yang
terjadi di Indonesia :
• Keterbatasan rentang pelayanan yang bisa diberikan, seperti batasnya
sambungan saluran telepon, besarnya kuantitas air dan kualitas jalan raya
• Dorongan yang kuat terhadap perusahaan negara untuk mengikuti kriteria
pasar
• Manajemen perusahaan negara dan badan sektor publik sering dituntut untuk
mengikuti perkembangan metode mutakhir yang umumnya dipraktikan diswasta

• Monitor dan evaluasi prestasi, target dan identifikasi tujuan sosial amatlah
sulit, dan hal ini seringkali disebabkan oleh keengganan manajemen untuk
mengeluarkan data yang terkait
• Kurangnya pengendalian secara demokratis oleh pekerja dan konsumen
• Terjadinya pencarian modal untuk memaksimasi keuntungan
• Masih berbedanya penghargaan terhadap ide, sikap dan pengalaman pekerja
antar organisasi sektor publik dan organisasi swasta.
Namun demikian ada berbagai manfaat lebih dari organisasi sektor publik
dibanding organisasi swasta :
• Rentang pelayanan luas dengan biaya yang lebih murah
• Distribusi yang lebih merata
• Kerangka hubungan pekerja dan manajemen lebih bersifat kekeluargaan dan
permanen

Manfaat tersebut di Indonesia ternyata masih minimal dibanding dengan


kekurangannya. Oleh sebab itu, berbagai tuntutan muncul untuk mengubah
orientasi peranan organisasi sektor publik. Ada beberapa alasan untuk
mengubah orientasi pelayanan publik :
• Beberapa organisasi swasta dianggap lebih efisien dibanding organisasi sektor
publik
• Kekuatan pasar dan kompetisi akan meningkatkan pilihan dan mengurangi
biaya pelayanan, sementara itu tuntutan pengembangan kualitas menjadi lebih
besar.
• Sektor dan pasar yang kompetitie lebih cepat tanggap pada pilihan konsumen
dan kondisi perubahan permintaan dan penawaran
• Pemerintah terlalu besar dan boros, sehingga pemerintah lebih baik berperanan
sebagai regulator.
• Mengurangi ketergantungan pada pemerintah dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat melalui mekanisme pasar dan inisiatif individual.

1.ELITIS DAN POLITIS


Dalam penetapan biasanya terkesan elit dan politis karena hanya
sebahagian orang yang mengambil kebijakan dan terkesan tidak teransparan,
maka tarif air minum PDAM di tentukan Melalui Badan Musyawarah
(BAMUS) yang dibentuk oleh PDAM. Langkah merupakan langkah maju
dalam penetapan tarif menuju kebijakan yang terakuntabilitas, dan perlu diikuti
oleh BUMD lainnya. Namun pembentukan badan tersebut belum merupakan
sebuah solusi mengingat keterwakilinya stakeholder (pihak-pihak yang
berkepentingan) dalam bamus, belum mewujudkan teori stewedship yang
memposisikan stake-holder sebagai prinsipal sebagai pemilik yang harus
dilayani oleh agent.
Kesulitan dalam penentuan tarif pelayanan mengingat terdapat kesulitan dalam
membedakan barang publik dengan barang privat, dikarenakan: adanya
kesulitan dalam menentukan batasan antara kedua barang tersebut, adanya
pembebanan secara langsung. dalam pengguna barang/jasa publik, dan
Kecenderungan membebankan tarif pelayanan langsung daripada
membebankannya pada pajak yang dibayarkan secara berkala. Kesulitan
berikutnya adalah terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi
campuran (mixed economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak
swasta (privat market) dan barang publik lebih baik diberikan secara kolektif
oleh pemerintah yang dibiayai melalui pajak. Namun demikian, tidak menutup
kemungkinan pemerintah menyerahkan penyediaan barang publik kepada sektor
swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem kontrak.

2.BERAPA HARGA WAJAR


Organisasi sektor publik harus memutuskan berapa pelayanan yang dibebankan
pada masyarakat. Aturan yang biasa dipakai adalah beban (charge) dihitung
sebesar total biaya total tersebut terdapat (full cost recorvery). Walaupun akan
mengalami kesulitan dalam menghitung biaya total dikarena:

Pertama, tidak diketahui secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk
menyediakan suatu pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan
semua biaya sehingga dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap
jenis pelayanan. Namun tidak boleh terjadi pencampur-adukan biaya untuk
pelayanan yang berbeda atau harus ada prinsip different costs for different
purposes.

Kedua, sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi, Karena jumlah


biaya untuk melayani satu orang dengan orang lain berbeda-beda, maka
diperlukan perbedaan pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh diperlukan
biaya tambahan untuk pengumpulan sampah dari lokasi rumah yang sulit
dijangkau atau memiliki jarak yang jauh.

Ketiga, pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk


membayar. Jika orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang
sebenarnya vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat
diskriminasi harga atau diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.
Keempat, biaya yang harus diperhitungkan, apakah hanya biaya operasi
langsung (current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal
(capital cost). Yang akan memasukkan bukan saja biaya opersai dan
pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah
usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas Hal inilah yang disebut
marginal cost pricing.

3.STRATEGI HARGA

Terdapat beberapa alternatif dalam menentukan harga yaitu dengan two-


part tariffs: yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya
infrastruktur dan variabel charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
Dengan Peakload tariffs: pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas
yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan
higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum). Dengan
diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga, dengan Full
cost recorvery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan dan harga di atas marginal cost. Dalam beberapa
kasus, sengaja ditetapkan harga di atas marginal cost, seperti tarif mobil, adanya
beberapa biaya perijinan atau licence fee.
Penetuan tarif ini juga harus mempertimbangkan Opportunity cost untuk staf,
perlengkapan dll, Opprtunity cost of capital, Accounting price untuk input
ketika harga pasar tidak menunjukkan value to siciety (opportunity cost).
Polling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu dan cadangan inflasi.
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar
dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan
yang tepat.
Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan
harga di sektor publik. Digunakan marginal cost pricing atau tidak, yang jelas
harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu
menunjukkan biaya secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi
publik.

4.STANDAR MINIMUM

Berapa pun harga yang dibebankan kepada masyarakat harusnya juga


merujuk pada standar yang dibuat oleh organisasi sektor publik sebagi bentuk
perbandingan pelayanan yang dapat di ukur, untuk itu sektor publik harus
segera merumuskan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang menekankan
pada pengelolanan sektor publik yang memiliki paradigma Value for money
merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama yaitu: ekonomi, efesiensi, dan efektivitas ekonomi
merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam
satuan moneter.
Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat
meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari
pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi: pencapaian output yang
maksimium dengan input yang tertentu atau penggunaan input yang terendah
untuk mencapai output tertentu dan efisiensi merupakan perbandingan
output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah
ditetapkan.
Dalam penentuan standar pelayanan minimum sebagai feed-back pelayanan
kepada masyarakat maka organisasi sektor publik harus memperhatikan
stakeholder sebagai orang yang berkentingan dengan keberadaan perusahaan
karenanya keterlibatan stakeholder dalam penyusunan tarif dan standar
pelayanan minimum sangat urgen seperti, masyarakat umum, akademisi dan
para konsultan dan pihak yang consen dalam sektor publik.
BAB III
KESIMPULAN

Pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu sumber penerimaan


bagi pemerintah selain pajak, penjualan aset milik pemerintah, utang, dan laba
BUMN/BUMD. Aturan yang bisa dipakai adalah beban dihitung sebesar total
biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut. Dalam menentukan harga
pelayanan publik juga dianut konsep different cost for purposes yaitu
membedakan biaya untuk pelayanan yang berbeda. Masalah lain adalah adanya
hidden cost yang menyulitkan dalam mengetahui total biaya. Kesulitan untuk
menghitung biaya total adalah karena sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi
dan perbedaan jumlah biaya untuk melayani masing-masing orang.

DAFTAR PUSTAKA
http://antikorupsi.org/indo
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik:Penentuan Harga Pelayanan Publik.
Edisi IV, Andi Offset, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai