Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN UNTUK


PELAYANAN PUBLIK

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik

Disusun Oleh

Kelompok 1 :
1. WIKA NINDI SARI : 2004010089
2. ASTIWI : 2004010096
3. ANIS ARDILLAH : 2004010102
4. MUTIARA SANI : 2004010108
5. MUH. YUDHI S : 1804010128

Pembimbing
Ahmad Syawal Senong Pakata, S.E., M.M.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pelayanan publik ............................................................................... 2
1. Pengertian Pelayanan public ....................................................... 2
2. Jenis-jenis Pelayanan public ....................................................... 3
3. Hambatan Pelayanan public ........................................................ 3
4. Permasalahan Pelayanan public .................................................. 4
B. pengeluaran pemerintah .................................................................... 5
1. Pengertian pengeluaran pemerintah ............................................ 5
2. Teori pengeluaran pemerintah ..................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan hidayat serta taufik-Nya karena atas berkat dan rahmat-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “analisis kebijakan

pengeluaran untuk pelayanan publik” selesai tepat pada waktunya. Semoga


makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi
pembaca.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
bantuan motil maupun material, maka untuk itu tidak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telibat dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa hasilnya masih jauh dari
kata sempurna maka dari itu ksmi sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun demi perbaikan kamu dimasa yang akan datang.

Palopo, 21 Mei 2022

Kelompok 1

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk,
baik berupa barang dan jasa (Depdagri, 2004). Sedangkan yang menjadi
rujukan utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik (Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik), dijelaskan bahwa
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik yaitu setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan pelayanan publik.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan publik ?
2. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pelayanan publik
2. Untuk mengetahui tentang ap aitu pengeluaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelayanan publik
1. Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administrative yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu
setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan
badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Kegitan tersebut dilaksanakan oleh pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang
yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan
tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.
Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus berdasarkan standar pelayanan
sebagai tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji
penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,
cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Pelayanan publik diatur dalam Undang-
Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, pengaturan ini
dimaksudan untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara
masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Selain itu, pengaturan
mengenai pelayanan publik bertujuan agar terwujudnya batasan dan hubungan
yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh
pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik; agar terwujudnya
sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan dan korporasi yang baik; agar terpenuhinya
penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan agar terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat dalam penyelengaaran pelayanan publik.

2
2. Jenis- jenis pelayanan publik
Berdasarkan Kepmenpan Nomor 63 tahun 2004 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik mengelompokkan tiga jenis pelayanan dari
instansi pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan
tersebut didasarkan pada ciri-ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang
dihasilkan, yaitu:
a. Pelayanan Administratif, adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,
dokumentasi, dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan
menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin,
rekomendasi, dan lain sebagainya.
b. Pelayanan Barang, adalah pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan
berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan barang berwujud fisik
termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumne langsung
(sebagai unit ataupun individu) dalam suatu sistem. Kegiatan tersebut
menghasilkan produk akhir berwujud benda (fisik) misalnya pelayanan
listrik, air bersih dan pelayanan telepon.
c. Pelayanan Jasa, adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan
berupa sarana dan prasaranan serta penunjangnya. Produk akhirnya berupa
jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan
habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Misalnya pelayanan perbankan,
pelayanan pos dan pelayanan pemadam kebakaran.
3. Hambatan pelayanan publik
Banyak upaya dan kebijakan dilaksanakan pemerintah untuk memperbaiki
pelayanan publik. Dengan diberlakukannya pelayanan satu tempat atau One Stop
Service (OSS) apakah telah dapat memperbaiki kualitas pelayanan terhadap
perizinan. Seperti yang kita ketahui bahwa dengan adanya sistem OSS tersebut
tidak serta merta masalah pelayanan perizinan yang berbelit-belit dan panjang
akan terhapus.

3
Hal tersebut dikarenakan beberapa alas an :
a. Terkadang isntitusi-institusi yang digabungkan dalam dalam satu kantor
bukan berarti pemangkasan birokrasi. Publik harus tetap melalui meja-
meja yang “sama” dengan sebelumnya. Bedanya jika dulu “meja-meja”
lokasinya berbeda sekarang “jadi satu kantor “.
b. Orang-orang yang berada dikantor pelayanan satu atap yang “mewakili”
institusinya tidak memiliki kewenangan yang cukup untuk menetapkan
keputusan yang mendesak dalam hal pelayanan. Sehingga lagi-lagi si
“publik” harus menunggu atasan “pelayan” dikantor tersebut, dalam
memeberikan keputusan. Sehingga kantor inipun gagal mencapai tujuan
awal yaitu efisiensi (Indiahono,2006).
4. Permasalahan pelayanan publik
Permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah berkaitan
dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang berkualitas
sangat tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola
penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia, dan
kelembagaan.Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih
memiliki berbagai kelemahan antara lain:
a. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur
pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai
dengan tingkatan penanggungjawab instansi. Respon terhadap berbagai
keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau
bahkan diabaikan sama sekali.
b. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan
kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.
c. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari
jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang
memerlukan pelayanan tersebut.
d. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan
lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang

4
tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan
dengan instansi pelayanan lain yang terkait.
e. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya
dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga
menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan
dengan penyelesaian masalah pelayanan, kemungkinan staf pelayanan
(front line staff) untuk dapat menyelesaikan masalah sangat kecil, dan
dilain pihak kemungkinan masyarakat untuk bertemu dengan
penanggungjawab pelayanan, dalam rangka menyelesaikan masalah yang
terjadi ketika pelayanan diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, berbagai
masalah pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan.
f. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada
umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar
keluhan/saran/ aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan
dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke
waktu.
g. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam
pelayanan perijinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang
diberikan.
B. Pengeluaran pemerintah
1. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah adalah pembelanjaan barang-barang modal, barang
konsumsi dan jasa-jasa. Pengeluaran pemerintah merupakan penggunaan uang
dan sumber daya suatu Negara untuk membiayai kegitankegiatan yang
diselengarakan Negara atau pemerintah guna mewujudkan fugsinya dalam
menciptakan kesejahteraan.1 Dapat disimpulkan bahwasannya pengeluaran
pemerintah merupakan anggaran yang digunakan pemerintah dalam membiayai
berbagai kegiatan dan pengeluaran lainnya guna menciptakan kesejahteraan
kepada masyarakat secara keseluruhan. Peran pemerintah sangatlah penting untuk

1
Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia, Tinjauan Historis, Teoritis
dan Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2014), h.174

5
mengatur jalannya perekonomian agar tercipta stabilitas pada sistem
perekonomian. Pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal,
dimana pada kebijakan fiskal ekonomi suatu negara diarahkan melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal
pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, mempengaruhi
kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional dan
dapat mempengaruhi distribusi pendapatan nasional.2
Pengeluaran pemerintah di Indonesia selain menjadi sumber pembiayaan
bagi program-program sosial, juga berperan besar dalam meningkatkan dan
mempertahankan pengeluaran agregat serta pertumbuhan ekonomi. sumber dana
yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah tersebut berasal dari
penerimaan dalam negri dan hibah. Sedangkan pengeluaran pemerintah daerah
dibiayai oleh pendapatan daerah khususnya pendapatan asli daerah dan dana
perimbangan dan pemerintah pusat. Menurut jenis kegiatan berdasarkan
Pemendageri No. 13 tahun 2006 Pasal 50, pengeluaran pemerintah daerah
dikelompokan menjadi dua, yaitu:3
a. Belanja Langsung
Belanja langsung adalah kegiatan belanja daerah yang dianggarkan dan
berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah daerah. Jenis belanja langsung terdiri dari;
1.) Belanja pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
2.) Belanja barang dan jasa, digunakan untuk pengeluaran dalam bentuk
pembelian/ pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12
bulan dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah.
3.) Belanja Modal, digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud

2
Wikipedia, kebijakan fiskal, (On-line), tersedia di
https//id.wikipedia.org./wiki/kebijakanfiskal. (21 mei 2022)
3
Ma'ruf, Mohammad, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, (Jakarta: Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia)

6
yang mempunyai nilai manfaat untuk digunakan dalam kegiata
pemerintahan, seperti tanah, mesin, bangunan, jalan, irigasi dan asset
tetap lainnya.
b. Belanja Tidak Langsung
kegiatan belanja daerah yang dianggarkan dan tidak memiliki
hubungan apapun secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. keberadaan belanja tidak langsungbukan merupakan konsekuensi
dari ada tidaknya suatu program atau kegiatan. Belanja jenis ini, pada
umumnya dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1.) Belanja pegawai, belanja pegawai tidak langsung merupakan belanja
kompensasi yang diberikan dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta
penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2.) Belanja bunga, Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan
pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang,
sesuai dengan perjanjian pinjaman berjangka yang terdiri dari jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka Panjang.
3.) Belanja subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya
produksi kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual
produksi dan jasa yang dihasilkan, dapat terjangkau oleh masyarakat
luas.
4.) Belanja hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah
dalam bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah maupun
pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat serta perorangan
yang secara spesifik telah memiliki peruntukan yang jelas.
5.) Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan
dalam bentuk uang dan barang kepada masyarakat, dengan tujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6.) Belanja bagi hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil
yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau
pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan

7
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku..
7.) Bantuan keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah
lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa
dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan atau
peningkatan kemampuan keuangan daerah
8.) Belanja tidak terduga, Belanja tidak terduga merupakan Tindakan
belanja untuk kegiatan yang bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan
akan terjadi seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial
yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya, yang telah ditutup.
Pengeluaran pemerintah pada daerah pringsewu telah
dimaksimalkan guna menciptakan pertumbuhan ekonomi sebaik
mungkin, hal tersebut terlihat dari pengeluaran pemerintah yang terus
mengalami peningkatan pada tiap tahunnya, akan tetapi untuk
meningkatkan kemajuan ekonomi dengan hanya mengandalkan
pengeluaran sektor publik tidaklah cukup, perlunya memperbesar peran
aktif sektor swasta dalam menyediakan barang-barang publik tentunya
akan berdampak baik bagi perekonomian daerah.
2. Teori pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Teori mengenai pengeluaran pemerintah juga dapat dikelompokan menjadi
2 bagian yaitu teori makro dan teori mikro.

8
a. Teori Makro
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indicator
besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah.
Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula
pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Dalam teori ekonomi makro,
pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan
sebagai berikut : (Boediono,1999)
1.) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
2.) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.
Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro
ekonomi, di mana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat
permintaan secara tidak langsung.
3.) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment
bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang
melainkan mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada
warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan
langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun,
pembayaran bunga untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat.
Secara ekonomis transfer payment mempunyai status dan pengaruh
yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administrasi
keduanya berbeda.
b. Teori Mikro
Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah
adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan
barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang
publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik
menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran
belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan
menimbulkan permintaan akan barang lain.

9
Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Penentuan Permintaan
Ui = f (G,X)
G = vektor dari barang public
X = vektor barang swasta
i = individu; = 1,...., m
U = fungsi utilitas
Seorang individu mempunyai permintaan akan barang publik dan
swasta. Akan tetapi, permintaan efektif akan barang tersebut (pemerintah
dan swasta) tergantung pada kendala anggaran (budget constraints).
Misalkan seorang individu (i) membutuhkan barang publik (K) sebanyak
Gk. Untuk menghasilkan i barang K sebanyak Gk, pemerintah harus
mengatur sejumlah kegiatan. Misalnya pemerintah
berusaha untuk meningkatkan penjagaan keamanan. Dalam
pelaksanaan usaha meningkatkan keamanan tersebut tidak mungkin bagi
pemerintah untuk menghapuskan sama sekali angka kejahatan.
Karena itu, pemerintah dan masyarakat harus menetapkan suatu
tingkat keamanan yang dapat ditolerir oleh masyarakat. Suatu tingkat
keamanan tertentu dapat dicapai dengan berbagai kombinasi aktivitas atau
dengan menggunakan berbagai fungsi produksi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap institusi penyelenggara
Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Pelayanan publik diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik, pengaturan ini dimaksudan untuk
memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan
penyelenggara dalam pelayanan publik.
Pengeluaran pemerintah adalah pembelanjaan barang-barang modal,
barang konsumsi dan jasa-jasa. Pengeluaran pemerintah merupakan
penggunaan uang dan sumber daya suatu Negara untuk membiayai
kegitankegiatan yang diselengarakan Negara atau pemerintah guna
mewujudkan fugsinya dalam menciptakan kesejahteraan.
B. Saran
Demikian makalah ini, apabila ada kekurangan dan keselahan, kami
selaku penyusun makalah sangat mengaharapkan kritik dan juga saran
dari teman-teman sekalian yang sifatnya membangun terutama dari
dosen mata kuliah Ekonomi Publik

11
DAFTAR PUSTAKA

https://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/973-pelayanan-
publik
https://bdkpalembang.kemenag.go.id/upload/files/MAKALAH-
PELAYANAN-PUBLIK%20Website%281%29.pdf
Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia, Tinjauan Historis, Teoritis
dan Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2014), h.174
http://repository.radenintan.ac.id/9941/1/SKRIPSI%202.pdf
Wikipedia, kebijakan fiskal, (On-line), tersedia di
https//id.wikipedia.org./wiki/kebijakanfiskal. (21 mei 2022)
Ma'ruf, Mohammad, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, (Jakarta: Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia)
http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-V-Teori-
Pengeluaran-Pemerintah.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai