KELOMPOK VIII
NAMA NIM
1. LISA MARLINA JN 15043025
2. M NUR CANIAGO 15043059
3. SILVIA PUTRI 15043013
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT., Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang kami haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Perencanaan Publik.
Adapun makalah tentang Perencanaan Publik ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dengan bantuan berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu kami sadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang
Perencanaan Publik ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
A. LATAR BELAKANG............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. TEORI BARANG DAN JASA................................................................................
B. SISTEM PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKTOR PUBLIK........................
C. SIKLUS PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKTOR PUBLIK........................
D. TEKNIK PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKTOR PUBLIK........................
E. PRAKTEK PENGADAAN BARANG DAN JASA DI ORGANISASI SEKTOR
PUBLIK....................................................................................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana pengadaan barang dan jasa publik di Indonesia ?
C. Tujuan
1.Memahami teori barang dan jasa publik.
2.Mengetahui system pengadaan barang dan jasa sektor publik.
3.Mengetahui siklus pengadaan barang dan jasa sektor publik.
4.Mengetahui teknik pengadaan barang dan jasa.
5.Mengetahui contoh praktek pengadaan barang dan jasa di organisasi sektor
publik.
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan kondisi tersebut baik unit pengadaan barang dan jasa maupun
penawaran dapat mengorupsi proses pengadaan barang dan jasa.Unit
pengadaaan barang dan jasa dapat:
o Menysuaikan spesifikasi untuk memberikan manfaat kepada
pemasok khusus atau kontraktor
o Membatasi informasi tentang kesempatan penawaran hanya
pada beberapa nenawar potensial
o Menegaskan pentingnya pernyataaan untuk memberikan
kontrak dengan dasar sumber daya tunggal
o Memberikan penawaran yang lebih disukai informasi rahasia
ketimbang penawaran yang lain
o Mendiskualifikasikan pemaok potensial melalui prekualifikasi
yang tidak layak atau biaya penawaran yang berlebihan
o Terlibat langsung dalam kolusi dengan penawaran atau
keterlibatan lain untuk mengubah proses secara keseluruhan
Para penawar dapat mengambil beberapa tindakan untuk mengubah
proses penawaran dan outconenya,seperti:
Bersekongkol antar penawar untuk menentukan harga
penawaran
Bersekongkol untuk menetapakan perputaran atau
sistemlainya,dimana penawaran tidak akan berpartisipasi dalam
perubahan,atau dengan sengaja mengajukan usulan yang tidak
akan diterima atau secara teknis tidak sesuai
7. Standar Harga
Dalam rangka menyiapakan rancangan anggran yang akan
disahkan menjadi anggaran ,organisasi sector public harus menjaring
aspirasi masyarakat mengenai kebutuhan pelayanan yang berbentuk
fisik (barang) maupun yang bersifat jasa.Untuk menyusun anggaran
pendapatan dan belanja,organisasi sector publik membutuhakan
standar harga sebagai acuan bagi unit kerja/dinas untuk mengatur
aktifitas dalam rancanagn anggaran pendapatan dan belanja.
Tujuan dan manfaat standar harga
Penerapan standar harga pada dasarnya akan memberikan tujuan
serta manfaat sebagai berikut:
Menghindari adanya belanja yabg kuarang efektif dalam
pencapaian kinerja
Terciptanya acuan standar harga yang normal mengenai barang
dan jasa yang dapat dijadiakan acuan bagi unit kerja yang ada
diorganisasi pemerintah maupun organisasi sector public
lainnya
Terciptanya komunikasi yang lebih efektif dalam penyusunan
anggaran
a. efisien,
b. efektif,
c. terbuka dan bersaing,
d. transparan,
e. adil/tidak diskriminatif
f. akuntabel
f. Pengumuman pengadaan
g. Proses tendering
j. Pengerjaan pengadaan
b . Persaingan Penawaran
Penawaran yang kompetitif adalah penentuan ambang nilai dalam
pengadaan barang dan jasa,di mana yang di pilih harus berada di atas
ambang tersebut.Disamping pemasok swasta,penawar potensial juga
termasuk unit kerja di bawah organisasi nonpemerintah dan organisasi
nirlaba.
Kompleksitas proses tergantung pada nilai serta sifat barang dan jasa
yang di adakan.Sementara itu,permitaan penawaran kompetitif sama
di semua kasus dan memungkinkan penggunaan bentuk bentuk lain
pengadaan barang dan jasa :
Deskripsi yang jelas dan adil apa yang di beli
Publikasi kesempatan untuk menawar
Kriteria yang adil untuk pemulihan dan pembuatan keputusan
Menerima tawaran dari pemasok yang bertanggung jawab (atau
kontraktor)
Perbandingan penawaran dan penetapan penawaran yang
terbaik,yang sesuai dengan aturan pemilihan yang di tentukan
dan dipublikasikan sebelumnya
Pemberian kontrak
f. Perolehan Kontrak
A. Pemerintah pusat
Dalam organisasi pemerintah pusat,kegiatan pengadaan barang dan jasa
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan barang atau jasa dalam
mendukung kegiatan operasional kenegaraan serta pelayanan kepada rakyat
dengan menggunakan dan APBN.Salah satu contohnya adalah pengadaan
peralatan mesin-mesin untuk BUMN,selain itu pengadaan barang dan jasa
untuk pemilu yang dilakukan oleh KPU juga merupakan praktek oengadaan
barang dan jasa di organisasi pemerintahan.
B. Pemerintah daerah
Pada intinya, proses dan prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah
daerah sama saja dengan pemerintah pusat,hanya ruang lingkup dan tingkatan
saja yang berbeda.Sebagai contoh,pengadaan barang dan jasa untuk kebutuhan
pilkada yang dilakukan oleh KPUD daerah yang bersangkutan,kebutuhan
rehabilitasi dan rekonstruksi jalan kota atau propinsi,pengembangan
perumahan dan pemukiman,peningkatan sarana dan prasarana kantor,dll.
C. LSM
Tujuan pengadaan barang dan jasa di LSM adalah untuk mendukung
penyediaan layanan dasar kepada masyarakat.Contohnya,kebutuhan akan
barang atau jasa yang digunakan dalam melakukan analisis dampak
lingkungan,penegakan HAM,dan pemonitoran kegiaatan pemilu.
D. Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yanag memiliki kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang
sosial,keagamaan,serta kemanusiaan.Maka dari itu tujuan pengadaan barang
dan jasa pada yayasan adalah untuk menunjang aktivitas pemberian
layanankepada masyarakat di bidang sosial,keagamaan,dan
kemanusiaan.Contohnya,pengadaan barang-barang untuk rumah ibadah daam
yayasan keagamaan,serta pengadaan barang untuk bantuan kepada korban
bencana alam.
E. Partai politik
Contohnya adalah ketika mendekati pemilu,partai politik akan disibukkan
dengan kegiatan kampanye.Untuk keperluan kampanye tersebut,partai politik
tentu memerlukan sarana-prasarana kampanye seperti kaos partai,spanduk
partai,bendera partai,dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengadaan barang dan jasa di indonesia sangat berdampak terhadap
pembangunan indonesia sendiri.Banyak contoh dari pengadaan barang dan jasa
publik di indonesia seperti pengadaan peralatan mesin-mesin untuk
BUMN,pengadaan barang dan jasa untuk kebutuhan pemilu yang dilakukan oleh
KPU,pengadaan barang-barang untuk rumah ibadah dalam yayasan keagamaan.
Semua tujuan dari pengadaan barang dan jasa publik ini tidak lain adalah
untuk menghasilkan nilai terbaik bagi pemerintah dan juga untuk kepentingan
masyarakat luas,oleh karena itu pemerintah menjamin mutu barang atau jasa
publik yang diberikan.
Saran
Pengadaan barang dan jasa publik oleh organisasi sektor publik harus
dilaksanakan semaksimal mungkin untuk kepentingan dan kepuasan masyrakat
dengan memaksimalkan dana atau anggaran yang ada,sehingga akan berdampak
baik bagi kemajuan indonesia kelak
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
LAMPIRAN
Dalam dua contoh kasus ini, bisa dilihat bagaimana para birokrat negara atau
pemerintah daerah tutup mata (kolutif) terhadap praktek menurunkan spesifikasi
barang dan mutu pekerjaan yang dilakukan para kontraktor maupun konsultan
proyek. Modus korupsi seperti ini sudah meluas. Maksudnya, dipraktekkan di
hampir semua departemen atau lembaga negara dan pada semua pemerintahan
daerah. Tidak baru, karena berlangsung sejak pembangunan nasional dimulai pada
1970-an. Bahkan, pada awal 1980-an, para ekonom pemerintah pun mengakui hal
ini. Ekonom seperti mantan menteri Emil Salim dan Soemitro Djojohadikusumo
(almarhum) pernah mengemukakan bahwa tidak kurang dari 30 persen kebocoran
anggaran pendapatan dan belanja negara bersumber dari kegiatan pengadaan
barang dan jasa pemerintah.
Menyedihkan karena kebocoran akibat praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme itu
masih berlangsung hingga kini. Pada 2000-an sekarang, nilai riil kebocoran APBN
per tahun anggaran bisa mencapai kisaran Rp 60-70 triliun. Jumlah ini ekuivalen
20 persen anggaran pengadaan barang dan jasa per tahun. Maka tidak aneh jika
sekitar 80 persen dari 20 ribu pengaduan tindak pidana korupsi yang masuk ke
Komisi Pemberantasan Korupsi menyangkut pelanggaran terhadap Keputusean
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Proyek Pengadaan Barang dan Jasa
Kebutuhan Pemerintah. Pada tingkat daerah, di Jawa Tengah misalnya, pengaduan
masyarakat atas pelanggaran Keppres No. 80 Tahun 2003 mencapai 126 perkara
sepanjang periode 2006-2008.
UU baru itu berfokus pada tiga area. Pertama, perubahan struktur, dengan
menerbitkan delapan buku petunjuk pengadaan barang dan jasa dari semula hanya
satu buku. Buku-buku itu mengatur ketentuan umum pengadaan barang dan jasa,
pengadaan barang, pengadaan jasa konstruksi, pengadaan jasa konsultan,
pengadaan jasa lain, pengaturan peran dan fungsi swasta, serta pengaturan
swaloka. Juga diterbitkan buku yang mengatur pengadaan barang atau jasa secara
elektronik. UU itu pun memuat peraturan baru tentang perjanjian kerangka kerja.
Ketentuan perjanjian ini membuka peluang bagi pemerintah melakukan kontrak
pengadaan barang berjangka panjang untuk tujuan berhemat. Selain itu,
diperkenalkan reverse option, yakni lelang dengan penawaran untuk mendapatkan
harga termurah
Apakah pembaruan ini efektif untuk mencegah kebocoran? Kita semua berharap
begitu. Karena itu, pembaruan langkah dan strategi dalam pengadaan barang dan
jasa kebutuhan pemerintah harus bisa merespons dan mementahkan modus
pembocoran anggaran yang dipraktekkan selama ini. Kita yakin bahwa Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah sudah mempunyai catatan
lengkap mengenai modus-modus pembocoran anggaran. Dengan begitu,
rancangan undang-undang baru tentang pengadaan barang dan jasa juga memuat
strategi mengamankan dan menyelamatkan anggaran. Pada sejumlah kasus
korupsi yang digelar di Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi, masyarakat
sudah mendapat gambaran cukup utuh tentang bagaimana para koruptor membuat
lubang untuk menadah anggaran proyek yang bocor.
Apa pun modusnya, pembocoran anggaran proyek tidak akan sangat sulit jika
tidak dilakukan secara berjemaah. Kalau bermain sendiri, Anda tidak akan
mendapatkan apa-apa. Alih-alih mendapatkan untung, Anda malah bisa dijebak
dan dijerat hukum. Biar aman dan untung, harus berkolusi dengan pejabat di
departemen via pemimpin proyek hingga ke para kasir di kantor kas negara agar
tagihan dana proyek lancar. Belakangan ini jasa oknum anggota Dewan
Perwakilan Rakyat pun diperlukan agar sebuah proyek dapat disetujui dalam
APBN.
Asas profesionalisme tidak laku dalam modus itu. Yang terpenting, ada hubungan
ayah-anak atau bentuk kekerabatan lainnya, hubungan karena dari partai politik
yang sama atau karena si pengusaha donatur partai, anggota kelompok atau
kedekatan pengusaha dengan pejabat tinggi negara. Dengan pendekatan inilah si
Badu bisa menjadi ketua panitia pengadaan, si Udin menjadi pemimpin proyek,
dan si Poltak menjadi pemasok barang atau jasa yang dibutuhkan departemen.
Semua yang masuk jaringan hubungan atau kedekatan itu harus mendapatkan
bagiannya. Dari petinggi departemen hingga para kasir.
Pada era otonomi sekarang ini, pemerintah, khususnya para ahli di Bappenas,
menghadapi tantangan lain berupa rekayasa kebutuhan proyek. Hal ini bisa terjadi
karena aparat pemerintah daerah yang amatiran. Modusnya, swasta atau
pengusaha calon rekanan mengintroduksi kebutuhan daerah. Biasanya dibesar-
besarkan, sehingga kebutuhan daerah itu menjadi layak. Dari gambaran kebutuhan
itu, dimunculkanlah wujud proyek yang bisa memenuhi kebutuhan tadi. Dengan
iming-iming kenikmatan ekstra bagi pejabat daerah itu, pengusaha mendorong
para pejabat tersebut untuk memasukkannya dalam usulan proyek pemerintah
daerah, sekaligus dengan rancangan dan perincian pembiayaan proyek.
Kalau kebocoran per proyek bisa begitu besar, bisa dimaklumi. Jika sebuah
proyek diurai, akan terlihat begitu banyak materi yang dibutuhkan. Dari sinilah
markup harga barang dan jasa dilakukan. Dari sini pula penurunan spesifikasi
barang dilakukan untuk memperbesar keuntungan, tidak peduli seburuk apa mutu
proyek itu nantinya. Dengan pendekatan seperti itu, jangan mimpi akan ada lelang
proyek yang fair, terbuka, dan berdasarkan kompetensi. Kalau Anda membaca
iklan lelang proyek di surat kabar, itu hanya formalitas. Sebab, saat iklan itu
dimunculkan, para pemenangnya sudah ditetapkan.