Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“Penentuan Harga Pelayanan Publik”

KELOMPOK 7
1. Bernadus Yopi Lado 2010020021
2. Leonarda Yosefina Jelita 2010020001
3. Ayub Yoseph Wiliam Kedoh 2010020038

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Tuhan Allah yang Maha
Kasih. Hanya atas penyertaan-Nya sajalah kami boleh menyelesaikan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan Akuntansi Sektor Publik

Kami sadari betapa tidak sempurnanya kami sebagai manusia sehingga masih
banyak yang harus dilengkapi dan dikritisi dari makalah yang kami buat. Mungkin ada
beberapa kesalahan yang telah kami lakukan melalui makalah ini maka dari hati yang
terdalam kami sampaikan permohonan maaf. Kami sangat terbuka atas segala kritik
dan saran yang bertujuan untuk membangun pemikiran kita semua.

Sekian dan terima kasih.

Kupang,Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iiii
BAB 1 ................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................................ 1
BAB 2 ................................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN................................................................................................................................ 2
A. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL.............................................................. 2
B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN .................................. 7
C. PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBASAN ........................................................................ 9
D. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK .......................................................... 9
E. PENETAPAN HARGA PELAYANAN : Berapa Harga Yang Harus Dibebankan. ......... 10
F. PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING......................................................... 12
G. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA .......................................................................... 13
H. TAKSIRAN BIAYA ........................................................................................................... 14
BAB 3 .............................................................................................................................................. 15
PENUTUP....................................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberiakn pelayanan kepada
masyarakat (publik service). Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat
dibiayai melalui dua sumber, yaitu: 1. pajak, dan 2. pembebanan langsung kepada
masyarakat sebagai konsuen jasa publik (charging for service). jika pelayanan
publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar pajak tanpa
mempedulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut atau
tidak. Hal tersebut karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang
tidak memiliki jasa timbal balik individual yang secara langsung dapat dinikmati
oleh pembayar pajak. Jika pelayanan publik dibiayai dibiayai melalui pembebanan
langsung, maka yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa
pelayanan publik tersebut, sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan
untuk membayar. Permasalah yang kemudian muncul adalah apakah suatau
pelayanan publik lebih baik dibiayai melalui pajak atau dengan pembebanan
langsung kepada konsumen.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja pelayanan public yang dapat dijual ?
2. Bagaimana argument terhadap pembebanan tarif pelayanan ?
3. Bagaimana prinsip dan praktik pembebanan ?
4. Apa saja kegunaan pembebanan dalam praktik ?
5. Bagaimana penetapan harga pelayanan ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa sajakah pelayanan public yang dapat dijual
2. Untuk mengetahui argument mengenai pembebanan tarif pelayanan
3. Untuk memahami prinsip dan praktik pembebanan
4. Untuk mengatahui apa saja kegunaan pembebanan dalam praktik
5. Untuk mengetahui penetapan harga pelayanan

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL


Dalam memberikan pelayana publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif
untuk pelayanan tertentu baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui
perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayan publik yang dapat dibebankan tarif
pelayanan misalnya:

1. Penyediaan air bersih


2. Transportasi publik
3. Jasa pos dan telekomunikasi
4. Energi dan listrik
5. Perumahan rakyat
6. Fasilitas rekreasi
7. Pendidikan
8. Jalan tol
9. Irigasi
10. Jasa pemadam kebakaran
11. Pelayanan kesehatan
12. Pengolahan sampah/limbah
Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena
beberapa alasan, yaitu:

 Adanya barang privat dan barang publik


 Efesiensi ekonomi
 Prinsip keuntungan

2
a) Adanya Barang Privat vs Barang Publik

Terdapat 3 jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:

 Barang privat

Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang


atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh yang membeliny, sedangkan
yang tidak mengkonsumsi tidak dapat menikmati barang/ jasa tersebut. Contohnya
makanan, listrik, dan telepon.

 Barang publik

Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang


dan jasa tersebut dinikmati oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama. Contonya:
pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi.

 Campuran antar barang privat dan barang publik.

Dalam praktiknya terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran
anatara barang privat dan barang publik. Karena, meskipun mengkonsumsi secara
individual, sering kali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang dan jasa
tersebut. Contohnya: pendidikan, layanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih.
Barang-barang tersebut sering disebut”merit good” karena semua orang
membutuhkannya akan tetapi tidak semua orang mendapatkan barang tersebut. Untuk
memenuhi kebutuhan barang tersebut pemerintah dapat menyediakan secara langsung,
memberikan subsidi, atau mengntrakkan ke pihak swasta. Sebagai contoh : pendidikan,
meskipun pemerintah bertanggung jawab menyediakan pendidikan, namun bukan
berarti barang tersebut sebagai pure publik good yang harus dibiayai semuanya dengan
pajak dan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah. Dapat saja sektor swasta terlibat dalam
penyediaan pelayanan pendidikan tersebut.

Untuk menyelenggarakan pendidikan, pemerintah dapat melakukan 3 tindakan


yaitu: 1. mendirikan sekolah negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai
sepenuhnya oleh pemerintah, 2. memberikan subsidi pendidikan kepada lembaga-
lembaga pendidikan, dan 3. menyerahkan pihak swasta untuk ikut menyelenggrakan
pendidikan. Hal yang sama juga terjadi untuk penyediaan transportasi publik dan
pelayanan kesehatan.

3
Pada tataran praktik, terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan
barang privat. Beberapa sebab sulitnya membedakan barang publik dengan barang
privat tersebut antara lain:

 Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan
 Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/ jasa publik, tetapi dalam
penggunaanya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan
langsung.
 Terdapat kecendrungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih muda pengumpulannya.

Biasanya tredapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran, barang
privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta dan barang publik lebih baik disediakan
secara kolektif oleh pemerintah yang dibiayai melalui pajak.

Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pemerintah menyerhakan


penyediaan barang publik kepada sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem
kontrak.

Jika manfaat dirasakan secara perorangan, seperti listrik , telepon, dan air bersih
maka untuk memperoleh barang-barang tersebut masyarakat biasanya dibebani dengan
tarif tertentu. Pemerintah dapat menarik sejumlah tarif untuk menyediakan kebutuhan
tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum, karena spillover effects (eksternalitas
positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada seperti pertahanan dan pengendalian
kesehatan maka pendanaan untuk hal-hal tersebut lebih tepat didanai lewat pajak.

Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu diperhatikan adalah:

 Identifikasi barang/ jasa yang menajdi kebutuhan masyarakat


 Siapa yang lebih berkompeten untuk menyediakan kebutuhan publik tersebut
 Dapatkan penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor
swasta atau seketor ketiga
 Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah namun
dapat ditangani oleh swasta.

4
Pola hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

5
b) Efesiensi Ekonomi

Ketika setiap individu bebas menetukan berapa banyak barang / jasa yang mereka
ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan
sumber daya melalui

1. Pendistribusian permintaan: siapa yang mendapat manfaat paling banyak, maka ia


akan membayar lebih banyak pula

2. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan

3. Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skla produksi

4. Penyediaan sumber daya pada suplier untuk mempertahankan dan meningkatkan


persediaan jasa.

Tanpa adanya suatau mekanisme harga, permintaan dan penawaran tidak mungkin
menuju titik seimbang sehingga alokaso sumber daya tidak efesien, seperti: penyediaan
air, obat obatan, dan sebagainya.

Akan tetapi, dalam kenyataan pasar sering kali tidak sempurna. Dalam bnyak hal
pemerintah mungkin menjadi supllier namun tidak boleh memanfaatkan situasi ini
untuk memaksimalkan keuntungan. Dalam kondisi tertentu ketika barang atau jasa
memiliki sifat-sifat public goods pemerintah lebih baik menetapkan harga dibawah

6
harga normalnya atau bahkan tanpa dipungut biaya. Pemerintah juga dihadapkan pada
masalah distribusi pendapatan yang tidak seimbang, yang berarti golongan kaya
mampu membayar lebih dibandingakan yang miskin sehingga golongan kaya mampu
mendapatkan pelayanan yang lebih baik.

Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah satu cara untk


menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik. Mereka yang memanfaatkan
pelayanan publik lebih banyak akan membayar lebih banyak pula. Pembebanan tarif
pembayaran akan mendorong efisiensi ekonomi karena setiap orang akan dihadapkan
dengan masalah pilihan karena adanya kelangkaan sumber daya. Jika diberlakukan
tarif , amka setiap orang dipaksa berpikir ekonomis dan tidak boros.

c) Prinsip Keuntungan

Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila didasarkan prinsip
bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya
dikenakan kepada masyarakat atau mereka yang diuntungkan kepada pelayanan
tersebut. Pemerintah tidak boleh melakukan maksimisasi keuntungan bahkan lebih
baik menetapkan harga di bawah full price, subsidi, bahkan tanpa dipungut biaya. Fee
adalah biaya atas perijinan atau lisensi yang diberikan pemerintah.

Biaya perijinan/lisensi relatif kecil, umumnya berupa biaya administrasi &


pengaawasan, yang didasarkan pada:

1. Kategori perijinan yang dilakukan..

2. Ada tidaknya keuntungan yg diperoleh pemegang ijin/lisensi atas ijin/lisensi yang


dimiliki

7
B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN

a) Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan

Dalam praktik, pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan


karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak
dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan
kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak menikmati jasa
tersebut.
2. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan
terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.
3. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan
pilihandaripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas rekreasi.
4. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntukan dan
untuk memenuhi kebutuhan domestic secara individual maupun industrial, misalnya
air, listrik, jasa pos dan telepon.
5. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik
atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara
tegas.
Terlepas dari kasus yang merupakan barang publiK murni, terdapat argument
yang menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu :
 Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan
 Yang miskin tidak mampu untuk membayar

b) Adanya Eksternalitas, Merit Good, dan Persyaratan Legal


1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan
pengukuran yang handal (seperti:tarif jalan tol, meteran untuk air). Hal tersebut dapat
meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi keterukuran membuat
penafsiran tarif pelayanan lebih mudah dibandingkan dengan perhitungan pajak
(seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan listrik lebih mudah dibandingakan
dengan menghitung pajak penghasilan).

8
2. Yang miskin tidak mampu untuk membayar
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin
tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dan bahkan makanan sehat.
Namun, yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat daftar kebutuhan
dasar secara objektif. Yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang
lain, sehingga skala prioritas dan pilihan individu berbeda-beda. Pilihan yang
berbeda-beda tesebut membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula, sehingga
pembebanan tarif pelayanan dipandang sesuai dengan pilihan kebutuhan seseorang.
Pelayanan publik dapat juga diberikan secara gratis oleh pemerintah, akan tetapi
penyediaan gratis tersebut akan mempengaruhi pilihan individu. Pemberian beras
gratis mungkin tidak pas untuk orang tertentu karena mungkin ia lebih suka diberi
uang untuk membeli pakaian. Keputusan untuk membebankan biaya pelayanan
kepada pelanggan harus dikompensasi dengan pemberian subsidi atau pemberiian
pelayanan gratis.
Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia dan kurang efektif.
Apakah subsidi menjamin dinikmati bagi yang miskin? Mungkin saja subsidi
menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh birokrasi. Atau justru yang miskin
mensubsidi yang kaya. Bila kita peduli pada golongan miskin, pendekatan terbaik
adalah melalui distribusi pendapatan (lumpsum transfer), tetapi hal ini sulit dilakukan
di Negara berkembang.
c) Adanya Eksternalitas, Merit Good, dan Persyaratan Legal.
Eksternalitas positif (spilover effects) misalnya tarif pelayanan yang terlalu tinggi
membuat masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya. Demikian juga barang
yang dianggap sebagai merid good mungkin lebih baik diberikan secara gratis atau
tanpa beban biaya, seperti pendididkan. Selain itu terdapat peraturan perundang –
undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan pelayanan tertentu
seperti pendidikan dasar 9 tahaun, sehingga kebutuhsan barabg tersebut biasanya
dianggap bebas dari beban masyarakat dan tidak perlu ditarik tarif pelayanan.
Terdapat cara alternatif untuk alokasi sumber daya selain dengan pembebanan
harga pelayanan, misalnya melalui pembagian kupon (cards) dan vouchers. Meskipun
metode kupon tersebut menjamin kaum miskin mendapat kesempatan yang sama,
akan tetapi sistem kupon tersebut tidak dapat memenuhi fungsi sistem harga dan
mudah untuk disalahgunakan.

9
C. PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBASAN

Prinsip dan praktek pembebanan sebagian barang dan jasa yang disediakan
pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu
pelayanan terkait dengan barang privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif.
namun batasan identifikasi barang privat dan public kadang sulit dan harus dilakukan
dengan dasar tiap pelayanan.
Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit dijumpai.
Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas pelayanan
menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis biasanya
kualitasnya kurang memuaskan.
Kesalahan penetapan tarif pelayanan publik merupakan penyebab utama defisit
anggaran di negara berkembang (devas, 1989), pelayanan gratis mengakibatkan
insentif yang rendah sehingga kualitas menjadi sangat rendah dan tidak memuaskan.

D. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK

Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda tiap negara, antara hjasa


yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara, dan antar pemerintah pusat dan daerah. Charging for services merupakan alah
satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain :
1. Pajak
2. Pembebanan langsung pada masyarakat (Charging for services)
3. Laba BUMN/BUMD
4. Penjualan aset milik pemerintah
5. Hutang
6. Pembiayaan defisit anggaran (Mencetak Uang)
Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara. Pada kasusu perusahaan negara, hanya net defisit atau surplus yang muncul
dalam rekening pemerintah.

10
Pada umumnya kita mengharapkan bahwa penyedia barang publik seperti
pertahanan, kesehatan publik dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis,
dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat yaitu jasa
untuk mkepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi umum ditarik
sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full cost recovery price). Untuk barang
campuran (mixed/merit good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan,
sanitasi disediakan melalui pajak dan sebagian dari tarif.

E. PENETAPAN HARGA PELAYANAN : Berapa Harga Yang Harus


Dibebankan.

Jika pemerintah tidak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya,


maka pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar atau dengan
kata lain berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai
adalah bahwa beban (Charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan
pelayanan tersebut (Full cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total
tersebut terdapat beberapa kesulitan, karena :
1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan
suatu pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga
dapat mengindentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Amun tidak
boleh terjadi pencampuradukan biaya untuk pelayanan yang berbeda atau harus ada
prinsip different costs for different purposes. Biaya overhead harus dibebankan secara
proporsional terhadap berbagai pelayanan. Selain itu juga harus diidentifikasi adanya
biaya-biaya tersembunyi (hidden costs) dalam penyediaan pelayanan publik. Hidden
costs juga terkait dengan biaya birokrasi ( costs of bureaucracy).
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
Karena jumlah biaya untuk melayani sau orang dengan orang lain berbeda-beda, maka
diperlukan pembedaan pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh diperlukan biaya
tambahan untuk pengumpulan sampah dari lokasi rumah yang sulit dijangkau atau
memiliki jarak yang jauh. Jika hal ini dilakukan maka akan terlihat tidak adil,
meskipun untuk hal tertentu. Misalnya : bus kota, jarak jauh maupun dekat dikenai
tarif sama. Namun yang jelas, pada prinsipnya pembebanan harus merefleksikan biaya
total (full cost) untuk menyediakan pelayanan tersebut.

11
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
Jika orang miskintidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital,
maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau
diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.
4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan : apakah hanya biaya operasi langsung
(currnt operation costs), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital costs).
Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan saja biaya operasi dan
pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah usang
(kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut marginal
costs pricing.
Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal costs
pricing, yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani
konsumen tambahan (costs of serving the marginal consumer). Harga tersebut adalah
harga yang juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut. Marginal
costs pricing mengacu pada harga pasar yang paling efisien (economically efficient
price), karena pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan
manfaat ekonomi dan penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan
memperoleh peningkatan output dari barang atau jasa sampai titik dimana marginal
costs sama dengan harga.
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,
setidaknya harus memperhitungkan :
 Operasi biaya variabel (variable operating cost)
 Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan
untuk memberikan pelayanan.
 Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalan penyediaan
pelayanan
 Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.
Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historic capital
cost atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali dengan penggunaan jasa.
Contoh kasus klasik dari historical cost adalah seperti jembatan penyebrangan.
Marginal cost pricing menganjurkan tidak ada biaya yang ditarik atas jasa
penyebrangan karena marginal cost yang ada nol. Memungut biaya penyebrangan

12
sehingga menimbulkan kapasitas menganggur atas jembatan tersebut, ini akan
mengurangi total economic benefit.
Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama dengan nol,
karena sejak ditempati kapasitas ruang yang sudah digunakan, sehingga marginal
cost-nya sama dengan biaya untuk menyediakan rumah pengganti dan biaya
pemeliharaan.
Contoh : Penyediaan air, marginal cost-nya misalnya :
 Tambahan air yang dikonsumsi
 Tambahan jarak yang diambil
 Pemasangan pipa besar untuk industri

F. PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING

Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain :


1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu,
dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti
walau hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Juga terdapat masalah
pengukuran dan pengumpulan data biaya yang membuat marginal cost sulit
diimplementasikan.
2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short
run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost). Dalam kasus
penyediaan air, akan timbul suatu titik ketika marginal consumer memerlukan pabrik
baru. Tidak mungkin mengharapkan konsumen menanggung full cost sendirian.
3. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital cost
tidak mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika sumber daya
yang terbatas, kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan adanya penghematan
yang dikorbankan (opportunity loss) dalam pemakaian alternative sumber daya
tersebut. Kerugian tersebut harus diukur dengan efisiensi yang dikorbankan
(efficiency loss) yang berasal dari penaikan harga di atas marginal cost.
4. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan :
 Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
 Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya
dalam menyediakan pelayanan tersebut.

13
5. Ekternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk
minum dan mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi harga” yang ditentukan
oleh marginal cost.
6. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak
untuk jasa seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga,
(seperti tarif progesif) yang mungkin digunakan.

G. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA

1. Two-part tariffs : banyak kepentingan public (seperti listrik) dipungut dengan two-
part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur
dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
2. Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
3. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok
dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang
berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal
tersebut tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan
yang dimaksudkan untuk orang miskin.
4. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik
untuk membayar.
5. Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas
marginal cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau licence
fee.

14
H. TAKSIRAN BIAYA

Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
1. Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll.
2. Opportunity cost of capital
3. Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to
society (opportunity cost)
4. Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
5. Cadangan inflasi
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar
dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang
tepat. Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di
sektor publik. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk
penetapan harga di sektor publik. Digunakan MC pricing atau tidak, yang jelas harus
ada kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya
secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.

15
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu pajak dan
penbebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public (charging for
services). Pembebanan tarif dilakukan karena alasan efisiensi ekonomi, untuk
memperoleh keuntungan dank arena adanya barang privat dan barang publik yang
perlu diatur penggunaannya secara proporsional dan memenuhi asas keadilan.
Pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu sumber penerimaan bagi
pemerintah selain pajak, penjualan asset milik pemerintah, utang dan laba
BUMN/BUMD. Masalah utama dalam pembebanan pelayanan publik adalah
menentukan beberapa harga yang harus dibebankan. Aturan yang bias dipakai adalah
beban dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut. Dalam
menentukan harga pelayanan publik juga dianut konsep different cost for different
purpose yaitu membedakan cost untuk pelayanan yang berbeda. Masalah lain adalah
adanya hidden cost yang menyulitkan dalam mengetahui total cost. Kesulitan untuk
menghitung biaya total adalah karena sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi dan
perbedaan jumlah biaya untuk melayani masing-masing orang. Pembebanan tidak
memperhitungkan kemampuan mayarakat untuk membayar dan biaya apa saja yang
diperhitungkan sehingga untuk memudahkan digunakan konsep current cost
operation, capital cost, dan marginal cost (biaya penambahan kapasitas).
Marginal cost pricing menganut prinsip bahwa tarif yang dipungut seharusnya
sama dengan biaya untuk melayani tambahan konsumen. Marginal cost pricing
memperhatikan biaya operasi variabel, semi variabel overhead cost, biaya
penggantian atas asset modal dan biaya penambahan asset modal yang digunakan
untuk memenuhi tambahan permintaan. Namun demikian, konsep marginal cost
pricing juga mengahadapi berbagai kendala. Oleh karena itu perlu ditemukan metoda
terbaik untuk menetapkan harga pelayanan publik. .

16
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo.2002.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: ANDI

17

Anda mungkin juga menyukai