Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK SONIA SISCHA EKA PUTRI,


S.E., M.Ak

MAKALAH
PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
ADHE SYAPUTRA NIM. 12070316045
NIKMAH KHAIRANI PUTRI NIM. 12070322323

PROGRAM STUDI S1
JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya serta memberian kemudahan serta kelancaran kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah Penentuan Harga Pelayanan Publik ini dapat terwujud.

Peayanan Publik merupakan pelayanan kepada masyarakat (publik


service). Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dibiayai melalui 2 sumber,
yaitu pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa
publik.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengikuti tugas


terstruktur dengan mata kuliah Akuntansi Sektor Publik di Universitas Negri
Sultan Syarif Kasim Riau.

Penulis sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,


penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif agar penulisan makalah ini
menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Dan semoga penulisan makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan kami berharap dosen yang bersangkutan dapat
memberikan saran dan tambahan yang sangat kami harapkan apabila penulisan
makalah ini memiliki kekurangan atau kurang berkenan.

Pekanbaru, 22 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan Pembahasan..............................................................................................5
BAB 2................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Pelayanan Publik yang Dapat Dijual....................................................................6
2.2 Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan...........................................12
2.3 Prinsip dan Praktik Pembebanan.......................................................................14
2.4 Kegunaan Pembebanan dalam Praktik..............................................................15
2.5 Penetapan Harga Pelayanan: Berapa Harga yang Harus Dibebankan...........16
2.6 Permasalahan Marginal Cost Pricing.................................................................19
2.7 Kompleksitas Strategi Harga..............................................................................20
2.8 Taksiran Biaya.....................................................................................................21
BAB 3..............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberiakn pelayanan kepada


masyarakat (publik service).Pemberian pelayanan pelayanan publik pada dasarnya
dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu: 1. pajak, dan 2. Pembebanan langsung
kepada masyarakat sebagai konsuen jasa publik (charging for service). Jika pelayanan
publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar pajak tanpa
mempedulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut atau tidak.

Hal tersebut karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang
tidak memiliki jasa timbal balik individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh
pembayar pajak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka
yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut,
sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar.

Permasalah yang kemudian muncul adalah apakah suatau pelayanan publik


lebih baik dibiayai melalui pajak atau dibiayai melalui pajak atau dengan
pembebanan langsung kepada konsumen.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa-apa saja contoh pelayanan publik yang dapat dijual?


2. Bagaimana argumen terhadap pembebanan tarif pelayanan?
3. Apa prinsip dan bagaimana pembebanan dalam praktik
4. Apa kegunaan pembebanan dalam praktik?
5. Bagaimana penetapan harga pelayanan?
6. Apa permasalahan marginal cost pricing?
7. Bagaimana kompleksitas strategi harga?
8. Bagaimana taksiran biaya?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui contoh dari pelayanan publik yang dapat dijual
2. Untuk mengetahui argument terhadap pembebanan tarif pelayanan
3. Untuk mengetahui prinsip dan pembebanan dalam praktik
4. Untuk mengetahui kegunaan pembebanan dalam praktik
5. Untuk mengetahui bagaimana penetapan harga pelayanan
6. Untuk mengetahui permasalahan marginal cost pricing
7. Untuk mengetahui kompleksitas strategi harga
8. Untuk mengetahui taksiran biaya

5
BAB 2

PEMBAHASAN

Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat
(public services). Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui
dua sumber, yaitu: (1) perpajakan, dan (2) pembebanan langsung kepada masyarakat
sebagai konsumen jasa publik (charging for services). Jika pelayanan publik dibiayai
dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa memperdulikan apakah
dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut atau tidak. Hal tersebut karena
pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang tidak memiliki jasa timbal
(kontraprestasi) individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar
pajak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang
membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut,
sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar.
Permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah suatu pelayanan publik lebih
baik dibiayai melalui pajak atau dengan pembebanan langsung kepada konsumen.

2.1 Pelayanan Publik yang Dapat Dijual

Dalam memberikan pelayanan publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif


untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui
perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif
pelayanan, misalnya:

1. Pelayanan air bersih


2. Transportasi publik
3. Jasa pos dan telekomunikasi
4. Energy dan listrik

6
5. Perumahan rakyat
6. Fasilitas rekreasi ( pariwisata)
7. Pendidikan
8. Jalan tol
9. Irigasi
10. Jasa pemadam kebakaran
11. Pelayanan kesehatan
12. Pengolahan sampah / limbah

Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat di benarkan karena


beberapa alasan, yaitu:

a. Adanya barang privat dan barang publik


b. Efisiensi ekonomi
c. Prinsip keuntungan

a. Adanya Barang Privat vs Barang Publik

Terdapat tiga jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:

1. Barang privat
2. Barang publik
3. Campuran anatara barang privat dan publik

Barang privat adalah barang –barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang
atau jasa tersebut hanya di nikmati secara individual oleh yang membeli, sedangkan
yang tidak mengonsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut. Contoh barang
privat adalah makanan, listrik, telepon, dsb. Barang publik adalah barang-barang
kebutuhan masyarakat yang manfaat barang dan jasa tersebut dinikmati oleh seluruh

7
masyarakat secara bersama-sama. Contoh barang publik adalah pertahanan nasional,
pengendalian penyakit, jasa polisi, dsb.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran
antara barang privat dan publik. Karena, meskipun dikonsumsi secara individual,
sering kali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang atau jasa tersebut.
Contohnya adalah pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air
bersih. Barang barang tersebut sering disebut "merit good" karena semua orang
membutuhkannya akan tetapi tidak semua orang bisa mendapatkan barang dan jasa
tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan barang tersebut pemerintah dapat
menyediakannya secara langsung (direct public provision), memberikan subsidi, atau
mengontrakkan ke pihak swasta. Sebagai contoh pendidikan, meskipun pemerintah
bertanggung jawab untuk menyediakan pendidikan, namun bukan berarti barang
tersebut sebagai pure public good yang harus dibayai semuanya dengan pajak dan
dilaksanakan sendiri oleh pemerintah. Dapat saja sektor swasta terlibat dalam
penyediaan pelayanan pendidikan tersebut.

Untuk menyelenggarakan pendidikan, pemerintah dapat melakukan tiga tindakan,


yaitu: (1) mendirikan sekolah negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai
sepenuhnya oleh pemerintah, (2) memberikan subsidi pendidikan kepada lembaga
lembaga pendidikan, dan (3) menyerahkan pihak swasta untuk ikut
menyelenggarakan pendidikan. Hal yang sama juga terjadi untuk penyediaan
transportasi publik dan pelayanan kesehatan.

Pada tataran praktik, terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan
barang privat. Beberapa sebab sulitnya membedakan barang publik dengan barang
privat tersebut, antara lain:

1. Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan.
Barang-barang yang memiliki sifat sebagai barang privat, seperti transportasi
atau perumahan yang memadai dapat dianggap sebagai kebutuhan dasar

8
manusia. Apakah akses terhadapnya harus dibatasi hanya bagi mereka yang
mampu membayar? Padahal mekanisme distribusi pelayanan publik harus
dapat dinikmati oleh setiap orang, baik orang kaya maupun orang miskin.
2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik, tapi dalam
penggunaannya (konsumsinya) tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa
elemen pembebanan langsung. Contohnya adalah biaya pelayanan medis, tarif
obat obatan, dan air. Pembebanan terhadap pemanfaatan barang tersebut
memaksa orang untuk berhati-hati dalam mengonsumsi sumber-sumber yang
mahal atau langka.
3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya.
Jika digunakan pajak, akan terdapat kesulitan dalam menentukan besar pajak
yang pantas dan cukup. Sementara itu, jika digunakan pembebanan tarif
pelayanan, orang harus membayar untuk memeroleh jasa yang diinginkannya,
dan mungkin bersedia untuk membayar lebih tinggi dibandingkan dengan tarif
pajak. Terdapat argumen yang menyatakan bahwa pembebanan pada dasarnya
bersifat demokratis karena orang dapat memilih barang apa yang ingin mereka
bayar dan apa yang tidak mereka inginkan, sehingga pola pengeluaran publik
dapat diarahkan menurut pilihan mereka.

Biasanya terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran (mixed
economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta (privat market) dan
barang publik lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibiayai
melalui pajak. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pemerintah
menyerahkan penyediaan barang publik kepada sektor swasta melalui regulasi,
subsidi, atau sistem kontrak.

Jika manfaat dirasakan secara perorangan, seperti listrik, telepon, dan ut naka untuk
memeroleh barang-barang tersebut masyarakat biasanya dibebani dengan tarif
tertentu. Pemerintah dapat menarik sejumlah tarif untuk penyediaan kebutuhan

9
tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum, karena spillovers effects (ekstern-litas
positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada seperti pertahanan dan
pengendalian kesehatan, maka pendanaan untuk hal-hal tersebut lebih tepat didanai
lewat paja!

Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu diperhatikan adalah (a) identifika
barang/jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat (apakah barang publik atau privat)
(b) siapa yang lebih berkompeten (lebih efisien) untuk menyediakan kebutuhan
penyediaa publik tersebut (pemerintah atau swasta), (c) dapatkah penyediaan
pelayaan publik tertentu diserahkan kepada sektor ketiga, (d) pelayanan publik apa
saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah namun dapat ditangani oleh swasta.
Pola hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

b. Efisien Ekonomi

Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang mereka
ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan
sumber daya melalui:

1. Pendistribusian permintaan siapa yang mendapatkan manfaat paling banyak,


maka ia akan membayar lebih banyak pula.
2. Pernberian insentif untuk menghindari pemborosan.
3. Pemberian insentif pada supplier berkaitan dengan skala produksi.
4. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa (supply of service).

Tanpa adanya suatu mekanisme harga, permintaan dan penawaran tidak mungkin
menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak efisien, seperti
penyediaan air, obat-obatan, dan sebagainya.

10
Akan tetapi, dalam kenyataannya pasar sering kali tidak sempurna. Dalam banyak hal
pemerintah mungkin menjadi supplier namun tidak boleh memanfaatkan situasi ini
untuk memaksimalkan keuntungan, seperti penyediaan air dan obat-obatan Dalam
kondisi tertentu, ketika barang atau jasa mengandung sifat-sifat public goods
(eksternalitas positif), pemerintah lebih baik menetapkan harga di bawah harga
normalnya (full price) atau bahkan tanpa dipungut biaya. Pemerintah juga dihadapkan
pada masalah distribusi pendapatan yang tidak seimbang, yang berarti golongan kaya
mampu membayar lebih dibanding yang miskin sehingga golongan kaya mampu
mendapatkan pelayanan yang lebih baik.

Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah satu cara untuk mencipta
kan keadilan dalam distribusi pelayanan publik. Mereka yang memanfaatkan
pelayanan publik lebih banyak akan membayar lebih banyak pula. Pembebanan tarif
pelayanan akan mendorong efisiensi ekonomi karena setiap orang dihadapkan pada
masalah pilihan karena adanya kelangkaan sumber daya. Jika diberlakukan tarif,
maka setiap orang akan dipaksa berpikir ekonomis dan tidak boros.

c. Prinsip keuntungan

Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
mereka yang menerima jasa tersebut dianggap "wajar" bila didasarkan prinsip bahwa
yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya
dikenakan kepada mereka diuntungkan dengan pelayanan tersebut.

Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga menguntungkan pemerintah


karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah. Hanya
saja pemerintah tidak boleh memaksimalkan keuntungan, bahkan lebih baik
menetapkan harga di bawah full cost, memberikan subsidi, atau memberikannya
secara gratis.

Charging for service berbeda dengan fee. Fee adalah biaya atas perizinan atau lisensi
yang diberikan pemerintah. Biaya perizinan/lisensi relatif kecil, biasanya berupa

11
biaya administrasi dan pengawasan. Biaya perizinan (lisensi) didasarkan pada: (a)
kategori perizinan yang diajukan, dan (b) ada tidaknya keuntungan finansial yang
diperoleh pemegang izin atau lisensi atas izin atau lisensi yang dimiliki. Kendati
demikian, ketika tujuan utama perizinan/lisensi adalah untuk mengontrol suatu
aktivitas, tingkat fee tidak boleh ditetapkan terlalu tinggi sehingga tidak mendorong
masyarakat untuk mengajukan izin/lisensi tersebut. Sebagai contoh pemerintah dapat
menarik fee dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Akan tetapi, hendaknya biaya
IMB tidak terlalu tinggi sehingga menimbulkan kecenderungan masyarakat untuk
tidak memiliki IMB.

2.2 Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan

a. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan

Dalam praktik, pembebanian langsung (direct charging! biasanya ditentukan karena


alasan-alasan sebagai berikut:

a. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin
tidak dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya
dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak
menikmati jasa tersebut.
b. Suatu pelayanan mungkin membutuhkar, sumber daya yang mahal atau
langka sehingga konsumy publik harus didisiplinikan (hemat), misainya
pembebanan terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis
c. Terdapat variasi dalami konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan
pilihan daripada kebutuhan, misainya penggunaan fasilitas rekreasi.
d. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan
dan untuk memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun
industrial, misalnya air, listrik, jasa pos dan telepon.

12
e. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan
publik atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat
ditentukan secara tegas.

Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni, terdapat argumen yang
menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu:

1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan, dan


2. Yang miskin tidak mampu untuk membayar
3. Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal.

b. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan

Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan pengukuran:


yang andai (seperti Tarif jalan tol dan meterani untuk ain) Hal tersebut dapat
meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi, keterukuran membuat
penaksiran tarif pelayanan lebih mudah dibandingkan dengan penghitungan pajak
(seperti menghitung besarnya biaya untuk air dan listrik lebih mudah dibandingkan
dengan menghitung pajak penghasilan).

c. Yang miskin tidak mampu untuk membayar

Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin tidak
mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih transportasi umum dan bahkan makanan sehat.

Namun, yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat daftar kebutuhan dasar
secara objektif Yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang lain,
sehingga skala priontas dan pilihan individu berbeda-beda. Pilihan yang berbeda-beda
tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula, sehingga pembebanan tarif
pelayanan dipandang sesuai dengan pilihan kebutuhan seseorang. Pelayanan publik

13
dapat juga diberikan secara gratis oleh pemerintah, akan tetapi penyediaan gratis
tersebut akan memengaruhi pilihan individu. Pemberian beras gratis mungkin tidak
pas untuk orang tertentu karena mungkin ia lebih suka diberi uang untuk membeli
pakaian Keputusan untuk membebankan biaya pelayanan kepada pelanggan harus
dikompensasi dengan pemberian subsidi atau pemberian pelayanan gratis.

Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia dan kurang efektif. Apakah
ada jaminan swali likmati oleh yang miskin? Mungkin saja subsidi menguntungkan
yang kaya jika dikorupsi oleh birokrasi. Atau justru yang miskin menyubsidi yang
kaya. Tanpa peduli pada golongan miskin. pendekatan terbaik adalah melalui
distribusi pendapatan (lump sum transfer), tetapi hal ini sulit dilakukan di negara
berkembang.

d. Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal

Eksternalitas positif (spillover effects) misalnya tarif pelayanan yang terlalu tinggi
membuat masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya (seperti: imunisasi).
Demikian juga barang yang dianggap sebagai merit good mungkin lebih baik
diberikan secara gratis atau tanpa beban biaya, seperti pendidikan. Selain itu, juga
terdapat peraturan perundang-undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk
menyediakan pelayanan tertentu, seperti pendidikan dasar, sehingga kebutuhan
barang tersebut Biasanya dianggap bebas dari beban masyarakat. Untuk kebutuhan-
kebutuhan tersebut tidak perlu ditarik tarif pelayanan.

Terdapat cara alternatif untuk alokasi sumber daya selain dengan pembebanan harga
pelayanan, misalnya melalui pembagian kartu (cards) dan kupon vouchers. Meskipun
metode kupon tersebut lebih menjamin kaum miskin mendapat kesempatan yang
sama, akan tetapi sistem kupon tersebut tidak dapat memenuhi fungsi sistem harga
dan mudah untuk disalahgunakan.

14
2.3 Prinsip dan Praktik Pembebanan

Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan
pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat,
semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif. Namun, batasan identifikasi barang
privat dan publik kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar per pelayanan.
Kegagalan dalam menetapkan biaya pada situasi tertentu menyebabkan distorsi harga
dan alokasi sumber daya yang keliru, sehingga mengurangi pilihan bagi konsumen.

Meskipun demikian, dalam praktiknya permasalahan administrasi dan pertimbangan


sosial dan politik memiliki prioritas yang lebih besar dibandingkan pertimbangan
efisiensi ekonomi. Namun perlu diwaspadai bahwa kesalahan dalam menetapkan tarif
pelayanan publik merupakan penyebab utama defisit anggaran di banyak negara
berkembang (Devas, 1989).

Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal sering kali sulit dijumpai.
Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas
pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis
biasanya kualitasnya kurang memuaskan.

2.4 Kegunaan Pembebanan dalam Praktik

Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda untuk setiap negara, antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan
milik negara, serta antara pemerintah pusat dan daerah. Charging for service
merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu.
Pemerintah memeroleh . penerimaan dari beberapa sumber, antara lain:

1. Perpajakan

15
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for services) 3. Laba
BUMN/BUMD
3. Penjualan aset milik pemerintah
4. Utang

Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan
milik negara. Pada kasus perusahaan negara, hanya net deficit atau surplus yang
muncul dalam rekening pemerintah.

Pada umumnya, kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik seperti


pertahanan, kesehatan publik, dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis,
dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat, yaitu jasa
untuk kepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi umum ditarik tarif
sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full cost recovery prices). Untuk barang
campuran (mixed/merit good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan
kesehatan, sanitasi disediakan sebagian melalui pajak dan sebagian lagi dari tarif.

2.5 Penetapan Harga Pelayanan: Berapa Harga yang Harus Dibebankan

Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya, maka


pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar, atau dengan kata,
lain berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai adalah
bahwa beban (charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan
tersebut (full cost recovery). Akan tetapi, untuk menghitung biaya total tersebut
terdapat beberapa kesulitan, karena:

16
1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakari
suatu pelayanan Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya
sehingga dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis
pelayanan. Namun tidak boleh terjadi pencampuradukan biaya untuk
pelavanan yang berbeda atau harus ada prinsip different costs for different
purposes. Biaya overhead harus dibebankan secara proporsional terhadap
berbagai pelayanan. Selain itu, juga harus diidentifikasi adanya biaya-biaya
tersembunyi (hidden costs) dalam penyediaan pelayanan publik. Hidden cost
juga terkait dengan biaya birokrasi (cost of bureaucracy).
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi. Karena jumlah biaya untuk
melayani satu orang dengan orang lain berbeda beda, maka diperlukan
perbedaan pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh diperlukan biaya
tambahan untuk pengumpulan sampah dari lokasi rumah yang sulit dijangkau
atau memiliki jarak yang jauh. Jika hal ini dilakukan maka akan terlihat tidak
adil, meskipun untuk hal tertentu, misalnya bis kota, jarak jauh maupun dekat
dikenai tarif yang sama. Namun, yang jelas, pada prinsipnya pembebanan
harus merefleksikan biaya total (full cost) untuk menyediakan pelayanan
tersebut
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk
membayar. Jika orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang
sebenarnya vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat
diskriminasi harga atau diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.
4. Biaya apa saya yang harus chiperhitungkan apakah hanya biaya operasi
langsung (current operation), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal
(capital cost). Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan
saja biaya operasi dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian
barang modal yang sudah usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan
kapasitas. Prinsip tersebut disebut marginal cost pricing.

17
Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal cost pricing.
yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani konsumen
tambahan (cost of serving the marginal consumer). Harga tersebut adalah harga yang
juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut. Marginal cost pricing
mengacu pada harga pasar yang paling efisien (economically efficient price), karena
pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan manfaat ekonomi
dan penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan memeroleh peningkatan
output dari barang atau jasa sampai titik di mana cost sama dengan harga.

Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,


setidaknya harus memperhitungkan:

1. Biaya operasi variabel (variable, operating cost);


2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan
untuk memberikan pelayanan;
3. Biaya penggantian aset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan;
dan
4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.

Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historical capital cost
atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali dengan penggunaan jasa.
Contoh kasus klasik dari historical cost adalah seperti jembatan penyeberangan.
Marginal cost pricing menganjurkan tidak ada biaya yang ditarik atas jasa
penyeberangan karena marginal cost yang ada sama dengan nol. Memungut biaya
penyeberangan akan mengurangi pengguna jembatan penyeberangan sehingga
menimbulkan kapasitas menganggur atas jembatan tersebut, ini akan mengurangi
total economic benefit.

18
Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama dengan nol, karena
sejak ditempati kapasitas ruang sudah digunakan, sehingga marginal cost-nya sama
dengan biaya untuk menyediakan rumah pengganti dan biaya pemeliharaan.

Contoh: penyediaan air, marginal cost-nya misalnya terdiri dari:

a. Tambahan air yang dikonsumsi


b. Tambahan jarak yang diambil
c. Pemasangan pipa besar untuk industri.

2.6 Permasalahan Marginal Cost Pricing

Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain:

a. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu.
Dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai
pengganti walau hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Juga
terdapat masalah pengukuran dan pengumpulan data biaya yang membuat
marginal cost sulit diimplementasikan.
b. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek
(short run Marginal Cost) atau biaya marginal jangka panjang (long run
marginal cost). Dalam kasus penyediaan air, akan timbul suatu titik ketika
marginal consumer memerlukan pabrik baru. Tidak mungkin mengharapkan
konsumen menanggung full cost sendirian.
c. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historical capital cost
tidak mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika sumber
daya terbatas, kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan adanya
penghematan yang dikorbankan (opportunity loss) dalam pemakaian alternatif
sumber daya tersebut. Kerugian tersebut harus diukur dengan efisiensi yang
dikorbankan (efficiency loss) yang berasal dari penaikan harga di atas
marginal cost.

19
d. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan.
1. Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
2. Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut.
e. Eksternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk
minum dan mandi dapat secara signifikan mengubah "efisiensi harga yang
ditentukan oleh marginal cost.
f. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak
untuk jasa seperti air, di mana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi
harga, (seperti tarif progresif) yang mungkin digunakan.

2.7 Kompleksitas Strategi Harga

a. Two-part tariffs. Banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut dengan


two-part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya
infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
b. Peak-load tariffs. Pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas
yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan
higher marginal cost (seperti telepon atau transportasi umum).
c. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasi
pertimbangan keadilan (equality) melalui kebijakan penetapan harga. Jika
kelompok dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola
permintaan yang berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok yang
berpendapatan rendah dapat disubsidi silang dengan kelompok dengan
pendapatan tinggi. Hal tersebut tergantung dari kemampuan mencegah orang
kaya menggunakan pelayanan yang dimaksudkan untuk orang miskin.

20
d. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya
total untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya
penuh atas pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equality) dan
kemampuan publik untuk membayar.
e. Harga di atas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga
di atas marginal cost, seperti tarif parkir mobil, adanya beberapa biaya
perizinan atau license fee.

2.8 Taksiran Biaya

Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:

 Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll.


 Opportunity cost of capital
 Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to
society (opportunity cost)
 Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
 Cadangan inflasi

Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat.
Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor
publik.

21
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu pajak dan
penbebanan langsung kepada masyarakat penbebanan langsung kepada masyarakat
sebagai kons sebagai konsumen jasa public (charging for services). Pembebanan tarif
dilakukan karena alasan efisiensi ekonomi, untuk memperoleh keuntungan dank
arena adanya barang privat dan barang publik yang perlu diatur penggunaanny perlu
diatur penggunaannya secara proporsional dan a secara proporsional dan memenuhi
asas keadilan memenuhi asas keadilan.

Pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu sumber penerimaan bagi


pemerintah pemerintah selain pajak, penjualan penjualan asset milik pemerintah,
pemerintah, utang dan laba BUMN/BUMD. Masalah utama dalam pembebanan
pelayanan publik adalah menentukan beberapa harga yang harus dibebankan. Aturan
yang bias dipakai adalah beban dihitung dihitung sebesar sebesar total biaya untuk
menyediakan menyediakan pelayanan pelayanan tersebut.Dalam menentukan harga
pelayanan publik juga dianut konsep different cost for different purpose yaitu

22
membedakan cost untuk pelayanan yang berbeda. Masalah lain adanya hidden cost
yang menyulitkan dalam mengetahui total cost. Kesulitan untuk menghitung biaya
total adalah karena sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi dan perbedaan jumlah
biaya untuk melayani melayani masing-masing masing-masing orang. Pembebanan
Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan mayarakat untuk membayar dan
biaya apa saja yang diperhitungkan sehingga untuk memudahkan digunakan konsep
current cost operation, capital cost, dan marginal cost (biaya penambahan kapasitas).
Marginal cost pricing menganut prinsip bahwa tarif yang dipungut seharusnya sama
dengan biaya untuk melayani tambahan konsumen. Marginal cost pricing
memperhatikan biaya operasi variabel, semi variabel overhead cost , biaya
penggantian penggantian atas asset modal dan biaya penambahan penambahan asset
modal yang digunakan digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan. Namun
demikian, konsep marginal cost pricing juga mengahadapi berbagai kendala. Oleh
karena itu perlu ditemukan metoda terbaik untuk menetapkan harga pela terbaik
untuk menetapkan harga pelayanan publik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2018. AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK. Yogyakarta. Penerbit ANDI.

24

Anda mungkin juga menyukai